Bismillaahirrahmaanirraahiim
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas akhir
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Bandung
LUKMAN HILFI
10100104017
SKRIPSI
LUKMAN HILFI
10100104017
Pembimbing II
Cice Tresnasari, dr
NIP. D05.0415
ii
SKRIPSI
LUKMAN HILFI
10100104017
Pembimbing II
Cice Tresnasari, dr
NIP. D05.0415
iii
Ketua
Pembimbing I
Pembimbing II
Penguji I
Penguji II
Penguji III
: Kusman Widjaja, dr
: Dikki Drajat Kusmayadi, dr., SpB., SpBA
: Cice Tresnasari, dr
: Kusman Widjaja, dr
: Lelani Reniarti, dr., Sp.A(K)., MKes
: Mia Kusmiati, dr.,Mpd.Ked
iv
Motto :
Artinya : Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi
tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering)nya,
niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
(QS. Luqman : 27)
The G
(Youll Never Walk Alone)
untuk:
Ayah ibuku dan A2/24
muga-muga
sing ginanjar kawilujengan, rahayu sapapanjangna,
dipaparin karaharjaan, ditambih kamulyaanana, kajembaran sareng kanimatan
ku Gusti nu Maha Suci dzohir bathin
ABSTRAK
vi
ABSTRACT
vii
KATA PENGANTAR
viii
ix
10. Bapak Entang Mulyana (Ayahanda) dan Ibu Ani Rochaeni (Ibunda), sembah
sujud ananda untukmu yang telah memberikan dorongan jasmani dan rohani
yang begitu besar, nasihat yang begitu bijak dan doa yang teu ptot-ptot
sehingga ananda dapat menyelesaikan skripsi ini dan pendidikan sarjana
kedokteran yang sangat dinantikan. Tiada lain selain terima kasih ananda
ucapkan dengan segenap hati kepada ayahanda dan ibunda tercinta, semoga
Allah SWT selalu memberikan kesehatan serta keselamatan dunia dan akhirat,
juga semoga Allah SWT membalas segala kasih sayang dan pengorbanan
selama ini. Amin.
11. Kakak-kakakku (Firman Syah dan Rossi serta Hilman Permana dan Dian)
serta keponakanku (Bilqis dan Rafa), terima kasih telah senantiasa
memberikan dorongan dan semangat, doa, perhatian dan kebahagiaan kepada
peneliti, semoga kita sekeluarga tetap dalam lindungan-Nya.
12. Uu Endang dan Uu Enok, terima kasih atas doa dan dorongan serta telah
membantu mempermudah dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini baik
secara dzohir maupun bathin, semoga Allah SWT selalu memberikan
kesehatan dan rahmat-Nya, serta selalu mendapatkan berkah dari Guru
Pangersa.
13. Ance Rohana (nenek) tercinta, terima kasih atas doa serta dorongan baik
materil maupun immateril dan semoga Allah SWT selalu memberikan
kesehatan.
14. Aa Ete dan Teh Mimah, terima kasih atas doa dan dorongan serta telah
membantu dalam menganalisis data-data yang digunakan. Aa Uyus terima
membantu
xi
memperjuangkan
izin
penelitian.
Semoga
kita
semua
mendapatkan
Lukman Hilfi
xii
DAFTAR ISI
ii
iii
iv
ABSTRAK ......................................................................................................
vi
ABSTRACT ....................................................................................................
vii
viii
xiii
xx
xxi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang . .........................................................................................
xiii
10
2.4 Pengertian
2.4.1 Apendisitis Akut ..........................................................................
11
11
2.5 Epidemiologi ..
11
12
2.7 Patomekanisme ..
13
14
2.8.1 Gejala
14
16
19
19
xiv
20
2.12 Penatalaksanaan
2.12.1 Penatalaksanaan Apendisitis Akut ..
22
22
23
23
23
23
24
........................................................................
27
27
27
28
28
28
xv
31
32
33
34
36
39
41
42
43
46
49
51
52
4.3 Pembahasan ..
52
xvi
57
5.2 Saran .
58
59
LAMPIRAN-LAMPIRAN .
61
69
xvii
DAFTAR TABEL
20
34
35
36
40
43
xviii
45
46
48
49
50
xix
51
DAFTAR GAMBAR
17
18
18
xx
DAFTAR GRAFIK
35
37
37
38
40
41
42
xxi
44
45
47
48
50
xxii
52
DAFTAR BAGAN
xxiii
26
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1:
Lampiran 2:
61
62
63
xxiv
66
BAB I
PENDAHULUAN
apendisitis
diawali
dengan
melakukan
anamnesis
dan
pemeriksaan fisik.4 Namun pada anak diagnosis lebih sulit ditegakkan dari pada
orang dewasa,8 karena anak-anak tidak dapat menceritakan riwayat penyakitnya,
sering mengalami nyeri abdomen yang berasal dari penyebab penyebab lain dan
mungkin mempunyai tanda dan gejala lain yang tidak spesifik. Faktor- faktor
tersebut menyebabkan lebih dari 50% anak mengalami perforasi apendiks
sebelum diagnosis ditegakkan.9 Risiko perforasi pada anak-anak usia 1 4 tahun
yaitu 70 -75 %, lebih besar dari pada usia remaja yaitu 30 40% 2 dan secara
keseluruhan, perforasi apendiks terjadi pada 19,2% kasus apendisitis akut.4
Perjalanan dari mulai timbulnya gejala menuju perforasi terjadi begitu cepat.
