Materi Untuk Praktikum Fiswan
Materi Untuk Praktikum Fiswan
I. PENDAHULUAN
terbuka dan air bergerak dari rongga mulut ke rongga insang kemudian keluar melalui celah
insang.
Menurut Lesmana (2005), pada suhu yang turun mendadak akan terjadi degenerasi sel darah
merah sehingga proses respirasi (pernapasan atau pengambilan oksigen) terganggu hingga
menyebabkan ikan bergerak tidak aktif. Pada suhu yang meningkat tinggi akan menyebabkan
ikan aktif bergerak, tidak mau berhenti makan dan metabolisme cepat meningkat sehingga
kotorannya pun menjadi lebih banyak.
2) memasukkan Ikan pertama ke dalam plastik yang telah di isi air penuh tanpa adanya ruang udara
dan tutup dengan karet gelang/tali plastik dan catat waktu pernafasannya.
3) Untuk meletakkan ikan kedua, ke dalam pan tanpa air dan catat waktu pernafasannya.
4) Lalu memasukkan ikan yang ketiga ke dalam akuarium dan catat pernafasannya dengan waktu
yang sama.
5) Menimbang kembali ikan setelah perlakuan.
Berdasarkan kegiatan praktikum Fisiologi Biota Air yang dilakukan maka diperoleh hasil
sebagai berikut :
Tabel. Berat ikan sebelum dan sesudah perlakuan
Berat ikan (g)
Sebelum perlakuan
perlakuan
Dalam plastik
33,8
Dalam pan
43,2
Normal
35,4
Setelah
33,7
42,0
35,7
Perhitungan :
Rn = ( R / n ) kali / 3 menit
= (2312/10) / 3 menit
= 231,2/ 3 menit
= 77,07 menit
4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, maka dapat diketahui jumlah respirasi ikan
mas pada keadaan normal selama 10 kali perlakuan dengan waktu selama 3 menit terlihat tidak
terlalu banyak mengalami perubahan yaitu berkisar antara 239, 240, 219, 250, 268, 228, 218,
226, 220, 204. Hal ini wajar karena ikan memiliki oksigen yang cukup pada aquarium.
Respirasi dalam plastik tidak tejadi difusi oksigen melalui kontak langsung dengan udara
bebas dan adanya penggunaan oksigen secara terus menerus oleh ikan sehingga kadar oksigen
dalam plastik akan menurun dan kadar karbondioksida dalam plastik akan meningkat, hal ini
yang menyebabkab ikan meningkatkan respirasinya untuk mengambil oksigen
Pada grafik pengambilan Oksigen di udara bebas, seharusnya persentase grafiknya turun
namun yang kami dapatkan persentasenya mala berfluktuasi. Hal ini mungkin disebabkan ikan
berusaha untuk menghadapi keadaannya yang berada dalam pan tanpa air sehingga walaupun
berusaha mengambil O2 di udara kondisinya semakin lemah sehingga bukaan mulutnya kadang
kadang cepat dan lambat. Menurut Lesmana (2001), Kebutuhan oksigen untuk setiap jenis ikan
sangat berbeda karena perbedaan sel darahnya. Ikan yang gesit umumnya lebih banyak
membutuhkan oksigen langsung dari udara sedangkan oksigen dalam air tidak terlalu
berpengaruh pada kehidupannya. Adapun faktor lain yang menyebabkan persentase pengambilan
Respirasi ikan dalam plastik, didapatkan jumlah respirasi ikan lele yang bervariasi
3)
Pada grafik pengambilan Oksigen di udara bebas, persentase grafik yang kami dapatkan
berfluktuasi.
5.2. Saran
Saran saya sebagai praktikan waktu yang berikan untuk pembuatan laporan lebih panjang,
dalam praktikum berikutnya tata tertib di dalam ruangan harus di terapkan agar praktikum
berjalan dengan baik. Dan pelaksanaan praktikum kedepannya agar pembuatan jadwal
praktikum harus lebih konsisten .
Normal
239
240
219
250
268
228
218
226
220
204
Plastik
279
285
290
296
300
305
278
276
274
272
Udara Bebas
18
83
79
88
77
73
67
70
65
49
2312
2855
669
suhu yang hangat. Suhu optimum dibutuhkan oleh ikan untuk pertumbuhannya. Ikan yang berada
pada suhu yang cocok, memiliki selera makan yang lebih baik.
