Anda di halaman 1dari 15

MANAJEMEN USAHA KECIL DAN KOPERASI

BENGKEL LAS TINGGEDE

Disusun Oleh:
ZULHAMDI
C 202 11 072

JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS TADULAKO PALU
TAHUN 2013

KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun dan
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini membahas tentang
Manajemen Usaha kecil.
Penulisan makalah adalah merupakan tugas final untuk penentuan nilai akhir mata
kuliah Manajemen Usaha Kecil dan Koperasi jurusan manajemen fakultas ekonomi
Universitas Tadulako Palu. Di samping itu, makalah ini juga disusun agar pembaca dapat
memperluas ilmu tentang Usaha Kecil yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari
berbagai sumber.
Kami tidak lupa mengucapkan terima kasih pada pihak-pihak yang telah membantu
menyelesaikan makalah ini.
Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan-kekurangan
baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki.
Untuk itu kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca sangat kami harapkan
demi penyempurnaan pada tugas makalah kami berikutnya. Terimakasih.

Palu, 22 juni 2013

Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Krisis moneter dan ekonomi yang melanda Indonesia membawa akibat yang
cukup parah bagi perekonomian nasional. Hal itu terlihat pada dari bangkrutnya
perusahaan perusahaan besar yang selama ini menguasai asset dan perekonomian
nasional.
Tragedi terpuruknya perekonomian Indonesia dapat menjadi pelajaran untuk
meninjau kembali kebijakan yang selama ini tertuju pada perusahaan perusahaan
besar untuk mengalihkan perhatian pada sektor usaha kecil menengah.
Sektor usaha kecil menengah ternyata mempunyai daya tahan yang tinggi
sehingga mampu bertahan dari badai krisis ekonomi dan moneter. Pembinaan dan
perlindungan usaha kecil menengah, terutama pada krisis ini sangat strategis karena
diperkirakan akan dapat menghasilkan nilai tambah (value added) yang memadai
karena jumlah unit usahanya cukup banyak. Dengan usaha kecil menengah, akan
terserap banyak tenaga kerja melalui usaha padat karya (labour intensive), dan dapat
memperluas kesempatan berusaha dan memperoleh pemerataan pendapatan nasional
yang selama ini didominasi oleh perusahaan perusahaan besar dan padat modal
(capital intensive).
Pada era globalisasi ini membuka peluang sekaligus tantangan bagi pengusaha
Indonesia termasuk usaha kecil, karena pada era ini daya saing produk sangat tinggi,
live cycle product relative pendek mengikut trend pasar, dan kemampuan inovasi
produk relatif cepat. Usaha Kecil Menengah merupakan salah satu bagian penting dari
perekonomian suatu Negara ataupun daerah, tidak terkecuali di Indonesia.
Salah satu usaha kecil menengah yang berada di desa Tinggede adalah
Bengkel Las Tinggede. Usaha ini bertahan dan berkembang sampai sekarang, namun
tidak bisa dipungkiri bahwa usaha ini masih butuh bimbingan serta bantuan baik dari
segi pengetahuan teknologi maupun permodalan.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada makalah ini adalah :
Bagaimana usaha Bengkel Las Tinggede dalam mengembangkan dan
mengatasi kendala kendala yang dihadapi di tengah persaingan ekonomi.
C. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
-

Sebagai Tugas Final mata kuliah manajemen usaha kecil dan koperasi.

Untuk mengetahui usaha Bengkel Las Tinggede mengembangkan dan mengatasi


kendala-kendala yang dihadapi di tengah persaingan ekonomi.

BAB II
LANDASAN TEORI
Usaha Kecil didefinisikan sebagai kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh
perseorangan atau rumah tangga maupun suatu badan bertujuan untuk memproduksi
barang atau jasa untuk diperniagakan secara komersial dan mempunyai omzet penjualan
sebesar 1 (satu) miliar rupiah atau kurang. Sementara Usaha Menengah didefinisikan
sebagai kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh perseorangan atau rumah tangga maupun
suatu badan bertujuan untuk memproduksi barang atau jasa untuk diperniagakan secara
komersial dan mempunyai omzet penjualan lebih dari 1 (satu) miliar.
Ciri-ciri perusahaan kecil dan menengah di Indonesia, secara umum adalah:

Manajemen berdiri sendiri, dengan kata lain tidak ada pemisahan yang tegas antara
pemilik dengan pengelola perusahaan. Pemilik adalah sekaligus pengelola dalam
UKM.

