Anda di halaman 1dari 3

Pluralitas dapat ditinjau dan dimaknakan dari berbagai titik pandang.

Dalam
bahasa Indonesia bisa diartikan sebagai "faham" yang menunjukkan adanya
kemajemukan. Ini mengacu kepada kenyataan bahwa di dalam hidup ini kita
tidak hanya menghadapi sesuatu yang tunggal. Kenyataan itu lebih dari satu.
Maka, pluralitas adalah status yang memperlihatkan kenyataan bahwa
memang lebih dari satu. Asal-usul pluralisme secara harfiah dapat ditelusuri
dalam bahasa Latin: plus, pluris yang berarti "lebih". Secara filosofis,
pluralisme adalah wejangan yang menekankan bahwa kenyataan terdiri atas
kejamakan dan/atau kemajemukan individu-individu yang berdiri sendirisendiri.
Hidup beragama adalah hidup yang dinamis dan kreatif. Pemikiran dan
praktek keagamaan berkembang sesuai dengan perkembangan peradaban
manusia. Hal ini tidak jarang menghasilkan pemikiran atau ajaran dan
praktek beragama yang baru dengan komunitas dan nama yang baru. Dari
dalam Hinduisme, muncul Buddhisme, agama Sikh, Jainisme dan Tantraisme;
dari dalam Buddhisme, muncul aliran-aliran seperti Mahayana, Hinayana,
Buddhisme Chen, dsbnya. Kekristenan berkembang menjadi aliran-aliran
Orthodoks, Katholik, Anglikan, Protestan, berbagai aliran Pentakosta, Advent,
Menthodis dan aliran-aliran Injili dan Kharismatik. Islam yang muncul dari
lingkungan agama-agama suku Arab, Yahudi dan Kristen, lalu berkembang
menjadi berbagai aliran seperti Sunni, Syiah, Sufi dan Ahmadiyah, dsb.

Pertanyaan bagi orang Kristen adalah: bagaimana ia menyikapi dan


hidup di dalam kondisi masyarakat beragama yang plural itu?

Pertama, orang Kristen perlu menyadari dan menerima bahwa pluralitaspluralisme adalah kenyataan mutlak masyarakat Indonesia. Ia ada, tetap ada
dan tidak akan terhapus dari dunia ini. Pluralisme adalah ciri utama dinamika
hidup manusia, khususnya dinamika dan kreatifitas hidup beragama.
Keanekaragaman adalah keadaan yang diperkenankan oleh Tuhan.
Kedua, orang Kristen mengutamakan penghormatan dan pernghargaan
kepada sesama manusia; manusia yang memiliki berbagai unsur yang
berbeda dengan diri kita; bahwa saya berbeda dengan orang lain, bahkan
dengan orang-orang yang dekat, seperti suami, istri, dan anak-anak. Manusia
yang berbeda-beda ini adalah ciptaan Tuhan.
Ketiga, orang perlu membiasakan untuk mengutamakan kepentingan
bersama sebagai suatu bangsa dan negara. Kepentingan bersama ini tentu
adalah yang menjunjung tinggi demokrasi, keadilan, peri kemanusiaan dan
hak asasi manusia untuk menganut dan mempraktekan agamanya, termasuk

para penganut aliran agama yang dianggap sesat atau menyesatkan.


Keempat, orang Kristen perlu belajar dan berusaha untuk tidak cepat menilai
pihak lain dengan menggunakan ukuran pemikiran sendiri, dan untuk tidak
merendahkan atau menghakimi pihak lain.
Ke-empat hal di atas dirangkum dan kemudian dikenal dengan istilah
toleransi. Toleransi berarti keadaan, sikap dan prilaku yang menghargai,
menghormati, mengakui dan menerima keberadaan pihak lain di sekitar kita
walaupun mereka memiliki ideology, paham atau ajaran agama yang kita
anut. Di dalam toleransi ini, ada sikap sabar, rendah hati, ramah, berinisiatif
dan bersemangan untuk menjalin hubungan baik dan rela berkorban (di
dalam menghadapi perlakukan-perlakuan yang tidak diharapkan). Itulah sikap
yang penuh cinta-kasih seperti yang diajarkan oleh Yesus. Sikap ini diperlukan
karena toleransi atau sikap toleran mengandung arti menerima pihak lain
atau ajaran dan paktek hidupnya yang tidak diinginkan, disetujui atau
disenangi. Di dalam toleransi juga terkandung sikap dan prilaku cerdik, tulus
dan arif-bijaksana. Ini terutama menyangkut prilaku umat Kristen dalam
mengungkapkan imannya, atau menyangkut cara hidup dan bagaimana
menghadapi pihak lain yang berbeda itu. Dengan kecerdikan dan hikmat
tentu prilaku umat Kristen akan terhindar dari masalah atau sengketa. Yesus
mengajar murid-muridNya untuk cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati.

Sebagai dasar teologis-keagamaan, pengakuan dan penerimaan terhadap


pluralisme itu didasarkan pada beberapa hal utama, yaitu:
1)Monotheisme, bahwa Tuhan itu hanya satu dan Ia disembah oleh berbagai
bangsa dengan menggunakan bahasa, bentuk dan cara yang berbeda-beda.
Bahwa Tuhan yang satu itu adalah untuk semua manusia (yang berbeda-beda
itu), termasuk bagi kelompok aliran agama yang berbeda dengan kita.
2)Bahwa pluralitas-pluralisme adalah ciptaan Tuhan. Ia menggambarkan
kemuliaan dan keindahan Tuhan itu, dan karena itu ia merupakan rahmatNya.
Menghargai pluralitas dan pluralisme adalah menghargai dan memuliakan
Tuhan yang telah menciptakannya.
3)Pluralitas-pluralisme adalah kenyataan di dalam sejarah dan teologi atau
ajaran agama-agama. Ketika manusia diciptakan, dan juga ketika agama
muncul, ia sudah berhadapan dengan kondisi plural; karena memang, Allah
telah mengadakannya. Dari sisi sejarah, agama atau aliran tertentu muncul
dari dalam lingkungan atau dalam pengaruh agama yang sudah ada
sebelumnya. Jadi munculnya agama atau aliran baru adalah suatu kewajaran.
4)Cinta-kasih terhadap sesama yang berbeda dalam berbagai hal, bahkan

terhadap orang yang memusuhi kita, adalah hukum Tuhan dan yang menjadi
dasar, pegangan dan ciri hidup dan iman orang percaya. Penerimaan
terhadap pluralisme dan terhadap orang yang memeluk agama lain adalah
pelaksanaan hukum Tuhan itu.

Anda mungkin juga menyukai