Anda di halaman 1dari 12

cover

Soal
1.

Why organization need electronics rule and policies ?

Jawaban
Dilihat dari pertanyaan diatas Mengapa organisasi memerlukan aturan
dan kebijakan elektronik dapat mengacu pada beberapa hal yaitu
1.

Borderless
Borderless merupakan perkembangan teknologi yang tanpa batas
sehingga suatu organisasi wajib memiliki aturan dan kebijakan elektronik

2.

untuk menjalankan organisasinya secara mendunia.


Risk
Risk merupakan resiko yang akan dan sedang dihadapi oleh pihak
organisasi dalam menjalankan hubungan bisnis dengan organisasi lain

3.

secara global.
Threat
Threat merupakan ancaman-ancaman yang akan terjadi ketika suatu

4.

organisasi menjalankan bisnisnya dengan organisasi lain.


Opportunity
Opportunity merupakan kesempatan yang dapat diperoleh dari organisasi
dalam menjalankan kebijakan dan aturan elektronik tersebut.
Dari beberapa acuan diatas dapat diberikan penjelasan dan contoh

permasing-masing bagian diatas yang diambil dari berbagai sumber


A.
Borderless
Tipe organisasi tanpa batas (borderless) memakai pengaturan yang
mengeliminasi atau menghapus halangan geografis artitisial. Para manajer
memilih pendekatan ini dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas di
pasar global yang kompetitif. Implikasi yang dirasakan oleh para pihak manajer
adalah bagaimana mereka bisa mengembangkan produk yang diproduksi di negara
lain, dengan baik dengan cara memanfaatkan sumber daya alam dan manusia yang
ada pada negara tersebut. Jadi struktur organisasi manajerial tidak akan berpusat
pada satu organisasi manajerial namun harus mencakup seluruh struktur
organisasi manajerial di seluruh negara dimana perusahaan itu berada.
Dalam mengelola suatu lingkungan yang lebih luas cakupannya, dalam
lingkungan global misalnya, tantangan yang dihadapi akan menjadi lebih besar.
Hal ini terjadi salah satunya karena adanya perbedaan-perbedaan, baik dalam hal
budaya, politik maupun ekonomi. Selain adanya perbedaan-perbedaan tersebut,

tantangan lain dalam mengelola lingkungan global yaitu munculnya para pesaing
baru secara tiba-tiba,
kegelisahan

yang

adanya peningkatan ketidakpastian, ketakutan dan

dialami

masyarakat,

penyesuaian

terhadap

perubahan

lingkungan global serta yang paling penting yaitu menghindari parokialisme.


Parokialisme merupakan sudut pandang (perspektif) yang memiliki pandangan
sempit terhadap dunia atau dengan kata lain tidak melihat sudut pandang orang
lain tetapi melihat dunia dari sudut pandang dirinya saja serta tidak mengakui
bahwa orang lain hidup dan bekerja dengan cara yang berbeda.
Secara umum, terdapat tiga sudut pandang dalam melihat dunia yaitu
sikap etnosentris, polisentris dan geosentris. Sikap etnosentris ialah suatu
keyakinan parokialistis yang memandang bahwa pendekatan dan praktek kerja
yang paling baik adalah yang berasal dari negara asalnya. Sikap polisentris
merupakan pandangan bahwa para manajer di negeri tuan rumah (host country)
lebih mengetahui pendekatan dan praktik terbaik untuk menjalankan bisnis
sehingga orang-orang lokal lah yang ditempatkan sebagai manajer karena mereka
dinilai lebih tahu situasi dan kondisi di daerahnya. Terakhir, sikap geosentris yaitu
suatu pandangan berorientasi dunia yang memusatkan perhatian pada penggunaan
dan pendekatan orang yang terbaik dari seluruh dunia sehingga siapa pun bisa
bekerja dan menjadi manajer asalkan memiliki keahlian atau skill yang lebih baik.
Dampak dari adanya pengelolaan pada suatu lingkungan global atau lebih
dikenal dengan globalisasi ialah timbulnya kerja sama atau perjanjian
perdagangan yang mempengaruhi persaingan (kompetisi) global, baik untuk skala
regional maupun secara global. Beberapa contoh perjanjian perdagangan regional,
yaitu: The European Union (EU), merupakan pasar tunggal yang menghapuskan
hambatan dalam hal bepergian, pekerjaan, investasi dan perdagangan sebagai
upaya untuk menghadapi kekuatan ekonomi dari AS dan Jepang; North American
Free Trade Agreement (NAFTA), menghubungkan perekonomian AS, Meksiko
dan Kanada dengan menghapuskan hambatan atas perdagangan bebas; blok
perdagangan bebas di Amerika Latin seperti Free Trade Area of Americas (FTAA)
dan Southern Cone Common Market (Mercosur); Association of Southeast Asian
Nations (ASEAN); dan African Union. Sedangkan perjanjian perdagangan global
misalnya The World Trade Organization (WTO) yang berfungsi sebagai organisasi