Modal disediakan oleh seorang pemilik atau sekelompok kecil pemilik modal.

Daearah operasinya umumnya lokal, walaupun terdapat juga UKM yang memiliki
orientasi luar negeri, berupa ekspor ke negara-negara mitra perdagangan.

Ukuran perusahaan, baik dari segi total aset, jumlah karyawan, dan sarana
prasarana yang kecil.
Usaha Kecil Menengah tidak saja memiliki kelebihan dalam ekonomi, namun juga

kelemahan yaitu :
1. Kelebihan UKM
a. Pemilik merangkap manajer perusahaan dan merangkap semua fungsi
manajerial seperti marketing, finance, dan administrasi.
b. Dalam pengelolaannya mungkin tidak memiliki keahlian manajerial yang
handal.
c. Sebagian besar membuat lapangan pekerjaan baru, inovasi, sumber daya
baru serta barang dan jasa-jasa baru.
d. Resiko usaha menjadi beban pemilik.
e. Pemilik bebas mengambil keputusan.

f. Fleksibel terhadap bentuk fluktuasi jangka pendek, namun tidak memiliki


rencana jangka panjang.
g. Bebas menentukan harga produksi atas barang dan jasa.

2. Kelemahan UKM
a. Terlalu banyak biaya yang dikeluarkan, utang yang tidak bermanfaat, tidak
mematuhi ketentuan pembukuan standar.
b. Pembagian kerja yang tidak proporsional, dan karyawan sering bekerja di
luar batas jam kerja standar.
c. Tidak mengetahui secara tepat berapa kebutuhan modal kerja karena tidak
adanya perencanaan kas.
d. Persediaan barang terlalu banyak sehingga beberapa jenis barang ada yang
kurang laku.
e. Sering terjadi mist-manajemen dan ketidakpedulian pengelolaan terhadap
prinsip-prinsip manajerial.
f. Sumber modal yang terbatas pada kemampuan pemilik.
g. Perencanaan dan program pengendalian sering tidak ada atau belum pernah
merumuskan.
Pada tanggal 4 Juli 2008 telah ditetapkan Undang-undang No. 20 Tahun 2008
tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Definisi UKM yang disampaikan oleh
Undang-undang ini juga berbeda dengan definisi di atas. Menurut UU No 20 Tahun 2008
ini, yang disebut dengan Usaha Kecil adalah entitas yang memiliki kriteria sebagai berikut
: (1) kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan
paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha; dan (2) memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari
Rp300.000.000,00

(tiga

ratus

juta

rupiah)

sampai

Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah).

dengan

paling

banyak

Sementara itu, yang disebut dengan Usaha Menengah adalah entitas usaha yang
memiliki kriteria sebagai berikut : (1) kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,00 (lima
ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh milyar
rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; dan (2) memiliki hasil penjualan
tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan
paling banyak Rp 50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).
Dalam perspektif perkembangannya, UKM dapat diklasifikasikan menjadi 4
(empat) kelompok yaitu :
a. Livelihood Activities, merupakan UKM yang digunakan sebagai kesempatan
kerja untuk mencari nafkah, yang lebih umum dikenal sebagai sektor informal.
Contohnya adalah pedagang kaki lima.
b. Micro Enterprise, merupakan UKM yang memiliki sifat pengrajin tetapi

belum

memiliki sifat kewirausahaan.


c. Small Dynamic Enterprise, merupakan UKM yang telah memiliki jiwa
kewirausahaan dan mampu menerima pekerjaan subkontrak dan ekspor.
d. Fast

Moving Enterprise,

merupakam

UKM

yang telah

memiliki

jiwa

kewirausahaan dan akan melakukan transformasi menjadi Usaha Besar(UB).


