Anda di halaman 1dari 16

CONTOH PTK KIMIA

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DAPAT MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR


SISWA XI IPA SMAN 1 BAREGBEG PADA MATA PELAJARAN KIMIA

MAKALAH

Disusun oleh:
Nama
NIP

:Rida Parida,S.Pd
:197110141993012001

PEMERINTAH KABUPATEN CIAMIS


DINAS PENDIDIKAN
SMA NEGERI 1 BAREGBEG
2009

HALAMAN PENGESAHAN
JUDUL
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DAPAT MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR
SISWA XI IPA SMAN 1 BAREGBEG PADA MATA PELAJARAN KIMIA

a.
b.
c.
d.
e.

PENELITI
Peneliti
Jenis Kelamin
Pangkat / Gol / NIP
Mata Pelajaran
Asal Sekolah

: Rida Parida,S.Pd
: Perempuan
: Guru Dewasa.I/IV.a/197110141993012001
: Kimia
: SMA Negeri 1 Baregbeg

LAMA PENELITIAN
Penelitian ini diperkirakan memerlukan waktu 1 bulan yaitu Oktober tahun 2009

Peneliti

Rida Parida,S.Pd

1.

Kepala SMA Negeri 1 Baregbeg

Kepala Perpustakaan
SMA Negeri 1 Baregbeg

Drs. H.Romli Syarif,M.M


NIP. 130818359
Kata Pengantar

Drs.E.Jahrudin,M.Pd
NIP.

Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat , taufik dan hidayahNYA sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian hingga menyelesaikan laporan ini.
Pelaksanaan penelitian ini dapat berjalan dengan lancar berkat bantuan dari berbagai fihak. Oleh
sebab itu, pada kesempatan ini kami mengucapkan banyak terima kasih kepada :
Kepala SMA Negeri 1 Baregbeg yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk mengadakan
penelitian ini.

2.
3.
4.

Para guru Kimia SMA Negeri 1 Baregbeg yang telah berpartisipasi dalam pelaksanaan tindakan
penelitian ini
Para siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Baregbeg yang menjadi subjek penelitian ini dan
berpartisipasi aktif selama pelaksanaan tindakan.
semua pihak yang telah membantu kelancaran pelaksanaan penelitian ini
Semoga amal baik semua pihak diatas mendapat balasan berlipat ganda dari Allah SWT. Amin.
Pada laporan penelitian ini penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kelemahan karena
terbatasnya kemampuan peneliti, oleh karena itu kritik dan saran dari berbagai pihak sangat peneliti
harapkan, guna perbaikan kemudian
Ciamis, Oktober 2009

DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN
Kata Pengantar
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Hipotesis Tindakan
E. Manfaat Penelitian
F. Ruang Lingkup Penelitian
G. Definisi Istilah/Operasional
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Keberhasilan Proses Belajar
B. Pembelajaran Kooperatif
C. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
B. Sasaran Penelitian
C. Tempat dan Waktu Pelaksanaan
D. Prosedur Penelitian
F. Data dan Sumber Data
G. Analisis Data
BAB IV
PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Tahap Pendahuluan
B. Uraian Data Tindakan
BAB V
PEMBAHASAN
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi harus segera direspon secara positif oleh
dunia pendidikan. Salah satu bentuk respon positif dunia pendidikan adalah dengan mengadakan
perubahan kurikulum. Sikap tersebut diwujudkan dalam bentuk usaha sekolah dengan memberikan
layanan terbaik bagi semua anak didiknya.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan berusaha secara terus menerus dan terprogram
mengadakan pembenahan diri di berbagai bidang baik sarana dan prasarana, pelayanan administrasi
dan informasi serta kualitas pembelajaran secara utuh. Dalam proses belajar mengajar, guru harus
memiliki strategi, agar siswa dapat belajar secara efektif dan efisien mengenai pada tujuan yang
diharapkan. Salah satu langkah untuk memiliki strategi itu ialah harus menguasai teknik-teknik atau
metode mengajar.
Pada dasarnya tujuan guru mengajar adalah untuk mengadakan perubahan yang dikehendaki
dalam tingkah laku anak didik. Perubahan dilakukan seorang guru dengan menggunakan suatu strategi
mengajar untuk mencapai tujuan dengan memilih metode dan pendekatan yang tepat.
Upaya meningkatkan mutu pendidikan tidak hanya bergantung pada faktor guru saja, tetapi
berbagai faktor lainnya juga berpengaruh untuk menghasilkan keluaran atau out put proses pengajaran
yang bermutu. Namun pada hakikatnya guru tetap merupakan unsur kunci utama yang paling
menentukan, sebab guru adalah salah satu unsur utama dalam sistem pendidikan yang sangat
mempengaruhi pendidikan.
Belajar Kimia memerlukan keterampilan dari seorang guru agar anak didik mudah
memahami materi yang diberikan guru. Jika guru kurang menguasai strategi mengajar maka siswa
akan sulit menerima materi pelajaran dengan sempurna. Guru dituntut untuk mengadakan inovasi dan
berkreasi dalam melaksanakan pembelajaran, sehingga hasil belajar siswa memuaskan.
Hasil pengamatan guru (peneliti) menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa kelas XI IPA
SMAN 1 Baregbeg terlihat menurun dan terlihat kurang bergairah dalam menerima materi pelajaran.
Hanya ada beberapa siswa yang terlihat antusias dalam mengikuti pelajaran. Keadaan ini
menyebabkan prestasi belajar mereka secara klasikal rendah. Dari hasil refleksi awal diperoleh data
bahwa banyak siswa yang merasa tidak senang dengan metode yang diterapkan guru selama ini.
Mereka menginginkan adanya perubahan sehingga mereka merasa tertarik untuk mengikuti pelajaran.
Dari refleksi awal didapat data sebagai berikut: sebanyak 58,06% (18 orang) siswa tidak senang
dengan metode yang diterapkan selama ini dan menginginkan adanya perubahan metode yang lebih
menyenangkan. Sebanyak 64,51% (20 orang) siswa menyatakan tidak puas terhadap hasil ulangan
yang diperoleh. Siswa menilai bahwa metode yang selama ini diterapkan tidak memotivasi mereka
untuk lebih aktif. Hal inilah yang diperkirakan menjadi penyebab rendahnya prestasi belajar siswa.
lebih dari 50% siswa mengatakan bahwa Kimia merupakan pelajaran yang sulit. Keadaan ini
hendaknya segera direspon secara positif dengan mencari alternatif model pembelajaran yang efektif,
yang membuat siswa mudah memahami materi Kimia .
Guru sebagai fasilitator dituntut dapat
memodifikasi atau bahkan menerapkan metode-metode baru yang lebih disukai siswa dan
meningkatkan keaktifannya. Salah satu peran guru yang terpenting adalah bagaimana mereka dapat
mencerdaskan dan mempersiapkan masa depan anak didik melalui kegiatan belajar yang benar-benar
kreatif, terbuka dan menyenangkan (joyfull learning).
Berdasarkan uraian sebelumnya maka penulis ingin memberikan suatu alternatif dalam
mengatasi permasalahan tersebut. Sebagai alternatif adalah dengan pengelolaan pembelajaran
kooperatif. Pembelajaran kooperatif menjadi pilihan karena pembelajaran ini dirancang untuk
meningkatkan motivasi belajar siswa, karena kelas dirancang sedemikian rupa agar terjadi interaksi
positif antarsiswa. Di samping itu guru harus menciptakan sistem sosial dalam lingkungan belajar
yang dicirikan dengan prosedur demokrasi dan ilmiah. Tanggung jawab guru adalah memotivasi
siswa untuk bekerja secara kooperatif untuk menyelesaikan masalah yang muncul pada saat itu.
Beberapa ahli berpendapat bahwa pembelajaran kooperatif dapat memberikan keuntungan, baik bagi

siswa kelompok atas maupun siswa kelompok bawah yang bekerja sama menyelesaikan tugas-tugas
akademik.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Student Team
Achievement Division (STAD), karena tipe STAD merupakan tipe pembelajaran kooperatif yang
paling sederhana dan guru pengajar belum pernah menerapkan pembelajaran kooperatif tipe STAD
ini. Di samping itu model pembelajaran kooperatif tipe STAD tidak hanya unggul dalam membantu
siswa memahami konsep-konsep sulit, tetapi juga sangat berguna untuk menumbuhkan kemampuan
interaksi antara guru dan siswa, meningkatkan kerja sama, kreativitas, berpikir kritis serta ada
kemauan membantu teman (Ibrahim, 2000).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana
pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan prestasi belajar siswa XI IPA SMAN 1
Baregbeg pada mata Kimia .
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah meningkatkan prestasi belajar siswa kelas XI IPA SMAN
1 Baregbeg pada mata Kimia dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD.
D. Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan pada penelitian ini adalah pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa kelas XI IPA SMAN 1 Baregbeg pada mata Kimia .
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, diantaranya bagi:
a.

Guru
1. Meningkatkan efektifitas kegiatan pembelajaran melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD.
2. Sebagai bahan referensi untuk memperbaiki kegiatan pembelajaran di kelas.
3. Sebagai bahan pertimbangan bagi guru untuk menerapkan pembelajaran kooperatif tipe
STAD pada pokok bahasan yang lain.

b.

c.

Siswa
1. Menumbuhkan motivasi belajar siswa.
2. Mengatasi kejenuhan siswa dalam kegiatan pembelajaran.
3. Melatih siswa siswa berkolaborasi dengan siswa lain.
Sekolah
Dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi perbaikan kualitas pembelajaran di kelas
F. Ruang Lingkup Penelitian
Untuk menghindari kesalahan penafsiran terhadap penelitian ini, maka perlu dikemukakan
ruang lingkup sebagai berikut:
1.
Penelitian dilaksanakan pada pokok bahasan garis dan sudut
2.
Variabel dalam penelitian ini mencakup variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebasnya
adalah pembelajaran kooperatif tipe STAD. Sedangkan variabel terikatnya adalah prestasi belajar
siswa kelas XI IPA SMAN 1 Baregbeg.

