Anda di halaman 1dari 9

SOAL

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

pasukan liar apa pimpinan siapa dan tujuannya apa yang berada di luar istana ?
mengapa habibi tdk menjadi capres lagi?
jelaskan masalah BLBI dan penyelesaiannya?
apa prestasi habibi dibidang ekonomi keuangan di era reformasi , buktikan!
jelaskan kebijakan megawati yg kontroversial!
departemen apa saja yg dibubarkan gusdur beserta alasannya
siapa kapolri waktu itu yg akan diganti oleh gusdur dan siapa calon kapolri yg diajukan
gusdur bagaimana kesudahannya?
8. kebijakan terakhir apa yg mempercepat kejatuhan gusdur?mengapa?
9. apa krismon itu dan jelaskan dampak beruntunnya di indonesia?
10. apa alasan atau latar belakang setiap bangsa memerlukan kondisi ketahanan nasional yg
kuat (ulet dan tangguh)Kemampuan, kekuatan, ketangguhan dan keuletan?
PEMBAHASAN SOAL
1. pasukan liar yang dipimpin oleh Elang Mulya Lesmana, Hafidhin Royan, Hendrawan Sie,
dan Heri Hartanto beserta mahasiswa dan elemen-elemen masyarakat yang bertujuan
menuntut turunnya presiden Soeharto dari jabatannya.
2. Habibie mewarisi kondisi kacau balau pasca pengunduran diri Soeharto pada masa orde
baru, sehingga menimbulkan maraknya kerusuhan dan disintegerasi hampir seluruh
wilayah Indonesia. Segera setelah memperoleh kekuasaan Presiden Habibie segera
membentuk sebuah kabinet. Salah satu tugas pentingnya adalah kembali mendapatkan
dukungan dari Dana Moneter Internasional dan komunitas negara-negara donor untuk
program pemulihan ekonomi. Dia juga membebaskan para tahanan politik dan mengurangi
kontrol pada kebebasan berpendapat dan kegiatan organisasi.
Pada era pemerintahannya yang singkat ia berhasil memberikan landasan kokoh bagi
Indonesia, pada eranya dilahirkan UU Anti Monopoli atau UU Persaingan Sehat,
perubahan UU Partai Politik dan yang paling penting adalah UU otonomi daerah. Melalui
penerapan UU otonomi daerah inilah gejolak disintergrasi yang diwarisi sejak era Orde
Baru berhasil diredam dan akhirnya dituntaskan di era presiden Susilo Bambang
Yudhoyono, tanpa adanya UU otonomi daerah bisa dipastikan Indonesia akan mengalami
nasib sama seperti Uni Soviet dan Yugoslavia.
Pengangkatan B.J. Habibie sebagai Presiden menimbulkan berbagai macam kontroversi
bagi masyarakat Indonesia. Pihak yang pro menganggap pengangkatan Habibie sudah
konstitusional. Hal itu sesuai dengan ketentuan pasal 8 UUD 1945 yang menyebutkan
bahwa "bila Presiden mangkat, berhenti, atau tidak dapat melakukan kewajibannya dalam
masa jabatannya, ia diganti oleh Wakil Presiden sampai habis waktunya". Sedangkan
pihak yang kontra menganggap bahwa pengangkatan B.J. Habibie dianggap tidak
konstitusional. Hal ini bertentangan dengan ketentuan pasal 9 UUD 1945 yang
menyebutkan bahwa "sebelum presiden memangku jabatan maka presiden harus
mengucapkan sumpah atau janji di depan MPR atau DPR".

Langkah-langkah yang dilakukan BJ Habibie di bidang politik adalah:

Memberi kebebasan pada rakyat untuk menyalurkan aspirasinya sehingga


banyak bermunculan partai-partai politik baru yakni sebanyak 48 partai politik
Membebaskan narapidana politik (napol) seperti Sri Bintang Pamungkas
(mantan anggota DPR yang masuk penjara karena mengkritik Presiden
Soeharto) dan Muchtar Pakpahan (pemimpin buruh yang dijatuhi hukuman
karena dituduh memicu kerusuhan di Medan tahun 1994)
Mencabut larangan berdirinya serikat-serikat buruh independen
Membentuk tiga undang-undang yang demokratis yaitu :

1.
2.
3.