Suhu di perairan dapat mempengaruhi kelarutan dari oksigen. Apabila suhu meningkat maka
kelarutan oksigen berkurang. Oksigen terlarut yang biasanya dihasilkan oleh fitoplankton dan
tanaman laut, keberadaannya sangat penting bagi organisme yang memanfaatkannya untuk
kehidupan, antara lain pada proses respirasi dimana oksigen dibutuhkan untuk pembakaran
bahan organik sehingga terbentuk energi yang diikuti dengan pembentukan CO2 dan H2O.
Oksigen sebagai bahan pernafasan dibutuhkan oleh sel untuk berbagai reaksi metabolisme. Oleh
sebab itu kelangsungan hidup ikan ditentukan oleh kemampuannya memperoleh oksigen yang
cukup dari lingkungannya. Berkurangnya oksigen terlarut sudah tentu akan berpengaruh
terhadap fisiologi respirasi ikan dan hanya ikan yang memiliki sistim respirasi yang sesuai dapat
bertahan hidup.
Ikan umumnya bernafas dengan menggunakan insang. Namun ikan Australian lungfish
menggunakan paru-paru sebagai alat pernafasannya. Selain insang dan paru-paru, ada juga ikan
yang memiliki alat pernafasan tambahan yang biasanya mempu bertahan hidup dalam kondisi
hypoxia bahkan anoxia.
Kebutuhan oksigen pada ikan sangat dipengaruhi oleh umur, aktivitas, serta kondisi perairan.
Semakin tua suatu organisme, maka laju metabolismenya semakin rendah. Selain itu umur
mempengaruhi ukuran ikan, sedangkan ukuran ikan yang berbeda, membutuhkan oksigen yang
berbeda pula. Semakin besar ukuran ikan, jumlah konsumsi oksigen per mg berat badan semakin
rendah. Selain perbedaan ukuran, perbedaan aktivitas juga membutuhkan oksigen yang berbeda
pula. Ikan yang beraktivitas atau bergerak lebih banyak cenderung membutuhkan banyak
oksigen untuk proses respirasi. Hal ini akan meningkatkan kadar karbondioksida dalam perairan.
Namun demikian, kelarutan oksigen ini sangat ditentukan oleh kondisi perairan seperti suhu,
salinitas dan sebagainya.
Organime perairan seperti ikan maupun udang mampu hidup baik pada kisaran suhu 23-300C.
Perubahan suhu di bawah 230C atau di atas 300C menyebabkan ikan mengalami stres yang
biasanya diikuti oleh menurunnya daya cerna (Trubus Edisi 425, 2005). Oksigen terlarut pada air
yang ideal adalah 5-7 ppm. Jika kurang dari itu maka resiko kematian dari ikan akan semakin
tinggi.
Stres pada ikan juga dapat disebabkan oleh berbedanya media air ketika ikan dipindahkan dari
wadahnya. Ikan kadang mengalami perbedaan lingkungan yang drastis sehingga menjadi stres.
Oleh sebab itu biasanya dilakukan aklimatisasi sehingga ikan dapat beradaptasi perlahan-lahan
terhadap kodisi lingkungan barunya.
Kehidupan di air amat lebih berat dibandingkan dengan di darat. Di air ikan hanya mengambil
oksigen sekitar 20-40%, sedangkan sisanya akan dikeluarkan lewat pernafasan. Ikan dapat
mempertahankan suhu tubuhnya dengan mencari perairan yang lebih cocok suhunya. Suhu dapat
mempengaruhi kandungan oksigen di perairan. Oksigen biasanya lebih tinggi di permukaan
karena adanya pertukaran oksigen antara air dan udara. Ketika kadar oksigen berkurang dalam
suatu perairan maka ikan akan berusaha mengambil atau memanfaatkan oksigen dalam jumlah
volume yang banyak. Hal ini dilakukan ikan dengan meningkatkan aktifitas pernafasannya
sehingga oksigen yang dipompa lebih banyak daripada keadaan normal. Ketika ada peningkatan
suhu maka ada penurunan oksigen terlarut, maka akan terjadi peningkatan metabolisme dalam
tubuh ikan. Metabolime yang meningkat dikarenakan oleh meningkatnya aktivitas respirasi.
Respirasi ikan akan turut menatur pH tubuhnya.