global yang mengatur perdagangan antar negara, mengawasi dan mempromosikan


perdagangan dunia dan saat ini memiliki 145 negara anggota.
Organisasi global terdiri dari tiga jenis, yaitu: Multinational Corporation
(MNC),

Transnational

Corporation

(TNC)

dan

Borderless

Organization. Pertama, Multinational Corporation (MNC) merupakan perusahaan


dengan pendekatan etnosentris karena menjalankan operasional di banyak negara
tetapi pembuatan keputusan utama dilakukan di perusahaan di negara asal.
Contoh: Sony, ExxonMobil, Deutsche Bank. Kedua, Transnational Corporation
(TNC) merupakan organisasi dengan pendekatan polisentris karena menjalankan
operasional di banyak negara dengan cara mendesentralisasikan pengelolaan
perusahaan (terutama strategi pemasaran) pada manajemen lokal. Contoh:
McD. Ketiga, Borderless Organization atau organasasi tanpa batas negara
merupakan perusahaan dengan pendekatan geosentris karena menjalankan
operasional di banyak negara dengan cara menghilangkan hambatan geografis
yang bersifat artifisial melalui penghapusan pembagian divisi berdasarkan negara
(penghapusan divisi struktural).
B.

Risk (Resiko)
Risiko adalah sesuatu yang dapat mempengaruhi sasaran perusahaan.

Salah satu atribut risiko adalah ketidakpastian, baik dari sesuatu yang sudah
diketahui maupun dari sesuatu yang belum diketahui. Dalam penyusunan strategi
yang baik, haruslah juga memperhatikan risiko-risiko yang mungkin terjadi dalam
konteks eksternal maupun konteks internal perusahaan, dan melakukan antisipasi
perlakuan risiko bila memang risiko tersebut menjadi kenyataan.
Manajemen risiko perusahaan adalah sebuah upaya yang dilaksanakan
oleh Dewan Komisaris, Direksi, jajaran manajemen, dan karyawan perusahaan
untuk mengidentifikasi, menganalisis, mengelola, serta menangani risiko-risiko
yang dapat mempengaruhi pencapaian sasaran perusahaan. Adapun tujuan
penerapan Manajemen Risiko Perusahaan dalam aturan dan kebijakan elektronik
diyakini mampu untuk :
1.

Memastikan risiko-risiko yang ada di Perusahaan telah diidentifikasi dan


dinilai, serta telah dibuatkan rencana tindakan untuk meminimalisasi
dampak dan kemungkinan terjadinya.

2.

Memastikan bahwa rencana tindakan telah dilaksanakan secara efektif

3.

dan dapat meminimalisasi dampak dan kemungkinan terjadinya risiko.


Meningkatkan efektifitas dan efisiensi manajemen, karena semua risiko
yang dapat menghambat proses perusahaan telah diidentifikasikan
dengan baik, termasuk cara untuk mengatasi gangguan kelancaran proses
perusahaan telah diantisipasi sebelumnya, sehingga bila gangguan
tersebut

4.

memang

terjadi,

maka

perusahaan

telah

siap

untuk

menanganinya dengan baik.


Membantu manajemen perusahaan dalam pengambilan keputusan
dengan menyediakan informasi mengenai risiko-risiko yang ada di
perusahaan, baik risiko strategis maupun kegiatan fungsi-fungsi atau

5.

proses bisnis di unit kerja.


