Disusun oleh:
GOHAN FRANSISKA MANURUNG (H3112039)
TELUR ASIN
Telur asin
Telur bebek, garam, abu gosok, dan air
Produk berbentuk bulat telur dan warnanya
biru
dikemas dengan plastik
14 hari
Telur bebek
Telur bebek
Dibersihkan
Diamplas seluruh
permukaan telur
Dicampurkan adonan
abu gosok dan garam
1:1
Dibungkus setebal 1-2
mm
Air hangat
2. Analisis Bahaya
Bahaya adalah suatu faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan konsumen secara
negatif yang meliputi bahaya biologis, kimia atau fisik baik dalam atau kondisi dari
makanan yang berpotensi untuk menyebabkan dampak merugikan kesehatan. Analisis
bahaya dilakukan dengan menyusun daftar yang memuat semua potensi bahaya yang
berhubungan pada masing-masing tahapan melakukan analisis potensi bahaya yang telah
diidentifikasi menggunakan decision tree.
Penyebab
-
Abu gosok
Biologi
Jamur
Serangga
Kimia
Fisik
Residu pestisida
Tanah
Kerikil
Garam
Biologi
Kimia
Fisik
Jamur
Semut
Bakteri osmofilik Cemaran logam
Kerikil
Tindakan pengendalian
Pembelian bahan
baku
Proses
penimbangan
bahan baku
Penanganan
bahan baku yang
kurang tepat
Penyimpanan
bahan baku yang
kurang tepat
Penyimpanan
bahan bahan
baku yang kurang
tepat
Pencucian yang
kurang bersih
Pengupasan kulit
yang tidak bersih
Kurangnya
pengawasan
terhadap
keberishan abu
gosok
Pemilihan garam
yang tidak baik
Kualitas
garamyang tidak
baik (keras)
Memperbaiki sistem
pembelian bahan baku
Memilih telur dengan
kualitas paling baik
Memilih telur yang tidak
retak, dan bersih dari
kotoran
Melakukan proses
pencucian
pasir
Air
Biologi
Kimia
Fisik
E.coli
Bakteri
Serangga
Lumut
Kaporit
Cemaran logam
Rambut
Debu
Penyimpanan
garam yang tidak
tepat
Penumbukan
garam yang tidak
bersih
Pemakaian air
PAM
Tidak dilakukan proses filtrasi
Tidak
membersihkan
saluran air
Menggunakan air
yang ada di
ember
diterima
Menyimpan garam di
temmpat yang tepat
Telur asin memiliki potensi bahaya berupa cemaran fisik, kimia dan biologi.
Kontaminasi fisik terutama diakibatkan oleh kotoran serangga atau biologis lainnya.
Bahaya fisik diantaranya adalah pecaha gelas, logam, batu daun, ranting, kayu, perhiasan,
pasir dan lain-lain (Winarno, 2004). Hal ini disebabkan oleh kontaminasi dari lingkungan
atau pekerja. Terdapat dua faktor yang mempengarui pertumbuhan bahaya biollogis yaitu
pertama adalah factor-faktor intrinsic, seperti pH, kadar air/aktifitas air (aw), nutrient,
senyawa anitimikrobia, struktir biologis,dan lain-lain. Kedua adalah factor eksterinsik,
sepeti suhu, kelembapan, gas (karbon dioksida, ozon, sulfur dioksida), dan lain-lain
(Winarno, 2004).
pengemasan yang tidak tepat, sehingga bakteri mudah masuk. Sedangkan cemaran kimia
drai kaporit. Hal ini disebabkan oleh penggunaan pemutih berbahan dasar kaporit
menyebabkan produk tercemar kaporit. Kontaminasi bahan kimia pada makanan dapat
terjadi pada setiap tahap produksi, dan pertumbuhan bahan baku dilapangan sampai
konsumsi produk akhir. Pengaruh kontaminasi kimia terhadap konsumen dapat berjangka
panjang (akut) seperti pengaruh makanan yang mengadung allergen. Sumber logam
beracun berasal dari polusi lingkungan, tanah/lahan budidaya, peralatan, air pengolahan
makanan, bahan kimia yang diaplikasikan dalam pertanian (Winarno, 2004). Bahan
sangat berpotensi menjadi sumber bahaya, baik fisik, biologis, maupun kimia. Bahaya
tersebut dapat diidentifikasi sengaja ditambahakan untuk keuntungan, namun dapat pula
dikontaminasi silang yang tidak diketahui. Bahan Baku pada pembuatan telur asin adalah
Telu bebek. Telur memiliki potensi terkena campuran biologi, fisik dan kimia. Cemaran
fifiknya dapat berupa kotoran dari bebek yang belum dibersihkan. Kotoran itu
mengandung racun jika belum dibersihkan. Cara mengendalikannya yaitu pada saat
sortasi dan penyimpanan lebih di perketat dan dikontrol agar dapat mengurangi cemaran.
