Anda di halaman 1dari 3

KAPASITAS EVAPORATOR

Untuk evaporator jenis tabung dengan pemanasan uap, maka performa evaporator diukur
berdasarkan atas kapasitas evaporator tersebut. Kapasitas didefinisikan sebagai banyaknya
pon air yang diuapkan perjam.

Jika zat cair dievaporasikan, kesan kedalaman cairan dan percepatan perlu untuk diketahui,
demikian juga halnya dengan kesan dari konsentrasi zat cair sewaktu berada pada titik
didihnya. Untuk larutan ideal, kesan konsentrasi dapat diestimasi dengan menggunakan
hukum Raoult dan Dalton sebagai berikut:

dimana a dan b merupakan simbol untuk menyatakan solute (zat terlarut) dan solvent
(pelarut) secara berturutan. Jika zat terlarut bersifat non volatil dan untuk operasi evaporasi,
maka laju perpindahan panas q melalui permukaan pemanasan suatu evaporator, menurut
definisi dari koefisien perpindahan kalor menyeluruh, yaitu hasil kali dari tiga faktor: luas
permukaan perpindahan panas, A; koefisien perpindahan panas menyeluruh, U; dan
penurunan suhu menyeluruh T; atau:

Jika umpan masuk evaporator itu berada pada suhu didih sesuai dengan tekanan absolut
ruang uapnya, semua kalor yang berpindah melalui permukaan pemanas dapat digunakan
untuk evaporasi, dan kapasitasnya menjadi q. Jika umpannya dingin, kalor yang diperlukan
untuk memanaskannya sampai suhu didih mungkin cukup tinggi, sehingga kapasitasnya
untuk suatu nilai q tertentu akan berkurang sesuai dengan itu, karena kalor yang digunakan
untuk memanaskan umpan tidak dapat digunakan untuk evaporasi. Sebaliknya, jika umpan
itu berada pada suhu di atas titik didih pada ruang uap, sebagian dari umpan akan menguap
secara spontan melalui penyeimbangan adiabatik dengan tekanan ruang-uap, dan kapasitas
evaporator akan lebih besar dari yang ditunjukkan q. Proses ini disebut evaporasi kilatan
(f1ash evaporation).

Penurunan suhu nyata melintas permukaan pemanasan bergantung pada larutan yang
diuapkan, pada perbedaan tekanan antara rongga uap-pemanas dan ruang uap hasil evaporasi
di atas zat cair mendidih itu, serta pada kedalaman zat cair itu di atas permukaan pemanasan.
Pada beberapa evaporator, kecepatan zat cair di dalam tabung juga dipengaruhi oteh
penurunan suhu karena adanya rugi gesekan di dalam tabung yang meningkatkan tekanan

efektif zat cair itu. Bila zat cair itu mempunyai karakteristik seperti air murni, titik didihnya
dapat dibaca dari tabel uap, jika tekanannya diketahui, sebagaimana jika kita membaca suhu
uap yang kondensasi. Namun, dalam evaporator nyata titik didih larutan dipengaruhi oleh dua
faktor, yaitu kenaikan titik didih dan tinggi tekan zat cair.

Tekanan uap kebanyakan larutan dalam air lebih kecil dari tekanan uap air pada suhu yang
sama. Akibatnya untuk suatu tekanan tertentu, titik didih larutan lebih tinggi dari titik didih
air mumi. Kenaikan titik didih di atas titik didih air ini dikenal sebagai kenaikan titik didih
larutan. Nilainya kecil untuk larutan encer dan larutan koloida organik, tetapi bisa sampai
setinggi 150 oF pada larutan pekat garam anorganik. Kenaikan titik didih ini harus
dikurangkan dari penurunan suhu yang diramalkan dari tabel uap.

Untuk larutan pekat, kenaikan titik didih itu dapat dicari dengan mudah dengan menggunakan
aturan empirik yang dikenal sebagai kaedah Duhring yang menyatakan bahwa titik didih
suatu larutan tertentu merupakan fungsi linier dari titik didih air mumi pada tekanan yang
sama. Jadi, jika titik didih larutan digambarkan terhadap titik didih air pada tekanan yang
sama, akan didapat suatu garis lurus.

