Kejahatan Seksual
Kejahatan Seksual
Tim IKK
BANJARMASIN
PENDAHULUAN
ISI
(3) Terhadap pengaduan ini tidak berlaku pasal 72, 73, dan 75.
(4) Pengaduan dapat ditarik kembali selama pemerikaan dalam sidang
pengadilan belum dimulai.
(5) Jika bagi suami-istri itu berlaku pasal 27 BW, pengaduan tidak diindahkan
selama perkawinan belum diputuskan karena perceraian atau sebelum
putusan yang menyatakan pisah meja dan tempat tidur menjadi tetap. 3
BW pasal 27
Dalam waktu yang sama seorang laki hanya diperbolehkan mempunyai satu
orang perempuan sebagai istrinya, seorang perempuan hanya satu orang laki
sebagai suaminya. 3
Berdasarkan pasal tersebut di atas, yang perlu diperiksa oleh seorang
dokter terhadap si wanita : 2
- adanya persetubuhan
KUHP Pasal 285
Barang siapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa seorang
perempuan bersetubuh dengan dia di luar perkawinan, karena perkosaan
dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya dua belas tahun.
Berdasarkan pasal tersebut, yang perlu diperiksa oleh dokter terhadap si
wanita :
- adanya persetubuhan
-adanya tanda-tanda kekerasan
-adanya tanda-tanda bekas pingsan atau tidak berdaya (lihat catatan pada pasal
286). 2
KUHP Pasal 286
(1) Barangsiapa melakukan perbuatan cabul dengan anaknya, anak tirinya, anak
angkatnya, anak di bawah pengawasannya yang belum dewasa, atau dengan
orang yang belum dewasa yang pemeliharaannya, pendidikan dan
penjagaannya diserahkan kepadanya ataupun dengan bujangan atau
bawahannya yang belum dewasa, dipidana dengan pidana penjara selamalamanya tujuh tahun.
(2) Dipidana dengan pidana yang sama :
1. Pejabat yang melakukan perbuatan cabul dengan orang yang karena
jabatannya adalah bawahannya, atau dengan orang yang penjagaannya
dipercayakan atau diserahkan kepadanya.
2. Pengurus, dokter, guru, pegawai, pengawas atau pesuruh dalam penjara,
tempat pekerjaan negara, tempat pendidikan, rumah piatu, rumah sakit,
rumah sakit jiwa atau lembaga sosial, yang melakukan perbuatan cabaul
dengan orang yang dimasukkan ke dalamnya.
Berdasarkan pasal tersebut, yang perlu diperiksa oleh dokter terhadap si
wanita :
- sama dengan pasal 293. 2
Dengan demikian pemeriksaan-pemeriksaan yang perlu dilakukan oleh
dokter terhadap si wanita dapat diringkas sebagai berikut :
1. Persetubuhan (pasal 284,285, 286, 287, 288, 293, 294)
2. Luka/kekerasan (pasal 285, 288)
3. Luka berat (pasal 286, 287, 288)
4. Pingsan/tidak berdaya (pasal 285, 286)
5. Umur (pasal 287, 293, 294)
6. Belum pantas untuk dikawin (pasal 287, 288). 2
1. Persetubuhan
Persetubuhan dalam arti biologis adalah suatu perbuatan yang
memungkinkan terjadinya kehamilan, sehingga harus terjadi :
a. Erectio penis,
b. Penetratio penis ke dalam vagina,
c. Ejaculatio dalam vagina.
Jika ketiga unsur ini diisyaratkan oleh hukum, maka ejakulasi dalam vagina
dengan mudah dapat ditiadakan, misalnya dengan kondom atau coitus interruptus.
