Anda di halaman 1dari 7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Definisi Dispepsia

Dispepsia berdasarkan konsensus Roma tahun 2000 memiliki arti terdapatnya suatu keadaan
nyeri atau rasa tidak nyaman pada bagian perut atas.4 Kata dispepsia merupakan bahasa Yunani
yang berarti pencernaan yang jelek. Menurut pakar dibidang Gastroenterologi yaitu suatu
kumpulan gejala (sindrom) rasa nyeri atau tidak nyaman pada daerah perut bagian atas yang
disertai dengan keluhan perasaan panas di dada, kembung, rasa kenyang, mual, muntah dan
penurunan nafsu makan.4

Gambar 1 . Gaster
2.2

Klasifikasi Dispepsia
1. Dispepsia organik 5
Dispepsia organik merupakan dispepsia yang diakibatkan oleh kelainan dari organ yang
berhubungan. Dispepsia bentuk ini sering terdapat pada usia diatas 40 tahun. Dispepsia

organik sering dibarengi dengan alarm symptoms yaitu penurunan berat badan, anemia,
melena, dan muntah yang prominen. Dispepsia organik dibagi menjadi 9 yaitu
a. Dispepsia tukak
keluhan seperti rasa nyeri di ulu hati. Keluhan ini muncul biasanya berhubungan
dengan makanan. Dispepsia jenis ini diperlukan pemeriksaan endoskopi dan
radiologi
b. Refluks Gastroesofageal
Terdapat keluhan rasa terbakar / panas di dada akibat terjadinya regurgitasi
c. Ulkus peptik
Diakibatkan oleh kerja asam yang menyentuh epitel yang rentan
d. Penyakit saluran empedu
Keluhan yang timbul yaitu nyeri yang menjalar ke punggung dari bagian perut
kanan atas atau ulu hati
e. Karsinoma
f. Pankreatitis
Keluhan biasanya rasa nyeri yang menjalar ke punggung dari perut yang timbul
secara mendadak disertai rasa kembung
g. Sindrom malabsorpsi
terdapat mual, muntah, nyeri perut, kembung, dan diare berlendir
h. Dispepsia akibat obat-obatan
penyebab tersering : NSAIDS, teofilin dan antibiotik oral
i. Gangguan metabolisme
j. Infeksi helicobacter pylori
Kuman ini merusak pertahanan dan jaringan dalam lambung. Kuman ini
menyebabkan lambung lebih aktif mengeluarkan gastrin sehingga mengakibatkan
hipergastrinemia. Selain itu Helicobacter pylori mengeluarkan ammonia dan
cytotosin yang merusak mukosa lambung.
2. Dispepsia Fungsional 4
Dispepsia fungsional memiliki definisi yaitu:
1. terdapatnya satu atau lebih rasa setelah makan dari rasa cepat kenyang, nyeri ulu hati,
dan rasa terbakar di bagian epigastirum.
2. Tidak terdapat kelainan organik
3. keluhan terjadi selama 3 bulan dalam waktu 6 bulan terakhir sebelum diagnosis
ditegakkan
Dispepsia fungsional dibagi menjadi 3 kelompok yaitu :

1. tipe ulkus : keluhan nyeri epigastrik


2. tipe dismotilitas : keluhan kembung, mual, muntah, dan cepat kenyang
3. tipe non-spesisik : tidak ada keluhan dominan
2.3

Patofisiologi Dispepsia
Dispepsia fungsional memiliki beberapa hipotesis mekanisme yang berhubungan dengan
terjadinya tipe dispepsia ini yaitu sekresi asam lambung, dismotilitas gastrointestinal,
ambang rasa persepsi, disfungsi autonom, hormonal, faktor diet dan lingkungan, dan
psikologis.
1. Sekresi asam lambung
mekanisme ini terjadi peningkatan asam lambung pada gaster yang mengakibatkan
rasa tdak enak di perut.
2. Dismotilitas gastrointestinal
terjadinya perlambatan pengosongan lambung. Hipomotilitas antrum, gangguan
akomodasi lambung ketika makan, dan hipersensitivitas viseral.
3. Ambang rasa persepsi
berhubungan dengan hipersensitivitas viseral pada distensi balon di gaster
4. Disfungsi otonom
Berhubungan dengan neuropati vagal yang menyebabkan gagalnya relaksasi
5.
6.
7.
8.

bagianproksimal lambung.
Hormonal
Terdapat gangguan pada hormon motilin yang mengganggu motilitas antroduodenal
Diet dan lingkungan
Adanya intoleransi makanan
Psikologis
Stress menyebabkan gangguan pada fungsi gastrointestinal yaitu penurunan
kontraktilitas lambung.