Lebih memberikan jaminan yang wajar atas pencapaian sasaran
perusahaan karena terselenggaranya manajemen yang lebih efektif dan
efisien, hubungan dengan pemangku kepentingan yang semakin
membaik, kemampuan menangani risiko perusahaan yang juga
meningkat, termasuk risiko kepatuhan dan hukum.
Resiko dapat di kategorikan menjadi beberapa bagian yaitu Resiko

strategis perusahaan dan resiko non strategis


1.
Risiko strategis perusahaan.
Risiko strategis adalah risiko yang besarnya melebihi kemampuan
perusahaan (risk appetite) untuk menanggung risiko tersebut sehingga
sangat mengganggu proses bisnis dan tujuan strategis perusahaan,
pengelolaannya terhadap risiko ini harus dilaksanakan dengan segera
dengan melibatkan direksi didalam pengelolaannya.
a. Risiko Produksi.
Perusahaan
akan
tereksposur
risiko
produksi

karena

ketidaktercapaian realisasi produksi baik dalam segi jumlah maupun


kualitas produksi dibandingkan dengan target yang ditetapkan.
Perusahaan mengelola risiko produksi ini melalui pelaksanaan proses
produksi mulai dari pembukaan lahan, pembibitan, penanaman,
pemeliharaan dan pemetikan sesuai Standar Operasional Prosedur
(SOP) yang ditetapkan serta mengoptimalkan penggalian produksi
melalui inovasi tanaman dan teknologi dan peningkatan kualitas
SDM, penerapan reward dan punishment, pelaksanaan program

replanting

sesuai

kebutuhan

dan

kemampuan

perusahaan,

pembentukan mikroklimat dan makroklimat melalui penanaman


b.

pohon, pembuatan hutan koloni, dan konservasi tanah dan air.


Risiko fluktuasi harga.
Pasar komoditas sangat tergantung pada kondisi pasar dunia (supply
and demand) dan dengan sistem penjualan lelang (auction),
preferensi pembeli atas produk sangat menentukan (buyers market).
Untuk mempertahankan posisi tawar yang baik, sehingga mampu
mendapatkan harga yang kompetitif, perusahaan telah menetapkan
kebijakan mutu sesuai dengan standar keberterimaan dan juga
memenuhi persyaratan produk seperti ISO, RA dan ETP serta
sertifikasi lainnya yang mendukung. Di samping itu perusahaan juga
melakukan analisis pasar untuk mengetahui kebutuhan dan keinginan
pelanggan dan untuk memaksimalkan produk-produk dengan harga

c.

yang tertinggi, sehingga secara agregat harga jual tetap bertahan.


Risiko nilai tukar valuta asing.
Sebagian penjualan dilakukan secara ekspor dan dalam mata uang
asing (US Dollar), oleh karena itu pergerakan nilai tukar Rupiah
akan mempengaruhi penerimaan riil perusahaan. Risiko perubahan
nilai tukar dimitigasi oleh perusahaan dengan menetapkan asumsi
harga dalam RKAP sesuai arahan kementerian BUMN sebagai
pemegang saham.

d.

Risiko likuiditas.
Ketika posisi arus kas perusahaan tidak cukup untuk menutup
liabilitas yang jatuh tempo. Kebutuhan likuiditas perusahaan
terutama timbul dari kebutuhan untuk membiayai investasi tanaman
dan non tanaman. Untuk dapat mengelola risiko likuiditas,
manajemen perlu untuk terus memantau dan menjaga tingkat kas dan
setara kas yang dianggap cukup untuk membiayai operasional

e.

perusahaan dan untuk mengurangi dampak fluktuasi arus kas.


Risiko investasi.
Perusahaan akan terekspose risiko investasi karena realisasi
pelaksanaan investasi baik waktu pelaksanaan, manfaat serta hasil
yang diharapkan dari investasi yang dilakukan perusahaan tersebut

tidak sesuai dengan target yang diharapkan pada saat awal


f.

pelaksanaan kelayakan investasi.


Risiko ketersediaan bahan pendukung produksi (pupuk kimia).
Dalam usaha agro industri, pupuk merupakan faktor yang signifikan
dalam mendukung pencapaian produktivitas tanaman. Dengan
keterbatasan supply pupuk kimia di pasaran, maka akan berdampak
pada kesehatan tanaman, dan pada akhirnya akan mempengaruhi
produktivitas tanaman itu sendiri. Upaya manajemen adalah dengan
menggunakan substitusi pupuk kimia dengan memanfaatkan pupuk
organik, baik yang berasal dari tandan kosong sawit atau dengan

2.

pupuk kandang.
Risiko non strategis.
Risiko non strategis adalah risiko yang besarnya berada pada titik
maksimal atau lebih rendah dari kemampuan perusahaan (risk appetite)
untuk

menanggung

mengganggu

proses

terjadinya
bisnis

risiko
dan

tersebut,

tujuan

sehingga

strategis

dapat

perusahaan,

pengelolaannya terhadap risiko ini harus dilaksanakan dan atau


diterimanya risiko tersebut.

