Anda di halaman 1dari 12

laporan sementara respirasi fisiologi biota air

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Ikan adalah anggota vertebrata poikilotermik (berdarah dingin) yang hidup di air dan
bernapas dengan insang. Ikan merupakan kelompok vertebrata yang paling beraneka ragam
dengan jumlah spesies lebih dari 27,000 di seluruh dunia. Secara taksonomi, ikan tergolong
kelompok paraphyletic yang hubungan kekerabatannya masih diperdebatkan; biasanya ikan
dibagi menjadi ikan tanpa rahang (kelas Agnatha, 75 spesies termasuk lamprey dan ikan hag),
ikan bertulang rawan (kelas Chondrichthyes, 800 spesies termasuk hiu dan pari), dan sisanya
tergolong ikan bertulang keras (kelas Osteichthyes), (http://id.wikipedia.org/wiki/Ikan).
Beberapa ikan dilengkapi alat pernapasan tambahan untuk beradaptasi dengan lingkungan
yang kurang sesuai, misalnya diverticula pharynx, labyrinth, vesica natatoria, dikarenakan ada
beberapa jenis ikan yang merasa jenuh sehingga ikan muncul kepermukaan walau ikan
dilengkapi dengan alat pernapasan.
Kelangsungan hidup ikan sangat dipengaruhi oleh kemampuannya dalam mendapatkan
oksigen yang cukup dari lingkungan sekitarnya. Berkurangnya oksigen terlarut dalam air akan
mempengaruhi fisiologi respirasi dan metabolisme tubuh ikan. Untuk lebih mengetahui
mekanisme pernapasan oleh ikan baik dengan alat pernapasan biasa ataupun alat pernapasan
tambahan maka praktikum ini dilaksanakan.

1.2 Tujuan dan Kegunaan


Praktikum fisiologi mengenai respirasi yaitu agar mahasiswa dapat mengetahui mekanisme
respirasi pada ikan dari air lewat permukaan insang dan pengambilan oksigen dari udara bebas.
Kegunaan dari praktikum adalah agar mahasiswa dapat memperoleh informasi tambahan tentang
mekanisme pernapasan.

II. TINJAUAN PUSTAKA


Oksigen sebagai bahan pernapasan dibutuhkan oleh sel untuk berbagai reaksi metabolisme.
Oleh sebab itu, kelangsungan hidup ikan sangat ditentukan oleh kemampuan memperoleh
oksigen yang cukup dari lingkungannya. Berkurangnya oksigen terlarut dalam perairan, tentu
saja akan mempengaruhi fisiologi respirasi ikan, dan yang hanya memiliki sistem respirasi yang
sesuai dapat bertahan hidup (Smith, 1982).
Pada hampir semua ikan, insang merupakan komponen penting dalam pertukaran gas.
Insang terbentuk dari lingkungan tulang rawan yang mengeras, dengan beberapa filament insang
di dalamnya. Tiap-tiap filamen insang terdiri terdiri atas banyak lamella, yang merupakan tempat
pertukaran gas (Harder, 1975).
Menurut Fujaya (1999) selain insang atau paru-paru, beberapa jenis ikan memiliki alat
pernapasan tambahan yang dapat mengambil oksigen secara langsung dari udara. Ikan lele
(Clarias sp) mempunyai insang tambahan berbentuk pohon di bagian atas lengkung insang kedua
dan ketiga. Insang tambahan ini dinamakan arborescent organ, berfungsi mengambil oksigen
dari atas permukaan air.
Menurut Perri dan McDonal (1993), mekanisme pernapasan elasmobranchii dan teleostei
sedikit berbeda. Pada elasmobranchii, mekanisme pernapasannya melalui tiga tahap. Pertama,
inspirasi, yaitu mulut terbuka, rongga mulut dan faring mengembang. Kedua, masih inspirasi,
yaitu mulut menutup, rongga mulut berkontraksi (menyempit), rongga insang mengembang.
Ketiga, ekspirasi, yaitu mulut tertutup, rongga mulut berkontraksi dan celah insang terbuka.
Sedangkan, pada teleostei hanya dua tahap, yakni : pertama, inspirasi, rongga mulut terbuka,
rongga bukofaring dan rongga insang mengembang, air masuk melalui rongga mulut. Kedua,
ekspirasi, yaitu mulut menutup, rongga bukofaring dan rongga insang menyempit, celah insang

terbuka dan air bergerak dari rongga mulut ke rongga insang kemudian keluar melalui celah
insang.
Menurut Lesmana (2005), pada suhu yang turun mendadak akan terjadi degenerasi sel darah
merah sehingga proses respirasi (pernapasan atau pengambilan oksigen) terganggu hingga
menyebabkan ikan bergerak tidak aktif. Pada suhu yang meningkat tinggi akan menyebabkan
ikan aktif bergerak, tidak mau berhenti makan dan metabolisme cepat meningkat sehingga
kotorannya pun menjadi lebih banyak.