Untuk konsentrasi yang berlainan, kita dapatkan pula garis-garis yang berbeda. Jika jangkau
tekanan terlalu besar, kaedah ini tidak eksak, tetapi dalam jangkau yang sedang, garis-garis
itu sangat mendekati lurus, walaupun tidak selalu harus sejajar.

Jika kedalaman zat cair di dalam evaporator itu cukup besar, titik didih yang berkaitan
dengan tekanan di dalam ruang uap ialah titik didih lapisan permukaan zat cair itu saja. Suatu
tetesan zat cair yang berada pada jarak Z ft di bawah permukaan berada pada tekanan ruang
uap di tambah tinggi-tekan Z ft zat cair, dan karena itu titik didihnya lebih tinggi. Disamping
itu, bila kecepatan zat cair itu besar, rugi gesekan di dalam tabung akan meningkatkan lagi
tekanan rata-rata zat cair itu. Dalam evaporator nyata, oleh karena itu, titik didih zat cair di
dalam tabung lebih tinggi dari titik didih yang ditunjukkan oleh tekanan ruang uap. Kenaikan
titik didih ini akan menyebabkan kekurangan penurunan suhu rata-rata antara uap dan zat cair
dan mengurangi kapasitas. Besarnya pengurangan tidak dapat ditaksir secara kuantitatif,
tetapi efek kualitatif daripada tinggi-tekan zat cair itu dapat diabaikan, lebih-lebih bila tinggi
permukaan dan kecepatan zat cair itu tinggi.

Fluks kalor dan kapasitas evaporator dipengaruhj oleh perubahan beda suhu maupun
perubahan koefisien perpindahan kalor. Penurunan suhu itu ditentukan oleh sifat-sifat uap
dan zat cair yang mendidih, dan kecuali karena pengaruh tinggi tekan hidrostatik, bukanlah
merupakan fungsi konstruksi evaporator. Tetapi, koefisien menyeluruh sangat dipengaruhi
oleh rancang evaporator dan metode operasinya. Tahanan menyeluruh terhadap uap dan zat
cair mendidih ialah jumlah dari lima macam tahanan tersendiri: tahanan film uap; dua buah
tahanan kerak, yaitu di dalam tabung dan di luar tabung; tahanan dinding tabung; dan tahanan
dari zat cair yang mendidih. Koefisien menyeluruh ialah kebalikan dari tahanan menyeluruh
itu.

Pada kebanyakan evaporator, faktor penggotoran uap kondensasi dan tahanan dinding tabung
biasanya sangat kecil, dan biasanya diabaikan dalam perhitungan evaporator. Tetapi, dalam
evaporator film aduk, dinding tabung biasanya agak tebal, sehingga tahanannya mungkin
merupakan bagian yang cukup penting dari keseluruhan tahanan.

Koefisien film uap selalu tinggi, juga jika kondensasi itu kondensasi film. Untuk
mendapatkan kondensasi tetes, dan dengan demikian koefisien yang lebih tinggi lagi, kepada
arus uap itu biasanya ditambahkan promotor. Oleh karena adanya gas yang tak-mamppu
kondensassi dapat menyebabkan turunnya koefisien film uap, maka harus ada ventilasi untuk
membuang gas-gas tak-mampu kondensasi itu dari rongga uap pemanas dan mencegah udara
masuk bila tekanan uap lebih rendah dari tekanan atmorfir .

Koefisien sebelah zat cair sangat bergantung pada kecepatan zat cair itu di atas permukaan
panas. Pada kebanyakan evaporator, dan lebih-lebih pada yang menangani zat cair viskos,
tahanan pada sisi zat cairlah yang menentukan laju perpindahan kalor menyeluruh ke zat cair
yang mendidih itu. Dalam evaporator sirkulasi alamiah, koefisien sisi zat cair untuk larutan
encer dalam air adalah antara 200 dan 600 Btu/ft2.jam.oF.

Sumber : Buku Ajar Perpindahan Panas Teknik Kimia Universitas Sumatra Utara tahun 2006

Anda mungkin juga menyukai