C.

Threat
Setiap organisasi atau industri atau perusahaan pasti mempunyai dua

jenis permasalahan atau tantangan yang dihadapinya yaitu permasalahan


lingkungan internal dan permasalahan lingkungan eksternal. Semakin besar suatu
organisasi maka semakin komplek juga implikasi yang dihadapi, salah satunya
adalah proses pengambilan keputusaan semakin sulit dan rumit. Secara internal,
manajemen dihadapkan kepada tuntutan dan pemuasan kepentingan dari berbagai
pihak, baik itu di dalam organisasi maupun di luar organisasi. Secara eksternal,
manajemen dihadapkan pada suatu lingkungan yang sifatnya tidak menentu dan
suasana yang tidak pasti dimasa depan seperti terjadi globalisasi ekonomi,
perubahan geopolitik dan lain sebagainya.
Manajemen strategi dalam suatu organasisasi mutlak mengenali industri
dalam bidang mana perusahaan bergerak sebagai faktor lingkungan eksternal yang

turut berpengaruh terhadap jalannya roda perusahaan. Pengenalan yang lebih jelas
suatu industri sangatlah penting karena faktor lingkungan yang dikenal adalah
faktor lingkungan jauh dan faktor lingkungan dekat. Dikatakan faktor
lingkungan jauh maksudnya karena perkembangan yang terjadi di dalamnya
berada di luar kendali perusahaan tersebut, tetapi dampaknya langsung atau tidak
langsung pada organisasi.
Dikatakan faktor lingkungan dekat karena kondisi tersebut berpengaruh
secara langsung pada operasional roda organisasi atau perusahaan. Analisis
industri ini bertujuan untuk menilai intensitas persaingan di industri, untuk
menilai potensi laba suatu industri dan untuk menilai menarik atau tidaknya suatu
industri. Ada lima ancaman yang dihadapi oleh oraganisasi ataupun perusahaan.
1.

Ancaman Produsen baru (new entrants)


Produsen baru (new entrants) dapat membahayakan perusahaan-

perusahaan yang telah ada, hal ini dikarenakan dengan masuknya produsen baru
maka akan menambah atau menghasilkan kapasitas produksi tambahan yang lebih
banyak. Kalau permintaan pasar meningkat maka kondisi ini tidak jadi masalah
namun kalau kondisi permintaan pasar sedang menurun maka akan terjadi
masalah dalam pasar.
Ancaman masuknya pesaing baru ini di tentukan oleh barriers to entry
dan reaksi para pesaing ada di industri. Faktor yang perlu diperhatikan dalam
pendatang baru adalah
a. Skala ekonomis
Semakin tinggi tingkat produksi yang diperlukan untuk mencapai skala
ekonomi, semakin rendah ancaman dari pesaing baru.
b. Tingkat kesulitan untuk memahami teknologi dan ketrampilan khusus
yang diperlukan untuk memproduksi; semakin sulit maka semakin
c.

rendah ancaman dari pesaing baru.


Pengaruh pengalaman dan belajar (experience and learning effect)
terhadap struktur biaya. Semakin tinggi pengaruh pengalaman dan belajar

terhadap struktur biaya, maka semakin rendah ancaman pesaing baru.


d. Loyalitas dan preferensi konsumen terhadap merek tertentu.
e. Peraturan pemerintah
Semakin banyak peraturan untuk mendirikan perusahaan maka semakin
rendah ancaman dari pesaing baru.
f. Kebutuhan modal atau investasi

semakin besar investasi awal yang diperlukan maka semakin rendah pula
ancaman dari pesaing baru.
2.