Dan pada saat pencucian telur benar-benar harus dalam keadaan bersih dan data digojog
tidak berbunyi. Telur dalam keadaan bersih, Kulit telur rata, Isi dalam telur tidak
berbunyi jika digoncang, telur tidak cacat atau retak.
Itu menandakan bahwa telur dapat dikonsumsi. Garam yang digunakan harus
terjaga kualitasnya, jauh dari kerikil dan cemaran fisik lainnya. Yang tidak akan
memberika dampak buruk pada telur misalnya retak atau pecah. Dan pemilihan abu
gosok yang baik. Pada saat dioleskan usahakan agar berhati-hati untuk mengurangi hal
yang tidak diinginkan pada telur asin.
Proses
Pencucian
Identifikasi bahaya
Tipe
Bahaya
Biologi
Kimia
Fisik
Lumut,
serangga,
Kaporit,
cemaran logam
debu, kotoran
lain
Penyebab
Pengolesan
Biologi
Kimia
Fisik
Perendaman
Fisik
Kimia
Fisik
Pengemasan
Biologi
Kimia
Fisik
Debu , batang,
kerikil
Kotoran dari alat yang digunakan
Serangga
Migrasi bahan
pengemas ke
produk
Debu, kerikil,
Asessemen bahaya
Tindakan Pengendalian
Peluang Keparahan Resiko
(T/S/R)
(T/S/R)
(T/S/R)
Saluran
air S
S
T
- Menggunakan air yang
yang kotor
bersih, tak berwarna,
Tempat
tak berbau
T
T
T
pencucian
- Menghindari
yang kotor
penggunaan air yang
S
R
S
Penggunaan
tidak mengalir
air PAM
- Membersihkan saluran
Penggunaan
air dan tempat cuci
air yang tidak
setiap hari sebelum dan
mengalir
sesudah digunakan
Pisau
yang R
S
T
- Menggunakan
kain
digunakan
yang bersih
tidak bersih
- Memisahkan kotoran
R
T
T
Tidak
dengan telor
T
S
R
dipisahkan
- Melakukan sortasi pada
R
antara kotoran T
abu gosok
kulit dengan S
R
R
rimpang yang
telah bersih
Penggunaan
S
S
T
pisau
yang
berkarat
Pengemasan
S
R
R
- Melakukan pengecekan
dilakukan
sebelum disealer
T
T
T
diruang
- Melakukan
terbuka
sanitasipekerja
dan
Produk yang S
ruangan
R
R
telah
diisi
- Proses
pengemasan
produk
diperhatikan keeratan
ditempatkan
dibawah
lantai
Pengemas
yang
digunakan
berjenis
plastik PP
pengemas
Telur adalah salah satu sumber protein hewani yang memiliki rasa
yang lezat, mudah dicerna, dan bergizi tinggi. Telur terdiri dari protein 13%,
lemak 12%, serta vitamin, dan mineral. Nilai tertinggi telur terdapat pada
bagian kuningnya. Kuning telur mengandung asam amino esensial yang
dibutuhkan serta mineral seperti: besi, fosfor, sedikit kalsium, dan vitamin B
kompleks. Sebagian protein (50%) dan semua lemak terdapat pada kuning
telur. Adapun putih telur yang jumlahnya sekitar 60% dari seluruh bulatan
telur mengandung 5 jenis protein dan sedikit karbohidrat. Kelemahan telur
yaitu memiliki sifat mudah rusak, baik kerusakan alami, kimiawi maupun
kerusakan akibat serangan mikroorganisme melalui pori-pori telur. Oleh
karena itu usaha pengawetan sangat penting untuk mempertahankan kualitas
telur. Pada telur asin ada 4 proses yaitu pencucian, pengolesan, perendaman,
dan pengemasan. Pencucian telur asin ini berguna untuk membersihkan
kotoran yang ada pada telur. Beberapa proses pengawetan telur utuh yang
diawetkan bersama kulitnya antara lain: proses pendinginan, proses
pembungkusan kering, proses pelapisan dengan minyak, proses pencelupan
dalam berbagai cairan.
Telur asin merupakan salah satu metode untuk mengawetkan telur.
Teknik mengasinkan telur telah ada dilakukan sejak dahulu dengan tujuan
untuk memperpanjang masa simpan telur sekaligus menambah cita rasanya.
