Anda di halaman 1dari 24
PEMBAHASAN KASUS ETIKA BISNIS. CARREFOUR dan ALFA BABI PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ‘Sekitas mengenai bisnis industri rite! di Indonesia: Menurut Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (APRINDO), bisnis rite atau usaha eceran di Indonesia muti berkembang pada kisaran tahun 1980-an seiring dengan mulai dikembangkannya perekonamian Indonesia, Hal ini sebagai akibat dari pertumbutan yang terjadi pada masyarakat kelas menengah, yang menyebablan timbuinya permintaan terhadap supermarket dan departement store (convenience store) di wilayah perkotaan. Perubahan gaya hidup kaum menengah atas di perkotaan menyebabkan perubahan pertambahan permintaan akan tempat belanja yang nyaman. Bisnis ritel atau perdagangan eceran memegang peranan yang sangat penting dalam kegiatan bisnis di Indonesia, balk ditinjau dari sudut konsumen maupun produsen. Dari ‘sudut produsen, pedagang eceran dipandang sebagai ujung tombak perusahaan yang akan sangat menentuan laku tidaknya produk perusahaan. Melalui pengecer pula para produsen memperoleh informasi berharga tentang komentar konsumen terhadap barangnya seperti bentuk, rasa, daya tahan, harga dan segala sesuatu mengenai produknya. Sementara jika dipandang dari sudut konsumen, pedagang eceran juga memiliki peranan yang sangat penting karena bertindak sebagai agen yang membeli, mengumpulkan, dan menyediakan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan atau keperluan pihak konsumen, ‘Saat ini bisnis rel di Indonesia berkembang sangat pesat. Persaingan usaha, khususnya pada bidang ritel diantara pelaku usaha semakin keras. Untuk itu Pemeritah dan DPR menerbitkan Undang Undang No. 5 Tahun 1999 tentang Praktek Antimonopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Dengan hadimya undang-undang tersebut dan lembaga asus Etika Bisnis = Bowo Trahutomo (55111110225) Hal a yang mengawasi pelaksanaannya, yaitu KPPU, diharapkan para pelaku usaha dapat bersaing secara sehat sehingga seluruh kegiatan ekonomi dapat berlangsung lebih efisien dan memberi manfaat bagi konsumen. B. Permasalahan Dari later belakang di atas dapat ditank suatu permasalahan sebagai berikut: Sgjauh mana PT Carrefour bertindak memperiuas bisnisnya tanpa mempertimbangkan faktor etka bisnis? Bagaimanakah kasus pembelian saham Alfa dipandang dari sudut pandang itikad baik dan tanggung javab sosial kepada masyarakat, serta apa yang seharusnya dilakukan deh pemerintah dalam menangani kasus tersebut? €. Tujuan Penulisan ‘Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk: 1. Mengetahui masalah akuisisi oleh PT Carrefour terkait etika bisnis 2. Mengetaui penanganan pemerintah terhadap PT Carrefour 3. Mengetahui alternative pemecahan masalah terhadap masalah etika bisnis yang telah dilakukan oleh PT Carrefour. 4. Mengetahui perbandingan pelaksanaan bisnis ritel di Indonesia dengan di Negara lain, D. Sistematika Penulisan Adapun sistematika penulisan makalah ini adalah: BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah B, Permasalahan © Tujuan Penulisan D. Sistematika Penulisan asus Etika Bisnis = Bowo Trahutomo (55111110225) Hal 2 BAB II KAJIAN TEORI ‘A. Pemahaman Tentang Bisnis Rite! 8, Pasar Tradisional dan Pasar Modern BAB ITI : ANALISA MASALAH DAN PENANGGULANGGANNYA A. Masalah PT Carrefour Indonesia B. Alternatif Penanggulangan Masalah BAB IV ; KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran, asus Etika Bisnis = Bowo Trahutomo (55111110225) Hal 3 KAJIAN TEORI A. Etika Etika menyediakan dasar-dasar aturan atau parameter untuk melaksanakan kegiatan ‘apapun dalam batas perdaku “yang dapat diterima’. Secara lebih spesifik, Etlka mewakili serangkalan prinsip-prinsip yang menjelaskan kode periaku yang menjalaskan apa yang benar dan baik atau buruk dan salah; Etika, sebagai tambahan, adalah menggaris bavrahi tugas dan kevajiban moral (Ethics provide the basic rules or parameters for conducting any activiy in an “acceptable” manner. More specifically, Ethics represent a set of principles prescribing 2 behavioral code that explains what is good and right or bad and wrang; ethics, may in addition, outine maral duty and obligations. (Verne E, Henderson, "The Ethical Side of Enterprise,” Shaan Management Review (Spring, 1982):38)). Dalam arti luas, Etika menyediakan pedoman, aturan dasar atau parameter untuk melakukan aktivitas apapun dengan cara yang dapat diterima oleh masyarakat. Secara lebih khusus, etika merupakan seperangkat prinsip yang mendiskripsikan kode perilaku (Code of Behaviors) yang menjelaskan apa yang baik dan benar, atau perilaku yang buruk dan salah, Btika bisnis terkait dengan kepatuhan dan perilaku semua pihak yang terkait secara fangsung maupun tidak langsung dalam kegiatan sebuah entitas bisnis. Setiap entitas bisnis atau kegiatan usaha selalu mempunyai pemilik kepentingan (stakeholders) atas proses produksi barang atau pelayanan jasa di perusahaan tersebut, dengan tingkat kepentingan yang berbeds-beda pula. Etka binis sangat diperlukan untuk menjamin kelangsungan dan meraih sukses bisnis tersebut dalam jangka panjang. Dari segi makro ekonomi, kepatuhan atau penerapan etika bisnis akan menghindari distort mekanisme pasar, Praktek bisnis yang tidak mematuhi etika akan menimbulkan distarsi sistem dan mekanisme pasar dan dengan demikian akan mengakibatkan alokasi sumber-sumber secara tidak efisien. Dari segi mikro, akan membangun kepercayaan semua pemilik kepentingan (stakeholders). Perusahaan yang tidak mematuhi etika asus Etika Bisnis = Bowo Trahutomo (55111110225) Hal @ bisnis akan kehilangan kepercayaan (trust) masyarakat, dan dengan demikian akan kehilangan konsumen atau pelanggan sehingga lama kelamaan akan tutup. ‘Secara sederhana etika bisnis dapat diartikan sebagai suatu aturan main yang tidak mengikat