G. Definisi Istilah/Operasional
Agar tidak terjadi penafsiran yang berbeda terhadap istilah-istilah yang
digunakan dalam penelitian ini, maka dibuat definisi beberapa istilah, sebagai berikut:
1.
Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata
pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru
(Depdikbud, 1989:787). Prestasi belajar siswa pada penelitian ini diukur dari hasil tes ulangan harian.
2.
Pembelajaran Kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang melatih siswa bekerja sama dalam
kelompok belajar (Ibrahim, 2000:1). Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD adalah salah satu tipe
pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dengan mengelompokkan siswa menjadi kelompok
dengan anggota 4-5 orang. Setiap kelompok harus heterogen (Ibrahim, 2000:10).

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.

Keberhasilan Proses Belajar

Seorang guru yang profesional, dia tentu tidak sekedar bertugas mentransfer materi dan
mengajarkan hafalan. Tetapi, dalam upaya membangun proses pencerdasan siswa, maka guru harus
berani bertindak dan mengemukakan ide-ide yang inovatif untuk mampu mendorong tumbuhnya
sikap kreatif siswa dan senantiasa kreatif untuk menampilkan pikiran-pikiran alternative. Di samping
itu, guru juga dituntut tidak stagnan, melainkan terus secara dinamis mengembangkan diri melalui
proses pembelajaran terbuka dan menyenangkan.
Dalam proses belajar mengajar, guru harus memiliki strategi, agar siswa dapat belajar secara efektif
dan efisien mengenai pada tujuan yang diharapkan. Salah satu langkah untuk memiliki strategi itu
ialah harus menguasai tekhnik-tekhnik atau metode mengajar (Soetardjo, 1998).
Belajar pada hakekatnya adalah melibatkan semua aspek kepribadian manusia antara lain
pikiran, perasaan dan bahasa tubuh di samping pengetahuan, sikap dan keyakinan. Hal ini tidak
sepenuhnya dilakukan dalam pembelajaran siswa di SLTA. Berdasarkan hasil studi intensif yang
dilakukan oleh Direktorat Dikmenum (1996-1997) menyimpulkan bahwa pembelajaran di SLTA
cendrung texbook oriented dan tidak terkait dengan kehidupan sehari-hari siswa, sehingga motivasi
belajar siswa sulit ditumbuhkan dan pola belajar mereka cendrung menghafal (Rustana, 2002).
Tujuan mengajar adalah untuk mengadakan perubahan yang dikehendaki dalam tingkah laku
seorang pelajar. Perubahan dilakukan seorang guru dengan menggunakan suatu strategi mengajar
untuk mencapai tujuan dengan memilih metode yang tepat (Nur, 2000).
Upaya meningkatkan mutu pendidikan tidak hanya bergantung pada faktor guru saja, tetapi
berbagai faktor lainnya juga berpengaruh untuk menghasilkan keluaran atau out put proses pengajaran
yang bermutu. Namun pada hakekatnya guru tetap merupakan unsur kunci utama yang paling
menentukan, sebab guru adalah salah satu unsur utama dalam sistem pendidikan yang sangat
mempengaruhi pendidikan (Amiruddin, 1989).
Pengajaran adalah susunan informasi dan lingkungan yang memfasilitasi pembelajaran.
Lingkungan tidak hanya tempat berlangsungnya pengajaran tetapi juga metode, media dan peralatan
yang diperlukan untuk menyampaikan informasi dan membimbing siswa belajar. Penyusunan
informasi, pilihan strategi pengajaran, menentukan lingkungan pengajaran menjadi tanggung jawab
guru. Pembelajaran adalah pengembangan pengetahuan, keterampilan atau sikap baru pada saat
individu berinteraksi dengan informasi dan lingkungan.
Proses pengajaran-pembelajaran mencakup pemilihan, penyusunan dan cara penyampaian
informasi dalam suatu lingkungan yang sesuai dan cara siswa berinteraksi dengan informasi itu
(Wartono, 2004).
B. Pembelajaran Kooperatif
1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dimana siswa belajar dalam kelompok kecil.
Dalam pengelolaan pembelajaran kooperatif, dua atau lebih individu saling tergantung satu sama lain
untuk mencapai satu penghargaan bersama. Mereka akan berbagi penghargaan tersebut seandainya
mereka berhasil sebagai kelompok.
Unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif menurut Ibrahim (2000) antara lain: (1) siswa
dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa mereka sehidup sepenanggungan bersama, (2)
siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya, seperti milik mereka sendiri, (3)
siswa haruslah melihat bahwa semua anggota di dalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama, (4)
siswa haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya, (5)
siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan hadiah atau penghargaan yang juga akan dikenakan
untuk semua anggota kelompok, (6) siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan
keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya, (7) siswa akan diminta untuk
mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Kebanyakan pembelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif dapat memiliki ciriciri sebagai berikut (Ibrahim, 2000):

1.
2.
3.
4.

siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya.
kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.
bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin berbeda-beda.
penghargaan lebih berorientasi kelompok daripada individu.
2. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan
pembelajaran, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan
keterampilan sosial. Beberapa ahli berpendapat bahwa pembelajaran ini unggul dalam membantu
siswa memahami konsep-konsep sulit. Para ahli telah menunjukkan bahwa model struktur
penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan penilaian siswa pada belajar akademik dan
perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar.
Pembelajaran kooperatif dapat memberi keuntungan baik pada siswa kelompok bawah
maupun siswa kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik. Siswa
kelompok atas akan menjadi tutor bagi siswa kelompok bawah. Dalam proses tutorial ini, siswa
kelompok atas akan meningkat kemampuan akademiknya karena memberi pelayanan sebagai tutor
membutuhkan pemikiran lebih mendalam.
Pembelajaran kooperatif memiliki efek penting dalam penerimaan yang luas terhadap orang
yang berbeda menurut ras, budaya, klas sosial, kemampuan maupun ketidakmampuan. Pembelajaran
kooperatif memberi peluang kepada siswa yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk bekerja
saling bergantung satu sama lain atas tugas-tugas bersama, dan melalui struktur penghargaan
kooperatif, belajar untuk menghargai satu sama lain.
Tujuan penting selanjutnya adalah mengajarkan kepada siswa keterampilan kerja sama dan
kolaborasi. Keterampilan ini sangat penting untuk dimiliki di dalam masyarakat dimana banyak kerja
orang dewasa sebagian besar dilakukan dalam organisasi yang saling bergantung satu sama lain
(Ibrahim, 2000).
3. Sintaks Pembelajaran Kooperatif
Terdapat 6 langkah utama di dalam pembelajaran kooperatif. Pelajaran dimulai dengan guru
menyampaikan tujuan pelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar. Fase ini diikuti dengan
penyajian informasi. Selanjutnya siswa dikelompokkan ke dalam tim-tim belajar. Tahap ini diikuti
bimbingan guru pada saat siswa bekerja sama untuk menyelesaikan tugas bersama mereka.
Fase terakhir meliputi presentasi hasil akhir kerja kelompok, atau evaluasi tentang apa yang telah
mereka pelajari dan memberi penghargaan terhadap usaha-usaha kelompok maupun individu. Secara
singkat langkah-langkah model pembelajaran kooperatif nampak pada Tabel 2.1 berikut (Corebima
dkk., 2002):
Tabel 2.1 Fase-fase Pembelajaran Kooperatif
Fase
Tingkah Laku Guru
Fase 1
Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang
Menyampaikan tujuan dan ingin dicapai pada pelajaran tersebut yang ingin
memotivasi siswa
dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa
belajar.
Fase 2
Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan
Menyajikan informasi
jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.
Fase 3
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya
Mengorganisasikan siswa
membentuk kelompok belajar dan membantu setiap
Ke dalam kelompokkelompok agar melakukan transisi secara efisien.
kelompok belajar
Fase 4
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada
Membimbing kelompok
saat mereka mengerjakan tugas mereka.
bekerja dan belajar
Fase 5
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang
Evaluasi
telah dipelajari atau masing-masing kelompok
mempresentasikan hasil kerjanya.

Fase 6
Memberikan penghargaan

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.

Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya


maupun hasil belajar individu dan kelompok.

4. Landasan Teori dan Empirik


John Dewey (1916) mengharuskan guru menciptakan di dalam lingkungan belajarnya suatu sistem
sosial yang dicirikan dengan prosedur demokrasi dan proses ilmiah. Di samping upaya pemecahan
masalah di dalam kelompok kecil mereka, siswa belajar prinsip demokrasi melalui interaksi hari ke
hari satu sama lain. Hebert Thelan (1954, 1969) mengembangkan prosedur yang lebih cepat untuk
membantu siswa bekerja dalam kelompok. Kelas haruslah merupakan laboratorium atau miniatur
demokrasi yang bertujuan mengkaji masalah-masalah sosial dan antarpribadi (Nur dkk., 2000).
Hasil penelitian yang menunjukkan manfaat pembelajaran kooperatif bagi siswa dengan hasil
belajar yang rendah, antara lain (Nur dkk., 2000):
meningkatkan pencurahan waktu pada tugas
rasa harga diri menjadi lebih tinggi
memperbaiki kehadiran
angka putus sekolah menjadi rendah
penerimaan terhadap perbedaan individu menjadi lebih besar
perilaku mengganggu menjadi lebih kecil
konflik antarpribadi berkurang
sikap apatis berkurang
pemahaman yang lebih mendalam
motivasi lebih besar
hasil belajar lebih tinggi
retensi lebih lama
meningkatkan kebaikan budi, kepekaan, dan toleransi.
B. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
STAD (student Teams Achievement Division) merupakan pendekatan pembelajaran
kooperatif yang paling sederhana. Guru yang menggunakan STAD, juga mengacu kepada belajar
kelompok siswa dimana setiap minggu guru menggunakan presentasi verbal atau teks. Siswa dalam
suatu kelas tertentu dipecah menjadi kelompok dengan anggota 4-5 orang, setiap kelompok haruslah
heterogen, terdiri dari laki-laki dan perempuan, berasal dari berbagai suku, memiliki kemampuan
tinggi, sedang, dan rendah.
Anggota tim menggunakan lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran yang lain untuk
menuntaskan materi pelajarannya dan kemudian saling membantu satu sama lain untuk memahami
bahan pelajaran melalui tutorial, kuis, dan atau melakukan diskusi. Secara individual setiap minggu
atau setiap dua minggu siswa diberi kuis. Kuis itu diskor dan tiap siswa diberi skor perkembangan
(Ibrahim, 2000).
Pengetesan pembelajaran kooperatif tipe STAD, guru meminta siswa menjawab kuis tentang
bahan pelajaran. Butir-butir tes pada kuis ini harus merupakan suatu jenis tes obyektif tertulis (paperand-pencil), sehingga butir-butir itu dapat diskor di kelas atau segera setelah tes itu diberikan.
Laporan atau presensi kelompok dapat digunakan sebagai salah satu dasar evaluasi dan siswa
hendaknya diberi penghargaan perannya secara individual dan hasil kolektif.
Dalam pembelajaran kooperatif, guru harus hati-hati dengan cara menilai yang diterapkan di
luar sistem penilaian harian atau mingguan, konsisten dengan konsep struktur penghargaan kooperatif,
adalah penting bagi guru untuk menghargai hasil kelompok berupa hasil akhir maupun perilaku
kooperatif yang menghasilkan hasil akhir itu. Bagaimanapun juga, tugas penilaian ganda ini dapat
menyulitkan guru pada saat guru mencoba menentukan nilai individual untuk suatu hasil kelompok
(Corebima dkk., 2002).
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian

Ditinjau dari bagaimana penelitian ini dilakukan, maka penelitian ini termasuk dalam jenis
penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas, merupakan rangkaian penelitian yang
dilakukan secara siklik dalam rangka memecahkan masalah sampai masalah itu terpecahkan. PTK
bertujuan untuk memperbaiki kinerja, sifatnya kontekstual dan hasilnya tidak untuk digeneralisasi.
Penelitian tindakan di sini adalah kolaboratif partisipatoris, yaitu kerja sama antara peneliti dengan
guru atau teman sejawat di lapangan. Peneliti terlibat langsung dalam perencanaan, pelaksanaan,
observasi dan refleksi.
C. Sasaran Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 1 Baregbeg kelas XI IPA dengan jumlah siswa sebanyak 31
orang. Kelas X.I IPA menjadi pilihan karena penulis mengajar di kelas ini dan prestasi belajar siswa
tergolong rendah dibandingkan dengan kelas XI yang lain. Dari hasil ulangan harian pertama
diperoleh data bahwa siswa yang tuntas belajar hanya 10 siswa (32,25%).
D.

Tempat dan Waktu Pelaksanaan


Pelaksanaan penelitian pada semester ganjil tahun pelajaran 2009/2009 di kelas XI IPA
SMAN 1 Baregbeg. Pelaksanaan berlangsung pada bulan September 2009 selama 8 jam pelajaran.
Tiap jam pelajaran berlangsung selama 45 menit.
E. Prosedur Penelitian
Sesuai dengan pendekatan penelitian ini yaitu pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian
tindakan kelas, maka kehadiran peneliti di lapangan sangat diutamakan, karena peneliti bertindak
sebagai perencana, pelaksana dan pembuat laporan.
Peneliti sebagai perencana tindakan artinya peneliti membuat perangkat pembelajaran sesuai
dengan kurikulum yang berlaku. Perlu diketahui bahwa yang mengajar atau melaksanakan tindakan
adalah peneliti sendiri, peneliti sebagai pengumpul data, penganalisis data dan sekaligus pembuat
laporan hasil penelitian.
F.

Data dan Sumber Data


Data yang diperoleh pada penelitian ini adalah data hasil ulangan harian siswa pada setiap
akhir siklus, dan data pengelolaan pembelajaran kooperatif tipe STAD. Sumber data adalah
seluruh siswa yang menjadi subjek penelitian yaitu kelas XI IPA yang berjumlah 31 orang
merupakan sumber data secara klasikal.
Untuk mengumpulkan data dalam penelitian tindakan kelas ini digunakan instrumen
penelitian. Instrumen penelitian yang digunakan adalah angket, LKS dan ulangan harian.

G. Analisis Data
Data yang diperoleh dikumpulkan kemudian dianalisis. Perolehan data selama penelitian akan
dianalisis sebagai berikut:

1. Lembar kerja siswa (LKS)


Lembar kerja siswa digunakan sebagai alat untuk mengevaluasi kemampuan siswa dalam
menyelesaikan permasalahan dalam kelompok
2. Analisis hasil ulangan harian
Data hasil ulangan harian digunakan untuk mengetahui ketuntasan siswa dalam belajar, dengan
ketentuan sebagai berikut (Depdikbud, 1994):
a.
siswa secara individu telah mencapai skor minimal 65% dalam menyelesaikan soal tes;
b. secara klasikal ada 85% siswa yang telah mencapai skor 65%.
Prestasi belajar siswa dikatakan baik jika telah menunjukkan adanya peningkatan hasil ulangan harian
dari siklus 1 ke siklus berikutnya.

