Proposal Penelitian PES
Proposal Penelitian PES
Oleh :
Neina Febrianti
E34070008
Dosen Pembimbing:
Dr. Ir. Endes N. Dahlan, MS
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air merupakan salah satu bentuk dari jasa penyediaan lingkungan yang
dapat dimanfaatkan. Air tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, hampir
seluruh kegiatan manusia dan makhluk hidup lainnya bergantung pada keberadaan
air. Begitu besarnya manfaat dan pentingnya keberadaan air, menyebabkan
permintaan terhadap sumberdaya ini juga semakin meningkat ditambah lagi
dengan
laju
pertumbuhan
penduduk
yang
semakin
meningkat
yang
2004 tentang Sumberdaya Air: Pasal 45 ayat 2 dan 3, pengusahaan sumberdaya air
dapat dilaksanakan oleh Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah,
perseorangan, badan usaha, atau kerjasama antar badan usaha berdasarkan izin
pengusahaan dari pemerintah pusat atau pemerintah daerah. Ayat 1: pengusahaan
sumberdaya air diselenggarakan dengan memperhatikan fungsi sosial dan
kelestarian
lingkungan
hidup.
Berdasarkan
Undang-undang
tersebut
setiap penerima jasa terutama di hilir, seyogyanya dibayar oleh penerima jasa.
Prinsip pembayaran jasa lingkungan seperti ini dikenal dengan beneficiary pay
principle. Disamping itu ada juga prinsip pembayaran jasa lingkungan yang
dibebankan kepada setiap perusak lingkungan yang dikenal dengan polluters
pay principle. Penerapan kedua prinsip pembayaran jasa lingkungan ini sangat
diperlukan agar biaya pengelolaan lingkungan yang berkesinambungan dapat
dijamin.
Mekanisme pembayaran jasa lingkungan merupakan konsep yang masih
baru di Indonesia, dan sebagian besar dalam tahap pengembangan konsep dan uji
coba implementasi (Prasetyo 2009) sehingga dari segi payung hukum belum ada
yang secara khusus mengatur mekanisme ini. Untuk itu diperlukan pembelajaran
dari mekanisme-mekanisme yang telah berjalan untuk pembentukan kebijakan
lebih lanjut mengenai mekanisme ini sehingga memiliki batasan-batasan aturan
yang jelas dan payung hukum tersendiri.
1.2 Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengidentifikasi dan mendeskripsikan mekanisme pembayaran jasa
2.
3.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Jasa Lingkungan
Hutan menyediakan beragam jasa dan barang, baik berupa manfaat
tangible maupun manfaat intangible yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan
ekonomi, sosial-budaya, dan perlindungan ekologis. Kayu, hasil hutan bukan
kayu, dan jasa lingkungan merupakan barang dan jasa ekosistem hutan yang
keberadaan nilai manfaatnya saling berkaitan satu dengan yang lainnya, misalnya
apabila tegakan hutan rusak, maka jasa lingkungan pun akan rusak atau hilang pula
(Ramdan 2010). Menurut Penilaian Lingkungan Milenium PBB (2005) dalam
ESCAP (2009), jasa lingkungan ialah manfaat yang diperoleh masyarakat dari
hubungan tpembayaran-balik yang dinamis yang terjadi di dalam lingkungan
hidup, antara tumbuhan, binatang, dan jasa renik dan lingkungan non-hayati.
Walaupun kekayaan materi dapat membentengi perubahan lingkungan, manusia
sangat tergantung pada aliran jasa lingkungan tersebut. Berbagai jenis jasa
lingkungan yang diterima oleh masyarakat diuraikan antara lain :
1.
2.
3.
4.
2005). Jasa lingkungan tersebut antara lain : penyerap dan penyimpan karbon,
perlindungan keanekaragaman hayati, pelestarian keindahan bentang alam , dan
perlindungan DAS.
2.