Ancaman Produk Pengganti (Substitute)


Perkembangan ilmu dan teknologi maka dewasa ini makin banyak

produk yang peranannya dan manfaatnya dapat diganti, sebagai contoh: gula
diganti dengan pemanis sintetis. Secara umum, ancaman produk pengganti adalah
besar apabila harga produk pengganti tersebut lebih rendah dan atau mutu serta
kemampuan kinerjanya sama atau lebih besar dari produk yang sudah ada. Untuk
ancaman dari produk pengganti yang perlu diperhatikan adalah:
a. Rasio harga dan kualitas produk pengganti (nilai di mata konsumen)
melawan rasio harga dan kualitas produk yang dihasilkan. Semakin
tinggi nilainya, semakin tinggi ancamannya.
b. Loyalitas konsumen terhadap suatu merek tertentu, semakin loyal,
semakin mahal biaya untuk mengganti maka ancaman menjadi rendah.
3.

Ancaman Pemasok (Supplier)


Meningkatkan harga dan mengurangi mutu produk yang dijual adalah

cara potensial yang dapat dilakukan oleh pemasok untuk mendapatkan kekuatan
terhadap perusahaan yang bersaing dalam suatu industri. Pemasok mempunyai
kekuatan apabila kondisi seperti ini:
a. Didominasi

oleh

sejumlah

kecil

perusahaan

besar

dan

lebih

terkonsentrasi daripada industri yang menjadi pembeli.


b. Tidak tersedianya produk pengganti yang berkualitas atau berharga sama.
c. Pembeli bukan sebagai konsumen penting bagi pemasok.
d. Produk pemasok merupakan komponen penting bahkan terpenting bagi
pembeli.
4.

Ancaman Pembeli (Buyer)


Yang paling sering ada dalam benak seorang pembeli adalah membeli

suatu produk yang mempunyai kualitas terbaik, mempunyai harga terendah serta
kalau bisa mendapat pelayanan terbaik pula. Namun bagi industri tidak terlalu
kuatir bila produknya banyak diharapkan dan diminati pembeli, seperti yang
terjadi pada industri rokok dimana produk rokok setiap hari terjadi peningkatan.
Yang perlu diperhatikan adalah:

a. Jika pembeli cukup besar dan membeli sebagian besar produk yang
dihasilkan oleh suatu industri, maka bargaining power pembeli menjadi
cukup tinggi
b. Jika biaya yang ditanggung oleh pembeli untuk ganti merek rendah,
maka mereka akan mempunyai bargaining power yang tinggi.
c. Pembelian dalam jumlah yang besar (setiap transaksi) juga akan
mempengaruhi bargaining power pembeli.
5.

Persaingan antar Perusahaan (Rivalry Among Existing Firm)


Perebutan pangsa pasar atau pembeli merupakan suatu kegiatan bahkan

suatu tujuan dari organisasi, maka antar perusahaan itu sendiri akan terjadi suatu
kondisi yang tegang karena mereka akan berusaha dengan segenap pikiran dan
cara untuk memperoleh pangsa pasar yang lebih banyak dan mempertahankan
pangsa pasarnya. Yang diperhatikan dalam perebutan pangsa pasar yaitu.
a. Semakin banyak jumlah perusahaan dan semakin sama size mereka,
maka persaingan antar perusahaan akan semakin tinggi.
b. Pertumbuhan permintaan yang rendah tentu akan meningkatkan
persaingan.
c. Jika biaya berganti merek yang ditanggung oleh pembeli atau
konsumen adalah rendah maka persaingan akan menjadi tinggi.
d. Persaingan akan semakin ketat jika untuk keluar dari industri tersebut
membutuhkan biaya yang lebih besar daripada tetap berada dalam
industri tersebut.
e. Intensitas persaingan akan meningkat jika ada perusahaan di luar industri
yang membeli perusahaan yang lemah dalam industri dan melakukan
strategi moves besar-besaran.
D.

Opportunity
Kebutuhan akan aturan dan kebijakan elektronik suatu organisasi atau

perusahaan dapat dipandang dari berbagai segi. Suatu organisasi maupun


perusahaan harus mampu melihat dan memanfaatkan peluang peluang yang ada
untuk mencapai tujuan bersama. Kesempatan yang ada tidak boleh disia siakan
karena belum tentu kesempatan yang sama akan datang berkali kali. Tentunya,
kesigapan suatu organisasi maupun dalam memanfaatkan peluang yang ada
merupakan cerminan dari keberhasilan organisasi tersebut.