UU No. 2 tahun 1999 tentang Partai Politik


UU No. 3 tahun 1999 tentang Pemilu
UU No. 4 tahun 1999 tentang Susunan Kedudukan DPR/MPR

Menetapkan 12 Ketetapan MPR dan ada 4 ketetapan yang mencerminkan


jawaban dari tuntutan reformasi yaitu :

1.

Tap MPR No. VIII/MPR/1998, tentang pencabutan Tap No. IV/MPR/1983


tentangReferendum
Tap MPR No. XVIII/MPR/1998, tentang pencabutan Tap MPR No.
II/MPR/1978 tentang Pancasila sebagai azas tunggal
Tap MPR No. XII/MPR/1998, tentang pencabutan Tap MPR No.
V/MPR/1978 tentang Presiden mendapat mandat dari MPR untuk memiliki
hak-hak dan Kebijakan di luar batas perundang-undangan
Tap MPR No. XIII/MPR/1998, tentang Pembatasan masa jabatan Presiden dan
Wakil Presiden maksimal hanya dua kali periode.

2.
3.

4.

12 Ketetapan MPR antara lain :


1.

2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.

Tap MPR No. X/MPR/1998, tentang pokok-pokok reformasi pembangunan


dalam rangka penyelematan dan normalisasi kehidupan nasional sebagai
haluan negara
Tap MPR No. XI/MPR/1998, tentang penyelenggaraan negara yang bersih dan
bebas korupsi, kolusi, dan nepotisme
Tap MPR No. XIII/MPR/1998, tentang pembatasan masa jabatan presiden dan
wakil presiden Republik Indonesia
Tap MPR No. XV/MPR/1998, tentang penyelenggaraan Otonomi daerah
Tap MPR No. XVI/MPR/1998, tentang politik ekonomi dalam rangka
demokrasi ekonomi
Tap MPR No. XVII/MPR/1998, tentang Hak Asasi Manusia (HAM)
Tap MPR No. VII/MPR/1998, tentang perubahan dan tambahan atas Tap MPR
No. I/MPR/1998 tentang peraturan tata tertib MPR
Tap MPR No. XIV/MPR/1998, tentang Pemilihan Umum
Tap MPR No. III/V/MPR/1998, tentang referendum
Tap MPR No. IX/MPR/1998, tentang GBHN
Tap MPR No. XII/MPR/1998, tentang pemberian tugas dan wewenang khusus
kepada Presiden/mandataris MPR dalam rangka menyukseskan dan
pengamanan pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila

12.

Tap MPR No. XVIII/MPR/1998, tentang pencabutan Pedoman Penghayatan


dan Pengamalan Pancasila (P4)

Di bidang ekonomi, ia berhasil memotong nilai tukar rupiah terhadap dollar masih berkisar
antara Rp 10.000 Rp 15.000. Namun pada akhir pemerintahannya, terutama setelah
pertanggungjawabannya ditolak MPR, nilai tukar rupiah meroket naik pada level Rp 6500
per dolar AS nilai yang tidak akan pernah dicapai lagi di era pemerintahan selanjutnya.
Selain itu, ia juga memulai menerapkan independensi Bank Indonesia agar lebih fokus
mengurusi perekonomian. Untuk menyelesaikan krisis moneter dan perbaikan ekonomi
Indonesia, BJ Habibie melakukan langkah-langkah sebagai berikut :

Melakukan restrukturisasi dan rekapitulasi perbankan melalui pembentukan


BPPN dan unit Pengelola Aset Negara
Melikuidasi beberapa bank yang bermasalah
Menaikkan nilai tukar rupiah terhadap dolar hingga di bawah Rp. 10.000,00
Membentuk lembaga pemantau dan penyelesaian masalah utang luar negeri
Mengimplementasikan reformasi ekonomi yang disyaratkan IMF
Mengesahkan UU No. 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan
Persaingan yang Tidak Sehat
Mengesahkan UU No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