Menurut Smith dan Soybel, 20% kasus perforasi apendiks terjadi 24 jam setelah
timbulnya gejala, bahkan salah seorang pasiennya menunjukkan perforasi
apendiks terjadi 11 jam setelah timbulnya gejala. Hal ini menunjukkan bahwa
timbulnya perforasi sangat cepat sehingga perlu mendapatkan perhatian yang
lebih dari para dokter.4
Untuk menunjang diagnosis, dilakukan pemeriksaan hitung leukosit.
Sembilan puluh persen pasien apendisitis akut menunjukkan peningkatan hitung
leukosit antara 10.000 sel/l sampai dengan 15.000 sel/l. Peningkatan hitung
1.3.2 Tujuan
1.3.2.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran
apendisitis akut pada pasien pediatrik yang mengalami perforasi di Sub-bagian
Bedah Anak RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung selama tahun 2005 sampai
dengan 2007.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
ileosekal. 12
10
11
2.4 Pengertian
2.4.1 Apendisitis Akut
Apendisitis akut merupakan inflamasi akut yang terjadi pada apendiks
vermiformis.1
2.5 Epidemiologi
Insidensi apendisitis akut di negara maju lebih tinggi daripada di negara
berkembang. Namun, dalam 3 sampai 4 dasawarsa terakhir kejadiannya menurun
secara bermakna. Hal ini berhubungan dengan meningkatnya konsumsi makanan
berserat.11
Di Amerika Serikat, apendisitis paling sering terjadi pada usia antara 10 dan
20 tahun, tetapi setiap orang dalam kehidupannya mempunyai risiko berbeda yaitu
8.6% untuk laki-laki dan 6.7% untuk perempuan,3,4 rata-rata terdapat 11 kasus per
10.000 populasi per tahun dengan perbandingan laki-laki dan perempuan yaitu
1,4 : 1.4 Insidensi tertinggi apendisitis pada laki-laki yaitu 27,6 kasus per 10.000
populasi pada usia 10-14 tahun. Sedangkan insidensi tertinggi untuk perempuan
yaitu 20,5 kasus per 10.000 populasi pada usia 15-19 tahun.4
Di Amerika Serikat rata-rata 80.000 anak menderita apendisitis, 4 anak dari
tiap 1000 anak kurang dari 14 tahun menderita apendisitis.2 Puncak insidensi
12
apendisitis pada anak terjadi pada usia 10-12 tahun dan insidensi terendah terjadi
pada bayi.3
Diagnosa apendisitis akut pada anak lebih sulit dari pada dewasa karena
anak-anak tidak dapat menceritakan riwayat penyakitnya, sering mengalami nyeri
abdomen yang berasal dari penyebab penyebab lain dan juga mungkin
mempunyai tanda dan gejala yang tidak spesifik.
13
2.7 Patomekanisme
Inflamasi apendiks disebabkan oleh adanya sumbatan, biasanya dalam
bentuk fecalith. Penyebab lain yang jarang mengakibatkan sumbatan adalah
dikarenakan batu empedu, tumor, dan kumpulan cacing.15
Wangesteen secara ekxtensif mempelajari struktur dan fungsi apendiks serta
mempelajari
Wangesteen menjelaskan bahwa lipatan mukosa dan serat otot yang membentuk
bagian seperti katup di lubang apendiks menyebabkan apendiks cenderung untuk
mengalami obstruksi. Rangkaian peristiwa terjadinya apendisitis menurut
Wangesteen adalah sebagai berikut:
(1) Sumbatan lumen disebabkan oleh fecalith dan pembengkakan jaringan limfoid
di mukosa dan submukosa di dasar apendiks.4 Fecalith disebabkan oleh
pengumpulan dan pengerasan massa feses dan hiperplasia jaringan limfoid
14
yang disebabkan oleh infeksi virus (cacar), cacing (seperti cacing pita,
Ascaris, dan Taenia), dan tumor (carcinoid dan carcinoma).10
(2) Tekanan intraluminal meningkat disebabkan oleh sekresi mukus mukosa
apendiks yang tertahan oleh sumbatan.4 Sekresi mukus menyebabkan distensi
apendiks.10
(3) Peningkatan tekanan di dinding apendiks meningkatkan tekanan kapiler dan
menyebabkan iskemi mukosa.4
(4) Pertumbuhan berlebih dari bakteri di lumen apendiks dan translokasi bakteri
menembus dinding apendiks menyebabkan terjadi inflamasi, edema, dan
menyebabkan nekrosis.4
Bakteri berkembang di dalam lumen dan menembus dinding karena
kerusakan arteri yang disebabkan oleh peningkatan tekanan intraluminal.