Dalam era globalisasi dan teknologi canggih seperti sekarang, peluang


peluang makin tersebar luas. Peluang juga tidak hanya datang dari sekitar
organisasi, namun peluang datang dari seluruh bealahan dunia. Teknologi
tentunya dapat memperbesar kemampuan organisasi dalam mencari dan
memanfaatkan peluang yang tersebar luas.
Keberhasilan suatu organisasi dalam melihat dan memanfaatkan peluang
juga ditentukan dari kinerja orang orang yang terlibat dalam organisasi tersebut.
Seringkali terjadi penyalahgunaan fasilitas teknologi yang diberikan organisasi
maupun perusahaan ke anggotanya. Contohnya pegawai yang membuang buang
waktu pada jam kerja dengan membuka sosial media dengan memanfaatkan
fasilitas kantor, hal tersebut akan menutup kesempatan bagi seorang pegawai atau
anggota organisasi untuk melihat dan mengolah peluang yang mungkin dapat
membantu organisasi mencapai tujuannya.
Berdasarkan pertimbangan di atas, maka suatu organisasi perlu membuat
aturan dan kebijakan yang mengatur penggunaan fasilitas elektronik saat jam
kerja untuk mengoptimalkan kinerja organisasi dalam melihat dan memanfaatkan
peluang yang tersebar luas dengan bantuan teknologi.
E.

Kesimpulan
Dari pemaparan diatas dapat kami jawab pertanyaan diatas mengapa

organisasi memerlukan aturan dan kebijakan elektronik?


Suatu organisasi memerlukan kebijakan dan aturan elektronik ketika
organisasi tersebut sedang menjalin hubungan kerja sama secara elektronik
dengan organisasi lainnya, dan kebijakan dan aturan elektronik diperlukan di
dalam intern organisasi.
Organisasi yang menjalankan hubungan kerja sama dengan organisasi
lain memerlukan kebijakan dan aturan elektronik agar organisasi-organisasi yang
bersangkutan dapat melindungi organisasinya dari ancaman atau kekejaman dunia
maya karena setiap organisasi dapat bekerja sama dengan organisasi apapun dan
hubungan kerja sama itu dapat dilakukan tanpa batasan selama organisasi tersebut
memiliki resource yang mendukung sehingga terjadinya ancaman dari dunia luar
seperti penipuan dan lain sebagainya akan dapat terjadi, oleh sebab itu diperlukan
aturan dan kebijakan elektronik yang mengikat organisasi-organisasi yang

bersangkutan tersebut, lalu aturan dan kebijakan elektronik juga dapat


meminimalisir terjadinya resiko antar organisasi karena semuanya sudah tertuang
dalam aturan dan kebijakan elektronik tersebut agar organisasi yang bersangkutan
dapat saling menguntungkan satu dengan yang lainnya, dan aturan dan kebijakan
elektronik juga dapat menciptakan suatu peluang agar organisasi yang
bersangkutan dapat berkembang ke lingkup yang lebih luas dengan memiliki
hubungan kerja sama dengan banyak organisasi lainnya.
Secara umum ada beberapa alasan mengapa organisasi memerlukan
aturan dan kebijakan TI
1. Terselenggaranya proses database perusahaan tersedia secara cepat, tepat,
dan akurat serta tersentralisasi dan terintegrasi
2. Meningkatkan kemampuan sebagai perencana dan pengendali jalannya
operasional perusahaan yang dilaksanakan di Unit Kerja / Distrik
3. Perusahaan akan memiliki data dan informasi untuk Business Intelligence
untuk melakukan analisis masalah-masalah kritis
4. Menjamin dan melindungi aset sistem komunikasi komputer secara
efektif, efisien, dan sesuai dengan aturan yang yang berlaku.
Dengan adanya kebijakan dan prosedur tersebut semua orang mengikuti
proses yang diinginkan dimana pada gilirannya dapat meningkatkan produktivitas
dan meningkatkan hubungan antar departemen, bahkan meningkatkan semangat.
Manfaat lain adalah jika aturan dan kebijakan TI benar-benar diterapkan maka
dapat membantu mendidik karyawan/anggota baru.
Saran yang dapat diberikan mengenai kebijakan dan aturan ini adalah
kalau kita ingin membuat kebijakan dan prosedur TI harus selalu menempatkan
pengguna dalam pikiran anda. Dimana lakukan upaya untuk membuat kebijakan
dan prosedur untuk mudah dipahami dan yang masuk akal bagi pengguna.

Anda mungkin juga menyukai