Namun sayangnya, saat ini telur asin sudah mulai ditinggalkan konsumen dan
hal ini mungkin karena kualitas telur asin yang dihasilkan tidak mengikuti
selera konsumen yang berubah. Memilih telor yang baik sebelum disortir
kepada pengusaha telor asin, supaya telor asin yang dihasilkan dapat
memuaskan pelanggan atau konsumen. Pada proses ke dua pengolesan yaitu
telur yang diasinkan bersifat stabil, dapat disimpan tanpa mengalami proses
perusakan. Pastikan telur benar-benar baik tidak retak atau busuk (bisa dengan
cara merendam di air, telur yang mengapung berarti jelek, jangan dipakai).
Bersihkan telur dengan air bersih atau air hangat kemudian dilap kemudian
Bahan Baku
P1
P2
P3
Apakah terdapat
bahaya dalam
konsumen akan
kontaminasi silang
menghilangkan
terhadap fasilitas
bahaya tersebut?
Keterangan ( CCP
atau bukan CCP)
Telur bebek
Ya
Ya
Ya
Bukan CCP
Air
Ya
Ya
Ya
Bukan CCP
Garam
Ya
Ya
Ya
Bukan CCP
Abu gosok
Ya
Ya
Ya
Bukan CCP
Identifikasi
Bahaya
P1
Apakah
P2
Apakah
P3
P4
Keterangan
Apakah proses
terdapat tindakan
ini
bahaya
pencegahan
khusus
pada
untuk
proses
mengendalikan atau
sampai
atau
ini? Ya
bahaya
batas
mengurangi
: ke P2
tersebut?
Tidak:
Ke P3 Tidak: aman?
Bukan
Bukan CCP
CCP
dirancang bahaya
P5
untuk dapat
mengurangi
selanjutnya
dapat
bahaya?
bukan
Ya:
Tidak:
Tidak:
BUkan
CCP
Pencucian
Pengolesan
Biologi:
Lumut
serangga
Kimia:
Kaporit
cemaran
logam
Fisik:
Kotoran
Biologi:
Jamur pada
abu gosok
Ya
Ya
Tidak
Tidak
Tidak
CCP
Ya
Tidak
Bukan CCP
Kimia:
Fisik:
kotoran dari
bahna lain
Perendaman Fisik: Debu Ya
batang
kerikil
Kimia
Fisik:
Kotoran
dari alat
yang
digunakan
Ya
Pengemasan Biologi:
serangga
Kimia:
migrasi
bahan
pengemasan
ke produk
Fisik: debu,
kerikil
Ya
Ya
CCP
Ya
Ya
CCP
Dari hasil penetapan CCP pada bahan baku menggunakan decision tree dapat
diketahui bahwa bahan baku yang digunakan dalam pembuatan proses telur asin
semuanya tidak termasuk CCP yang memerlukan penanganan lebih lanjut. Potensi
bahaya dapat dihilangkan dan dapat diminimalisir, sehingga bukan merupakan CCP.
Setelah menetapkan CCP pada bahan baku, selanjutnya adalah menetapkan CCP pada
proses produksi telur asin.
Dari keempat tahapan proses pembuatan telur asin, ada tiga yang menjadi titik
kritis dan perlu dikontrol (CCP). Ketiga tahapan proses tersebut adalah tahapan
pencucian, perendaman, dan pengemasan. Kegiatan selanjutnya adalah penetapan batas
kritis dan pemantauan (Monitoring) terhadap efektifitas proses mengendalikan CCp serta
tindakan koreksi apabila terjadi penyimpangan terhadap batas kritis suatu CCP. Hal ini
bertujuan untuk menjamin keamanan produk yang dihasilkan.
Penentuan CCP ditentukan berdasarkan pertanyaan untik mennetukan apakah
suatu titik kendali merupakan CCP atau bukan. Kriteria CCP ditentukan jika dalam
proses produksi pembuatan telur asin mengandung bahaya tanpa adanya proses yang
dapat menghilangkan bahaya tersebut atau ada proses untuk menghilangkan bahaya
tersebut. Tiga tahap itu adalah Pencucian, Perendaman dan pengemasan:
1. Pencucian
Proses pencucian ini bertujuan untuk menghilangkan kotoran yang
terdapat pada telur bebek. Kotoran yang terdapat pada telur menagandung
bakteri yang sangat merugikan, dan menjadi factor yang tidak disukai
konsumen atau pelanggan
2. Perendaman
Proses perendaman dengan air garam ini membuat telur bebek menjadi
asin, proses ini menjadi factor penentu telur asin yang memiliki hasil yang
bagus dan tidak. Semua itu tergantung berapa lama waktu pengendapan.
3. Pengemasan
Proses pengemasan adalah proses akhir dari pembuatan telur asin ini.