BAB IV
PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Tahap Pendahuluan
Sebelum penelitian dimulai, peneliti mengidentifikasi permasalahan yang terjadi pada kelas
XI IPA selama proses pembelajaran. Untuk mendapatkan informasi yang lebih mendalam, peneliti
mengadakan diskusi secara khusus dengan guru-guru terutama guru Kimia . Kemudian peneliti
memberikan angket siswa sebagai refleksi awal yang akan digunakan sebagai dasar untuk
menentukan fokus masalah pada penelitian ini
Sebelum memaparkan hasil penelitian tindakan kelas, terlebih dahulu akan disajikan data hasil
refleksi awal yang diperoleh dari angket siswa. Hasil refleksi awal tedapat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Hasil Angket Siswa sebagai Refleksi Awal
No

Aspek

1.

Kimia merupakan pelajaran yang sulit

2.

Guru pernah menggunakan model pembelajaran


kooperatif
Anda merasa senang dengan metode yang diterapkan oleh
guru anda selama ini
Anda merasa termotivasi untuk belajar saat guru anda
mengajar
Anda menginginkan adanya model pembelajaran yang
baru
Apakah anda puas dengan hasil ulangan harian yang anda
peroleh

3.
4.
5.
6.

Penilaian
Ya
Tidak
51,61% 48,39%
0%

100%

58,06%

41,94%

51,61%

48,39%

100%

0%

51,61%

48,39%

Dari Tabel 4.1 menunjukkan bahwa sebagian besar siswa kelas XI IPA SMAN 1 Baregbeg
menyatakan Kimia merupakan pelajaran yang sulit (51,61%) dan 51,61% siswa merasa tidak puas
terhadap hasil ulangan yang diperoleh. Siswa merasa jenuh dengan metode mengajar yang selama ini
diterapkan. Semua siswa (100%) menginginkan adanya variasi model pembelajaran, dan siswa merasa
kurang termotivasi untuk belajar dengan metode yang selama ini diterapkan.
Peneliti menyiapkan data yang berupa nilai ulangan harian dari konsep sebelumnya. Dari nilai
ulangan harian, maka guru dan observer membagi siswa ke dalam kelompok belajar. Pembentukan
kelompok bertujuan untuk menciptakan masyarakat belajar atau siswa belajar dalam kelompokkelompok (Nurhadi dkk., 2004).
Setelah itu peneliti menyiapkan perangkat pembelajaran siklus 1. Langkah yang ditempuh
dalam menyusun perangkat pembelajaran adalah sebagai berikut: menyusun rencana pelajaran,
membuat kartu soal), dan kunci jawaban Sesuai jadwal pembelajaran pada SMAN 1 Baregbeg yang
mengacu pada Kurikulum KTSP, pengumpulan data dimulai bulan September 2009. Alokasi waktu
untuk tiap jam pelajaran adalah 45 menit.
B. Uraian Data Tindakan
1.

Siklus 1
Pada siklus 1 terdiri dari 2 tahap tindakan. Tahap-tahap tindakan dalam siklus 1 terdiri dari:
a. Rencana Tindakan
Rencana tindakan yang dilakukan pada siklus 1 adalah sebagai berikut:
1.
Menyiapkan perangkat pembelajaran seperti rencana pelajaran (RP), dan instrumen penelitian
seperti lembar observasi pengelolaan pembelajaran kooperatif tipe STAD, kartu soal, dan kunci
jawaban.

2.

Menyiapkan peralatan yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran seperti: media, alat tulis, dan
kertas.

b. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan pada siklus 1 terbagi menjadi 1 kali pertemuan.. yang
berlangsung selama 2 X 45 menit. Pelaksanaan tindakan dimulai dengan kegiatan pendahuluan yang
berupa guru membuka pelajaran dan mengecek pengetahuan awal siswa tentang Laju Reaksi.
Kegiatan pendahuluan ini berlangsung selama 10 menit.
Pada kegiatan inti, guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok belajar kemudian
membagikan LKS pada masing-masing kelompok dan meminta siswa membaca LKS atau buku yang
relevan. Pada saat pembentukan kelompok siswa agak ribut dan ramai. Guru melakukan presentasi
kelas dilanjutkan dengan tanya jawab dan meminta masing-masing kelompok menyiapkan alat-alat
yang diperlukan untuk mengerjakan dalam buku LKS. Ada beberapa siswa yang kurang aktif dalam
kelompok. Guru membimbing masing-masing kelompok berdiskusi dalam menyelesaikan Kegiatan 1
dan 2. Ada satu atau dua siswa pada masing-masing kelompok yang kurang peduli terhadap kegiatan
yang dikerjakan oleh teman yang lain. Guru meminta beberapa kelompok mempresentasikan hasil
kerja kelompok dan meminta kelompok lain menanggapinya. Guru meminta masing-masing
kelompok mengumpulkan hasil kerjanya. Kemudian silanjutkan ssdengan post test. Kegiatan inti
berlangsung selama 70 menit.
Pada kegiatan penutup guru mengajak siswa melakukan refleksi dengan mengadakan
tanya jawab secara lisan. Guru meminta siswa membuat kesimpulan. Guru memberi tugas untuk
dikerjakan dirumah. Kegiatan penutup ini berlangsung selama 10 menit.
c.

