ISLAM
Disusun Oleh :
Naila Khasanah
(121011035)
Pandu Febriyanto
(131011001)
(131011003)
Aditya Prastowo
(131011004)
Churriyatul Ainiya
(131011005)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pernikahan merupakan salah satu peristiwa penting dalam kehidupan
manusia. Pernikahan yang terjadi antara seorang pria dengan seorang wanita
menimbulkan akibat lahir maupun batin baik terhadap keluarga masing-masing
masyarakat dan juga dengan harta kekayaan yang diperoleh diantara mereka baik
sebelum maupun selamanya pernikahan berlangsung. Setiap makhluk hidup
memiliki hak azasi untuk melanjutkan keturunannya melalui perkawinan, yakni
melalui budaya dalam melaksanakan suatu perkawinan yang dilakukan di Indonesia.
Pernikahan yang baik dan yang dianjurkan adalah pernikahan yang sesuai
dengan tuntunan Rasulullah Muhammad SAW dan yang diridhoi Allah SWT.
Sebagai umat muslim yang baik, kita wajib mentaati semua yang telah Allah SWT
tetapkan dan dengan tidak melanggar aturan-aturan-Nya. Ada pernikahan yang
sifatnya umum, yang biasa kita sebut Monogami yaitu pernikahan antara seorang
pria dan seorang wanita yang sudah memenuhi syarat pernikahan dan ada juga yang
dinamakan pernikahan poligami yaitu pernikahan seorang suami dengan istri lebih
dari satu.
Namun akhir-akhir ini perdebatan tentang pernikahan poligami sangat marak
dilakukan di kalangan masyarakat seluruh dunia termasuk juga di Indonesia. Hal ini
dikarenakan adanya dampak-dampak yang kurang dimengerti oleh masyarakat luas.
Misalnya ada suatu kasus poligami yang memang sesuai dengan hukum
Islam dan hukum pemerintah, namun banyak masyarakat yang menentang akan hal
itu. Dalam hal ini pelaku poligami tidak bisa disalahkan, namun masyarkat awam
tersebut perlu mengkaji dan memahami lebih dalam tentang masalah poligami
sehingga mereka tidak terjerumus untuk menentang apa yang telah ditetapkan oleh
Allah SWT di dalam Al-Quran. Namun tidak sedikit juga pelaku poligami yang
melenceng dari hukum Allah SWT dan risalah Rasulullah SAW dalam melakukan
praktik poligami tersebut sehingga banyak menimbulkan dampak negatif bagi pihak
wanita yang bersangkutan maupun masyarkat sekitar yang bisa saja mencontoh
perilakunya.
Jadi agar suatu permasalahan tidak menimbulkan konflik dan pertentangan
yang berkepanjangan di masyarakat serta bisa dihormati keberadaannya, maka
dalam kasus poligami ini perlu dilakukan pengkajian yang intensif dan dicermati
secara teliti dan hati-hati dengan memakai sudut pandang hukum Islam, yaitu AlQuran dan Al-Hadist, serta dengan hati nurani yang luhur.
B. Rumusan Masalah
Didalam pembahasan ini terdapat berbagai permasalahn, diantaranya:
a. Bagaimana poligami ditijau dari segi hukum Islam?
b. Bagaimana menyikapi poligami yang dipersalahgunakan, seperti
yang dilakukan oleh Eyang Subur?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Landasan Teori
1. Pengertian Poligami
Poligami sendiri berasal dari bahasa Yunani dimana kata poli dan
polus yang artinya banyak dan kata gamein atau gamos yang artinya kawin
atau perkawinan. Maka, ketika kedua kata ini digabungkan akan berarti
suatu perkawinan yang banyak. Jadi pengertian dari poligami adalah
sistem perkawinan yang salah satu pihak memiliki atau mengawini beberapa
lawan jenisnya dalam waktu yang bersamaan.
Dalam antropologi sosial,
poligami
merupakan
praktik pernikahan kepada lebih dari satu suami atau istri (sesuai dengan
jenis
kelamin
orang
bersangkutan).
Hal
ini
berlawanan
dengan
2. Hukum Poligami
Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam surat An-Nisa ayat 3 dan
129 yang berbunyi:
Dan jika kamu tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan
yang yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita
(lain) yang kamu senangi : dua,tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut
tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-
budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak
berbuat aniaya.
Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil di antara istri-istri (mu),
walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian, karena itu janganlah kamu
terlalu cenderung (kepada yang kamu cintai), sehingga kamu biarkan yang
lain terkatung-katung. Dan jika kamu mengadakan perbaikan dan
memelihara diri (dari kecurangan), maka sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.
Ada 2 pendapat sehubungan masalah poligami, yaitu:
a. Pertama, asas perkawinan dalam Islam adalah monogami.
Mereka beralasan bahwa Allah SWT memperbolehkan
poligami dengan syarat harus adil. Sedangkan kecenderungan
manusia pada dasarnya tidak akan mampu berbuat adil. QS.
An-Nisa`: 129.
b. Kedua, asas perkawinan dalam Islam adalah poligami.
Alasannya, QS. An-Nisa` ayat 3 dan 129 tidak terdapat
pertentangan. Keadilan yang dimaksud adalah keadilan
lahiriah yang dapat dikerjakan manusia, bukan adil dalam arti
cinta & kasih sayang.
Menurut Mahmud Syaltut, mantan Syekh Al-Azhar, hukum poligami
adalah mubah. Poligami dibolehkan selama tidak dikhawatirkan terjadinya
penganiayaan terhadap para istri. Kebolehan berpoligami adalah terkait
wajib.
Seorang
muslim
dapat
memilih
untuk
empat.
Menurut
alqurtuki,
pendapat
yang
fatwanya,
bahwa
syariat
Nabi
Muhammad
saw
memang
Kedua, bilangan dua, tiga atau empat yang tercatat dalam surat
an-Nisa ayat 3 merupakan langkah pembatasan sekaligus koreksi
atas tradisi poligami tanpa batas yang berlaku saat itu. Ayat
tersebut harus dipahami secara historis, sosiologis, dan
antropologis. Turunnya Al-quran tersebut bisa diklarifikasikan
sebagai pembatasan jumlah isteri, dari yang sebelumnya jumlah
isteri tanpa batas. Bila kalimat dalam surat an-Nisa ayat 3,
Apabila kamu tidak mampu berbuat adil, maka satu saja cukup
bagimu dihubungkan dengan ayat 129 yang menyatakan Dan
kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil terhadap isteriisterimu meskipun kamu sangat ingin berbuat demikian ......
,pada dasarnya atas monoogami adalah konsep perkawinan
yang diinginkan oleh Al-quran.
c.
merupakan
cara
a.
b.
Orang yang berpoligami tidak boleh beristri lebih dari empat dalam
satu waktu.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
Wanita yang dipinang oleh seorang pria yang beristri tidak boleh
mensyaratkan lelaki itu untuk menceraikan istri sebelumnya
(madunya).
i.
Suami wajib berlaku adil dalam memberi waktu giliran bagi istriistrinya.
j.
agama.
Pihak
perempuan
akan
dirugikan
karena
kesehatan:
Kebiasaan
berganti-ganti
pasangan
dianggap menyimpang dari ajaran agama. Istri yang dikenal antara lain Heri, Ati,
Dike, Herni, Noni, Nita, Anisa. (sumber: www.wikipedia.com)
Mengetahui dari hal diatas dapat ditemukan praktek keagamaan yang
bertentangan dari pokok-pokok syariat oleh Eyang Subur dengan menikahi wanita
lebih dari empat orang dalam waktu bersamaan. Itu dibuktikan dengan pengakuan
yang bersangkutan dan kesaksian dari sejumlah orang-orang yang terpercaya.
Dimana pada akhirnya Eyang Subur mengakui telah melakukan penyimpangan
dalam ajaran Islam.