Akhirnya, gangrenosa dan perforasi dapat terjadi. Kerusakan vaskular secara
progresif dapat menyebabkan perforasi disertai dengan masuknya abses secara
bebas ke rongga peritoneum.10
15
apendisitis yang terdiri dari nyeri, mual disertai muntah dan demam. Pada tahap
awal sumbatan apendiks, pasien akan merasakan nyeri kram abdomen yang hilang
timbul4 di area periumbilical
2,4
16
2.8.2 Tanda
Pada pemeriksaan fisik, ditemukan rasa nyeri abdomen yang meningkat
pada saat batuk terutama pada anak usia muda. Rasa nyeri yang menunjukan
apendisitis terjadi di kuadran kanan bawah yang berdekatan dengan titik
McBurney
17
guarding) akan didapatkan dengan pola volunter saat awal dan kemudian akan
menjadi tegang (muscle rigidity) yang involunter.16
18
menimbulkan abses atau phlegmon, maka akan terpalpasi adanya suatu massa di
kuadran kanan bawah. Jika ruptur telah mencapai struktur intraperitoneal maka
akan menyebabkan peritonitis generalisata yang dalam pemeriksaan fisik dapat
ditandai dengan nyeri lepas di seluruh bagian abdomen (diffuse rebound
tenderness).4
19
Tabel 2.1
memperlihatkan
daftar
20
Manifestasi
Nilai
Perpindahan nyeri
Anoreksia
Mual/muntah
Nyeri lepas
Peningkatan temperatur
Leukositosis
Left shift
Total poin
10
Gejala
Tanda
Temuan laboratorium
menurunkan
menurunkan komplikasi
yaitu dengan
telah mengalami
21
22
2.12 Penatalaksanaan
2.12.1 Penatalaksanaan Apendisitis Akut
Bila diagnosa klinis apendisitis telah ditegakkan, tindakan yang paling tepat
dan paling baik adalah apendektomi. Apendektomi dapat dilakukan secara terbuka
ataupun dengan laparoskopi. Pada apendektomi terbuka, insisi McBurney paling
banyak dipilih oleh ahli bedah.11
23
2.14 Prognosis
Angka kematian apendisitis tanpa komplikasi biasanya sangat rendah.
Namun pada kasus perforasi apendiks, angka kematian pada umumnya mencapai
0,2% dan pada usia lanjut angka kematiannya mencapai 15%.21
24
25
26
mengalami perforasi
Frekuensi
Usia
Gejala
Tanda
Pemeriksaan laboratorium
Jenis kelamin
(Hitung Leukosit)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
27
28
29
B. Usia
Usia yang diteliti, dikelompokkan sesuai dengan pengelompokkan usia
pediatrik menurut WHO menjadi:
1. Infant : usia 1 bulan sampai dengan 23 bulan.
2. Usia prasekolah : usia 2 tahun sampai dengan 5 tahun.
3. Usia Sekolah: usia 6 tahun sampai dengan 14 tahun.
Keterangan : Menurut WHO kelompok usia sekolah adalah usia 6 tahun sampai
dengan 12 tahun, namun kelompok usia sekolah yang digunakan
di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung adalah usia 6 tahun sampai
dengan 14 tahun.
C. Jenis Kelamin.
Jenis kelamin yang diteliti yaitu anak laki-laki dan anak perempuan .
D. Keluhan.
Keluhan yang diteliti yaitu
1. Riwayat gejala apendisitis akut, terdiri dari:
a) Nyeri yang berpindah dari periumbilikal ke kuadran kanan bawah.
b) Demam.
c) Mual dan muntah.
d) Nafsu makan menurun (anoreksia).
30
31
e. Tegang otot (Muscle rigidity) di seluruh bagian abdomen atau kuadran kanan
bawah.
f. Nyeri lepas (rebound tenderness) di seluruh bagian abdomen atau kuadran
kanan bawah.
g. Massa intraabdomen di kuadran kanan bawah.
32
Usia.
Jenis kelamin.
b. Data khusus
- Anamnesis: mencakup gejala utama dan penyerta.
- Pemeriksaan fisik: mencakup tanda perforasi apendiks.
- Pemeriksaan laboratorium (hitung leukosit).
- Komplikasi paska bedah.
33
2) Mengamati dan mencatat hal-hal yang diteliti. Hal-hal tersebut adalah sebagai
berikut:
a) Jumlah penderita
b) Distribusi berdasarkan usia dan jenis kelamin :
1. Gejala dan tanda.
2. Temuan pemeriksaan laboratorium : hitung leukosit (jumlah dan
rata-rata).
3. Jenis komplikasi paska bedah.
3) Data yang telah dikumpulkan kemudian diolah secara komputerisasi dengan
menggunakan metoda deskriptif.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Jenis Kelamin
Tahun
Laki-laki
Perempuan
2005
16
11
13
2006
21
38
14
44
35
40
2007
25
45
16
50
41
47
Jumlah
55
100
32
100
87
100
34
35
n = 87
2005
2006
Kelompok Usia
Infant
Usia Prasekolah
Usia Sekolah
Jumlah
%
0 0
1 11
8 89
9 100
Perempuan
% % %
0 0 1 5 0 0
0 0 2 10 1 7
2 100 18 86 13 93
2 100 21 100 14 100
2007
Laki-laki Perempuan
% %
0 0 0 0
4 16 3 19
21 84 13 81
25 100 16 100
1.1
13
86
100
1
11
75
87
36
Apendisitis Akut
Kelompok Usia
Laki-laki
Apendiks Infiltrat
Perempuan
Laki-laki
Peritonitis *
Perempuan
Laki-laki
Perempuan
%
% % % % % %
Infant
Usia Prasekolah
9.091
Usia Sekolah
Jumlah
2.381
1 7.692 0
14.29
11 91.67 12 92.31 1
100
100
12
100
100
42
100
13
100
100
17
1.1
17.6 11 12.644
100 87
100
Keterangan : Peritonitis * ; terdiri dari peritonitis difusa dan peritonitis lokal yang disebabkan perforasi
apendiks.
37
Keterangan: n= 87
n = 87
38
n = 62
39
40
Tabel 4.4 Persentase Gejala Utama Pasien Pediatrik Apendisitis Akut/ Perforasi
Apendiks /Peritonitis pada Saat Masuk RSUP Dr.Hasan sadikin
Bandung.
Keluhan Utama
Apendisitis Akut
Apendiks Infiltrat
Peritonitis*
Demam
Konstipasi
Nyeri KKB
24
96
100
33
56
60
69
Nyeri Abdomen
23
39
24
28
Kembung
Jumlah
25
100
100
59
100
87
100
Keterangan :
Peritonitis * ;
terdiri dari peritonitis difusa dan peritonitis lokal yang disebabkan perforasi
apendiks.