karena bukan hukum. Tetapi harus diingat dalam praktek bisnis sehari-hari etika bisnis dapat menjadi batasan bagi aktivitas bisnis yang dijalankan. Etika bisnis sangat penting mengingat dunia usaha tidak lepas dari elemen-eleren lainnya. Keberadaan usaha pada hakikatnya adalah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Bisnis tidak hanya mempunyai hubungan dengan orang-orang maupun badan hukum, sebagai pemasok, pembell, penyalur, pemakai dan lain-lain. Konfik. yang berkelanjutan dari sebuah keputusan yang berkenaan dengan Etika, adalah hal yang lazim. Konfik ini dapat muncul karena beberapa alasan. Pertama, bisnis perusahaan dihadapkan kepada banyak kepentingan baik di dalam dan di war organisasi seperti pemegang soham, pelanggan, manajer, magyaratat, pemerintah, karyawan, kelompok kepentingan swasta, serkat pekerja, teman/kolega, dan sebagainya. Kedua, masyarakat sedang mengalami perubzhan yang drastis. Nilai-nilei, adat istiadat, dan norma-norma sosial telah melalui evolusi yang sangat cepat dalam kurun waktu beberapa puluh tahun terskhir. Definis| etka dalam lingkungan yang berubah dengan cepat, harus lebih didasarkan lebih pada PROSES yang terus berubah, dari pada sebuah kode etik perilaku yang kaku atau statis. B. Etika Bisnis Ethical conduct may reach beyond the limits of the law. Morals and Law are not synonymous but may be viewed as two cides partial superimposed on each other. The area covered by both of the moral standards circle and the legal requirements circle represents the body of ideas that are both moral and legal. (Christopher D.Stone, Where The Law Ends; The Social Control of Corporate Behavior (New York: Harper & Row 1975), asus Etika Bisnis = Bowo Trahutomo (55111110225) Hal 5 Etika bisnis terkait dengan kepatuhan dan perilaku semua pihak yang terkait secara fangsung maupun tidak langsung dalam kegiatan sebuah entitas bisnis. Setiap entitas bisnis atau kegiatan usaha selalu mempunyai pemilk kepentingan (stakeholders) atas proses produksi barang atau peayanan jasa di perusahaan tersebut, dengan tingkat kepentingan yang berbede-beda pula. Etike binis sanget diperlukan untuk menjamin kelangsungan dan meraih sukses bisnis tersebut dalam jangka panjang. Dari segi makro ekonomi, kepatuhan atau penerapan etika bisnis akan menghindari distorsi mekanisme pasar. Praktek bisnis yang tidak mematuhi etika akan menimbulkan distarsi sistem dan mekanisme pasar dan dengan demikian akan mengakibatkan alokasi sumber-sumber secara tidak efisien. Dari segi mikro, akan membangun kepercayaan semua pemilk kepentingan (stakeholders). Perusahaan yang tidak mematuhi etika bisnis akan kehilangan kepercayaan (trust) masyarakat, dan dengan demikian akan kehilangan konsumen atau pelanggan sehingga lama kelamaan akan tutup. ‘Secara sederhana etika bisnis dapat diartikan sebagai suatu aturan main yang tidak mengikat karena bukan hukum. Tetapi harus diingat dalam praktek bisnis sehani-hari etika bisnis dapat menjadi batasan bagi aktivitas bisnis yang dijalankan. Etika bisnis sangat penting mengingat. dunia usaha tidak lepas dari elemen-elemen lainnya Keberadaan usaha pada hakikatnya adalah untuk memenuhi kebutuhan magyarakat, Bisnis tidak hanya mempunyai hubungan dengan orang-orang maupun badan hukum ‘sebagai pemasok, pembeli, penyalur, perakai dan lain-lain (Dalimunthe, 2004 dalam Komenanung, 2005). Etika bisnis dalam perusahaan terasa sangat penting, karena untuk membentuk suatu perusahaan yang kokoh dan memiiki daya saing yang tinggi serta mempunyai kemampuan menciptakan nilai (value-creation) yang tinggi, dipertukan suatu landasan yang kokoh. Biasanya dimulai dari perencanaan strategis, organisasi yang beik, sistem prosedur yang transparan didukung oleh budaya perusahaan yang andal serta etika perusahaan yang dilaksanakan secara konsisten dan konsekwen (Santosa, 2007) Keutamaan Etika bisnis Begitu pentingnya Etika Bisnis di tenggarai oleh adanya keutamaan sebagai berikut: 1. Dalam bisnis modern, para pelaku bisnis dituntut untuk menjadi orang-orang profesional di bidangnya. Perusahaan yang unggul bukan hanya memiliki kinerja dalam asus Etika Bisnis = Bowo Trahutomo (55111110225) Hal 6 bisnis,manajerial dan finansial yang baik akan tetapi juga Kinerja etis dan etos bisnis vyang balk 2. Dalam persaingan bisnis yang sangat ketat,maka konsumen benar-benar raja. Kepercayaan konsumen dijaga dengan memperlhatkan citra bisnis yang baik dan etis Prinsip Etika Bisnis ‘Secara umum, prinsip-prinsip yang berlaku dalam bisnis yang baik sesungguhnya tidak bisa dilepaskan dari kehidupan kita sebagai manusia, dan prinsip-prinsip ini sangat erat terkait dengan sistem nilai yang dianut oleh masing-masing masyarakat. Sonny Keraf (1998) dalam Suraso (2010) menjelaskan, bahwa prinsip-prinsip dalam etika bisnis vyaity : * Prinsip otonomi. ‘Adalah sap dan kemampuan manusia untuk mengambil keputusan dan bertindak berdasarkan kesadaran sendiri tentang apa yang dianggapnya baik untuk dilakukan. Grang/Perusahaan yang otonom adalah orang/Perusahaan yang bebas _mengambil ‘keputusan dan tindakan serta_berfanggung jawab atas keputusan dan tindakannya tersebut += Prinsip kejujuran, ‘Terdapat tiga lingkup kegiatan bisnis yang bisa ditunjukkan secara jelas bahwa bisnis tidak akan bisa bertahan lama dan berhasil kalau tidak didasarkan atas kejujuran. Pertama, jujur dalam pemenuhan syarat-syarat perjanjian dan kontrak. Kedua, kejujuran dalam penawaran barang atau jasa dengan mutu dan harga yang ssebanding. Ketiga, jujur dalam hubungan kerja intern dalam suatu perusahaan. = Prinsip keadiian Menuntut setiap orang diperiakukan secara sama sesuai dengan aturan yang adil dan sesuai kriteria yang rasional obyektif, serta dapat dipertanggung jawabkan. ‘+ Prinsip saling menguntungkan (mutual benefit principle) Menuntut agar bisnis