Anda di halaman 1dari 16

KONSEP MALARIA

1. DEFENISI
Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit plasmodium
yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah manusia. ( Taufan
nugroho, 2011) .
Malaria adalah penyakit yang bersifat akut maupun kronik, disebabkan
oleh protozoa genus Plasmodium ditandai dengan demam, anemia dan
splenomegali ( Arif Mansjoer dkk, 2000)

2. FISIOLOGY SEL DARAH MERAH


Sel darah merah pada manusia dibuat dalam susu-sum tulang belakang.
Dalam sirkulasi, sel darah merah akan beredar selama 120 hari.Setelah itu
sel darah merah akan rusak dan rapuh. Dalam limpha akan dijumpai
banyak sekali pecahan sel darah merah, karena sel ini akan terperas
sewaktu melalui pulpa merah lienalis, dimana ruangan antara struktur
pulpa lebarnya hanya 3 mikrometer, sedangkan sel darah merah yang
akan melalui membrane tersebut berdiameter 7,8 mikrometer. Sehingga
sebagian besar sel darah merah yang sudah tua akan pecah.
Haemoglobin yang dilepaskan dari sel darah merah yang telah pecah akan
difagosit oleh sel-sel makrofag pada hamper seluruh tubuh, terutama pada
hati, limpha dan sum-sum tulang.Setelah beberapa jam sampai beberapa
hari, makrofag akan melepaskan besi yang ada dalam haemoglobin masuk
kembali kedalam sirkulasi darah, ke sum-sum tulang diangkut oleh
transferin untuk membentuk sel-sel darah merah yang baru. Sedangkan
yang diangkut menuju hati dan jaringan lain akan disimpan dalam bentuk
feritin, dengan melalui beberapa proses, feritin akan diubah menjadi
pigmen empedu bilirubin.

3. ETIOLOGY
Ada empat jenis plasmodium yang dapat menyebabkan infeksi yaitu,
Plasmodium vivax, merupakan infeksi yang paling sering dan
menyebabkan malaria tertiana/ vivaks (demam pada tiap hari ke
tiga).
Plasmodium falciparum, memberikan banyak komplikasi dan
mempunyai perjalanan yang cukup ganas, mudah resisten dengan
pengobatan dan menyebabkan malaria tropika/ falsiparum (demam
tiap 24-48 jam).
Plasmodium malariae, jarang ditemukan dan menyebabkan malaria
quartana/malariae (demam tiap hari empat).

Plasmodium ovale, dijumpai pada daerah Afrika dan Pasifik Barat,


diIndonesia dijumpai di Nusa Tenggara dan Irian, memberikan infeksi
yang paling ringan dan dapat sembuh spontan tanpa pengobatan,
menyebabkan malaria ovale.
Masa inkubasi malaria bervariasi tergantung pada daya tahan tubuh dan
spesies plasmodiumnya. Masa inkubasi Plasmodium vivax 14-17 hari,
Plasmodium ovale 11-16 hari, Plasmodium malariae 12-14 hari dan
Plasmodium falciparum 10-12 hari (Mansjoer, 2001).