KKB
n = 87
41
Grafik 4.6 Persentase Gejala pada Pasien Pediatrik dengan Apendiks Infiltrat
42
Grafik 4.7 Persentase Tanda pada Pasien Pediatrik dengan Apendiks Infiltrat
43
Tabel 4.5 Persentase Gejala pada Pasien Pediatrik Perforasi Apendiks yang
Mengalami Peritonitis Lokal
Keluhan
Nyeri KKB
Nyeri Abdomen
Demam
Kembung
Konstipasi
Riwayat Gejala AA :
Mual
Muntah
Anoreksia
Diare
Nyeri berpindah
Nyeri Abd. Bawah
Jumlah
Infant
Usia Prasekolah
Usia Sekolah
0
0
0
0
0
%
0
0
0
0
0
3
0
4
0
0
%
19
0
25
0
0
20
5
17
3
6
%
24
6
20
4
7
23
5
21
3
6
96
21
88
13
25
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
4
0
1
4
0
16
0
25
0
6
25
0
100
1
13
2
3
13
1
84
1
15
2
4
15
1
100
1
17
2
4
17
1
99
4
71
8
17
71
4
44
n = 24
45
Infant
Usia Prasekolah
Usia Sekolah
0
0
0
%
0
0
0
4
0
1
%
44
0
11
9
5
10
%
16
9
17
13
5
11
54.17
20.83
45.83
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
2
9
11
11
22
100
11
8
15
58
19
14
26
100
12
9
17
67
50
37.5
70.83
46
Keluhan
Nyeri Abdomen
Demam
Kembung
Konstipasi
Riwayat Gejala AA:
Nyeri berpindah
Mual
Muntah
Anoreksia
Diare
Jumlah
Infant
Usia Prasekolah
Usia Sekolah
1
0
0
0
50
0
0
0
4
3
3
1
18
14
14
5
18
24
9
7
17
22
8
7
23
27
12
8
66
77
34
23
1
0
0
0
0
2
50
0
0
0
0
100
5
0
4
0
2
22
23
0
18
0
9
100
18
5
19
0
7
107
17
5
18
0
7
100
24
5
23
0
9
69
14
66
0
26
47
n = 35
48
Infant
0
0
0
1
1
0
0
2
%
0
0
0
50
50
0
0
100
Usia Prasekolah
Usia Sekolah
4
0
1
4
13
3
1
26
17
6
8
22
8
18
14
93
15
0
4
15
50
12
4
100
18
6
9
24
9
19
15
100
21
6
9
27
22
21
15
121
60
17
26
77
63
60
43
Keterangan : n = 35.
Keterangan: n=35
49
Kelompok Usia
Infant
Usia Prasekolah
Usia Sekolah
Jumlah
Keterangan : n=24
Leukosit
>20.000
<20.000
>20.000
<20.000
>20.000
<20.000
Laki-laki
%
0
0
0
0
2
11
1
5
6
32
10
53
19
100
Perempuan
%
0
0
0
0
0
0
1
20
3
60
1
20
5
100
50
Kelompok Umur
Infant
Usia Prasekolah
Usia Sekolah
Jumlah
Laki-laki
Leukosit
>20.000
<20.000
>20.000
<20.000
>20.000
<20.000
0
1
2
1
11
8
23
%
0
4
9
4
48
35
100
Perempuan
%
0
0
0
0
1
8
1
8
3
25
7
58
12
100
Keterangan : n = 35.
Keterangan : n: 87; AA: ApendisitisAkut; AI: Apendiks Infiltrat; PLAP: Peritonitis Lokal et causa Apendiks
Perforasi; PDAP: Peritonitis Difusa et causa Apendiks Perforasi.
Grafik 4.12
Leukosit
pada
Apendisitis
51
Dari grafik 4.12 terlihat peningkatan jumlah leukosit pada pasien perforasi,
kecuali jumlah leukosit pada kasus apendiks infiltrat yang lebih rendah dari pada
jumlah leukosit pada apendisitis akut.
Tabel 4.11 Jenis Komplikasi Paska Bedah pada Pasien Pediatrik Perforasi
Apendiks
Infant
%
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Usia Prasekolah
%
0
0
0
0
0
0
1
100
0
0
1
100
Usia Sekolah
%
5
35.7
6
42.9
1
7.1
1
7.1
1
7.1
14
100
5
6
1
2
1
15
8.1
9.7
1.6
3.2
1.6
52
n = 62
Grafik 4.13 Persentase Komplikasi Paska Bedah pada Pasien Pediatrik
yang Mengalami Perforasi
4.3 Pembahasan
Hasil penelitian terhadap seluruh kasus apendisitis akut yang terdapat di Subbagian Bedah Anak RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung selama periode 2005-2007
berjumlah 87 kasus. Kasus apendisitis akut berjumlah 25 orang dan perforasi
apendiks berjumlah 62 orang (71.2%). Data ini lebih tinggi dari keterangan referensi
53
bahwa perforasi apendiks dapat mencapai 19.2%.4 Perforasi apendiks pada penelitian
terdiri dari apendiks infiltrat berjumlah 3 orang, peritonitis lokal berjumlah 24 orang,
dan peritonitis difusa berjumlah 35 orang.
