Anda di halaman 1dari 4

Tugas PPKn

Kasus Pelanggaran Hak Azazi Manusia


PEMBANTAIAN RAWA GEDE

Disusun oleh :
Kelompok 4
Ketua : Shihan Dinan Hanif
Anggota :
Ajeng Irma Halimah Supriadi
Bunga Delia Aprilia
Nanda Ivana Shinta
Shofa Zharfannisa
Witria Fuzi Nur Fauzia

Kelas X MIA 6

SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 SOREANG


BANDUNG
2014/2015
0

Pembantaian Rawagede

Pembantaian

Rawagede

adalah

peristiwa

pembantaian

penduduk

Kampung Rawagede (sekarang terletak di Desa Balongsari, Rawamerta,


Karawang), di antara Karawang dan Bekasi, oleh tentara Belanda pada tanggal 9
Desember 1947 sewaktu melancarkan agresi militer pertama. Sejumlah 431
penduduk menjadi korban pembantaian ini.
Ketika tentara Belanda menyerbu Bekasi, ribuan rakyat mengungsi ke arah
Karawang. Pertempuran kemudian berkorban di daerah antara karawang dan
Bekasi, mengakibatkan jatuhya ratusan korban jiwa dari karangan sipil. Pada
tanggal 4 Oktober 1948, tentara Belanda melancarkan pembersihan. Dalam
peristiwa ini 35 orang penduduk Rawagede dibunuh tanpa alasan jelas. Peristiwa
dikira menjadi inspirasi dari sajak terkenal Chairil Anwar berjudul Antara
Karawang dan Bekasi, namun dugaan tersebut tidak terbukti. Pada 14 September
2011, pengadilan Den Haag menyatakan pemerintah Belanda harus bertanggung
jawab dan membayar kompensasi bagi korban dan keluarganya.
1. Jalannya Peristiwa
Di Jawa Barat, sebelum perjanjian Renville ditandatangani, tentara
Belanda dari devisi 1 yang juga dikenal sebagai devisi 7 Desember melancarkan
pembersihan unit TNI dan laskar-laskar indonesia yang masih mengadakan
perlawanan terhadap Belanda. Pasukan Belanda yang ikut ambil bagian dalam
operasi di daerah Karawang adalah Detasemen 3-9 RI, pasukan para (1e para
compagnie) dan 12 Genie veld compagnie, yaitu brigade cadangan dari pasukan
para dan DST (Depot Speciaale Troepen).
Dalam operasinya di daerah Karawang, tentara Belanda memburu Kapten
Lukas Kustario, komandan kompi Siliwangi kemudian menjadi Komandan
Batalyon Tajimalela/Brigade II Divisi Siliwangi yang berkali-kali berhasil
menyerang patroli dan pos-pos militer Belanda. Di wilayah Rawagede juga
1

berkeliaran berbagai laskar, bukan hanya pejuang Indonesia namun juga


gerombolan pengacau dan perampok.
Pada tanggal 9 Desember, sehari setelah perundingan Renville dimulai,
tentara Belanda di bawah pimpinan seorang Mayor mengepung Dusun Rawagede
dan menggeledah setiap rumah. Namun mereke tidak menemukan sepucuk
senjatapun, mereka kemudian memaksa seluruh penduduk keluar rumah masingmasing dan mengumpulkannya di tempat yang lapang. Penduduk laki-laki
diperintahkan untuk berdiri berjejer kemudian mereka ditanya tentang keberadaan
pejuang republik. Namun tidak satupun rakyat yang mengatakan tempat
persembunyian para pejuang tersebut.
Pemimpin tentara Belanda kemudian memerintahkan untuk menembang
mati semua penduduk laki-laki termasuk para remaja belasan tahun. Beberapa
orang berhasil melarikan diri ke hutan walaupun terluka kena tembakan. Saih, kini
berusia 83 tahun bahwa ia bersama ayah dan para tetangganya sekitar 20 orang
jumlahnya disuruh berdiri berjejer ketika tentara memberondong dengan senapan
mesin istilah penduduk setempat didereded ayahnya yang berdiri di
sampingnya tewas kena tembakan, dia juga jatuh kena tembakan di tangan, namun
dia pura-pura mati, ketika ada kesempatan dia segera melarikan diri.
Hari itu tentara Belanda membantai 431 penduduk Rawagede tanpa ada
pengadilan, tuntutan ataupun pembelaan seperti di Sulawesi Selatan, tentara
Belanda di Rawagede juga melakukan eksekusi di tempat (standrechtelijke
exececuties),

sebuah

tindakan

yang

jelas

merupakn

kejahatan

perang.

Diperkirakan korban pembantaian lebih dari 431 jiwa, karena banyak yang hanyut
dibawa sungai yang banjir karena hujan deras.

2. Lukas Kustaryo
Lukas adalah pejuang kemerdekaan yang luar biasa. Dia kerap menembak
tentara Belanda, melucuti bajunya dan memakainya. Dia lalu menembak Belanda,
dengan keberanian Lukas ini menyebabkan terjadinya banyak pembantaian.
Lukas berkali-kali memohon maaf pada warga Rawagede. Dia memohon
maaf, karena ulah dia bergabung, terjadi pembantaian. Namun tak ada warga yang
dendam. Apalagi dulu Rawagede memang jadi incaran Belanda.

Kesimpulan
Peristiwa ini merupakan pelanggaran HAM berupa penembakan beserta
pembunuhan terhadap penduduk kampung Rawagede (sekarang desa balongsari,
Rawamerta, Karawang, Jawa Barat) oleh tentara Belanda pada tanggal 9
Desember 1947 diiringi agresi militer Belanda I. Puluhan warga sipil terbunuh
tanpa alasan yang jelas. Pada 14 September 2011 pengadilan Den Haag
menyatakan bahwa pemerintah Belanda bersalah dan harus bertanggung jawab
dengan cara membayar ganti rugi kepada para keluarga korban pembantaian
Rawagede.

Anda mungkin juga menyukai