3.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
2.4
2.5
Untuk lebih baik lagi mendistribusikan secara tepat akibat dari kebijakan
dan proyek dengan menggunakan analisis untuk menilai secara terpisah
kepentingan dan dampak dari intervensi pada stakeholder yang berbeda
BAB III
METODOLOGI
3.1 Waktu dan Lokasi
Penelitian akan dilaksanakan pada wilayah DAS Citarum. Wilayah DAS
Citarum hulu sebagai penyedia jasa lingkungan yaitu Desa Cikole dan Desa
Sunten Jaya, Kecamatan Lembang, Bandung dan wilayah hilir yaitu PT Aetra Air
Jakarta dan Pusat Standadisasi Lingkungan Kementrian Kehutanan sebagai
pemberi kompensasi bagi penyedia jasa lingkungan. Penelitian akan dilakukan
pada bulan Juni-Juli 2011.
3.2 Objek dan Alat Penelitian
Objek penelitian adalah stakeholder yang terkait dalam mekanisme
pembayaran jasa lingkungan DAS Citarum yang sedang berjalan. Alat yang
digunakan antara lain: alat tulis, tape recorder, panduan wawancara, dan kamera
digital.
3.3 Jenis Data
Data yang diambil pada penelitian ini terdiri dari data primer dan data
sekunder. Data primer berupa hasil wawancara dari stakeholder yang terkait
dalam mekanisme pembayaran jasa lingkungan di DAS Citarum , yaitu :
Kelompok Tani Giri Putri, Kelompok Tani Syurga Air, PT Aetra Air Jakarta, Pusat
Standadisasi Lingkungan Kementrian Kehutanan, LP3ES, Yayasan Peduli
Citarum. Data sekunder didapatkan dari penelusuran dokumen perjanjian
mekanisme pembayaran jasa lingkungan DAS Citarum yang sedang berjalan,
undang-undang terkait, buku referensi, jurnal, internet, dan data pendukung
lainnya seperti data fluktuasi debit air dan kualitas Sungai Citarum dan data
kependudukan dari desa terkait.
3.4
wawancara dan studi literatur. Metode wawancara dilakukan dengan cara semi
terstruktur dimana responden dipilih secara purposive sampling dengan
mempertimbangkan keterlibatannya dalam mekanisme terkait dan merupakan
tokoh kunci dari setiap stakeholder. Wawancara semi terstruktur merupakan
Analisis Stakeholder
Stakeholder yang terlibat dianalisis untuk mengetahui peranan dan
fungsinya melalui
Rights (Hak) dapat berupa akses dan penggunaan hasil hutan yang
merupakan hak yang memang seharusnya atau hak yang dibeli. Dapat juga
berupa akses pekerjaan dari hutan masyarakat.
Rights
Skor
Responsibilit
Skor
Revenue
Skor
Stakeholder 1
Stakeholder 2
.....
Stakeholder ke-n
Selanjutnya dibuatlah analisis Relationship dari tiap stakeholder
berdasarkan kualitas hubungan (baik, biasa, atau konflik), kekuatan hubungan
(frekuensi dan intensitas kontak), hubungan formal (formal atau informal), dan
ketergantungan antara stakeholder (Mayers 2001).
kemudian dapat dibuat tabel hubungan seperti tabel berikut (Tekwe dan Percy
2001).
Tabel 2 Relationship antar stakeholder
Stakeholder 1
Stakeholder 2
..........
Stakeholder ke-n
Stakeholder 1
Stakeholder 2
......
Stakeholder ke-n
Tabel tersebut dapat diisi dengan kode hubungan seperti : V=sangat baik,
V=baik, X=kurang baik, - = tidak ada hubungan.
3.5.3
kekurangan yang dilihat dari pemasalahan yang muncul dan kekuatan dari
mekanisme tersebut seperti dukungan dari masyarakat, dukungan pemerintah,
dasar hukum, dan faktor-faktor pendukung lainnya yang mendorong mekanisme
ini berjalan dengan lancar.
