c. Anesthesia: pernafasan menjadi dangkal, cepat dan teratur, seperti keadaan tidur (pernafasan perut), gerakan mata dan reflex mata hilang,
sedangkan otot menjadi lemas.
d. Kelumpuhan sum-sum tulang: kegiatan jantung dan pernafasan terhenti. Pada taraf ini sedapat mungkin sebaiknya di hindarkan.
Pada hakikatnya, kembalinua kessadaran atau siuman (recovery) berlangsung dalam uruttan terbalik, dari c ke a
Penggolongan
Berdasarkan cara penggunaannya, anestetika umuum dibagi dalam dua kelompok, yakni:
1) Anestetika inhalasi : gas tertawa, halotan, enfluran, isofluran, dan sevofluran.
Obat-obat ini diberikan sebagai uap melelui saluran pernafasan.
Keuntungannya adalah :
a. resorbsi yang cepat melalui paru-paru, seperti juga ekskresinya melalui gelembung paru (alveoli) dan biasanya dalam keadaan utuh.
b. Pemberiannya mudah dipantau dan bila perlu pada setiap waktu dapat di hentikan.
c. Obat ini terutama digunakan untuk memelihara anestesi.
Efek samping
Hampir semua anestetika inhalasi menghasilkan sejumlah efek samping dan yang terpenting adalah:
Menekan pernafasan
Yang pada anestesi dalam terutama ditimbulkan oleh halotan, enfluran, dan isofluran.
Menekan system kardiovaskular
Terutama oleh halotan, enfluran, dan isofluran.
Merusak hati dan ginjal
Terutama senyawa klor, misalnya kloroform
Oliguri (reversiblel)
Karena berkurangnya pengaliran darah di ginjal, sehingga pasien perlu di hidratasi secukupnya.
Menekan system regulasi suhu
Sehingga timbul perasaan kedinginan(menggigil) pasca bedah.
ZAT-ZAT TERSENDIRI
1) Eter (E.I): diethylether, ether ad narcosin.
Cairan dengan bau yang khas yang sangat mudah menguap dan menyala, juga eksplosif (1842). Khasiat analghesia dan anestesinya kuat dengan
relaksasi otot baik.
Eter digunakan pada pelbagai jenis pembedahan, terutama bila di perlukan relaksasi otot sebagian besar eter yang diinhhalasi, dikeluarkan melalui
paru-paru dan sebagian kecil dimetabolisasikan di hati. Batas keamanannya (indeks terapi) lebar, karena Eter mudah melewati plasenta.
Efek samping:
a. Mudah menyala.
b. Merangsang mukosa ssaluran pernafasan, hingga perlu di berikan premedikasi berupa morfin-atropin 10-0,25 mg.
c. Induksi berjalan lambat dan sering disertai dengan ketegangan.
d. Meningkatnya sekresi ludah dan sekret bronchi.
4) Halotan: flouthane
Cairan dengan sifatt-sifat fisika, seperti kloroform, lebih kurang sama berat jenis , bau, dan rasanya, juga tidak dapat menyala dan tidak eksplosif
(1956).khasiat anestetisnya sangat kuat (2 kali kloroform dan 4 kali eter), tetapi khasiat analgetisnya rendah dan daya relaksasi ototnya ringan, yang
baru adekuat pada anestesi dalam. Sebaiknya halotan di gunakan dalam dosis rendah dan dikombinasi dengan suatu relaksans otot, seperti galamin
atau suksametonium.
Kelarutannya dalam darah relative rendah, maka induksinya lambat, mudah di gunakan, dan tidak merangsang mukosa saluran pernafasan, bahkan
bersifat menekan reflex dari pharynk dan larynk, melebarkan bronchioli, dan mengurangi sekresi ludah dan sekresi bronchi. Pemulihannya juga lancar ,
sehingga banyak di gunakan seebagai anestetikum-pokok atau anestetikum-pembantu pada narkosa dengan obat-obat berdaya kerja lemah seperti
N2O.
Efek sampingnya:
a. Menekan pernafasan dan kegiatan jantung (aritmia).
b. Hipotensi
c. Pada penggunaan berulang dapat menyebabkan kerusakan hati.
Dosis: tracheal 0,5-3 v %.
5) Enfluran: Enthrane, Alyrane.
Senyawa-klor-pentafluor ini(1972) adalah anestetikum-inhalasi kuat, yang di gunakan pada pelbagai jenis pembedahan, juga sebagai analgetikum
pada persalinan. Berdasarkan struktur eternya, senyawa ini memiliki daya relaksasi otot dan analgetis yang baik, disamping menidurkan. Dibandingkan
dengan halotan, zat ini tidak begitu menekan SSP.
Efek sampingnya berupa hipotensi, menekan pernafasan, aritmi dan merangsang SSP. Pasca bedah timbul hipotermi (menggigil) serta mual dan
muntah. Berdasarkan daya kerjanya yang melemaskan otot uterus, zat ini dapat meningkatkan pendarahan pada saat persalinan, sectio caesarea, dan
abortus.
Dosis: tracheal 0,5-4 v %
Efek sampingnya:
a. Hipotensi
b. Aritmi
c. Menggigil
d. Konstriksi bronchi
e. Meningkatnya jumlah leukosit
f. Pasca bedah dapat timbul muntah, mual dan keadaan tegang pada lebih kurang 10% pasien
Dosis : tracheal 0,5-3v% dalam oksigen, atau bersama oksigen dan N2O.