Berdasarkan jumlah kasus selama kurun waktu 2005-2007 dapat dilihat
bahwa kasus apendisitis akut (apendisitis akut/perforasi apendiks) mengalami
peningkatan pada tiap tahunnya, dengan kasus terbanyak ditemukan pada tahun 2007
yaitu 41 kasus (47%). Apendisitis sering disebabkan oleh sumbatan lumen yang
diikuti oleh infasi bakteri. Sumbatan terutama disebabkan oleh hiperplasia folikel
limfoid submukosa, fecalith, dan bakteri.3,15
Bila ditinjau dari kelompok usia pediatrik dan jenis kelamin, maka apendisitis
akut/perforasi apendiks dapat terjadi di setiap kelompok usia dan semua jenis
kelamin. Untuk perforasi apendiks, jumlah paling banyak terjadi pada anak kelompok
usia sekolah (6-14 tahun) dengan jumlah 52 kasus (83.9%), diantaranya laki-laki usia
sekolah dengan jumlah 36 kasus (58.06%) dan perempuan usia sekolah dengan
jumlah 16 kasus (25.8%). Sedangkan jumlah paling rendah terjadi pada infant (0-23
bulan) yang berjumlah 1 orang (1.6%). Data tersebut tidak sesuai dengan keterangan
referensi bahwa perforasi apendiks lebih banyak terjadi pada usia 1-4 tahun.2 Dalam
penelitian ini dari 62 pasien pediatrik perforasi apendiks didapatkan 43 pasien lakilaki (69.4%) dan 19 pasien perempuan (30.6%). Berdasarkan angka tersebut dapat
dihitung rasio pasien laki-laki terhadap perempuan adalah 2,3 : 1.
54
Diagnosis apendisitis akut pada anak lebih sulit dari pada dewasa karena anakanak tidak dapat menceritakan riwayat penyakitnya, sering mengalami nyeri abdomen
yang berasal dari penyebab penyebab lain dan juga mungkin mempunyai tanda dan
gejala yang tidak spesifik. Faktor- faktor tersebut menyebabkan lebih dari 50%
anak-anak mengalami perforasi apendiks sebelum didapatkan diagnosis.9 Keluhan
utama pasien pediatrik dengan apendisitis akut/perforasi apendiks pada saat masuk ke
RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung periode 2005-2007 ditemukan berturut-turut 60
pasien (69%) mengeluh nyeri di kuadran kanan bawah dan 24 pasien (28%)
mengeluh nyeri di seluruh bagian abdomen. Nyeri yang terlokalisir di kuadran kanan
bawah dan diikuti oleh nyeri di seluruh bagian abdomen menunjukan kemungkinan
telah terjadi perforasi.11
Gejala penyerta yang sering dikeluhkan oleh pasien perforasi apendiks adalah
berturut-turut 50 pasien (80.6%) mengeluhkan demam dan 43 pasien (69.4%) adanya
riwayat nyeri berpindah dari periumbilikal ke kuadran kanan bawah. Sedangkan yang
paling sedikit tercatat adalah anoreksia, hanya 2 pasien peritonitis lokal yang di
dalam status rekam mediknya dijelaskan mengenai anoreksia. Tidak dapat dijelaskan
apakah pasien tidak mengeluhkan anoreksia, pasien tidak komunikatif atau tidak
ditanyakan oleh dokter yang menangani pasien. Pada pasien anak, gejala anoreksia
timbul setelah nyeri di area periumbilikal. Gejala anoreksia pada anak jelas terlihat
sekali, kebanyakan anak tidak tertarik memakan makanan yang digemari oleh anakanak seperti es krim sundae.17,18 Anoreksia hampir selalu terdapat pada kasus
55
apendisitis sehingga jika pasien tidak mengalami penurunan nafsu makan, diagnosa
apendisitis perlu dipertanyakan.8 Oleh karena itu, diperlukan anamnesis yang lengkap
agar diagnosis dapat ditegakkan dengan tepat.
Berdasarkan pemeriksaan fisik pada pasien perforasi apendiks, tanda yang
paling sering didapatkan yaitu demam subfebris (56.5%) dan demam febris (11.7%).
Seluruh pasien apendiks infiltrat tidak mengalami demam febris, namun demam
febris dialami oleh pasien peritonitis lokal dan peritonitis difusa dengan persentasi
masing-masing 21% dan 17%. Berdasarkan referensi, pasien dengan perforasi akan
mengalami demam yang tinggi mencapai 38,90 C atau lebih4, akan tetapi tidak
disebutkan angka yang pasti mengenai peningkatan suhu pada pasien perforasi
apendiks. Namun persentase pada penelitian ini menunjukkan bahwa tidak semua
pasien perforasi apendiks mengalami febris.
Pada pemeriksaan abdomen, 100% pasien apendiks infiltrat menunjukan nyeri
tekan di kuadran kanan bawah dan 67% menunjukkan nyeri lepas di kuadran kanan
bawah. Pada pasien peritonitis lokal didapatkan 71% nyeri lepas di kuadran kanan
bawah dan 50% defans muskular di kuadran kanan bawah. Sedangkan pada pasien
peritonitis difusa didapatkan 77% nyeri tekan, 63% defans muskular dan 60% tegang
di seluruh bagian abdomen. Keterlambatan dalam mendiagnosa menyebabkan proses
inflamasi semakin berkembang menjadi nekrosis dan akhirnya mengalami perforasi4.