Oleh karena itu maka ilmu hukum hanya mengharuskan adanya suatu penetrasi
penis ke dalam vagina. Sayangnya kejadian demikian sulit sekali dibuktikan
dengan ilmu kedokteran, karena bekas-bekasnya sangat tidak jelas. Oleh karena
itu dokter baru dapat membuktikan adanya suatu persetubuhan, jika penetrasi
cukup dalam. Untuk keperluan ini kita membagi para wanita dalam 2 golongan :
1. Yang belum pernah bersetubuh (masih perawan)
2. Yang sudah pernah bersetubuh. 2
Upaya pembuktian adanya persetubuhan dipengaruhi oleh berbagai faktor,
diantaranya :
- besarnya penis dan derajat penetrasinya,
- bentuk dan elastisitas selaput dara,
- ada tidaknya ejakulasi dan keadaan ejakulat itu sendiri,
- posisi persetubuhan,
- keaslian barang bukti serta waktu pemeriksaan. 1
Perkiraan
umur
dapat
diketahui
dengan
melakukan
serangkaian
pemeriksaan fisik, ciri-ciri seks sekunder, pertumbuhan gigi, fusi atau penyatuan
dari tulang-tulang khususnya tengkorak serta pemeriksaan radiologis lainnya. 1
6. Pantas untuk dikawin
Bila perkawinan itu dimaksudkan sebagai suatu perbuatan yang sucu dan
baik, dimana tujuan utamanya adalah untuk dapat menghasilkan keturunan, maka
penentuan apakah seorang wanita itu sudah waktunya atau belum untuk dikawin,
semata-mata atas dasar kesiapan biologis saja (yang dapat dibuktikan oleh ilmu
kedokteran), dalam hal ini : menstruasi. Bila pada wanita itu telah mengalami
menstruasi, maka ia sudah waktunya untuk dikawin.
Untuk itu, yaitu untuk dapat mengetahui apakah wanita tersebut sudah
pernah menstruasi dokter pemeriksa tidak jarang harus merawat dan mengisolir
wanita tersebut, yang maksudnya agar ia dapat mengetahui dan memperoleh bukti
secara pasti bahwa telah terjadi mensruasi. 1
YANG PERLU DIPERHATIKAN SEBELUM PEMERIKSAAN
bukti.
Setiap Visum et Repertum harus dibuat berdasarkan keadaan yang
didapatkan pada tubuh korban pada waktu permintaan Visum et Repertum
memeriksa korban.
Pemeriksaan dilakukan secepat mungkin jangan ditunda terlampau lama.
Visum et Repertum diselesaikan secepat mungkin. 3
PEMERIKSAAN
Data yang perlu dicantumkan dalam bagian pendahuluan Visum et
Repertum delik kesusilaan adalah : Instansi Polisi yang meminta pemeriksaan,
nama dan pangkat polisi yang mengantar korban, nama, umur, alamat dan
pekerjaan korban seperti tertulis dalam surat permintaan, nama dokter yang
memeriksa, tempat, tanggal dan jam pemeriksaan dilakukan serta nama perawat
yang menyaksikan pemeriksaan. 3
Anamnesis umum meliputi pengumpulan data tentang umur, tempat dan
tanggal lahir, status perkawinan, siklus haid, penyakit kelamin, dan penyakit
kandungan serta adanya penyakit lain. Cari tahu pula apakah pernah bersetubuh,
persetubuhan terakhir, dan apakah menggunakan kondom. 3
Hal khusus yang perlu diketahui adalah waktu kejadian (tanggal dan jam),
dimana tempat terjadinya, apakah korban melakukan perlawanan, tanyakan
apakah terjadi penetrasi dan ejakulasi dan apakah setelah terjadi korban mencuci,
mandi dan mengganti pakaian. 3
Pemeriksaan tubuh korban meliputi pemeriksaan umum : lukiskan
penampilan (rambut dan wajah), rapi atau kusut, keadaan emosional. Adalah
tanda-tanda bekas kehilangan kesadaran atau diberikan obat bius/tidur, apakah ada
needle marks. Bila ada indikasi jangan lupa untuk mengambil urin dan darah.