4. JENIS-JENIS MALARIA
Pembagian jenis-jenis malaria berdasarkan jenis plasmodiumnya antara
lain sebagai berikut :
a. Malaria Tropika (Plasmodium Falcifarum)
Malaria tropika/ falciparum malaria tropika merupakan bentuk yang
paling berat, ditandai dengan panas yang ireguler, anemia,
splenomegali, parasitemia yang banyak dan sering terjadi komplikasi.
Masa inkubasi 9-14 hari. Malaria tropika menyerang semua bentuk
eritrosit. Disebabkan oleh Plasmodium falciparum. Plasmodium ini
berupa Ring/ cincin kecil yang berdiameter 1/3 diameter eritrosit normal
dan merupakan satu-satunya spesies yang memiliki 2 kromatin inti
(Double Chromatin).
Klasifikasi penyebaran Malaria Tropika:
Plasmodium Falcifarum menyerang sel darah merah seumur hidup. Infeksi
Plasmodium Falcifarum sering kali menyebabkan sel darah merah yang
mengandung parasit menghasilkan banyak tonjolan untuk melekat pada
lapisan endotel dinding kapiler dengan akibat obstruksi trombosis dan
iskemik lokal. Infeksi ini sering kali lebih berat dari infeksi lainnya dengan
angka komplikasi tinggi (Malaria Serebral, gangguan gastrointestinal, Algid
Malaria, dan Black Water Fever).
b. Malaria Kwartana (Plasmoduim Malariae)
Plasmodium Malariae mempunyai tropozoit yang serupa dengan
Plasmoduim vivax, lebih kecil dan sitoplasmanya lebih kompak/ lebih
biru. Tropozoit matur mempunyai granula coklat tua sampai hitam dan
kadang-kadang
mengumpul
sampai
membentuk
pita.
Skizon
Plasmodium malariae mempunyai 8-10 merozoit yang tersusun seperti
kelopak bunga/ rossete. Bentuk gametosit sangat mirip dengan
Plasmodium vivax tetapi lebih kecil.
Ciri-ciri demam tiga hari sekali setelah puncak 48 jam. Gejala lain nyeri
pada kepala dan punggung, mual, pembesaran limpa, dan malaise
umum. Komplikasi yang jarang terjadi namun dapat terjadi seperti
sindrom nefrotik dan komplikasi terhadap ginjal lainnya. Pada
pemeriksaan
akan
di
temukan
edema,
asites,
proteinuria,
hipoproteinemia, tanpa uremia dan hipertensi.
c. Malaria Ovale (Plasmodium Ovale)

Malaria Tersiana (Plasmodium Ovale) bentuknya mirip Plasmodium


malariae, skizonnya hanya mempunyai 8 merozoit dengan masa pigmen
hitam di tengah. Karakteristik yang dapat di pakai untuk identifikasi
adalah bentuk eritrosit yang terinfeksi Plasmodium Ovale biasanya oval
atau ireguler dan fibriated. Malaria ovale merupakan bentuk yang paling
ringan dari semua malaria disebabkan oleh Plasmodium ovale. Masa
inkubasi 11-16 hari, walau pun periode laten sampai 4 tahun. Serangan
paroksismal 3-4 hari dan jarang terjadi lebih dari 10 kali walau pun
tanpa terapi dan terjadi pada malam hari.
d. Malaria Tersiana (Plasmodium Vivax)
Malaria Tersiana (Plasmodium Vivax) biasanya menginfeksi eritrosit
muda yang diameternya lebih besar dari eritrosit normal. Bentuknya
mirip dengan plasmodium Falcifarum, namun seiring dengan maturasi,
tropozoit vivax berubah menjadi amoeboid. Terdiri dari 12-24 merozoit
ovale dan pigmen kuning tengguli. Gametosit berbentuk oval hampir
memenuhi seluruh eritrosit, kromatinin eksentris, pigmen kuning. Gejala
malaria jenis ini secara periodik 48 jam dengan gejala klasik trias
malaria dan mengakibatkan demam berkala 4 hari sekali dengan
puncak demam setiap 72 jam
Dari semua jenis malaria dan jenis plasmodium yang menyerang system
tubuh, malaria tropika merupakan malaria yang paling berat di tandai
dengan panas yang ireguler, anemia, splenomegali, parasitemis yang
banyak, dan sering terjadinya komplikasi.