Perforasi apendiks dapat menyebabkan material infeksi masuk ke dalam area
peritoneum yang steril sehingga menyebabkan peritonitis.19 Pada peritonitis lokal,
56
abses yang terbentuk terlokalisir di area yang kecil karena adanya omentum dan
organ viscera. Sedangkan pada peritonitis difusa, abses sudah mencakup ke seluruh
bagian abdomen.15 Jenis peritonitis tersebut menyebabkan pasien mengalami variasi
lokasi nyeri.20
Dari 3 pasien apendiks infiltrat yang didapat tidak menunjukan peningkatan
jumlah leukosit. Didapatkan 2 pasien anak perempuan dengan jumlah leukosit kurang
dari 10.000 sel/l dan 1 pasien anak laki-laki dengan jumlah leukosit 15.200 sel/l.
Pada peritonitis lokal, 60% pasien di kelompok usia sekolah terdapat peningkatan
jumlah leukosit melebihi 20.000 sel/l. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan bahwa
peningkatan jumlah leukosit melebihi 20.000 sel/l menandakan kemungkinan telah
terjadi perforasi apendiks.10 Sedangkan pada peritonitis difusa, Jumlah leukosit lebih
dari 20.000 sel/l pada laki-laki usia prasekolah dan usia sekolah masing-masing 37
% dan pada perempuan kelompok usia yang sama adalah 11%. Secara umum,
peningkatan hitung leukosit rata-rata pada pasien perforasi apendiks menunjukan
peningkatan.
Dari 62 kasus perforasi apendiks, persentase komplikasi yang terjadi sebesar
24.2%, terdiri dari abses intraabdomen (9.7%) dan infeksi luka paska bedah (8.1%).
Di dalam referensi tidak disebutkan angka pasti mengenai abses intraabdomen, lain
hal dengan infeksi luka paska bedah yang mencapai 20% pada kasus perforasi
apendiks. Terjadinya infeksi dan abses disebabkan oleh kontaminasi bakteri di rongga
peritoneum.5
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari penelitian yang telah dilakukan, maka penulis menarik kesimpulan :
1. Frekuensi kasus apendisitis akut yang mengalami perforasi pada pasien pediatrik
dengan di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung periode tahun 2005 sampai dengan
2007 adalah 62 kasus (71%).
2. Apendisitis akut yang mengalami perforasi lebih sering terjadi pada kelompok
usia sekolah yaitu 52 kasus (83,9%).
3. Perbandingan jumlah kasus apendisitis akut yang mengalami perforasi semua
kelompok usia antara laki-laki dan perempuan adalah 2,3 : 1.
4. Gejala yang sering muncul pada pasien pediatrik dengan apendisitis akut yang
mengalami perforasi, berturut-turut adalah nyeri di kuadran kanan bawah, demam
subfebris dan nyeri seluruh bagian abdomen.
5. Tanda yang sering muncul pada pasien pediatrik dengan apendisitis akut yang
mengalami perforasi, berturut-turut adalah nyeri tekan di seluruh bagian
abdomen, demam subfebris dan nyeri tekan di kuadran kanan bawah.
57
58
5.2 Saran
1. Anamnesis dokter terhadap pasien sebaiknya dilengkapi dengan gejala dan
tanda-tanda yang spesifik untuk pasien apendisitis akut/perforasi apendiks.
2. Penulis mengusulkan bentuk formulir isian status khusus pasien apendisitis
akut/perforasi apendiks untuk melengkapi kekurangan data rekam medis.
3. Setiap gejala ringan yang menuju ke arah apendisitis akut/perforasi apendiks
sebaiknya diwaspadai atau dimonitor secara ketat agar tidak terjadi kesalahan
dan keterlambatan dalam mendiagnosis terutama pada pasien pediatrik.
59
DAFTAR PUSTAKA
1. McCance KL, Huether SE. Pathophysiology: The Biologic Basis For Disease
in Adults and Children. 5th edition. Philadelphia: Elsevier. 2006.
2. Berhman RE, Kliegman RM, Jenson HB. Nelsons Text Book Of Pediatric.
17th edition. Philadelphia: Saunders. 2003.
3. Mazziotti MV, Minkes RK. Appendicitis: Surgical Perspective. eMedicine.
http://www.emedicine.com/ped/topic2925.htm. 25 Juli 2006. (Diakses pada
tanggal 8 April 2008, 10:03 WIB).
4. Zinner MJ, Ashley SW. Maingots Abdominal Operation. 11th edition. New
York: McGraw-Hill. 2007.
5. Humes DJ, Simpson J. Clinical review: Acute Appendicitis.
http://www.bmj.com/cgi/content/full/333/7567/530. 9 September 2006,
333:530-34. BMJ. (Diakses pada tanggal 8 April 2008, 10:20 WIB).
6. WD advertisement. Statistics by Country for Acute Appendicitis.
http://www.wrongdiagnosis.com/a/acute_appendicitis/stats-country.htm.
9 April 2003. (Diakses 5 Juli 2008, 08.20 WIB).
7. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat. Profil kesehatan provinsi Jawa Barat.
2006.
8. Brunicardi FC [et al]. Schwartzs Principles of Surgery. 8th edition. New
York: McGraw-Hill. 2005.
9. Hardin
DM.
Acute
Appendicitis:
Review
and
Update.
http://www.aafp.org/afp/991101ap/2027.html. Journals: American Family
Physician : Vol. 60/No. 7. 1999.(Diakses pada tanggal 24 Maret 2008,
19:23 WIB).
10. Kasper DL [et al]. Harrisons Principle of Internal Medicine. 16th edition.
New York: McGraw-Hill. 2005.
11. Sjamsuhidayat R, Wim DJ. Buku Ajar Ilmu Bedah. 2nd edition. Jakarta: EGC.
2004.
60
12. Moore KL, Dalley AF. Clinically Oriented Anatomy. 5th edition. Philadelphia:
Lippincott Williams and Wilkins. 2006.