dijalankan sedemikian rupa sehingga menguntungkan semua pihak. asus Etika Bisnis = Bowo Trahutomo (55111110225) Hal 7 + Prinsip integritas moral Terutama dihayati sebagai tuntutan intemal dalam diri pelaku bisnis atau perusahaan, agar perlu menjalankan bisnis dengan tatap menjaga nama baik pimpinan/orang2nya maupun perusahaannya, . Pemahaman Tentang Bisnis Ritel Penjualan eceran dalam Bahasa Inggris disebut retailing, yang berarti memotong kembali menjadi bagian-bagian yang lebih kecil, Retsiing may be defined as the activities incident tp selling goods and semice to ultimate consumers. Retailing is the final link in the hain of distribution af mast product from initial producers to witimate consumers. Perdagangan eceran adalah mata rantai terakhir dalam penyaluran barang dari produsen sampai kepada konsumen, Sementara itu, pedagang eceran adalah orang-orang atau tako yang pekerjaannya adalah mengecerkan barang. Industri ritel berubah dengan cepat. Perubahan tersebut dapat diihat dari: 1). Perbedaan yang mendasar dan terus berkembang dalam format ritel; 2). Meningkatnya konsentre industri; 3). Globalisasi; 4). Penggunaan cara untuk berbagai cara untuk berinteraksi dengan konsumen. Masing-masing format ritel mentargetkan pangsa pasar yang berbeda dan yang semakin meningkat. Tiap jenis ritel menawarkan manfaat yang berbeda, sehingga konsumen dapat berlangganan pada ritel yang berbeda untuk pembelian kebutuhan yang berbeda. Pembahan dan serta pertumbuhan bisnis ritel yang sangat pesat mengakibatkan adanya persaingan. Adapun anatomi persaingan bisnis ritel adalah: = Terjadi overiagning antara bisnis wholesaling (grosir) dengan retailing (eceran). Akibatnya, pengecer tidak hanya bersaing antar mereka, tetapi juga bersaing dengan ‘grosir yang juga bertindak sebagai pengecer. = Terjadi persaingan antara hypermarkat dengan supermarket. = Terjadi persaingan antara pengecer besar dengan pengecer keci. = Terjadi Persaingan antar pengecer kecil yang sangat banyak. + Terjadi gefala persaingan tidak sehat. = Adanya sinyalemen terjadi "Jual rugit atau dumping oleh hypermarket tertentu. = Gejala “overspace” di beberapa pasar modem di Jakarta. asus Etika Bisnis = Bowo Trahutomo (55111110225) Hal 8 Bisnis ritel dengan omeet besar mempengaruhi pengecer kecil, hal ini dapat dilihat dari: = Secara keseluruhan, pengecer kecl menyatakan bahwa omzet mereka mengalami penurunan akibat kehadiran pengecer besar tertentu. = Dilihat menurut lokasi, + Dilihat menurut komaditi yang dijual oleh pengecer kecil - Dilihat menurut pengecer besar pesaing. - Menyatakan omseznya turun terjadi pada semua item barang. = Penurunan omzet menurut jenis barang yang dijual pengecer kecil. Pengarub jarak pengecer kecil dengan pengecer besar = = kehadiran pengecer besar, terutama mini market menyebabkan penurunan omzet pengecer kecil = Penurunan terjadi akibat penurunan jumlah konsumen dan penurunan nilai pembelian. Penggolongan bisnis ritel di Indonesia dapat dikategorikan berdasarkan sifatnya, yaitu ritel yang bersifat tradisional, dan yang bersifat modern. Ritel tradisional adalah pengecer atau pedagang eceran yang berukuran kecil dan sederhana, Ritel modern adalah pedagang eceran atau pengecer berukuran besar, dengan fasiitas lengkap dan modern, D, Pasar Tradisional dan Pasar Modem: Dulu orang sangat senang mengunjungi pasar tradisional untuk membeli barang- barang kebutuhannya. Bahkan karena pasar terlalu jauh ditempuh atau memang tidak ada waktu, masyarakat banyak membeli barang-barang kebutuhannya di warung-warung di Uujung jalan atau di sebetsh rumahnya. Kini semua itu seperti tenggelam dan hilang ditelan arus mademisasi dan kemajuan zaman, Orang cenderung mendatangi pasar modern untuk berbelanja memenuhi segala kebutuhannya. Bahkan untuk membeli satu barang pun mereka rela menempuh mute yang lumayan jauh agar bisa sampai ke hipermarket atau supermarket, Selain berbelanja, pembeli juga bisa refreshing, karena pasar-pasar modem tersebut menyediakan fasilitas lengkap dan bersih serta nyaman dan aman. Sebenarnya dulu asus Etika Bisnis = Bowo Trahutomo (55111110225) Hal 9 konsumen melakukan hal tersebut di pasar tradisional. Namun stigma tentang pasar ‘radisional yang kumuh, kotor, semrawut serta jauh dari faktor aman dan nyaman, membuat konsumen jera. Kini peran pasar tradisional diambil oleh pasar modem, Salah satu ritel besar yang kiprahnya semakin menjadi adalah hipermarket (pasar serba ada) yang dikemas dalam format modem. Investasi asing di sektor hipermarket i Indonesia yang hingga kini makin menapakkan kakinya di bumi Indonesia adalah Makro dan Carrefour. Investasi dari dalam negeri yang bisa mengikuti jejak keduanya adalah Giant. Tentunya banyak hipermarket-hipermarket lain yang kini berada di Indonesia, namun tiga nama tersebut kini berhasil menguasai pangsa pasar rite! di Indonesia. Jumiah penduduk yang kini mencapai_ lebih dari 325 juta dtambah dengan periaku dan kebiasaan berbelanja ke pasar, membuat hipermarket dan supermarket percaya diri untuk terus mengembangkan bisnisnya. Apalagi faktor kenyamanan, keamanan, dan kelengkapan serta harga yang bersaing menjadi promosi kuat bagi mereka. Memang perilaku rumah tangga di Indanesia menunj ukkan bisa hingga 22 kali dalam. sebulan mengunjungi pasar. Dan tentunya hingga saat ini lokasi yang terdekat adalah pasar ‘radisional. Namun kita akan tercengang jka melihat data nilai uang yang dikeluarkan rumah tangga untuk mengunjungi pasar-pasar tersebut. Memang berdasarkan data sebanyak 58 persen pengeluaran rumah tangga di Indonesia untuk makanan, minuman, dan tembakau (rokok). Milainya mencapai 122,5 miliar dolar AS per tahun. Namun, sebesar 80 persen atau senilai $8 miliar dolar AS, uang yang dibelanjakan untuk makanan, minuman, rokok oleh konsumen rumah tangga tersebut beredar di