Observasi
Pengamatan dan penilaian terhadap siswa dilakukan oleh peneliti. Pada siklus 1 ini tidak
semua siswa antusias mengikuti pelajaran. Hasil ulangan harian siswa juga belum menunjukkan hasil
yang cukup memuaskan. Ketuntasan klasikal mencapai 54,83% dengan rata-rata 64,61.
d. Refleksi
Berdasarkan hasil observasi dan evaluasi selama pelaksanaan siklus 1, ada beberapa
hal penting yang perlu diperhatikan dan diperbaiki untuk rencana tindakan pada siklus berikutnya.
Dalam kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan, guru telah berusaha tampil dengan baik dan
memenuhi seluruh aspek pembelajaran kooperatif tipe STAD. Dari hasil observasi ada beberapa hal
yang perlu diperbaiki dalam pengelolaan pembelajaran antara lain: guru kurang memotivasi siswa
dalam belajar dan kurang membimbing seluruh kelompok dalam kegiatan kelompok sehingga tidak
semua siswa terlibat dalam kegiatan kelompok. Untuk mengatasi hal tersebut peneliti dan observer
saling memberi masukan agar pada siklus berikutnya guru tampil dengan lebih baik. Guru harus
berusaha memberi bimbingan yang merata pada semua kelompok sehingga tidak ada kelompok yang
merasa tidak diperhatikan dan semua siswa terlibat secara aktif dalam pembelajaran.
Dari hasil observasi terhadap proses pembelajaran ada hal yang perlu diperbaiki untuk
rencana tindakan pada siklus berikutnya yaitu dalam kelompok kooperatif, tidak semua siswa aktif
mengerjakan kegiatan dalam LKS, terutama pada pertemuan pertama. Ada satu atau dua siswa pada
masing-masing kelompok yang kurang peduli terhadap kegiatan yang dikerjakan oleh teman yang
lain. Untuk mengantisipasi agar hal ini tidak terulang pada siklus berikutnya maka bimbingan guru
harus menyeluruh pada semua kelompok dan diharapkan terjadi pembagian tugas yang merata
antaranggota kelompok.
2.
a.

1.
2.
3.

Siklus 2
Pada siklus 2 terdiri dari 3 tahap tindakan. Tahap-tahap tindakan dalam siklus 2 terdiri dari:
Rencana Tindakan
Berdasarkan hasil refleksi siklus 1, maka rencana tindakan pada siklus 2 adalah
sebagai berikut:
Menyusun rencana pelajaran .
Menyiapkan instrumen penelitian berupa: kartu soal ulangan harian, kunci jawaban
Menyiapkan media pembelajaran.

b.

Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan pada siklus 2 terbagi menjadi 1 kali pertemuan. yang
berlangsung selama 2 X 45 menit. Pelaksanaan tindakan dimulai dengan kegiatan pendahuluan yang
berupa guru mengecek pengetahuan awal siswa tentang cara menentukan konsentrasi larutan. Guru
menulis tujuan pembelajaran. Kegiatan pendahuluan berlangsung selama 10 menit.
Pada kegiatan inti guru meminta siswa berada dalam kelompoknya masing-masing.
Siswa tertib dan tidak begitu ramai. Guru meminta siswa melakukan percobaan dalam kelompok..
Guru mengingatkan kembali pada siswa bahwa saat kerja kelompok, semua siswa
dalam kelompok harus saling bekerja sama. Begitu juga saat kegiatan diskusi kelompok dan diskusi
kelas agar semua siswa terlibat secara aktif, baik dalam mengajukan pertanyaan maupun jawaban.
Guru membimbing siswa dalam mengerjakan kegiatan percobaan tersebut dan berusaha membimbing
semua kelompok. Semua siswa dalam kelompok saling bekerja sama dalam menyelesaikan tugas.
Guru meminta beberapa kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompok dan
kelompok lain menanggapinya. Dilanjutkan dengan test akhir secara individu. Kegiatan inti
berlangsung selama 70 menit.
Pada kegiatan penutup guru. bersama dengan siswa membuat kesimpulan, kemudian
memberikan tugas berupa laporan praktikum. Kegiatan penutup ini berlangsung selama 10 menit.
c. Observasi
Selama kegiatan pembelajaran berlangsung, diadakan pengamatan dan penilaian
terhadap siswa.. Dalam kegiatan pembelajaran, guru telah memenuhi seluruh aspek pembelajaran
kooperatif. Hal ini terjadi karena guru telah mampu menumbuhkan motivasi siswa dalam belajar.
Guru telah melakukan bimbingan yang menyeluruh pada semua kelompok. Hasil ulangan harian
mencapai rata-rata 71,42 dengan ketuntasan klasikal 74,19%.
d. Refleksi
Berdasarkan hasil observasi dan tes kognitif selama siklus 2 berlangsung, diperoleh data
bahwa guru telah berhasil menerapkan pembelajaran kooperatif tipe STAD.
Hasil ulangan harian meningkat dari siklus 1 ke siklus 2. Hal ini dapat dilihat pada Gambar
4.2 berikut.