13. Eroschenko VP, Anggraini D, Sikumbang TM. Atlas Histologi di Fiore
dengan Korelasi Fungsional. 9th edition. Jakarta: EGC. 2003.
14. Junqueira LC, Carneiro J, Kelley RO. Histologi Dasar. Edisi ke-8. Jakarta :
EGC. 1997.
15. Kumar V, Abbas AK, Fausto N. Robbins and Cotran Pathologic Basis Of
Disease. 7th edition. Philadelphia: Elsevier Saunders. 2005.
16. Bickley LS, Szilagyi PG. Bates Guide to Physical Examination and History
Taking. 9th edition. Philadelphia : Lippincott. 2007.
17. American
Pediatric
Surgical
Association.
Appendicitis.
http://www.eapsa.org/parents/resources/appendicitis.cfm. 2008. Artikel dan
gambar disadur dari O'Neill: Principles of Pediatric Surgery. Elsevier. 2003.
(Diakses pada tanggal 22 April 2008, 20:48 WIB).
18. Rowe MI, ONeill JA, Grosfeld JL, Fonkalsrud EW, Coran AG. Essential of
Pediatric Surgery . St.Louis: Mosby-year book. 1995.
19. Peralta R, Genuit T, Napolitano L.M, Guzofski S. Peritonitis and Abdominal.
eMedicine. http://www.emedicine.com/med/topic2737.htm. 2006. (Diakses
pada tanggal 5 September 2008, 12.48 WIB).
20. Wikipedia. Peritonitis. http://en.wikipedia.org/wiki/peritonitis. Wikimedia
Foundation, Inc. 2008 (Diakses pada tanggal 5 September 2008, 12.18 WIB).
21. McPhee SJ, Papadakis MA, Tierney LM. Current Medical Diagnosis and
Treatment. 47th edition. San Francisco: McGraw-Hill. 2008.
22. Grrenfield, Lazar J., M.D. Scientific Principles and Practice. 2nd Edition.
Lippincot Raven.
61
LAMPIRAN-LAMPIRAN
62
Lampiran 2: Surat Izin Pengambilan Data Rekam Medik RSUP Dr. Hasan
Sadikin Bandung.
63
23636
Ang
Jenis
Kelamin
L
P
3
24017
FA
3
10 th
Cibiru
Ap.Inf
2005
20158
Rhn
3
13 th
Lembang
AA
2006
20280
My
3 9 th
Ciparay
AA
2006
20283
RR
3 11 th
Padalarang
AA
2006
21169
Rzd
Garut
AA
2006
21483
Dn
3 9 th
Bale Endah
AA
2006
21544
Ocv
3 11 th
Ciparay
AA
2006
22707
AG
3
Garut
AA
2006
10
23674
Im
3
Cileunyi
AA
2006
11
24916
AG
3 7 th
Jl. Diponegoro
AA
2006
12
25130
MP
3 10 th
Lembang
AA
2006
13
26030
An
3 13 th
Cipatat
AA
2006
14
26301
Ilh
Lembang
AA
2006
15
20343
Tk
Batu Jajar
AA
2007
16
20388
Spy
3
11 th
Hegar Manah
AA
2007
17
20590
Fj
3
8 th
Cicendo
AA
2007
18
23259
Fz
3
14 th
Nagreg
AA
2007
19
25350
AFH
3
13 th
Ngamprah
AA
2007
20
25430
An
Cimahi
AA
2007
21
25751
Gj
Pameungpeuk
AA
2007
22
27888
Rv
Ciparay
AA
2007
23
27919
AG
Sukabumi
AA
2007
24
33269
Ns
3 10 th
Geger Kalong
AA
2006
25
533185
WR
3 12 th
Bbk. Loa
AA
2006
26
23254
Ch
3 11 th
Cikalong Wetan
AA
2006
27
627247
Hnf
3 12 th
Lembang
AP. Inf.
2007
28
638167
Nn
3 11 th
Majalaya
AP. Inf.
2007
29
23576
As
3
9 th
Lembang
PDAP
2005
30
20005
Shd
3
12 th
Cijerah
PDAP
2006
31
20105
Sn
3
7 th
Jl. Kemakmuran
PDAP
2006
32
20506
Ra
3
12 th
Pastur
PDAP
2006
33
20572
Dg
3
12 th
Baleendah
PDAP
2006
34
21114
Slt
3
5 th
Subang
PDAP
2006
35
21636
Am
3
6 bl
Lembang
PDAP
2006
No
No.
Rekap
Nama
3
3
Usia
Tahun
Kopo
AA
2005
10 th
4,5th
7 th
9 th
3 13 th
13th
3 5 th
3
Diagnosis
8 th
3 12 th
3
Alamat
9 th
64
No
No.