Pemberdayaan ekonomi usaha kecil dan koperasi dilakukan Pemerintah dengan
menetapkan beberapa peraturan yang memberikan fasilitas atau kegiatan mulai dari
pengkreditan sampai dengan memecahkan masalah pemasaran yaitu Undang-Undang No.
9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil dan Peraturan Pemerintah No. 32 tahun 1998 tentang
pembinaan dan Pengembangan Usaha Kecil.
UKM memiliki peranan penting bagi masyarakat di tengah krisis ekonomi.
Dengan memupuk UKM diyakini akan dapat dicapai pemulihan ekonomi. Hal serupa juga
berlaku pada sektor informal dan tradisional, karena itu lebih mudah dimasuki oleh pelakupelaku usaha yang baru. Pendapat mengenai peran UKM atau sektor informal ada
benarnya bila dikaitkan dengan perannya dalam meminimalkan dampak sosial dan krisis
ekonomi khususnya persoalan pengangguran dan hilangnya penghasilan masyarakat.

UKM dapat dikatakan merupakan salah satu solusi masyarakat untuk tetap
bertahan dalam menghadapi krisis yakni dengan melibatkan diri dalam aktivitas usaha
kecil terutama yang berkarakteristik informal. Dengan demikian maka persoalan
pengangguran sedikit banyak dapat tertolong dan implikasinya adalah juga dalam hal
pendapatan.
UKM berperan dalam ekonomi Indonesia, baik ditinjau dari segi jumlah usaha
(establishment) maupun dari segi penciptaan lapangan kerja. UKM termasuk kelompok
usaha yang penting dalam perekonomian Indonesia. Hal ini disebabkan usaha kecil,
menengah dan koperasi merupakan sektor usaha yang memiliki jumlah terbesar dengan
daya serap angkatan kerja yang signifikan. Oleh karena kesenjangan pendapatan yang
cukup besar masih terjadi antara pengusaha besar dengan usaha kecil, menengah dan
koperasi, pengembangan daya saing UKM secara langsung merupakan upaya dalam
rangka peningkatan kesejahteraan rakyat banyak, sekaligus mempersempit kesenjangan
ekonomi.

BAB III
PEMBAHASAN
I.

Profil Perusahaan

Nama

: Bengkel Las Tinggede

Pemilik

: Bapak Irul

Bentuk Usaha

: Perorangan

Tahun Berdirinya

: 2012

Alamat

: Jl. Rendelembah Desa Tinggede

II. Proses Kerja Bengkel Las Tinggede


Bapak Irul sebagai pemilik usaha bengkel las memulai usaha dengan
bermodalkan pengalaman dan keterampilan dibidang mebel dan tabungan yang
disisihkan dari penghasilannya selama menjadi pekerja pada bengkel las sebelumnya.
Modal awal sepenuhnya dari pemilik usaha, sedangkan untuk modal pengembangan
usaha disisihkan dari keuntungan usaha.
Bengkel Las Tinggede melakukan produksi dengan sistem pesan terlebih
dahulu dan membuat sampel untuk promosi. Dalam proses produksi ada beberapa
tahapan mulai dari pembelian bahan, pengukuran, perakitan, dan penyelesaian.
Bahan baku bengkel las adalah besi batangan, besi plat, kanopi, dan pipa.
Alat produksi yang digunakan antara lain : mesin las, gurinda, pemotong besi
dan lain-lain.
Pengerjaan produk dilakukan oleh pemilik bengkel sendiri dan Konsumen
utamanya adalah masyarakat Sekitar.
Pemasaran Bengkel Las Tinggede dilakukan dengan cara dipasarkan sendiri
ke masyarakat.

III. Upaya Bengkel Las Tinggede dalam mengembangkan usahanya di tengah


persaingan ekonomi
Upaya yang dilakukan Bengkel Las Tinggede adalah meningkatkan kualitas
produk dengan memberikan desain yang lebih unik, dan bervariasi.
IV. Berbagai kendala yang dihadapi Sindang Jaya Mebel dan cara mengatasinya
Ada beberapa kendala yang umumnya dihadapi oleh Bengkel Las Tinggede
seperti :
a. Keterbatasan Teknologi
Minimnya pemanfaatan teknologi internet dalam desain, pemasaran, dan
promosi hasil produksi. Keterbatasan penguasaan teknologi, sistem yang ada
kurang mendukung, dan kurang tersedianya SDM pendukung menjadi kendala
dalam pengembangan usaha.
b. Keterbatasan Sumber Daya Manusia dengan kualitas yang baik
Sulitnya mendapat tenaga kerja yang memiliki keterampilan dalam bidang
usaha bengkel seperti mendesain, mengecat, dan lain-lain.
c. Keterbatasa modal
Keterbatasan modal yang dimiliki oleh pemilik merupakan salah satu
kendala untuk mengembangkan usaha ini.
Cara mengatasi kendala tersebut adalah sebagai berikut :
Untuk masalah dibidang Teknologi, pemilik bengkel harus belajar dan
harus mempunyai pengetahuan dalam bidang Teknologi informasi. Dengan adanya
teknologi informasi dapat mempermudah usaha Bengkel Las Tinggede dalam
memasarkan produknya.