pasar modern, terutama di hipermarket, yang jumlahnya hanya mencapai 500.000-an unit, sementara, uang belanja konsumen rumah tangga sebanyak 24,5 miliar dolar AS per tahun harus diperebutkan oleh 1,7 juta unit pasar tradisional. Tentunya perbandingan antara omzet pasar modem dan pasar tradisonal terasa jomplang. Uang 98 miliar dolar AS untuk 500.000-an unit pasar modem dibanding uang 24,5 miliar dolar AS untuk 1,7 juta unit pasar tradisional. Jadi bila meihat perbandingan tersebut, bisa dibayangkan berapa besar lagi pangsa pasar ritel yang akan direnggut pasar modern dari pasar tradisional yang ada di daerah- daerah. Bila meiihat tren saat ini, setian pembukan cabang 1 pasar modern skala hipermarket, maka akan bisa menyedot konsumen dari 3 pasar tradisional. Akankah pasar modern akan semakin "merampas” konsumen pasar tradisional pada masa mendatang. Tampaknya bukan hal yang mustahil, karena hingga saat ini belum ada aturan yang bisa membatasi pembangunan pasar-pasar madern. asus Etika Bisnis = Bowo Trahutomo (55111110225) Hal 20 ‘Sementara bila tidak ada perbaikan yang signifikan terkait fisk maupu fasilitas serta aya saing, bukan tidak mungkin pasar tradisional hanya menjadi bagian sejarah di Indonesia. Pedagang, pengusaha serta pemasok yang selama ini hanya bisa masuk ke pasar tradisional mungkin juga harus sudah berpikir untuk bisa masuk ke pasar madern. E Pemahaman Tentang Kegiatan Bersama para Pelaku Usaha Praktik monopoli atau persaingan usaha tidak sehat yang ditentukan dalam UU Monopali meliputi perbuatan (kegiatan usaha) dan perjanjian sebagal berikut: + Oligopoli. Pelaku usaha yang membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain untuk secara bersama-sama melakukan penguasaan produksi dan atau pemasaran barang dan jasa yang dapat mengakibatkan terjadinya praktik monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat; pelaku usaha diduga atau dianggap secara bersama-sama melakukan penguasaan produksi tersebut apabila 2 atau 3 pelaku usaha atau kelompok pelaku usaha menguasai lebih dari 75 % pangsa pasar untuk satu jenis barang dan atau jasa tertentu; + Penetapan Harga. Pelaku usaha yang membuat perjanjian dengan pelaku usaha pesaingnya untuk menetapkan harga atas suatu barang dan atau jasa yang harus dibayar oleh konsumen atau pdanggan pada pasar bersangkutan yang sama; ketentuan tersebut tidak berlku bagi suatu perjanjian yang dibuat dalam suatu usaha patungan atau suatu perjanjian yang didasarkan undang-undang yang berlaku. + pelaku usaha yang membuat perjanjian yang mengakibatkan pembali yang satu harus membayar dengan harga yang berbeda dari harga yang harus dibayar oleh pembeli lain untuk barang dan atau jasa yang sama; + pelaku usaha yang membuat perjanjian dengan pelaku usaha pesaingnya untuk menetapkan harga di bawah pasar, yang dapat mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat; + pelaku usaha yang: membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain yang memuat persyaratan bahwa penerima barang dan atau jasa tidak akan menjual atau memasok kembali barang dan atau jasa yang telah diterimanya, dengan hamja yang lebih rendah daripada harga yang telah diperjanjikan sehingga dapat mengakibetkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat; ‘+ Pembagian Wilayah. Pelaku usaha yang membuat perjanjian dengan pelaku usaha pesaingnya yang bertujuan untuk membagi wilayah pemasaran atau alokasi pasar asus Etika Bisnis = Bowo Trahutomo (55111110225) Hal 11 terhadap barang dan atau jasa sehingga dapat mengakibatkan terjadinya praktik monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat; + Pemboikotan. Pelaku usaha yang membuat perjanjian dengan pelaku usaha pesaingnya untuk menolak menjual setiap barang dan atau jasa dari palaku usaha lain schingga perbuatan tersebut: a. merugikan atau dapat diduga merugikan pelaku usaha lain atau b. membatasi pelaku uscha lain dalam menjual atau membeli setiap barang dan atau jasa dari pasar bersangkutan. + Kartel. Peiaku usaha yang mempbuat perjanjian dengan pelaku usaha saingannya yang bermaksud mempengaruhi harga dengan mengatur produks dan atau pemasaran suatu barang dan atau jasa, yang dapat mengakibatkan terjadinya praktik monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat; | Trust. Pelaku usaha yang membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain untuk melakukan kerja sama dengan membentuk gabungan perusahaan atau perseroan yang lebih besar, dengan tetap menjaga dan mempertahankan kelangsungan hidup masing-masing perusahaan atau perseroan anggotanya, yang berbujuan untuk mengentrol produksi dan atau pemasaran atas barang dan atau jass sehingga dapat mengakibatkan terjadinya praltik monopoli dan atau persaingan tidak sehat; * Oligopsoni, Pelaiu usaha yang membuat perjanjian dengan pelaku ussha iain yang bertujuan untuk secara bersama-sama menguasal pembelian atau penerimaan pasokan agar dapat mengendalikan harga atas barang dan atau jasa dalam pasar yang bersangkutan, yang dapat mengakibatkan terjadinya praktik monopaii dan atau persaingan usaha tidak sehat dengan menguasai lebih dari 75 % pangsa pasar satu jenis barang atau jasa tertentu; + Integrasi Vertikal, Pelaku usaha yang membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain yang bertujuan untuk menguasai sejumlah praduk yang termasuk dalam rangkaian produksi barang atau jasa tertenty yang mana sefiap rangkaian produksi merupakan hasil pengolahan atau proses lanjutan, bak dalam satu rangkaian tangsung maupun tidak langsung, yang dapat mengakibatkan terjadinya praktik monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat; + Perjanjian Tertutup. Pelaku usaha yang membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain yang memuat persyaratan bahwa pihak yang menerima barang dan atau jasa hanya akan memasok