III. METODE PRAKTEK


3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Fisiologi Biota Air tentang Respirasi dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 4 Mei
2011, pukul 13.00 WITA sampai dengan selesai. Bertempat di Laboratorium Perikanan, Fakultas
Pertanian, Universitas Tadulako, Palu.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum Fisiologi Biota Air ini yaitu akuarium, pan, timbangan
ohauss, kantong plastik, karet gelang/tali plastik, stopwatch. Bahan yang digunakan pada
praktikum Fisiologi Biota Air yaitu Ikan lele, air, dan alat tulis menulis.
3.3 Cara Kerja
Cara kerja dalam praktikum ini adalah :
1)

Menyediakan ikan sebanyak 3 ekor, kemudian menimbang masing-masing ikan sebelum


perlakuan.

2) memasukkan Ikan pertama ke dalam plastik yang telah di isi air penuh tanpa adanya ruang udara
dan tutup dengan karet gelang/tali plastik dan catat waktu pernafasannya.
3) Untuk meletakkan ikan kedua, ke dalam pan tanpa air dan catat waktu pernafasannya.
4) Lalu memasukkan ikan yang ketiga ke dalam akuarium dan catat pernafasannya dengan waktu
yang sama.
5) Menimbang kembali ikan setelah perlakuan.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil dan Pembahasan

Berdasarkan kegiatan praktikum Fisiologi Biota Air yang dilakukan maka diperoleh hasil
sebagai berikut :
Tabel. Berat ikan sebelum dan sesudah perlakuan
Berat ikan (g)
Sebelum perlakuan
perlakuan
Dalam plastik
33,8
Dalam pan
43,2
Normal
35,4

Setelah
33,7
42,0
35,7

Gambar 2. Grafik Frekuensi Respirasi Ikan Dalam Keadaan Plastik.


Rp = [( R+Rn ) /n + 1 kali)] / 3 menit
= [(2855+ 77,07) / 10 +1)] / 3 menit
= (2932,07/ 11 ) / 3 menit
=266,55 / 3 menit
= 88,85menit

Gambar 3. Grafik Frekuensi Respirasi Ikan dalam Udara Bebas


Rs = ( R / 3 n kali ) / 3 menit
= (665/ 3 x 10 ) / 3 menit
= (665 / 30 ) / 3 menit
= 22,17 / 3 menit
= 7,39 menit

Gambar 4. Grafik Frekuensi Respirasi Ikan Dalam Keadaan Normal.

Perhitungan :
Rn = ( R / n ) kali / 3 menit
= (2312/10) / 3 menit
= 231,2/ 3 menit
= 77,07 menit
4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, maka dapat diketahui jumlah respirasi ikan
mas pada keadaan normal selama 10 kali perlakuan dengan waktu selama 3 menit terlihat tidak
terlalu banyak mengalami perubahan yaitu berkisar antara 239, 240, 219, 250, 268, 228, 218,
226, 220, 204. Hal ini wajar karena ikan memiliki oksigen yang cukup pada aquarium.
Respirasi dalam plastik tidak tejadi difusi oksigen melalui kontak langsung dengan udara
bebas dan adanya penggunaan oksigen secara terus menerus oleh ikan sehingga kadar oksigen
dalam plastik akan menurun dan kadar karbondioksida dalam plastik akan meningkat, hal ini
yang menyebabkab ikan meningkatkan respirasinya untuk mengambil oksigen
Pada grafik pengambilan Oksigen di udara bebas, seharusnya persentase grafiknya turun
namun yang kami dapatkan persentasenya mala berfluktuasi. Hal ini mungkin disebabkan ikan
berusaha untuk menghadapi keadaannya yang berada dalam pan tanpa air sehingga walaupun
berusaha mengambil O2 di udara kondisinya semakin lemah sehingga bukaan mulutnya kadang
kadang cepat dan lambat. Menurut Lesmana (2001), Kebutuhan oksigen untuk setiap jenis ikan
sangat berbeda karena perbedaan sel darahnya. Ikan yang gesit umumnya lebih banyak
membutuhkan oksigen langsung dari udara sedangkan oksigen dalam air tidak terlalu
berpengaruh pada kehidupannya. Adapun faktor lain yang menyebabkan persentase pengambilan