Salah satu kesalahan yang dinilai pihak oposisi terbesar adalah setelah menjabat sebagai
Presiden, B.J. Habibie memperbolehkan diadakannya referendum provinsi Timor Timur
(sekarang Timor Leste), ia mengajukan hal yang cukup menggemparkan publik saat itu,
yaitu mengadakan jajak pendapat bagi warga Timor Timur untuk memilih merdeka atau
masih tetap menjadi bagian dari Indonesia. Pada masa kepresidenannya, Timor Timur
lepas dari Negara Kesatuan Republik Indonesia dan menjadi negara terpisah yang
berdaulat pada tanggal 30 Agustus 1999. Lepasnya Timor Timur di satu sisi memang
disesali oleh sebagian warga negara Indonesia, tapi disisi lain membersihkan nama
Indonesia yang sering tercemar oleh tuduhan pelanggaran HAM di Timor Timur.
Kasus inilah yang mendorong pihak oposisi yang tidak puas dengan latar belakang
Habibie semakin giat menjatuhkan Habibie. Upaya ini akhirnya berhasil dilakukan
pada Sidang Umum 1999, ia memutuskan tidak mencalonkan diri lagi setelah
laporan pertanggungjawabannya ditolak oleh MPR.
3. Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) adalah skema bantuan (pinjaman) yang
diberikan Bank Indonesia kepada bank-bank yang mengalami masalah likuiditas pada saat
terjadinya krisis moneter 1998 di Indonesia. Skema ini dilakukan berdasarkan perjanjian
Indonesia dengan IMF dalam mengatasi masalah krisis. Pada bulan Desember 1998, BI
telah menyalurkan BLBI sebesar Rp 147,7 triliun kepada 48 bank.
Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) bukanlah bantuan cuma-cuma alias gratis,
tetapi merupakan bentuk pinjaman kepada sejumlah bank yang betul-betul

mengalami

kesulitan likuiditas, misalnya akibat banknya di rush.Sehingga, untuk menyelamatkan


bank-bank tersebut BI sebagai lender of the last resort memberikan pinjaman berupa

BLBI. Dalam hal ini, pengucuran dana BLBI ke sejumlah bank tersebut berada dalam
situasi emergency atau darurat. Asumsinya, kalau bank-bank tersebut tidak segera dibantu
bank-bank tersebut akan kolaps dan bangkrut, yang pada gilirannya berdampak kurang
menguntungkan bagi perekonomian saat itu.
Salah satu yang cukup menarik dari kasus BLBI adalah bahwa sejumlah bank penerima
BLBI tersebut saat ini berada dalam pengawasan Badan Penyehatan Perbankan Nasional
(BPPN). Dengan kata lain bahwa kondisi mereka saat ini sudah tidak seperti dulu lagi.
Ada sekitar 54 Bank-bank penerima BLBI yang masuk dalam pengawasan BPPN antara
lain 10 Bank Beku Operasi (BBO), 4 Bank Take Over (BTO), 24 Bank Beku Kegiatan
Usaha (BBKU), dan 16 Bank Dalam Likuidasi (BDL). Melihat kondisi tersebut, maka
harapan untuk dapat menarik kembali dana

BLBI yang dinikmati oleh sejumlah bank

yang saat ini dalam kendali BPPN nampaknya menjadi semakin berat (payah). Bank yang
diharapkan dapat beroperasi secara normal setelah suntikan BLBI, ternyata harus
menerima pil

pahit yaitu dalam pengawasan BPPN. Meskipun pemilik bank-bank

penerima BLBI tersebut memiliki asset perusahaan, namun seringkali nilai asset yang
digunakan jaminan kurang sebanding dengan nilai BLBI yang diterimanya. Disamping itu,
pola pengembalian BLBI secara kontan yang semula hanya dalam waktu satu bulan,
selanjutnya diperbarui menjadi sampai dengan lima tahun. Mengingat bahwa jangka waktu
yang hanya satu bulan untuk mengembalikan kucuran dana BLBI dalam situasi saat ini
nampaknya sulit

dipenuhi.Oleh karenanya pemerintah memandang perlu untuk memberi

waktu kelonggaran hingga lima tahun, dengan suatu harapan kucuran dana BLBI dapat
segera ditarik kembali dan tidak menguap. Dengan demikian, saat ini menjadi tugas yang
amat berat bagi BPPN untuk dapat menarik kembali kucuran dana dari bank-bank
penerima BLBI sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Adapun penyelesaian masalah BLBI sekarang sebenarnya sudah tidak diurus oleh
pemerintah. Pengucuran dana BLBI ke sejumlah bank yang mengalami kesulitan likuiditas
yang hingga kini belum menampakkan hasil yang berarti tersebut hendaknya menjadi
pengalaman yang berharga bagi dunia perbankan. Peran Bank Sentral dalam mengucurkan
dana BLBI ke sejumlah bank tersebut merupakan salah satu fungsi yang diembannya
sebagai lender of the last resort. Sehingga kalau ada bank yang mau kolaps karena di rush,
tentunya BI tak akan tinggal diam dan memberikan suntikan dana segar dalam bentuk
BLBI. Yang sekarang masih menjadi perdebatan publik kaitannya dengan masalah BLBI