5. KARAKTERISTIK NYAMUK
Menurut Harijanto (2000) malaria pada manusia hanya dapat ditularkan
oleh nyamuk betina Anopheles. Lebih dari 400 spesies Anopheles di dunia,
hanya sekitar 67 yang terbukti mengandung sporozoit dan dapat
menularkan malaria. Di Indonesia telah ditemukan 24 spesies Anopheles
yang menjadi vektor malaria.
Sarang nyamuk Anopheles bervariasi, ada yang di air tawar, air payau dan
ada pula yang bersarang pada genangan air pada cabang-cabang pohon
yang besar.
Karakteristik nyamuk Anopheles adalah sebagai berikut :
1. Hidup di daerah tropic dan sub tropic, ditemukan hidup di dataran
rendah
2. Menggigit antara waktu senja (malam hari) dan subuh hari
3. Biasanya tinggal di dalam rumah, di luar rumah, dan senang
mengigit manusia (menghisap darah)
4. Jarak terbangnya tidak lebih dari 2-3 km
5. Pada saat menggigit bagian belakangnya mengarah ke atas dengan
sudut
48
derajat
Daur hidupnya memerlukan waktu 1 minggu

6. Lebih senang hidup di daerah rawa

6. PATOFISIOLOGY
Daur hidup spesies malaria pada manusia yaitu:
a. Fase seksual
Fase ini terjadi di dalam tubuh manusia (Skizogoni), dan di dalam tubuh
nyamuk (Sporogoni). Setelah beberapa siklus, sebagian merozoit di dalam
eritrosit dapat berkembang menjadi bentuk- bentuk seksual jantan dan
betina. Gametosit ini tidak berkembang akan mati bila tidak di hisap oleh
Anopeles betina. Di dalam lambung nyamuk terjadi penggabungan dari
gametosit jantan dan betina menjadi zigote, yang kemudian
mempenetrasi dinding lambung dan berkembang menjadi Ookista. Dalam
waktu 3 minggu, sporozoit kecil yang memasuki kelenjar ludah nyamuk
Fase eritrosit dimulai dan merozoid dalam darah menyerang eritrosit
membentuk tropozoid. Proses berlanjut menjadi trofozoit- skizonmerozoit.
Setelah 2- 3 generasi merozoit dibentuk, sebagian merozoit berubah
menjadi bentuk seksual. Masa antara permulaan infeksi sampai
ditemukannya parasit dalam darah tepi adalah masa prapaten, sedangkan
masa tunas/ incubasi intrinsik dimulai dari masuknya sporozoit dalam
badan hospes sampai timbulnya gejala klinis demam. (Mansjoer, 2001,
hal. 409).

b. Fase Aseksual
Terjadi di dalam hati, penularan terjadi bila nyamuk betina yang terinfeksi
parasit, menyengat manusia dan dengan ludahnya menyuntikkan
sporozoit ke dalam peredaran darah yang untuk selanjutnya bermukim di
sel-sel parenchym hati (Pre-eritrositer). Parasit tumbuh dan mengalami
pembelahan (proses skizogoni dengan menghasilakn skizon) 6-9 hari
kemudian skizon masak dan melepaskan beribu-ribu merozoit. Fase di
dalam hati ini di namakan Pra -eritrositer primer. Terjadi di dalam darah.
Sel darah merah berada dalam sirkulasi lebih kurang 120 hari. Sel darah
mengandung hemoglobin yang dapat mengangkut 20 ml O2 dalam 100 ml
darah. Eritrosit diproduksi oleh hormon eritropoitin di dalam ginjal dan
hati. Sel darah di hancurkan di limpa yang mana proses penghancuran
yang di keluarkan diproses kembali untuk mensintesa sel eritrosit yang
baru dan pigmen bilirubin yang dikelurkan bersamaan dari usus halus.
Dari sebagian merozoit memasuki sel-sel darah merah dan berkembang di
sini menjadi trofozoit. Sebagian lainnya memasuki jaringan lain, antara
lain limpa atau terdiam di hati dan di sebut ekso-eritrositer sekunder.
Dalam waktu 48 -72 jam, sel-sel darah merah pecah dan merozoit yang di
lepaskan dapat memasuki siklus di mulai kembali. Setiap saat sel darah
merah pecah, penderita merasa kedinginan dan demam, hal ini di
sebabkan oleh merozoit dan protein asing yang di pisahkan. Secara garis
besar semua jenis Plasmodium memiliki siklus hidup yang sama yaitu
tetap sebagian di tubuh manusia (aseksual) dan sebagian ditubuh
nyamuk.

7. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala yang di temukan pada klien dngan malaria secara umum
menurut Mansjoer (1999) antara lain sebagai berikut :
a. Demam
Demam periodik yang berkaitan dengan saat pecahnya skizon matang
(sporolasi). Pada Malaria Tertiana (P.Vivax dan P. Ovale), pematangan
skizon tiap 48 jam maka periodisitas demamnya setiap hari ke-3,
sedangkan Malaria Kuartana (P. Malariae) pematangannya tiap 72 jam dan
periodisitas demamnya tiap 4 hari. Tiap serangan di tandai dengan
beberapa serangan demam periodik.
Gejala umum (gejala klasik) yaitu terjadinya Trias Malaria (malaria
proxysm) secara berurutan
1) Periode dingin.
Mulai menggigil, kulit kering dan dingin, penderita sering
membungkus diri dengan selimut atau sarung dan pada saat
menggigil sering seluruh badan bergetar dan gigi-gigi saling
terantuk, pucat sampai sianosis seperti orang kedinginan. Periode
ini berlangsung 15 menit sampai 1 jam diikuti dengan
meningkatnya temperatur.
2) Periode panas.
Muka merah, kulit panas dan kering, nadi cepat dan panas tetap
tinggi sampai 40oC atau lebih, respirasi meningkat, nyeri kepala,
nyeri retroorbital, muntah-muntah, dapat terjadi syok (tekanan
darah turun), kesadaran delirium sampai terjadi kejang (anak).
Periode ini lebih lama dari fase dingin, dapat sampai 2 jam atau
lebih, diikuti dengan keadaan berkeringat.
3) Periode berkeringat.
Penderita berkeringat mulai dari temporal, diikuti seluruh tubuh,
sampai basah, temperatur turun, penderita merasa capai dan
sering tertidur. Bila penderita bangun akan merasa sehat dan
dapat melakukan pekerjaan biasa.
b. Splenomegali
Splenomegali adalah pembesaran limpa yang merupakan gejala khas
Malaria Kronik. Limpa mengalami kongesti, menghitam dan menjadi keras
karena timbunan pigmen eritrosit parasit dan jaringan ikat bertambah
(Corwin , 2000, hal. 571). Pembesaran limpa terjadi pada beberapa infeksi
ketika membesar sekitar 3 kali lipat. Lien dapat teraba di bawah arkus
costa kiri, lekukan pada batas anterior. Pada batasan anteriornya
merupakan gambaran pada palpasi yang membedakan jika lien membesar
lebih lanjut. Lien akan terdorong ke bawah ke kanan, mendekat umbilicus
dan fossa iliaca dekstra.
c. Anemia

Derajat anemia tergantung pada spesies penyebab, yang paling berat


adalah anemia karena Falcifarum. Anemia di sebabkan oleh penghancuran
eritrosit yang berlebihan Eritrosit normal tidak dapat hidup lama (reduced
survival time). Gangguan pembentukan eritrosit karena depresi
eritropoesis dalam sumsum tulang (Mansjoer. dkk, Hal. 411).
d. Ikterus
Ikterus adalah diskolorasi kuning pada kulit dan skIera mata akibat
kelebihan bilirubin dalam darah. Bilirubin adalah produk penguraian sel
darah merah. Terdapat tiga jenis ikterus antara lain
1) Ikterus hemolitik
Disebabkan oleh lisisnya (penguraian) sel darah merah yang berlebihan.
Ikterus ini dapat terjadi pada destruksi sel darah merah yang berlebihan
dan hati dapat mengkonjugasikan semua bilirubin yang di hasilkan
2) Ikterus hepatoseluler
Penurunan penyerapan dan konjugasi bilirubin oleh hati terjadi pada
disfungsi hepatosit dan di sebut dengan hepatoseluler.
3) Ikterus Obstruktif
Sumbatan terhadap aliran darah ke empedu keluar hati atau melalui
duktus biliaris di sebut dengan ikterus obstuktif (Corwin, 2000, hal. 571).

8. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Pemeriksaan mikroskopis malaria
Diagnosis malaria sebagai mana penyakit pada umumnya didasarkan
pada manifestasi klinis (termasuk anamnesis), uji imunoserologis dan
ditemukannya
parasit
(plasmodium)
di
dalam
penderita.
Uji
imunoserologis yang dirancang dengan bermacam-macam target
dianjurkan sebagai pelengkap pemeriksaan mikroskopis dalam menunjang
diagnosis malaria atau ditujukan untuk survey epidemiologi di mana
pemeriksaan mikrokopis tidak dapat dilakukan. Diagnosis definitif demam
malaria ditegakan dengan ditemukanya parasit plasmodium dalam darah
penderita. Pemeriksaan mikrokropis satu kali yang memberi hasil negatif
tidak menyingkirkan diagnosis deman malaria. Untuk itu diperlukan
pemeriksaan serial dengan interval antara pemeriksaan satu hari.
Pemeriksaan mikroskropis membutuhkan syarat-syarat tertentu agar
mempunyai nilai diagnostik yang tinggi (sensitivitas dan spesifisitas
mencapai
100%).
Waktu pengambilan sampel harus tepat yaitu pada akhir periode
demam memasuki periode berkeringat. Pada periode ini jumlah
trophozoite dalam sirkulasi dalam mencapai maksimal dan cukup matur
sehingga memudahkan identifikasi spesies parasit.
Volume yang diambil sebagai sampel cukup, yaitu darah kapiler (finger
prick) dengan volume 3,0-4,0 mikro liter untuk sediaan tebal dan 1,0-1,5
mikro liter untuk sedian tipis.

Kualitas perparat harus


plasmodium yang tepat.

baik

untuk

menjamin

identifikasi

spesies

Identifikasi spesies plasmodium


Identifikasi morfologi sangat penting untuk menentukan spesies
plasmodium dan selanjutnya digunakan sebagai dasar pemilihan obat.
b. QBC (Semi Quantitative Buffy Coat)
Prinsip dasar: tes floresensi yaitu adanya protein pada plasmodium yang
dapat mengikat acridine orange akan mengidentifikasi eritrosit terinfeksi
plasmodium. QBC merupakan teknik pemeriksaan dengan menggunakan
tabung kapiler dengan diameter tertentu yang dilapisi acridine orange
tetapi cara ini tidak dapat membedakan spesies plasmodium dan kurang
tepat sebagai instrumen hitung parasit.
c. Pemeriksaan imunoserologis
Pemeriksaan imunoserologis didesain baik untuk mendeteksi antibodi
spesifik terhadap paraasit plasmodium maupun antigen spesifik
plasmodium atau eritrosit yang terinfeksi plasmodium teknik ini terus
dikembangkan terutama menggunakan teknik radioimmunoassay dan
enzim immunoassay.
d. Pemeriksan Biomolekuler
Pemeriksaan biomolekuler digunakan untuk mendeteksi DNA spesifik
parasit/ plasmodium dalam darah penderita malaria.tes ini menggunakan
DNA lengkap yaitu dengan melisiskan eritrosit penderita malaria untuk
mendapatkan ekstrak DNA.

9. PENATALAKSANAAN
Obat malaria yang dipakai saat ini adalah Artemisinine Combination Therapy
(ACT). Obat ini untuk menggantikan obat malaria terdahulu yaitu Chloroquine
yang sudah tidak bisa membunuh parasite malaria secara sempurna akibat
resistensi parasite terhadap chloroquine, disamping obat-obat lain sesuai dengan
gejala yang ada.