O2 di udara berfluktuasi mungkin dikarenakan kesalahan praktikan dalam menghitung bukaan


mulut dari ikan dalam setiap interval waktu tiga menit
Penempatan ikan di dalam plastik dan di dalam pan menyebabkan bobot ikan menjadi
menyusut, dimana berat ikan dalam plastik sebelum perlakuan mencapai 33,8 dan setelah
perlakuan bobot badanya menyusut menjadi 33,7. Begitupun pada ikan yang berada didalam pan,
berat badan ikan sebelum perlakuan mencapai 43,2 dan setelah perlakuan bobot badanya turun
menjadi 42,0. Hal ini mungkin disebabkan adanya pengaruh dari O2 terhadap proses di dalam
tubuh. Pengamatan pada grafik pengambilan oksigen di udara bebas yang kami dapatkan
persentasenya berfluktuasi.
Tujuan akhir dari pernapasan adalah untuk mempertahankan konsentrasi yang tepat dari
oksigen, karbondioksida, dan ion hydrogen di dalam tubuh. Karbondioksida dan ion hidrogen
mengendalikan pernapasan secara langsung pada pusat pernapasan di dalam otak. Sedangkan,
penurunan konsentrasi oksigen merangsang aktivitas pernapasan dengan bekerja pada
kemoreseptor tersebut kemudian mengirimkam sinyal-sinyal ke otak untuk merangsang kegiatan
pernapasan, (http://jlcome blogspot. com/2007/03/ respirasi-ikan-uji-lele.html).

V. KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan
Dari hasil dan pembahasan yang diperoleh dari praktikum Fisiologi Biota Air maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1) Ikan lele termasuk ikan yang tahan dalam kondisi kekurangan oksigen, jika terjadi kekurangan
oksigen ikan mas akan mengambil langsung oksigen dari udara bebas.
2)

Respirasi ikan dalam plastik, didapatkan jumlah respirasi ikan lele yang bervariasi

3)

Pada grafik pengambilan Oksigen di udara bebas, persentase grafik yang kami dapatkan
berfluktuasi.

5.2. Saran
Saran saya sebagai praktikan waktu yang berikan untuk pembuatan laporan lebih panjang,
dalam praktikum berikutnya tata tertib di dalam ruangan harus di terapkan agar praktikum
berjalan dengan baik. Dan pelaksanaan praktikum kedepannya agar pembuatan jadwal
praktikum harus lebih konsisten .

Tabel . Frekuensi Respirasi


Menit ke
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Total

Normal
239
240
219
250
268
228
218
226
220
204

Plastik
279
285
290
296
300
305
278
276
274
272

Udara Bebas
18
83
79
88
77
73
67
70
65
49

2312

2855

669

Tingkah Laku Ikan Terhadap Perubahan Suhu


Hewan air akan memberikan respon fisiologis terhadap perubahan lingkungannya sebagai tempat
hidupnya. Perubahan suhu dari keadaan normal menjadi lebih panas atau lebih dingin di suatu
perairan dapat dipengaruhi oleh keadaan alam seperti pemanasaan oleh matahari, perubahan
musim, gejala pergeseran dasar perairan, letusan gunung merapi bawah laut dan sebagainya.
Setiap jenis ikan biasanya mempunyai kisaran suhu di perairan yag cocok. Dalam keadaan suhu
normal metabolisme maupun tingkah laku ikan akan berjalan dengan normal juga. Namun bila
terjadi perubahan suhu, respon yang diberikan oleh ikan akan menunjukan penyesuaian
metabolisme tubuhnya terhadap lingkungan untuk mempertahankan kehidupannya. Respon yang
diperlihatkan oleh ikan bjiasanya berupa perubahan tingkah laku maupun pergerakan ikan.
Suhu adalah salah satu faktor yang amat penting bagi kehidupan organisme di perairan, karena
suhu mempengaruhi baik aktivitas maupun perkembangbiakan dari organisme tersebut. Oleh
karena itu tidak heran jika banyak dijumpai bermacam-macam jenis ikan yang terdapat di
berbagai tempat di dunia yang mempunyai toleransi tertentu terhadap suhu. Ada yang
mempunyai toleransi yang besar terhadap perubahan suhu, disebut bersifat euryterm. Sebaliknya
ada pula yang toleransinya kecil, disebut bersifat stenoterm. Sebagai contoh ikan di daerah subtropis dan kutub mampu mentolerir suhu yang rendah, sedangkan ikan di daerah tropis menyukai