Rekap
Nama
Jenis
Kelamin
L
P
3
Usia
6 th
Alamat
Diagnosis
Tahun
36
21641
SR
37
21825
Pc
38
22651
As
3
39
22756
Gtr
3
40
22790
Ll
41
23849
Wld
42
24446
Si
43
21478
Idth
44
21902
Tsth
45
22531
MK
46
22887
Irm
47
23645
An
48
364552
SW
3
9 th
Margaasih
PDAP
2007
49
363967
Md
3
13 th
Bandung
PDAP
2005
50
26358
Bth
3
5 th
Bojongloa
PDAP
2007
51
26403
Yd
3
8 th
Bandung
PDAP
2007
52
26638
SM
3
9 th
Darwati
PDAP
2007
53
26692
Dp
3 12 th
Cicaheum
PDAP
2007
54
27120
Fth
3 4 th
Sukasari
PDAP
2007
55
27652
Nng
3
3 th
Bandung
PDAP
2007
56
27920
Agt
3
10 th
Cipongkor
PDAP
2007
57
27943
Ead
Ciwidey
PDAP
2007
58
475106
HP
3
10 th
Batununggal
PDAP
2006
59
21113
Ag
3
11 th
Cicadas
PDAP
2007
60
26909
Skm
3
9 th
Margaasih
PDAP
2007
61
24642
Al
3 13 th
Indramayu
PDAP
2007
62
20092
Ap
3 8 th
Sukaluyu
PDAP
2006
63
25168
And
3
10 th
Soreang
PDAP
2007
64
23977
Tg
3
12 th
Cihampelas
PLAP
2005
65
24743
Snr
Sindang Mukti
PLAP
2005
66
24864
Yyn
3
12 th
Dayeuh Kolot
PLAP
2005
67
24925
Ed
3
5 th
Soreang
PLAP
2005
68
25253
Rnd
3
11 th
Cibalok
PLAP
2005
69
34546
Hsn
Cipaera
PLAP
2005
70
20309
Ad
Bojong Koneng
PLAP
2006
3 10 th
3
3
11 th
PDAP
2006
Cibiru
PDAP
2006
Banjaran
PDAP
2006
9 th
Cihampelas
PDAP
2006
3 5 th
Purwakarta
PDAP
2006
Kiara Condong
PDAP
2006
3 10 th
Subang
PDAP
2006
3 7 th
Purwakarta
PDAP
2007
3 8 th
M. Toha
PDAP
2007
Mulyasari
PDAP
2007
3 12 th
Cibuntu
PDAP
2007
3 9 th
Cipeuyeum
PDAP
2007
14 th
10 th
3 12 th
3 6 th
3 7 th
3
Garut
12 th
65
71
22961
Snd
Jenis
Kelamin
L
P
3
72
25801
Kk
3
10 th
Kopo
PLAP
2006
73
26143
Rr
3
9 th
Baranang siang
PLAP
2006
74
26278
Rg
3
6 th
Parongpong
PLAP
2006
75
20566
Jm
3
12 th
Bojong Koneng
PLAP
2007
76
20869
Fr
3
12 th
Majalengka
PLAP
2007
77
21460
Rp
3
13 th
Indramayu
PLAP
2007
78
22569
Ln
3 5 th
Cikole
PLAP
2007
3 10 th
No
No.
Rekap
Nama
Usia
Alamat
Diagnosis
Tahun
12 th
Cikalong Wetan
PLAP
2006
79
23081
IkL
Cibeunying
PLAP
2007
80
23197
Mi
3
12 th
Sersan Bajuri
PLAP
2007
81
23251
By
3
12 th
Rancaekek
PLAP
2007
82
25486
Ihw
3
5 th
Cibalong Bdg
PLAP
2007
83
26076
Zf
3
84
26679
Yld
85
27104
Fnd
3
86
33737
DAS
87
22096
Br
6 th
Soreang
PLAP
2007
Margaasih
PLAP
2007
12 th
Ciparay
PLAP
2007
3
5 th
Margaturip Indah
PLAP
2007
3
9 th
Soreang
PLAP
2007
3 10 th
Keterangan :
AA
: Apendisitis Akut
Ap.Inf
: Apendiks Infiltrat
PLAP
PDAP
66
L/P
Usia :
No. Rekap:
Jam :
II. Anamnesis
1) Gejala klasik:
Nyeri perut kanan bawah ( + / - )
sejak
Didahului nyeri di ulu hati / periumbilikal ( + / - )
sejak ..
Nyeri diseluruh bagian perut ( + / - )
sejak
2) Gejala penyerta:
Nafsu makan menurun ( + / - )
sejak .
Demam ( + / - )
sejak ..
Mual ( + / - )
sejak
Sulit BAB ( + / - )
Sejak .
Diare ( + / - )
sejak .
Muntah ( + / - )
sejak
67
Suhu 0C
Nyeri tekan:
-
Cembung ( + / - )
Rovsing sign ( + / - )
Defans muskular
-
Nyeri lepas
-
Tegang otot ( + / - )
V. Diagnosis kerja
Psoas sign ( + / - )
Obturator sign ( + / - )
Massa intraabdomen ( + / - )
68
VI. Tindakan
1. ..
VII. Medikasi
1.
2. ..
2.
3. ..
3.
4.
4. ..
5.
5. ..
Bandung, ..
Dokter
penanggung jawab
Keluar Rumah Sakit :
Jam
NIP.
69
1. Data Pribadi
Nama
: Lukman Hilfi
NIM
: 10100104017
Tempat/Tanggal Lahir
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Kewarganegaraan
: Indonesia
Alamat
: liver_man_pool@yahoo.com
: Entang Mulyana
Nama Ibu
: R. Ani Rochaeni
Alamat
70
3. Pendidikan
1987 1991
: Taman
Nagrak
Kanak-Kanak
Sukaresmi
Cipanas - Cianjur.
1991 1997
: Sekolah
Dasar
Negeri
Kawung
Luwuk
2000 2003
2004 (1 semester)
: Mahasiswa
Fakultas/Jurusan
Teknik
Kimia
: Mahasiswa
Fakultas
Kedokteran
Universitas
Islam Bandung.
4. Pengalaman Ekstrakulikuler
1996 1997
1998 2000
2000 - 2001
2000 2002
2003 2004
: - Humas
IRMAS
(Ikatan
Remaja
Masjid)