10. KOMPLIKASI
Beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit malaria adalah :
a. Malaria otak
Malaria otak merupakan penyulit yang menyebabkan kematian tertinggi
(80%) bila dibandingkan dengan penyakit malaria lainnya. Gejala klinisnya
dimulai secara lambat atau setelah gejala permulaan. Sakit kepala dan
rasa ngantuk disusul dengan gangguan kesadaran, kelainan saraf dan
kejang-kejang bersifat fokal atau menyeluruh.

b. Anemia berat
Komplikasi ini ditandai dengan menurunnya hematokrit secara mendadak
(<> 3 mg/ dl. Seringkali penyulit ini disertai edema paru. Angka kematian
mencapai 50%. Gangguan ginjal diduga disebabkan adanya Anoksia,
penurunan aliran darah keginjal, yang dikarenakan sumbatan kapiler,
sebagai akibatnya terjadi penurunan filtrasi pada glomerulus.
d. Edema paru
Komplikasi ini biasanya terjadi pada wanita hamil dan setelah melahirkan.
Frekuensi pernapasan meningkat. Merupakan komplikasi yang berat yang
menyebabkan kematian. Biasanya disebabkan oleh kelebihan cairan dan
Adult

Respiratory

Distress

Syndrome

(ARDS).

e. Hipoglikemia

11. PENCEGAHAN
Pencegahan penyakit malaria dapat dilakukan dengan Pembersihan
Sarang Nyamuk (PSN), berusaha menghindarkan diri dari gigitan nyamuk,
atau upaya pencegahan dengan pemberian obat anti malaria bila
mengunjungi daerah endemik malaria.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN MALARIA


1. PENGKAJIAN
a. Kaji tanda dan gejala awal hyperthermia seperti tidak berkeringat,
kelemahan, mual dan muntah, sakit kepala dan penurunan
kesadaran . Pantau adanya gejala hipotermia seperti menggigil,
pucat, sianosis dan pengisian kapiler yang lambat.

b. Kaji perubahan
yang cepat

vital sign pasien, seperti peningkatan suhu, nadi

c. Pantau tanda dan infeksi lain seperti keletihan malaise, penampilan


urine dan sekresi
d. Kaji faktor yang dapat meningkatkan kerentanan terhadap infeksi
seperti lanjut usia, bayi, luluh imun dan malnutrisi.
e. Amati penampilan praktik personal hygiene untuk perlindungan
terhadap infeksi
f. Kaji perubahan berat badan pasien, kemampuan pasien memenuhi
kebutuhan nutrisi, identifikasi faktor pencetus mual dan muntah,
catat warna, jumlah dan frekwensi muntah dan identifikasi faktor
yang mempengaruhi selera makan pasien.
g. Pantau hasil laboratorium seperti darah tepi, darah lengkap, hitung
granulosit, hitung jenis dll
h. Tentukan kebutuhan belajar pasien dan keluarga, nilai tingkat
pengetahuan dan kemampuan pasien untuk mempelajari dan
memahami informasi serta gaya belajar pasien.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan pada pasien dengan malaria berdasarkan dari
tanda dan gejala yang mungkin timbul antara lain :
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh Berhubungan
dengan :
Ketidakmampuan untuk memasukkan atau mencerna nutrisi oleh karena
faktor biologis, psikologis atau ekonomi.
2. Hipertermia
Berhubungan
dengan
:penyakit/trauma;peningkatan
metabolisme;aktifitas yang berlebih;dehidrasi
3. Perfusi jaringan kardiopulmonal tidak efektif b/d gangguan afinitas Hb
oksigen, penurunan konsentrasi Hb, Hipervolemia, Hipoventilasi,
gangguan transport O2, gangguan aliran arteri dan vena
4. Risiko infeksi berhubungan dengan Prosedur Infasif; Kerusakan
jaringan dan peningkatan paparan lingkungan; Malnutrisi; Peningkatan
paparan lingkungan patogen ; Imonusupresi; Tidak adekuat pertahanan
sekunder (penurunan Hb, Leukopenia, penekanan respon inflamasi);
Penyakit kronik
5. Kurang pengetahuan mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan
pengobatan
Berhubungan dengan : keterbatasan kognitif, interpretasi terhadap
informasi yang salah, kurangnya keinginan untuk mencari informasi,
tidak mengetahui sumber-sumber informasi.