Cara yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas SDM adalah mengikuti


pelatihan-pelatihan peningkatan kreatifitas, ketrampilan dan keahlian serta
profesionalisme tenaga kerja dan mendorong peningkatan produktivitas industri
bengkel las.
Untuk masalah modal, pemilik bengkel las dapat mengajukan proposal
bantuan ke dinas atau lembaga yang terkait untuk memperoleh modal guna
meningkatkan produktivitas bengkel.

BAB IV
KESIMPULAN
Kebanyakan bisnis dimulai oleh orang-orang yang tidak memiliki pengalaman.
Banyak orang berpendapat bahwa manajemen adalah hal umum, padahal bila para
pengusaha tidak tahu bagaimana mengambil keputusan bisnis, kemungkinan besar dalam
jangka panjang mereka akan gagal. Manajemen yang baik pada bisnis usaha kecil
merupakan salah satu kunci sukses dalam pengembangan bisnis usaha kecil. Serta modal
yang cukup serta memadai sangat mempengaruhi produktivitas dan pengembangan usaha
kecil menengah.

DAFTAR PUSTAKA
http://fitripurnamasari-30207475.blogspot.com/2010/10/kelebihan-dan-kelemahan-usahakecil.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Usaha_Kecil_dan_Menengah
http://www.depkop.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=129
http://infoukm.wordpress.com/2008/08/29/klasifikasi-ukm/
Sumber Data Dilapangan

ANALISIS SWOT

1.

Analisis lingkungan internal

Bidang / aspek

Kekuatan

Kelemahan

Keanggotaan

Organisasi dan

kelembagaan
Permodalan

Usaha

Dengan modal yang terbatas, usaha ini

Karena terbatasnya modal,

dapat dijalankan dan menghasilkan bagi

produk yang dihasilkan

pemilik modal.

kurang berkualitas.

Usaha bengkel las ini, memiliki

Lingkungan masyarakat

keunggulan.

yang rata-rata kelas


menengah ke bawah
menyebabkan usaha ini
kurang berproduksi.

2.

Analisa lingkungan eksternal

Aspek

Peluang

Ancaman

Politik

Ekonomi

Usaha ini cukup berpeluang

Tidak meratanya

karena masih jarang usaha

pendapatan perkapita

bengkel las yang berada di

masyarakat berpegaruh

Desa Tinggede

terhadap volume pesanan


produk.

Teknologi

Persaingan dengan usaha


bengkel las lain yang
peralatannya lebih maju
akan mengancam usaha ini.

Sosbud

Terciptanya lapangan
pekerjaan bagi masyarakat

sekitar.

3.

Pengembangan strategi dan alternatif


Unit usaha yang
dikembangkan
Bengkel Las

4.

Tujuan

Strategi pengembangan

Menciptakan lapangan kerja


dan meningkatkan kualitas
produk.

Promosi, pengajuan
proposal bantuan, serta
berusaha meningkatkan
kualitas SDM guna
mengembangkan dan
meningkatkan kualitas
produk yang dihasilkan
serta dapat bertahan dan
bersaing dalam dunia usaha.

Pemilihan alternatif (pengambilan keputusan) pengembangan usaha Bengkel las

Alternatif
Aspek
usaha yang
pasar
dikembangkan
Bengkel Las
Masyarakat
umum

Aspek
teknis/
produksi
Sesuai
dengan
pesanan

Aspek Organisasi
legal dan
manajemen
-

Finansial

Modal
terbatas
sesuai
kemampuan
pemilik

Dampak
bagi
anggota
-

Anda mungkin juga menyukai