adalah diduga terdapat penyalahgunaan dalam pengucuran dana BLBI tersebut.


Sebagaimana hasil audit Badan Pemeriksa Keuangan yang disampaikan dalam acara
dengar pendapat BPK dengan Komisi IX DPR bahwa terdapat penyimpangan penyaluran
BLBI sekitar Rp. 89 triliun lebih. Temuan BPK atas penyimpangan BLBI memang perlu
klarifikasi dan sekaligus penelusuran lebih lanjut.
Apa yang dilakukan Panitia Kerja BLBI merupakan langkah positif dalam memberikan
peran kontrol anggota dewan terhadap pemerintah. Apalagi masalah pengucuran dana
BLBI tersebut mencakup dana triliunan dan diduga melibatkan sejumlah pejabat mulai
mantan presiden, kalangan BI, mantan menkeu, mantan menko ekuin, mantan penasehat
keuangan, mantan mensesneg, dan sejumlah eksekutif bank. Sebuah permasalahan yang
cukup kompleks, rumit dan tak mungkin dapat diselesaikan dalam waktu yang singkat.
Pengalaman menunjukkan bahwa penyelesaian terhadap kasus-kasus pelanggaran di dunia
perbankan nampaknya belum memberikan hasil seperti yang diharapkan. Mulai dari
upaya-upaya cegah tangkal (cekal), penyelidikan, penyidikan, bahkan sampai pada
proses pengadilanpun, kita belum melihat proses penyelesaian yang adil terhadap mereka
yang diduga merugikan uang negara dalam jumlah besar. Kekhawatiran masyarakat awam
terhadap penyelesaian berbagai kasus perbankan lainnya hendaknya jangan sampai terjadi
pada kasus penanganan BLBI. Penyelesaian kasus BLBI yang segera dilakukan bukan saja
terbatas pada pemanggilan sejumlah pejabat yang terlibat, tetapi juga mereka para
penerima BLBI yang ikut menikmati kucuran dana tersebut. Pencekalan terhadap mereka
yang diduga terlibat dalam kasus BLBI merupakan langkah awal yang baik bagi proses
penyelesaian. Namun yang lebih penting lagi adalah sejauhmana mana pihak kejaksaan
mampu menerapkan law inforcement terhadap kasus BLBI ini.
Dua lembaga yaitu kejaksaan dan BPPN nampaknya mempunyai PR yang tidak mudah
untuk menyelesaikan kasus BLBI ini secara arief dan adil. Lembaga kejaksaan dituntut
untuk menerapkan law enforcement secara arief dan adil, disisi lain BPPN juga dituntut
kerja ekstra untuk mengamankan asset-aset perusahaan yang kini dalam kendali BPPN,
sehingga kucuran dana BLBI semaksimal mungkin dapat diselamatkan kembali oleh
pemerintah

4. Di bidang ekonomi, ia berhasil memotong nilai tukar rupiah terhadap dollar masih
berkisar antara Rp 10.000 Rp 15.000. Namun pada akhir pemerintahannya, terutama
setelah pertanggungjawabannya ditolak MPR, nilai tukar rupiah meroket naik pada level
Rp 6500 per dolar AS nilai yang tidak akan pernah dicapai lagi di era pemerintahan
selanjutnya. Selain itu, ia juga memulai menerapkan independensi Bank Indonesia agar
lebih fokus mengurusi perekonomian. Untuk menyelesaikan krisis moneter dan perbaikan
ekonomi Indonesia, BJ Habibie melakukan langkah-langkah sebagai berikut :

Melakukan restrukturisasi dan rekapitulasi perbankan melalui


pembentukan BPPN dan unit Pengelola Aset Negara
Melikuidasi beberapa bank yang bermasalah
Menaikkan nilai tukar rupiah terhadap dolar hingga di bawah Rp. 10.000,00
Membentuk lembaga pemantau dan penyelesaian masalah utang luar negeri
Mengimplementasikan reformasi ekonomi yang disyaratkan IMF
Mengesahkan UU No. 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan
Persaingan yang Tidak Sehat
Mengesahkan UU No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

5.

Dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomidan menekan nilai inflasi, presiden


megawati menempuh langkah yang sangat kontroversi, yaitu melakukan privatisasi
terhadap BUMN. Pemerintah menjual indosat pada tahun 2003. hasil penjualan itu
berhasil menaikan pertumbuhan ekonomi indonesia menjadi 4,1% dan inflansi hanya
5,06%. Privatisasi adalah menjual perusahaan negara didalam periode krisis. Tujuannya
adalah melindungi perusahaan negara dari interversi kekuatan-kekuatan politik dan
melunasi pembayaran utang luar negri.

6.

Gebrakan Gus Dur


- Membubarkan Departemen Sosial
(Depsos) dan Departemen Penerangan (Deppen).
- Alasannya: Dua departemen itu dianggap tidak efektif. Gus Dur melihat Depsos
menjadi sarang yang berpotensi korupsi. Deppen dibubarkan karena pada era
sebelumnya menjadi lembaga propaganda pemerintah. Selain itu, Deppen menjadi
lembaga pemberedelan media dan membungkam suara publik.

7.

Jenderal Polisi Suroyo Bimantoro (lahir 1 November 1946; umur 66 tahun) adalah
Kapolri yang dipilih oleh Presiden Abdurrahman Wahid, akan tetapi ditentang oleh
kalangan Polri.
Polemik ini dipicu karena diadakannya kembali jabatan Wakil Kepala Kepolisian
Republik Indonesia atau wakapolri oleh presiden Abdurrahman Wahid.
Kemudian gerakan ini terakomodir oleh para perwira menengah Polri yaitu antara lain
Kolonel (Pol) Alfons Lemau yang ingin perubahan dalam tubuh Polri dalam bentuk
jabatan Wakapolri ditiadakan.

Pada tanggal 21 Juli 2001 Presiden Abdurrahman Wahid memberhentikan Suroyo


Bimantoro sebagai Kapolri karena telah diangkat sebagai Duta Besar RI untuk Malaysia
dan Melantik Wakapolri Letnan Jenderal (Pol) Chairudin Ismail Sebagai penggantinya.
8. kebijakan gusdur

Pencopotan jabatan Kapolri Jenderal Polisi Roesmanhadi


Pencopotan jabatan Kapuspen Hankam Mayor Jenderal TNI Sudrajat, yang
dilatarbelakangi oleh adanya pernyataan bahwa presiden bukan merupakan
panglima tinggi
Pencopotan jabatan Wiranto sebagai Menkopolkam, yang dilatarbelakangi oleh
hubungan yang tidak harmonis dengan gusdur
Mengeluarkan pengumuman tentang menteri kabinet pembangunan nasional yang
terlibat KKN, sehingga mempengaruhi kinerja kabinet menjadi merosot
Gusdur menyetujui nama Irian Jaya berubah menjadi Papua dan mengijinkan
pengibaran bendera bintang kejora.

9. Pengertian Krisis Moneter - Krisis Moneter adalah krisis finansial yang dimulai pada
Juli 1997 di Thailand, dan memengaruhi mata uang, bursa saham dan harga aset lainnya di
beberapa negara Asia, sebagian Macan Asia Timur. Peristiwa ini juga sering disebut krisis
moneter (krismon) di Indonesia.
Indonesia, Korea Selatan dan Thailand adalah negara yang paling parah terkena dampak
krisis Moneter ini. Hong Kong, Malaysia dan Filipina juga terpengaruh. Daratan
Tiongkok, Taiwan dan Singapura hampir tidak terpengaruh. Jepang tidak terpengaruh
banyak tapi mengalami kesulitan ekonomi jangka panjang.