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh Berhubungan
dengan :
Ketidakmampuan untuk memasukkan atau mencerna nutrisi oleh karena faktor
biologis, psikologis atau ekonomi.
DS:
Nyeri abdomen
Muntah

Kejang perut

Rasa penuh tiba-tiba setelah makan

DO:

Diare
Rontok rambut yang berlebih

Kurang nafsu makan

Bising usus berlebih

Konjungtiva pucat

Denyut nadi lemah

NOC:

1. Nutritional status: Adequacy of nutrient


2. Nutritional Status : food and Fluid Intake
3. Weight Control

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama.nutrisi kurang teratasi dengan


indikator:
Albumin serum
Pre albumin serum

Hematokrit

Hemoglobin

Total iron binding capacity

Jumlah limfosit

Kaji adanya alergi makanan

Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang
dibutuhkan pasien

Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah


konstipasi

Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian.

Monitor adanya penurunan BB dan gula darah

Monitor lingkungan selama makan

Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan

Monitor turgor kulit

Monitor kekeringan, rambut kusam, total protein, Hb dan kadar Ht

Monitor mual dan muntah

Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva

Monitor intake nuntrisi

Informasikan pada klien dan keluarga tentang manfaat nutrisi

Kolaborasi dengan dokter tentang kebutuhan suplemen makanan seperti


NGT/ TPN sehingga intake cairan yang adekuat dapat dipertahankan.

Atur posisi semi fowler atau fowler tinggi selama makan

Kelola pemberan anti emetik:.....

Anjurkan banyak minum

Pertahankan terapi IV line

Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah dan cavitas oval

Hipertermia Berhubungan dengan :


penyakit/ trauma
peningkatan metabolisme

aktivitas yang berlebih

dehidrasi

DO/DS:
kenaikan suhu tubuh diatas rentang normal
serangan atau konvulsi (kejang)

kulit kemerahan

pertambahan RR

takikardi

Kulit teraba panas/ hangat

NOC:
Thermoregulasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama..pasien menunjukkan :

Suhu tubuh dalam batas normal dengan kreiteria hasil:


Suhu 36 37C
Nadi dan RR dalam rentang normal

NIC :

Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing, merasa nyaman

Monitor suhu sesering mungkin


Monitor warna dan suhu kulit

Monitor tekanan darah, nadi dan RR

Monitor penurunan tingkat kesadaran

Monitor WBC, Hb, dan Hct

Monitor intake dan output

Berikan anti piretik:

Kelola Antibiotik:..

Selimuti pasien

Berikan cairan intravena

Kompres pasien pada lipat paha dan aksila

Tingkatkan sirkulasi udara

Tingkatkan intake cairan dan nutrisi

Monitor TD, nadi, suhu, dan RR

Catat adanya fluktuasi tekanan darah

Monitor hidrasi seperti turgor kulit, kelembaban membran mukosa)

Perfusi jaringan kardiopulmonal tidak efektif b/d gangguan afinitas Hb


oksigen, penurunan konsentrasi Hb, Hipervolemia, Hipoventilasi, gangguan
transport O2, gangguan aliran arteri dan vena
DS:

DO

Nyeri dada
Sesak nafas

AGD abnormal
Aritmia

Bronko spasme

Kapilare refill > 3 dtk

Retraksi dada

Penggunaan otot-otot tambahan

NOC :