Adakah tanda-tanda bekas kekerasan, memar atau luka lecet pada daerah mulut,
leher, pergelangan tangan, lengan, paha bagian dalam dan pinggang. 3
Dicatat pula tanda perkembangan alat kelamin sekunder, pupil, refleks
cahaya, tinggi dan berat badan, tekanan darah, keadaan jantung, paru dan
abdomen. 3
Pemeriksaan bagian khusus (daerah genetalia) meliputi ada tidaknya
rambut kemaluan yang saling melekat satu sama lain karena air mani yang
mengering. Cari pula bercak air mani di sekitar alat kelamin. Pada vulva, teliti
adanya tanda-tanda bekas kekerasan, seperti hiperemi, edema, memar dan luka
lecet. Introitus vagina apakah hiperemi/edema. Periksa jenis selaput dara, adakah
ruptur atau tidak. Bila ada, tentukan ruptur baru atau lama dan catat lokasi ruptur
tersebut, teliti apakah sampai ke insersio atau tidak. Tentukan juga besarnya
orifisium, sebesar ujung jari kelingking, jari telunjuk atau 2 jari. 3
Harus diingat bahwa persetubuhan tidak selalu disertai dengan deflorasi.
Pada ruptur lama, robekan menjalar sampai ke insersio disertai adanya parut pada
jaringan di bawahnya. Ruptur yang tidak lagi sampai ke insersio, bila sudah
sembuh tidak dapat dikenali lagi. 3
Periksa pula apakah frenulum labiorum pudendi dan commisurra labiorum
posterior utuh atau tidak. Periksa vagina dan serviks dengan spekulum, bila
keadaan genetalia mengijinkan dan adakah tanda penyakit kelamin. 3
digunakan pipet. 4
Homoseksual Sebagai Salah Satu Bentuk Kejahatan Seksual
Di beberapa negara, semua perilaku seksual yang terjadi diantara laki-laki
menjadi suatu yang ilegal dan hukumannya sangat keras. Situasi ini telah terjadi
di Inggris dan Wales sampai terjadi tindakan penyerangan akan perilaku seksual
tersebut pada tahun 1967, ketika beberapa perilaku homoseksual telah
dipindahkan dari lingkungan kriminal. Di Skotlandia dan Irlandia, tidak ada satu
pun perilaku yang diperkenalkan/diajukan, tetapi penuntutan sekarang sangatlah
jarang walaupun sudah diajukan. 5
bentuk dubur, bagi yang telah sering melakukan persetubuhan melalui dubur,
maka bentuk dari dubur akan mengalami perubahan, duburnya akan terbuka,
berbentuk corong (funel shape), dan otot spincternya sudah tidak dapat berfungsi
dengan baik.
Pada kasus lesbian, selain perkiraan umur maka perlu dicari apakah
terdapat kelainan yang diakibatkan oleh manipulasi genital dengan tangan atau
alat-alat bantu. 1
Pemeriksaan Laboratorium Korban Kejahatan Seksual
1. Tujuan: menentukan adanya sperma
Bahan pemeriksaan : cairan vagina
Metode : tanpa pewarnaan
Hasil yang diharapkan : sperma yang masih bergerak, bagian basis kepala
sperma berwarna ungu, bagian hidung merah muda.
2. Tujuan: menentukan adanya sperma
Bahan pemeriksaan : pakaian
Metode :pakaian yang mengandung bercak sedikit pada bagian tengahnya.
Hasil yang diharapkan : kepala sperma berwarna merah, bagian ekor biru
muda; kepala sperma tampak menempel pada serabut-serabut benang.
3. Tujuan : menentukan adanya air mani (asam fosfatase)
Bahan pemeriksaan : cairan vaginal
Metode : cairan vaginal ditaruh pada kertas Whatman, diamkan sampai
kering, semprotkan dengan reagensia, perhatikan warna ungu yang timbul
dan catat dalam beberapa detik warna ungu tersebut timbul.
Hasil yang diharapkan : warna ungu yang timbul dalam waktu kurang dari
30 detik, berarti asam fosfatase berasal dari prostat, berarti indikasi besar;
warna ungu timbul kurang dari 65 detik, indikasi sedang.
DAFTAR PUSTAKA