Berbagai dampak Krisis Moneter timbul di Indonesia. Krisis Moneter membawa


dampak yang kurang baik bagi Indonesia, ini disebabkan karena kurs nilai tukar valas,
khususnya dollar AS, yang melambung tinggi jika dihadapkan dengan pendapatan
masyarakat dalam rupiah tetap. Dampak yang terlihat seperti : Banyak perusahaan yang
terpaksa mem-PHK pekerjanya dengan alasan tidak dapat membayar upah para
pekerjanya. Sehingga menambah angka pengangguran di Indonesia. Pemerintah kesulitan
menutup APBN. Harga barang yang naik cukup tinggi, yang mengakibatkan masyrakat
kesulitan mendapat barang-barang kebutuhan pokoknya. Utang luar negeri dalam rupiah
melonjak. Harga BBM naik.

Kemiskinan juga termasuk dampak krisis moneter. Pada oktober 1998 jumlah
keluarga miskin di perkirakan sekitar 7.5 juta. Meningkatnya jumlah penduduk yang
miskin tidak terlepas dari jatuhnya nilai mata uang rupiah yang tajam, yang menyebabkan
terjadinya kesenjangan antara penghasilan yang berkurang akibat PHK atau naik sedikit
dengan pengeluaran yang meningkat tajam karena tingkat inflasi yang tinggi.

Disaat krisis itu terjadi banyak pejabat yang melakukan korupsi. Sehingga
mengurangi pendapatan para pekerja yang lain. Banyak perusahaan yang meminjam uang
pada perusahaan Negara asing dengan tingkat bunga yang lumayan tinggi, hal itu
menambah beban utang Negara.

Pada sisi lain merosotnya nilai tukar rupiah juga membawa hikmah. Secara umum
impor barang menurun tajam. Sebaliknya arus masuk turis asing akan lebih besar, daya
saing produk dalam negeri dengan tingkat kandungan impor rendah meningkat sehingga
bisa menahan impor dan merangsang ekspor khususnya yang berbasis pertanian.

Dampak dari krisis moneter lebih banyak yang negative dibandingkan dampak
positifnya. Itu di karenakan krisis ini mengganggu kesejahteraan masyarakat.
10.

Setiap bangsa sudah pasti mempunyai cita-cita yang ingin diwujudkan dalam hidup
dan kehidupan nyata. Cita-cita itu merupakan arahan dan atau tujuan yang sebenarbenarnya dan mempunyai fungsi sebagai penentu arah dari tujuan nasionalnya.
Namun demikian, pencapaian cita-cita dan tujuan nasional itu bukan sesuatu yang
mudah diwujudkan karena dalam perjalanannya kearah itu akan muncul energi baik
yang positif maupun negatif yang memaksa suatu bangsa untuk mencari solusi
terbaik, terarah, konsisten, efektif, dan efisien. Energi positif bisa muncul dari dua
situasi kondisi yaitu dalam negeri dan luar negeri. Kedua situasi kondisi itu akan
menjadi motor dan stimulan untuk membangkitkan kesadaran pada bangsa untuk
membangun ketahanan nasional yang holistik dan komprehensif. Di sisi lain, energi
negatif juga akan muncul dari dua situasi kondisi tadi, yang biasanya menjadi
penghambat dan rintangan untuk membangun ketahanan nasional. Energi negatif
biasanya muncul secara parsial tetapi tidak bisa dipungkiri dalam banyak hal
merupakan suatu produk yang tersistem dan terstruktur dengan rapi dalam sistem
operasional yang memakan waktu lama.

Energi positif tersebut diatas dalam banyak wacana biasanya disebut dengan daya dan
upaya penguatan pembangunan suatu bangsa dalam rangka mencapai cita-cita dan
tujuan nasionalnya. Sementara itu, energi negatif cenderung untuk menghambat
dengan tujuan akhir melemahkan bahkan menghancurkan suatu bangsa.
Kemampuan, kekuatan, ketangguhan dan keuletan sebuah bangsa melemahkan dan
atau menghancurkan setiap tantangan, ancaman, rintangan dan gangguan itulah yang
disebut dengan Ketahanan Nasional. Oleh karena itu, ketahanan nasional mutlak
senantiasa untuk dibina dan dibangun serta ditumbuhkembangkan secara terusmenerus dengan simultan dalam upaya mempertahankan hidup dan kehidupan bangsa.
Lebih jauh dari itu adalah makin tinggi tingkat ketahanan nasional suatu bangsa maka
makin kuat pula posisi bangsa itu dalam pergaulan dunia.

Anda mungkin juga menyukai