suhu yang hangat. Suhu optimum dibutuhkan oleh ikan untuk pertumbuhannya. Ikan yang berada
pada suhu yang cocok, memiliki selera makan yang lebih baik.
Suhu di perairan dapat mempengaruhi kelarutan dari oksigen. Apabila suhu meningkat maka
kelarutan oksigen berkurang. Oksigen terlarut yang biasanya dihasilkan oleh fitoplankton dan
tanaman laut, keberadaannya sangat penting bagi organisme yang memanfaatkannya untuk
kehidupan, antara lain pada proses respirasi dimana oksigen dibutuhkan untuk pembakaran
bahan organik sehingga terbentuk energi yang diikuti dengan pembentukan CO2 dan H2O.
Oksigen sebagai bahan pernafasan dibutuhkan oleh sel untuk berbagai reaksi metabolisme. Oleh
sebab itu kelangsungan hidup ikan ditentukan oleh kemampuannya memperoleh oksigen yang
cukup dari lingkungannya. Berkurangnya oksigen terlarut sudah tentu akan berpengaruh
terhadap fisiologi respirasi ikan dan hanya ikan yang memiliki sistim respirasi yang sesuai dapat
bertahan hidup.
Ikan umumnya bernafas dengan menggunakan insang. Namun ikan Australian lungfish
menggunakan paru-paru sebagai alat pernafasannya. Selain insang dan paru-paru, ada juga ikan
yang memiliki alat pernafasan tambahan yang biasanya mempu bertahan hidup dalam kondisi
hypoxia bahkan anoxia.
Kebutuhan oksigen pada ikan sangat dipengaruhi oleh umur, aktivitas, serta kondisi perairan.
Semakin tua suatu organisme, maka laju metabolismenya semakin rendah. Selain itu umur
mempengaruhi ukuran ikan, sedangkan ukuran ikan yang berbeda, membutuhkan oksigen yang
berbeda pula. Semakin besar ukuran ikan, jumlah konsumsi oksigen per mg berat badan semakin
rendah. Selain perbedaan ukuran, perbedaan aktivitas juga membutuhkan oksigen yang berbeda
pula. Ikan yang beraktivitas atau bergerak lebih banyak cenderung membutuhkan banyak
oksigen untuk proses respirasi. Hal ini akan meningkatkan kadar karbondioksida dalam perairan.
Namun demikian, kelarutan oksigen ini sangat ditentukan oleh kondisi perairan seperti suhu,
salinitas dan sebagainya.
Organime perairan seperti ikan maupun udang mampu hidup baik pada kisaran suhu 23-300C.
Perubahan suhu di bawah 230C atau di atas 300C menyebabkan ikan mengalami stres yang
biasanya diikuti oleh menurunnya daya cerna (Trubus Edisi 425, 2005). Oksigen terlarut pada air
yang ideal adalah 5-7 ppm. Jika kurang dari itu maka resiko kematian dari ikan akan semakin
tinggi.
Stres pada ikan juga dapat disebabkan oleh berbedanya media air ketika ikan dipindahkan dari
wadahnya. Ikan kadang mengalami perbedaan lingkungan yang drastis sehingga menjadi stres.
Oleh sebab itu biasanya dilakukan aklimatisasi sehingga ikan dapat beradaptasi perlahan-lahan
terhadap kodisi lingkungan barunya.
Kehidupan di air amat lebih berat dibandingkan dengan di darat. Di air ikan hanya mengambil
oksigen sekitar 20-40%, sedangkan sisanya akan dikeluarkan lewat pernafasan. Ikan dapat
mempertahankan suhu tubuhnya dengan mencari perairan yang lebih cocok suhunya. Suhu dapat
mempengaruhi kandungan oksigen di perairan. Oksigen biasanya lebih tinggi di permukaan
karena adanya pertukaran oksigen antara air dan udara. Ketika kadar oksigen berkurang dalam
suatu perairan maka ikan akan berusaha mengambil atau memanfaatkan oksigen dalam jumlah

volume yang banyak. Hal ini dilakukan ikan dengan meningkatkan aktifitas pernafasannya
sehingga oksigen yang dipompa lebih banyak daripada keadaan normal. Ketika ada peningkatan
suhu maka ada penurunan oksigen terlarut, maka akan terjadi peningkatan metabolisme dalam
tubuh ikan. Metabolime yang meningkat dikarenakan oleh meningkatnya aktivitas respirasi.
Respirasi ikan akan turut menatur pH tubuhnya.

Anda mungkin juga menyukai