2.4

Gambaran klinis Dispepsia


Pasien dispepsia memiliki beragam keluhan sehingga keluhan dispepsia dibagi menjadi 3
kelompok yang dominan yaitu
1. nyeri ulu hati terutama ketika malam hari disebut sebagai dispepsia fungsional

tipe ulkus
2. kembung, mual, cepat kenyang merupakan dispepsia fungsional tipe dismotilitas
3. bila tidak ada keluhan dominan maka disebut non spesifik
2.5

Pemeriksaan penunjang Dispepsia 5


Pemeriksaan penunjang sangat bermanfaat untuk membedakan dispepsia organik atau
fungsional. Pemeriksaan yang dibutuhkan yaitu pemeriksaan laboratorium (gula darah,
fungsi tiroid, fungsi pankreas dan lain lain), pemeriksaan radiologi dan endoskopi. Selain
itu dapat dilakukan pemeriksaan tambahan yang berguna untuk menilai patofisiologinya
yaitu pH-metri, manometri, dan skintigrafi.

2.6

Pencegahan Dyspepsia

Pencegahan yang dapat dilakukan pada pasien dispepsia ada 2 yaitu


1. Pencegahan primer

modifikasi pola hidup


menjaga kebersihan lingkungan
memperhatikan kebersihan makanan
tidak minum alkohol

2. Pencegahan sekunder

diagnosis dini : anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang


pengobatan segera : diet makanan, pemberian cairan dan nutrisi, pemberian obat :
antasida, antikolinergik, dan sitoprotektif

3. Pencegahan tertier
rehabilitasi mental dan sosial
2.7

Penatalaksanaan Dyspepsia4
1. Antasid

berdasarkan studi tidak terlalu signifikasi bila dipakai, bekerja menetralkan asam
lambung
2. Penyekat H2 reseptor (ranitidine, cimetidine)
inhibitor kompetitif terhadap histamin di reseptor H2 pada sel parietal lambung
sehingga dapat menekan produksi asam lambung
3. PPI (omeprazole, pantoprazole)
Bekerja di bagian sekretori sel-sel parietal lambung dan berikatan dengan ion H+/K+
ATPase. Penekanan terhadap priduksi asam lambung lebih kuat.
4. Sitoproteksi ( sukralfat, misoprostol )
meningkatkan pertahanan mukosa dari asam lambung dan merangsang produksi COX
2
5. Prokinetik ( metoklopramid, domperidon, cisapride )
metoklopramid bekerja di reseptor antagonis dopamin D2 memiliki efeksamping
ekstra piramidal. Domperidone bekerja di reseptor antagonis D2 yang tidak melewati
sawar darah otak, cisapride bekerja sebagai agonis reseptor 5-HT-4 yang berfungsi
mengurangi nyeri epigastrik dan distensi abdomen.

DAFTAR PUSTAKA

1. Farthing, et al. World Gastroenterology Organisation practice guideline: Acute diarrhea.


2008
2. Camilleri M, Murray JA. Diarrhea and constipation. Dalam: Harrisons principles of
internal medicine. 17th ed. McGraw-Hill, 2008; 247-9
3. Djojoningrat D. Dispepsia fungsional. Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 529-534
4. Anonymous. Dispepsia. diunduh dari repository.usu.ac.id/bitstream/.../Chapter%20II.pdf
tanggal 11 Maret 2013 pukul 08.20
5. Domperidone. In Medscape reference drugs, disease, and procedures. Available at
http://reference.medscape.com/drug/domperamol-motilium-domperidone-342022

Anda mungkin juga menyukai