Ada yang menarik dari kasus poligami Eyang Subur yang mempunya istri 8
orang wanita ini disbanding dengan kasus poligami AA Gym, yaitu:
a. Tidak seperti biasanya, aktivis Femenis, Liberal dan HAM tidak
menyerang praktek poligami yang dilakukan oleh Eyang Subur, begitu
juga dengan berita-berita dimedia sekuler yang memberitakan sangat
positif kehidupan rumah tangga Eyang Subur, berbeda dengan kasus
Poligami nya AA Gym yang dicerca habis-habisan oleh media. Padahal
AA Gym cuma menikahi 2 orang wanita, sedangkan Eyang Subur
menikahi 8 orang wanita sekaligus. Poligami AA Gym masih sesuai
koridor syariat (tidak melebihi batas jumlah wanita yang boleh dinikahi
yaitu maksimal 4 orang) sedangkan Eyang Subur melakukan poligami
bathil yang diharamkan syariat karena over kuota syariat. Justru disini
masalahnya, para aktivis HAM dan Feminis itu adalah kepanjangan
tangan dari kafir barat yang menyerang siapapun yang hidupnya sesuai
dgn syariat termasuk dalam masalah poligami.
b. Jadi ternyata bukan Poligaminya yang mereka serang, tetapi Syariat
Islam-nya, jika praktek poligami itu bertentangan dengan syariat maka
mereka akan dukung. Jadi jelas, bahwa aktivis HAM, Feminis, Liberal
dll adalah musuh2 Islam yang berusaha untuk mengacak-acak syariat
Islam dalam segala aspeknya.
C. Penyelesaian
Dari kasus tentang poligami yang dilakukan oleh Eyang Subur dapat
disimpulkan bahwa pernikahannya adalah haram hukumnya karena menikahi lebih
dari empat wanita dimana aturannya terdapat pada dalil Al-Quran surat An-Nisa
(4): 3 yang berkenaan dengan batasan jumlah istri yang boleh dinikahi, yaitu
maksimal empat orang. Meskipun banyak berita simpang siur bahwa istri-istri dari
eyang subur yang berkata diperlakukan adil olehnya, akan tetapi satu hal yang perlu
diingat, yaitu penyimpangan dari syariat agama. Itu berarti bahwa sebagian dari
kalayak umum tidak mempermasalahkan apa yang telah dilakukan oleh eyang
subur, dan mereka terjebak oleh penyimpangan yang dilakukan eyang subur.
Ditinjau dari satu masalah yang lain, yaitu poligami yang dilakukan oleh AA Gym.
Mengapa mereka sangat gempar dengan apa yang dilakukan oleh ustad yang tidak
menyimpang dari syariat islam, yaitu hanya mempersunting 2 istri. Apakan title dari
ustad yang berpoligami kah yang menjadi masalah? Mungkin sebagian besar, itu
yang menjadi masalah. Kita tidak mengatakan mana yang lebih buruk disini untuk
perbandingan antara Eyang Subur vs AA Gym. Tetapi kita dapat membedakan
mana yang patut dikatakan baik dan mana yang dikatakan buruk. Dan
kesimpulannya banyak masyarakat yang telah diracuni oleh berita yang tidak benar,
dan membenarkan masalah yang benar-benar salah.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Jadi dari pembahasan diatas tentang poligami dapat disimpulkan bahwa
poligami itu merupakan suatu sistem pernikahan seorang suami dengan istri lebih
dari satu. Pada dasarya poligami ditinjau dari segi hukum Islam memiliki hukum
mubah dan bersyarat dan tidak bisa dilakukan dengan cara asal-asalan. Didalam
ajaran agama Islam poligami diperbolehkan dengan syarat mampu berbuat adil,
aman dari lalai beribadah kepada Allah, mampu memberi nafkah lahir, dan mampu
menjaga para istrinya. Sesuai dengan syariat Islam, ada batasan untuk poligami
yaitu 4 istri dimana hal tersebut tertera jelas didalam Surat An-Nisa ayat 3 dan AlHadist.
B. Saran
Dalam kehidupan bermasyarakat banyak sekali masyarakat yang kurang
paham tentang poligami sehingga banyak menimbulkan permasalahan karena
kurang pemahaman akan hal tersebut. Tetapai anehnya para masyarakat yang
kurang paham tentang poligami mereka merasa bahwa poligami itu tidak baik dan
merasa poligami itu dilarang sehingga banyak menimbulkan dampak buruk bagi
pelaku poligami yang sesuai dengan syariat Islam. Oleh karena itu dianjurkan bagi
masyarakat yang kurang mengetahui tentang poligami untuk mempelajari maksud
dan tujuan berpoligami yang sesuai dengan ajaran Islam sehingga tidak menjadi
permasalahan lagi dikalangan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
diakses
pada
diakses
diakses
pada
diakses
pada