Gambar 4.2 Diagram Batang Hasil Ulangan Harian pada Siklus 1 dan 2
BAB V
PEMBAHASAN

Pengelolaan Pembelajaran kooperatif pada siklus 1 belum sepenuhnya berjalan dengan baik. Terlihat
siswa belum terbiasa dengan pembelajaran kooperatif. Siswa belum memahami tugas mereka dalam
pembelajaran kooperatif ini. Hal ini disebabkan kurangnya motivasi dan bimbingan guru sehingga
sebagian besar siswa bersifat pasif. Hanya sebagian kecil saja siswa yang aktif dalam kegiatan
pembelajaran, baik pada saat kerja kelompok maupun pada saat diskusi kelas. Alokasi waktu yang
tersedia pada rencana pembelajaran tidak tercapai dengan tepat, dimana guru kurang melakukan
transisi efisiensi pada saat membentuk kelompok sehingga waktu yang tersedia tidak cukup.
Pada siklus 2 guru telah mampu mengelola pembelajaran dengan cukup baik dan siswa nampak sudah
bisa beradaptasi dengan pembelajaran kooperatif. Guru telah mampu membangkitkan motivasi belajar
siswa dan bimbingan guru merata pada semua siswa. Hanya sebagian kecil saja siswa yang terlihat
pasif dalam kegiatan pembelajaran baik pada saat kerja kelompok maupun pada saat diskusi kelas.

Pengaturan waktu sudah sangat baik sehingga KBM berjalan sesuai skenario. Pada siklus 2 ini guru
telah mampu mengatasi segala hal yang menghambat kegiatan belajar mengajar dengan mengadakan
perbaikan-perbaikan pada beberapa aspek yang dirasa masih kurang. Secara keseluruhan kegiatan
pembelajaran kooperatif berlangsung baik sehingga dapat dikatakan bahwa pengelolaan kegiatan
pembelajaran berlangsung secara efektif.
Pada data hasil ulangan harian meningkat dari siklus 1 ke siklus 2, baik dari persentase ketuntasan
klasikal maupun rata-rata kelas. Kenaikan tersebut sebanyak 19,32% untuk ketuntasan klasikal dan
6,81 untuk rata-rata kelas. Adanya peningkatan tersebut disebabkan pengelolaan pembelajaran
kooperatif telah berlangsung secara efektif. Hal ini sesuai dengan pendapat Ibrahim (2000), bahwa
model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit dan struktur penghargaan
kooperatif telah dapat meningkatkan penilaian siswa pada belajar akademik dan perubahan norma
yang berhubungan dengan hasil belajar. Didukung oleh pendapat Nur dkk. (2000) bahwa manfaat
pembelajaran kooperatif bagi siswa dengan hasil belajar yang rendah, antara lain meningkatkan
pencurahan waktu pada tugas, rasa harga diri menjadi lebih tinggi, memperbaiki kehadiran, angka
putus sekolah menjadi rendah, penerimaan terhadap perbedaan individu menjadi lebih besar, perilaku
mengganggu menjadi lebih kecil, konflik antarpribadi berkurang, sikap apatis berkurang, pemahaman
yang lebih mendalam, motivasi lebih besar, hasil belajar lebih tinggi, retensi lebih lama dan
meningkatkan kebaikan budi, kepekaan, dan toleransi.
Pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dilaksanakan guru telah mampu menumbuhkan dan
meningkatkan motivasi belajar siswa sehingga prestasi belajar siswa kelas XI IPA SMAN 1 Baregbeg
meningkat. Terutama adanya penghargaan yang diberikan guru pada kelompok terbaik. Pemberian
penghargaan ini telah memunculkan efek positif pada siswa. siswa semakin antusias untuk belajar.
Hal ini didukung oleh pendapat Nur (2001) bahwa salah satu cara memunculkan motivasi pada siswa
adalah menonjolkan hal yang positif, dengan mengetahui kekuatan-kekuatan siswa dan menggunakan
kekuatan itu sebagai bahan dasar untuk membangun.

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A.

Kesimpulan
Berdasarkan data hasil penelitian maka diperoleh suatu kesimpulan, sebagai berikut:
1.
Pengelolaan pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas
X.I IPA SMAN 1 Baregbeg
2.
Peningkatan prestasi belajar yang diperoleh adalah sebanyak 19,32% untuk ketuntasan klasikal dan
6,81 untuk rata-rata kelas.
B.

Saran
Ada beberapa saran yang dapat disampaikan dari hasil penelitian ini, antara lain:
1.
Pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat dijadikan sebagai alternatif untuk melakukan inovasi
pembelajaran di kelas.
2.
Pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan tipe paling sederhana. Untuk itu pembelajaran
kooperatif dapat dikembangkan dengan menggunakan tipe-tipe lain yang sesuai.
3.
Untuk meningkatkan motivasi siswa dalam belajar bisa dikembangkan alat penghargaan yang lain
yang lebih menarik.

DAFTAR PUSTAKA

Adun Rusyana, Drs,M.Pd, 2003, Prinsip-prinsip Pembelajaran, Aris Family Publiser, Ciamis
Roestiya, 1990, Strategi Belajar Mengajar, Rineka Cipta, Jakarta.
Ulihbukit Karo-karo dkk,Ign,1981, Metodologi Pengajaran, CV Saudara, Salatiga.

Anda mungkin juga menyukai