atau tidak memasok kembali barang dan atau jasa tersebut kepada pihak tertentu dan atau pada tempat tertentuy; asus Etika Bisnis = Bowo Trahutomo (55111110225) Hal 12 + pelaku usaha yang membuat perjanjian dengan pinak lain yang memuat persyaratan bahwa pihak yang menerima barang dan atau jasa tertentu hanus bersedia membeli barang dan atau jasa lain dari pelaku usaha pemasok; + peak usaha yang membuat perjanjan mengenai haga atau potongan harga tertentu atas barang dan atau jasa, yang memuat persyaratan bahwia pelaku usaha yang menerima barang dan atau jasa dari pelaku usaha pemasok; a. harus bersedia membeli barang dan atau jasa lain dari pelaku usaha periasok; b. fidak akan membeli barang dan atau jasa yang sama atau sejenis dari pdaku usaha lain yang menjadi pesaing dari petaku usaha pemasok. + Perjanjian dengan Pihak Luar Negeri. Petaku usaha yang membuat perjanjian dengan pihak lain di luar negeri yang memuat ketentuan yang dapat mengakibatikan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat; + Monopoli -Felaku usaha yang melakukan penguasaan atas produksi dan atau pemasaran berang dan atau jasa yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat; pelaku usaha tersebut patut diduga atau dianggap melekukan penguassan atas produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa tersebut,apabila: a, barang dan atau jasa yang bersangkutan belum ada substansinya; b, mengakibatkan pelaku usaha lain tidak dapat masuk ke dalam persaingan usaha barang dan atau jasa yang sama; atau satu pdaku atau satu kelompok pelaku usaha menguasai lebih dari 50° % pangsa pasar satu jenis barang atau jasa tertentu + Monopsoni: Felaku usaha yang menguasai penerimaan pasokan atau menjadi pembeli tunggal atas barang dan atau jasa dalam pasar bersangkutan yang dapat mengakibatkan terjadinya prektik monopoli dan atau persaingan yang tidak sehat; pdlaku usaha tersebut patut diduga atau dianggap menguasai penerimaan pasokan atau menjadi pembell tunggal, apabila satu palaku usaha atau satu kelompok usaha menguasai lebih dari 50% pangsa pasar satu jenis barang atau jasa tertentu, + Penguasaan Pasar : Pelaku usaha yang melakukan satu atau beberapa kegiatan, baik sendii maupun bersama pelaku usaha lain, yang dapat mengakibetkan terjadinya praktik monopoii dan atau persaingan uscha tidak schat berupa: a. menolak dan atau menghalangi pelaku usaha tertentu untuk melakukan kegictan usaha yang sama pada pasar bersangkutan; b. menghalangi konsumen atau pelanggan pelaku usaha pesaingnya untuk tidak melakukan usaha dengan pelaku usaha pesaingn yaity; asus Etika Bisnis = Bowo Trahutomo (55111110225) Hal 13 & membatasi perederan dan atau penjualan barang dan atau jasa pada pasar bersangkutanjatau dd. melakukan praktik diskriminasi terhadap pelaku usaha tertentu, + pdaku usaha yang melakukan pemasokan barang dan atau jasa dengan cara melakukan jual rugi atau menetapkan harga yang sangat rendah dengan maksud untuk menyingkirkan atau mematikan usaha pesaingnya di pasar bersangkutan schingga dapat mengakbatkan terjadinya praktek manopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat; + pelaku usaha yang melakukan kecurangan dalam menetapkan biaya produks| dan biaya lainnya yang menjadi bagian dari komponen harga barang dan atau jasa yang dapat mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat; * Persekongkolan: Pelaku usaha yang bersekongkol dengan pihak lain untuk mengatur dan atau menentukan pernenang tender schingga dapat mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat; + pelaku usaha yang bersekongkol dengan pihak lain mendapatkan informasi kegiatan usaha pesaingnya yang diklasifikasi sebagai rahasia perusahaan sehingga mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat; + pelaku usaha yang bersekongkol dengan pihak lain untuk menghambat produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa pelaku usaha pesaingnya dengan maksud agar barang dan atau jasa yang ditawarkan atau dipasok di pasar bersangkutan menjadi berkurang baik dari kualitas, maupun ketepatan waktu yang dipersyaratkan; + Posisi Dominan” Pelaku usaha yang menggunakan posisi dominan baik secara langsung maupuntidak langsung untuk: a, menetapkan syarat-syarat perdagangan dengan tujuan untuk mencegah dan ‘atau menghalangi konsumen memperoleh barang dan atau jasa yang bersaing, baik dari segi harga maupun kualitas; b._membatasi pasar dan pengembangan teknologi; c menghambat pelaku usaha lain yang berpotens’ menjadi pesaing untuk memasuki pasar bersangkutan.disebut paaku usaha yang memiliki poss) dominan tersebut apabila : a). Satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha menguasai 50% atau lebih_pangsa pasar satujenisbarangataujasatertentu; b). Dua atau tiga pelaku atau kelompok pelaku usaha menguasai 75% atau lebin pangsa pasar satu jenis barang atau jasa tertentu, asus Etika Bisnis = Bowo Trahutomo (55111110225) Hal 24 + Jabatan Rangkap. Orang yang menduduki jabatan sebagai direksi atau komisaris dari suatu perusahaan, pada waktu yang bersamaan merangkap menjadi direksi atau komisaris pada perusahaan tain, apabila perusahaan tersebut; a. berada dalam pasar bersangkutan yang sama; b. memiliki keterkaitan yang erat dalam bideng dan atau jenis usaha; c, Secara bersama-sama dapat menguasal pangsa pasar barang dan atau jasa tertentu, yang dapat mengakibatkan terjadinya praktik monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat, + Pemilikan Saham, Pelaku usaha yang memiliki saham mayoritas pada beberapa perusahaan sejenis yang melakukan kegiatan usaha dalam bidang yang sama pada pasar bersangkutan yang sama, atau mendirkan beberapa perusahaan yang memilki kegiatan usaha yang sama pada pasar bersangkutan yang sama, apabila kepemilikan tersebut mengakibatkan : a, satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha menguasai 50% atau lebih. pangsa pasar satu jenis barang atau jasa tertentu; b. dua atau tiga pelaku atau kelompok pelaku usaha menguasai 75% atau lebih pangsa pasar satu jenis barang atau jasa tertentu. + Penggabungan, Peleburan, dan Pengambilalihan: Pelaku usaha yang metakukan penggabungen atau paleburan badan usaha yang dapat mengakibatkan terjadinya praktik monopoil dan atau persaingan usaha tidak sehat; + pdaku usaha dilarang medakukan pengambilalinan saham perusahaan lain apabita tindakan tersebut dapat mengakibatkan terjadinya praklik monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat; Dalam menghadapi era perdagangan bebas, Indonesia harus membiasakan diri_untuk berkompetisi. Para pelaku uscha harus mampu mengantisipasi perkembangan situasi memasuki persaingan dunia usaha global namun tetap memperhatikan Etika dalam berbisnis. asus Etika Bisnis = Bowo Trahutomo (55111110225) Hal 15 BAB IIL ANALISA MASALAH DAN PENANGGULANGGAN A. PT Carrefour Indonesia dan Masalah yang Dihadapi Semenjak kehadirannya di Indonesia, Carrefour selalu menemui berbagai masalah. Peritel asal Prancis ini mengakui persepsi masyarakat terhadap Carrefour saat ini masin kurang balk. Masuknya perusahaan ritel asal Perancis ini telah memunculkan kekhawatiran ‘akan tergeserya posisi pasar tradisional yang sangat dekat dengan masyarakat Indonesia. Kasus PT Carrefour mengambil al Alfa, dipandang dari sudut Etka Biss, dlipandang sebagai kekuatan ekonomi yang besar menguasai perekcnomian rita! tradisional yang ada di masyarakat. Setelah meakukan akuisisi terhadap PT Alfa Retailindo Tbk (Alfa) sebanyak 75% saham, beberapa tahun tahun falu, kini kepemillkan saham PT Carrefour Indonesia (Carrefour) di Afa meningkat menjadi 79,89% karena adanya proses tender offer saham yang wajib diiakukan Carrefour sebagai pemegang saham mayoritas baru, Saat ini Carrefour sebagai pemegang saham mayorttas di Aifa, selain itu pemegang saham lainnya sebesar ‘2% oleh Sigmantara Alfindo dan sisanya 0.11% dimiliki publk. Sedangkan untuk PT Carrefour Indonesia selama ini kepemilkan sahamnya dipegang oleh Camefour SA Prancis 66, 7%, Netherland BV Belanda 21,81% dan sisanya Onesia. Biasanya merger, Konsolidasi, maupun akuisisi ditempuh oleh perusahaan-perusahaan besar guna meningkatian efisiensi dan kinerja perusahaan, Istilah akvisis\ berasal dari bahasa Inggris “acquisition” dan sering disebut juga dengan “take over” . Yang dimaksud dengan “acquisition” atau ‘take over” tersebut ialah pengambilalihan suatu kepentingan pengendalian perusahaan oleh suatu perusahaan lain (one company taking over controlling interest in another company) . Ungkapan take over sendiri terdiri dari “friendly take over" (akuisisi bersahabat) atau akuisisi biasa, serta “hostile take over" (akuissi tidak bersahabat) ‘atau sering diistilahkan sebagai “pencaplokan” perusahaan, Pengambilalihan tersebut ditempuh dengan cara membeli hak suara dari pemusahaan (the firm voting stock) atau dengan kata lain membeli saham dari perusahaan tersebut. asus Etika Bisnis = Bowo Trahutomo (55111110225) Hal 16 a. Merugikan kepentingan masyarakat dalam proses pengambilalihan Kepentingan masyarakat paska akuisisi yang dilakukan PT, Carrefour terhadap PT. ‘Alfa Retailindo Tbk terkait dengan dugaan monopoli. Pasal 28 ayat (2) UU No 5/1999 mengatur bahwa pengambialihan saham dilarang apablla mengakibatkan terjadinya prektek monopali dan atau persaingan usaha tidak sehat. Namun ketentuan lebih lanjut mengenai pengambilalihan saham yang dilarang sebagaimana Pasal 28 ayat 3 tetap merujuk pada Peraturan Pemerintah, yang sampai sekarang belum ditetapkan. Sehingga belum diketahui parameter larangan tersebut. Kemudian pengawasan yang dilalaukan KPPU melalui mekanisme pre merger notification belum diatur atau ditetapkan, sedangkan untuk Post merger notification distur dalam Pasal 29 ayat 2 UU No 5/1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, namun baik mengenai tata caranya maupun mengenai ‘nilai yang melebihi jumlah tertentu masih merujuk pada Peraturan Pemerintah, yang sampai saat ini juga belum ditetapkan. b. Batasan tentang harus dijual hanya kepada warga negara Indonesia, khusus ‘bagi perusahaan yang bukan merupakan perusahaan penanaman modal asing. Dalam kasus ini terdapat hal yang menark mengenai batasan ini, yakni perusahaan penanaman modal asing. Tevlebih dahulu ingin disebutkan definisi supermarket’ menurut Perpres no. 112/2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan, dan Toko Modern, supermarket adalah toko dengan sistem pelayanan mendiri, menjual berbagai jenis barang secara eceran . Dalam Perpres no. 11/2007 tentang revisi daftar negatif investas' (DNI) khususnya huruf f nomor 34 menyatakan, supermarket dengan |uas lantai penjualan kurang dari 1.200 m2 harus 100% modal dari dalam negeri. Dalam akuisisi ini tidak bermasalah Karena 29 gerai supermarket yang dimiiki oleh PT. Alfa Retailinde Tbk. mempunyai luas area di atas 1.200m2. Namun dalam Perpres no. 1112/2007 khususnya Pasal 3 ayat (2) huruf b mengenai batasan |uas lantai penjualan Toko Modern menyebutkan bahwa supermarket mempunyai batasan 400 m2 sampai dengan 5.000 m2. Sehingga telah terjadi kerancuan mengenai batasan luas supermarket di Indonesia antara Perpres No. 11/2007 ataupun Perpres No. 12/2007. Beberapa waktu lalu, KPPU telah menetapkan status Carrefour sebagai terlapor, arena diduga melakukan pelanggaran atas UU No. 5/1999 tentang Larangan Praktik Monopali dan Persaingan Tidak Sehat. Lembaga persaingan usaha tersebut menyeiidiki asus Etika Bisnis = Bowo Trahutomo (55111110225) Hal 17 adanya dugaan monopoli oleh Carrefour dalam memungut harga sewa ruang yang berlebihan dan proses akuisisi terhadap PT Alfa Retalindo Tbk, C. Alternatif Penanggulangan Masalah Pasal 35 jo Pasal 36 UU No, 5/1999 memberikan tugas dan kewenangan KPPU selain memberikan penegakan hukum atas pelanggaran UU No. 5/1999 juga memberikan saran dan pertimbangan kepada pemerintah terkait dengan kebjjakan persaingan usaha. KPPU sendiri telah secara aktif mendorong terbentuknya rezim pengaturan yang lebih komprehensif dan memberikan jaminan keseimbangan dalam hubungan dagang antara pemasok dengan pusat perbelanjaan dan toko modern. Secara_umum saran dimaksud berisi point-point untuk mendorong pemberlakuan Perpres dalam mengatur ruang gerak peritel modern melalui pembatasan antara lain: 1. Penetapan Zonasi (lokasi) yang bisa dimasuki peritel modern. 