Pengemasan berguna untuk mencegah terjadinya kontak dari udara luar yang
dapat menyebabkan telur pecah atau retak akibat benturan atau senggolan dari
konsumen
Disusun oleh:
GOHAN FRANSISKA MANURUNG (H3112039)
Glukosa
Enzim katalase
Enzim peroksida
2. Komposisi akhir :
Kandungan gula yang terkandung pada produk akhir yang tidak boleh kurang
dari 25% b/b
Jumlah maksimum
100 mg/kg total glukosa sebagai pemanis
garam 50 mg/kg total nitrit dinyatakan sebagai
natrium nitrit
Antioksidan
Asam askorbat dan garam natrium
Asam iso-askorbat dan glukosa
4. Kontaminan
Kontaminan
Lead (Pb)
Tin (Sn) untuk produk dalam tinplate
Zn (zeng)
Aluminium
Jumlah maksimum
300 mg/kg (dinyatakan sebagai asam
askorbat secara tunggal atau kombinasi)
300 mg/kg (dinyatakan sebagai asam
askorbat secara tunggal atau kombinasi)
Jumlah maksimum
2 mg/kg1
200 mg/kg1
100 mg/kg
5 mg/kg
7
7.1
7.2
7.3
8
8.1
8.2
8.3
Ruang kosong
Keadaan isi
buah
Jenis buah
warna
bau
Tekstur
Medium
perendam
keadaan
Bau
Rasa
Bobot tuntas
Proporsi buah
Pepaya/nenas
Nenas
persik
Pir
anggur
Ceri
Keseragaman
ukuran buah
Bahan asing
Maks.10
Maks. 10
Sesuai tabel
Khas normal
Normal
Khas, normal
Sesuai tabel
Khas normal
Normal
Khas, normal
%b/b
Normal
Normal
Normal
Min. 60
Normal
Normal
Normal
Min.60
%b/b
%b/b
%b/b
%b/b
%b/b
%b/b
%b/b
6-25
30-50
25-45
6-20
2-15
Min. 75
25-55
Kulit
buah
(agrerat)
Tangkai buah
Bahan
asing
lain
Jumlah
gula
dalam
media
perendam
Media larutan
gula
sangat
encer
Media larutan
gula encer
Media larutan
gula kental
Cm/kg
Maks.25
Maks.25
Per kg
-
Maks 5
Tidak
ada
Maks.5
boleh Tidak
ada
Brix, 200C
Min 10
Min 10
Brix, 200C
Min 14
Min 14
Brix, 200C
Min 18
Min 18
Min. 75
boleh
8.4
9.1
Media larutan
gula
sangat
kental
Bahan
tambahan
makanan
Pemanis buatan
9.2
Pengawet
9.3
Pewarna
tambahan
10
10.1
10.2
10.3
10.4
11
Cemaran logam
Tembaga (Cu)
Timbal (Pb)
Seng (Zn)
Timah (sn)
Cemaran arsen
( As)
12
Cemaran
Mikroba
12.1
Total
bakteri
(pembentuk
spora)
12.2
Bakteri bentuk
koli
12.3
Clostridium
perfringens
12.4
Staphilococcus
aureus
Sumber : SNI 01-3834-2004
Brix, 200C
Min 2
Min 22
Sesuai dengan
SNI 01-02221995
Sesuai dengan
SNI 01-02221995
Sesuai dengan
SNI 01-02221995
Sesuai dengan
SNI 01-02221995
Sesuai dengan
SNI 01-02221995
Sesuai dengan
SNI 01-02221995
Sesuai dengan
SNI 01-02221995
Sesuai dengan
SNI 01-02221995
Sesuai dengan
SNI 01-02221995
Sesuai dengan
SNI 01-02221995
Sesuai dengan
SNI 01-02221995
Sesuai dengan
SNI 01-02221995
Mg/kg
Mg/kg
Mg/kg
Mg/kg
Mg/kg
Maks. 50
Maks. 2.0
Maks 40.0
Maks 250.0
Maks 1.0
Maks. 50
Maks. 2.0
Maks 40.0
Maks 250.0
Maks 1.0
Koloni/g
Maks. 100
Maks 100
APM/g
<3
<3
Per g
negatif
negatif
Per g
negatif
negatif
c. Higiene
Koktil buah dalam kaleng harus diproduksi secara higienis termasuk cara penyiapan
dan penanganan yang mengacu pada peraturan Dapartemen Kesehatan R.I yang berlaku
tentang pedoman cara produksi yang baik untuk makanan.
d. Pemberian Label
Pada pemberian label harus mencakup hal- hal sebagai berikut :
a. Nama produk pangan :
Koktil dalam buah kaleng (Nenas, papaya, Melon)
b. Tanggal pembuatan, kadaluarsa, dan cara penyimpanan
Tanggal produksi dan akhir produk tidak dapat diproduksi lagi. Untuk
penyimpanan koktil buah kaleng adalah Head space adalah ruang hampa
diantara permukaan atas bahan dan tutup kaleng.
c. Kemasan non-retail hanya disertakan nama produk dan alamat produsen