Cardiac pump Effectiveness


Circulation status

Tissue Prefusion : cardiac, periferal

Vital Sign Statusl

Setelah dilakukan asuhan selamaketidakefektifan perfusi jaringan


kardiopulmonal teratasi dengan kriteria hasil:
Tekanan systole dan diastole dalam rentang yang diharapkan
CVP dalam batas normal

Nadi perifer kuat dan simetris

Tidak ada oedem perifer dan asites

Denyut jantung, AGD, ejeksi fraksi dalam batas normal

Bunyi jantung abnormal tidak ada

Nyeri dada tidak ada

Kelelahan yang ekstrim tidak ada

Tidak ada ortostatikhipertensi

NIC :

Monitor nyeri dada (durasi, intensitas dan faktor-faktor presipitasi)


Observasi perubahan ECG

Auskultasi suara jantung dan paru

Monitor irama dan jumlah denyut jantung

Monitor angka PT, PTT dan AT

Monitor elektrolit (potassium dan magnesium)

Monitor status cairan

Evaluasi oedem perifer dan denyut nadi

Monitor peningkatan kelelahan dan kecemasan

Instruksikan pada pasien untuk tidak mengejan selama BAB

Jelaskan pembatasan intake kafein, sodium, kolesterol dan lemak

Kelola pemberian obat-obat: analgesik, anti koagulan, nitrogliserin,


vasodilator dan diuretik.

Tingkatkan istirahat (batasi pengunjung, kontrol stimulasi lingkungan)

Risiko infeksi

Faktor-faktor risiko :
Prosedur Infasif
Kerusakan jaringan dan peningkatan paparan lingkungan

Malnutrisi

Peningkatan paparan lingkungan patogen

Imonusupresi

Tidak adekuat pertahanan sekunder (penurunan Hb, Leukopenia,


penekanan respon inflamasi)

Penyakit kronik

Imunosupresi

Malnutrisi

Pertahan primer tidak adekuat (kerusakan kulit, trauma jaringan,


gangguan peristaltik)

NOC :
Immune Status
Knowledge : Infection control

Risk control

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama pasien tidak mengalami infeksi


dengan kriteria hasil:
Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi

Jumlah leukosit dalam batas normal

Menunjukkan perilaku hidup sehat

Status imun, gastrointestinal, genitourinaria dalam batas normal

NIC :

Pertahankan teknik aseptif


Batasi pengunjung bila perlu

Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan

Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung

Ganti letak IV perifer dan dressing sesuai dengan petunjuk umum

Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi kandung kencing

Tingkatkan intake nutrisi

Berikan terapi antibiotik:.................................

Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal

Pertahankan teknik isolasi k/p

Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas, drainase

Monitor adanya luka

Dorong masukan cairan

Dorong istirahat

Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi

Kaji suhu badan pada pasien neutropenia setiap 4 jam

Kurang pengetahuan mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan


Berhubungan dengan : keterbatasan kognitif, interpretasi terhadap informasi
yang salah, kurangnya keinginan untuk mencari informasi, tidak mengetahui
sumber-sumber informasi.
DS: Menyatakan secara verbal adanya masalah
DO: ketidakakuratan mengikuti instruksi, perilaku tidak sesuai
NOC:

Kowlwdge : disease process


Kowledge : health Behavior

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama . pasien menunjukkan


pengetahuan tentang proses penyakit dengan kriteria hasil:
Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi,
prognosis dan program pengobatan
Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara
benar

NIC :

Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan


perawat/tim kesehatan lainnya

Kaji tingkat pengetahuan pasien dan keluarga


Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan
dengan anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat.

Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan cara
yang tepat

Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat

Identifikasi kemungkinan penyebab, dengan cara yang tepat

Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan cara yang tepat

Sediakan bagi keluarga informasi tentang kemajuan pasien dengan cara


yang tepat

Diskusikan pilihan terapi atau penanganan

Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau mendapatkan second opinion


dengan cara yang tepat atau diindikasikan

Eksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan, dengan cara yang tepat

Anda mungkin juga menyukai