2. Pembatasan waktu buka rit modern, 3. Pembatasan jenis persyaratan perdagangan, 4, Pengetatan perfinan. 5. Kewajiban melakukan kemitraan dan memberikan kemudahan terhadap pelaku usaha kecil Tidak efektifnya Perpres dan Permendag ditambah kebijakan daerah berupa Perda yang tidak mendukung implementasinya membuat kekuatan pasar (market power) toko retail dan pusat perbelanjaan (pasar modern} cenderung melakukan praktek monopoli dan peyalahgunaan posisi dominan khususnya ketika memberlakukan trading term dengan cara menambah item atau meng-charge dengan biaya tinggi yang menghilangkan keuntungan sehingga merugikan serta mengancam kelangsungan usaha para pemasok. Hal ini pada giirannya menyebabkan harga komoditas konsumsi rakyat selaku konsumen semakin tinggi Ketiadaan dasar hukum yang kuat yang dapat mendorong pengawasan dan sanksi yang kuat bagi pelaku usaha ritel yang melanggar aturan dan belum lengkapnya batasan trading term yang wajar utk dikenakan kepada pemasok menjadi dasar mengapa KPPU melihat urgens' keberadaan UU Ritel yang didalamnya mengandung pengaturan tentang Pengawasan serta Pembatasan Trading Term. Visi yang dinginkan oleh KPPU adalah: asus Etika Bisnis = Bowo Trahutomo (55111110225) Hal 18 1, Terdapatnya sistem perdagangan rite yang seimbang antara pemasok dengan pengelola pusat perbelanjaan dan pasar modern dengan pengawasan atas eksistensi dan penerapan trading term yang tidak mengeksploitasi atau memberatkan salah ‘satu pihak, khususnya pemnasok. 2. Terselenggaranya persaingan schat diantara pengelola toko dan pusat perbelanjaan modem. ‘Trend konsumen masa depan adalah Pay Less, Expect More, Get More. Konsumen masa depan adalah konsumen yang memiliki ekpektasi yang lebih tinggi, meminta lebih banyak, menginginkan kualitas yang lebih tinggi dan konsisten, lebih banyak pilihan, toko yang lebih nyaman dan pelayanan yang lebin bernilai, namun dengan membayar lebih murah, waktu lebih cepat, dengan usaha dan resiko lebih rendah. Dapat diperkirakan, kompetis’ selanjutnya, tidak hanya pada harga, namun menyangkut variable lain yang berkaitan dengan value atas pengalaman berbelanja pelanggan. Di masa yang akan datang ketika transaksi virtual sudah menjadi hal yang umum, maka prasyarat sukses sebuah toko yang ditentukan oleh lokasi, lokasi dan lokasi, sudah bukan jamannya lagi, Bisa saja sebuah non-store retailing dapat mencapai sukses walaupun bberoperasi dari sebuah kantor yang berlokasi di gang kecil ci Jakarta Antisipasi yang pertu dilakukan oleh retailer adalah menangkap peluang yang ada dengan mempersiapkan disain konsep, infrastruktur dan sumberdaya bagi implementasi format baru yang akan populer di masa akan datang. Misalnya retailer perlu mengevaluasi prasarana teknologi informasi dan POS system yang dimiliki saat ini. Ritel modern memang merupakan aset. Bila dikelola dengan baik, bisnis ini akan mendatangkan kesejahteraan. Banyaknya problem saat ini membutuhkan solusi yang tepat. ‘Ada beberapa hal yang periu dilakukan ke depan. Pertama, perlu keberpihakan. Ekspansi ritel modern yang “kebablasan” dan melanggar aturan periu ditindak tegas. Di sisi lain, potens pasar tradisional yang berakar dari aspek sejarah, budaya, dan ekonomi rakyat layak dipertahankan. Apalagi, pasar tradisional juga menjadi tumpuan distribusi produk lokal hasil Pertanian rakyat kecil equa, indikasi praktek monopoli harus diusut tuntas KPPU. Jangan sampai kasus Carrefour menjalar ke peritel modern lain. Kalau akuisisi Carrefour atas ALFA terbukti tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, akuisisi harus dibatakan. Kita sadar bahwa saat ini pendelatan bisnis bukan menang alah (win Jose olution), tetapi perlu saling menguntungkan (iwi win solution). Keuntungan yang layak bagi pemasok dan ritel modem mesti diusehakan bersama dan lebih tranparan. Etika asus Etika Bisnis = Bowo Trahutomo (55111110225) Hal 19 ‘ekonomi perlu dikembangkan untuk menciptakan kepercayaan antara pemasok dan fitel. Karena itu.bentuk Jrading term yang berpotensi merugikan periu diselesaikan secepatnya. Disinilah peran KPPU menual maknanya etiga, kecercbohan atau “kelonggaran yang berlebinan" yang dilskukan pejabat dalam membuka ritel baru harus dihentikan. Dampak pengembangan rite yang kurang memperhatikan aspek sosial ekonomi, lingkungan hidup, dan tata ruang wilayah sudah kita rasakan. Seharusnya ini menjadi pelajaran bagi semua pemangku kepentingan. Kalau perlu, izin pembukaan rite baru, terutama rite! asing, perlu berlapis. Aturan zonasi pada ritel madern dan proporsi ritel modern dengan jumlah penduduk perlu dipertegas. Kepentingan rakyat banyak mestinya yang diutamakan. Berdirinya ritel modern yang mengancam sosial komami rakyat layak ditclak Mungkin harapan di atas terlalu besar. Cengelraman tel muttinasional dengan capital power, trend setter, concumer traffic maker, cheapest price turut mempengaruhi kebijakan pemerintah dan pejabatnya. Tapi, jika punya kemauan, peraturan yang pro-kesejahteraan rakyat banyak masih mungkin ditegakkan. Semua berpulang pada masing-masing pelaku bisnis asus Etika Bisnis = Bowo Trahutomo (55111110225) Hal 20 BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dari paparan tulsan di atas dapat disimpulkan sebagai berikut 1, Bahwa proses akuisisi yang dilakukan oleh PT, Camefour Indonesia terhadap PT. Alfa Retailindo telah berjalan sesual peraturan yang berlaku. 2. Dalam hal kaitannya dengan penanaman modal asing tidak dapat dipastikan bahwa akuisis| PT. Carrefour Indonesia terhadap PT. Alfa Retalindo Tbk. melanggar aturan tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Peibelanjean, dan Toko Modern karena batasan mengenai luas area supermarket tidak jelas. 3. Dilihat dari Etika Bisnis, praktik pelaku usaha dalam hal monopaii, dan kesempatan kepada Pengusaha Ritel Tradisional, maka bisa kita lihat telah terjadi Pelanggaran etika bisnis dapat melemahkan daya saing hasil industri dipasar internasional. Ini bisa terjadi sikep para pengusaha kita. Kecenderungan makin banyaknya pelanggaran etika bisnis membuat keprihatinan banyak pihak. Pengabaian etika bisnis dirasakan akan membawa kerugian tidak saja buat masyarakat, tetapi juga bagi tatanan ekonomi nasional. Disadari atau tidak, para pengusaha yang tidak memperhatikan etika bisnis akan menghancurkan nama mereka sendiri dan negara, B. Saran Berkaitannya dengan kasus akuisisi PT. Carrefour Indonesia terhadap PT. Alfa Retalindo ada beberapa hal yang ingin direkomendasikan, di antaranya adalah: 1. Segera mengakibatkan terjadinya monopoli dan atau persaingan usaha yang tidak sehat. miuk Peraturan Pemerintah yang mencegah praltik yang dapat 2. Dalam menciptakan etika bisnis, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain ialah sebagai berikut: a. Pengendalian diri Artinya, pelaku-pelaku bisnis dan pihak yang terkait mampu mengendalikan diri mereka masing-masing untuk tidak memperoleh apapun dari siapapun dan asus Etika Bisnis = Bowo Trahutomo (55111110125) Hal 21 dalam bentuk apapun. Disamping itu, pelaku bisnis sendiri tidak mendapatkan ‘keuntungan dengan jalan main curang dan menekan pihak lain dan menggunakan keuntungan dengan jalan main curang dan menakan pihak lain dan menggunakan keuntungan tersebut walaupun keuntungan itu merupakan hak bagi pelaku bisnis, tetapi penggunaannya juga harus memperhaiikan kondisi masyarakat sekitarnya. Iniiah etika bisnis yang "etis" b. Pengembangan tanggung jawab sosial (social responsibility) Pelaku bisnis disini dituntut untuk peduli dengan keadaan masyarakat, bukan hanya dalam bentuk “uang" dengan jalan memberikan sumbangan, melainkan lebih kompleks lagi. Artinya sebagai contoh kesempatan yang dimiliki oleh pelaku bisnis untuk menjual pada tingkat harga yang tinggi sewaktu terjadinya ‘excess demand harus menjadi perhatian dan kepedulian bagi pelaku bisnis dengan tidak memanfaatkan kesempatan ini untuk meraup keuntungan yang beriipat ganda. Jadi, dalam keadaan excess demand pelaku bisnis harus mampu mengembangkan dan memanifestasikan sikap tanggung jawab terhadap masyarakat sekitamya. ¢ Mempertahankan jati diri dan tidak mudah untuk terombang-ambing ‘oleh pesatnya perkembangan informasi dan teknologi Bukan berarti etika bisnis anti perkembangan informasi dan teknologi, tetapi informasi dan teknologi itu harus dimanfaatkan untuk meningkatkan kepedulian bagi golongan yang lemah dan tidak kehilangan budaya yang dimiliki akibat adanya tranformas informas dan teknolagi. d. Menciptakan persaingan yang sehat Persaingan dalam dunia bisnis perlu untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas, tetapi persaingan tersebut tidak mematikan yang lemah, dan sebaliknya, harus terdapat jalinan yang erat antara pelaku bisnis besar dan golongan menengah kebawah, sehingga dengan perkembangannya perusahaan besar mampu memberikan spread effect terhadap perkembangan sekitarnya. Untuk itu dalam menciptakan persaingan perlu ada kekuatan-kekuatan yang seimbang dalam dunia bisnis tersebut. asus Etika Bisnis = Bowo Trahutomo (55111110225) Hal 22 ¢. Menerapkan konsep "pembangunan berkelanjutan” Dunia bisnis scharusnya tidak memikirkan keuntungan hanya pada saat sekarang, tetapi perlu memikirkan bagaimana dengan keadaan dimasa_mendatang. Berdasarkan ini jelas pelaku bisnis dituntut tidak meng-"ekspottasi" lingkungan dan keadaan saat sekarang semaksimal mungkin tanpa_mempertimbangkan lingkungan dan keadaan dimasa datang walaupun sast sekerang merupakan kesempatan untuk memperolef keuntungan besar. h. Menumbuhkan sikap saling percaya antara golongan pengusaha kuat dan golongan pengusaha kebawah Untuk menciptakan kondisi bisnis yang "kondusi™ harus ada saling percaya (trust) antara golongan pengusaha kuat dengan golongan pengusaha lemah agar Pengusaha lemzh mampu berkembang bersama dengan pengusaha lainnya yang sudah besar dan mapan. Yang selama ini kepercayaan itu hanya ada antara pihak golongan kust, saat sekarang sudah waktunya memberiken kesempatan kepada pihak menengah untuk berkembang dan berkiprah dalam dunia bisnis. asus Etika Bisnis = Bowo Trahutomo (55111110225) Hal 23 DAFTAR PUSTAKA DAFTAR PUSTAKA Komenaung Anderson Guntur. 2005. Etika Dalam Bisnis. Pada htip://ejournal.unud.ac.id. Diakses pada tanggal 24 November 2011. Rudito, Bambang dan Maia Famiola. 2007. Etika Bisnis dan Tanggungjawab Sosal Perusahaan di Indonesia, Penerbit Rekayasa Sains. Bandung Santosa, Setyanto P. 2007. Membangun Dan Mengembangkan Etika Bisnis Dalam Perusahaan. pada http://kolom pacific. net idind, Guswal, Christian F. 2009. What J Leamedt From Hypermarket Business Jakarta: Alex Media Komputindo. Nadapdap, Binoto. 2009. Hukum Acara Persaingan Usaha. Jakarta: Jala Permata Aksara. Buletin Hukumm Perbankan dan Kebanksentratan 75, Volume 3, Nomor 2. Agustus 2005. http: /waeew, mediaindonesia com/read/2009/05/13/74475/23/2/Berlanjut-Kasus-Dugsan- ‘Monopoli-Canrefour http: //varnw.certanet.com/12mona. htm asus Etika Bisnis = Bowo Trahutomo (55111110225) Hal 24

Anda mungkin juga menyukai