BAB IV
KONDISI UMUM
4.1 Letak dan Luas
DAS Citarum adalah DAS utama di Jawa Barat yang secara geografis
terletak di antara 0643-0715 LS dan 10730-108BT dengan batas-batas
sebagai berikut (Dinas Tata Ruang dan Permukiman Jawa Barat serta ITB
Bandung 2002 dalam Hasibuan 2005):
Luas DAS Citarum adalah sebesar 6.080 km2 atau 608.000 ha, dengan
sungai Citarum yang panjangnya 300 km. Sungai utama Citarum memiliki anak
sungai berjumlah 36 dengan panjang sekitar 873 km, dan 3 waduk besar yakni
Saguling, Cirata dan Juanda. Sungai Citarum berhulu di Gunung Wayang
Kabupaten Bandung dan bermuara di laut Jawa, melewati 7 Kabupaten yakni
Sumedang, Bandung, Cianjur, Bogor, Bekasi, Purwakarta, dan Karawang, serta 2
kota yakni Bandung dan Cimahi yang kesemuanya berada dalam Propinsi Jawa
Barat (Kurniasi 2002 dalam Drakel 2008).
4.2.1
Kondisi Geografis
Sub-DAS
Citarum Atas
Cirasea
Citarik
Cikeruh
Kopo
Cicadas
Cikapundung
Cidurian
Luas (ha)
19.700
9.310
28.140
20.460
5.370
2.870
14.430
5.180
No.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
Sub-DAS
Cisangkuy
Cijalupang
Ciwidey
Cibeureum
DAS Hilir Dayeuhkolot
Cimahi
DAS Hilir Nanjung
Luas (ha)
27.650
6.010
20.060
11.720
800
4.800
600
Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Jawa Barat serta ITB Bandung (2002) dalam Hasibuan (2005).
4.2.2
Penggunaan Lahan
Belukar
Danau/Waduk
Hutan
Industri
Institusi
Jalan
Jalan KA
Kebun Campur
Lapangan Golf
(km2)
172,21
3,07
301,22
26,56
16,72
43,61
0,41
118,16
0,54
Luas Areal
(Ha)
17.221
307
30.122
2.656
1.672
4.361
41
11.816
54
%
9,94
0,18
17,39
1,53
0,97
2,52
0,02
6,82
0,03
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
Pasar/Pertokoan
Perkebunan/Kebun
Perumahan/Komplek Permukiman
Rawa
Rumput
Sawah
Sawah Tadah Hujan
Semak
Stadion/Lapangan
Stasiun/Terminal
Sungai
Taman
Tambang
Tanah kosong
Tegal/Ladang
Jumlah
0,68
89,76
120,14
0,22
1,03
513,53
0,11
35,4
1,3
0,01
4,85
0,47
0,17
10,13
271,54
1.731,84
68
8.976
12.014
22
103
51.353
11
3.540
130
1
485
47
17
1.013
27.154
173184
0,04
5,18
6,94
0,01
0,06
29,65
0,01
2,04
0,08
0,00
0,28
0,03
0,01
0,58
15.68
100,00
DAFTAR PUSTAKA
[ESCAP]. Economic and Social Commission for Asia and The Pacific. 2009.
Kebijakan Sosial Ekonomi InovatifUntuk Meningkatkan Kinerja
Lingkungan : Pembayaran Jasa Lingkungan. Bangkok : PBB.
Agusta I. 2003. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data Kualitatif. Makalah
pelatihan metode kualitatif di Pusat Penelitian Sosial Ekonomi. Litbang
Pertanian Bogor, 27 Februari 2003.
Cahyono SA, Purwanto. 2006. Pembayaran Jasa Multifungsi Das Untuk
Mendukung Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Makalah Seminar Peran
Stakeholder dalam Pengelolaan Jasa Lingkungan DAS Cicatih Hulu, 21
September 2006 di Bogor.
Chandler FJC, Suyanto. 2004. Pengakuan Dan Pemberian Pembayaranan Bagi
Penyediaan Jasa Daerah Aliran Sungai (DAS). Bogor : ICRAF.
Drakel A. 2008. Analisis kemauan membayar masyarakat perkotaan untuk jasa
perbaikan lingkungan lahan dan air (studi kasus DAS Citarum hulu).
[tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Fauzi A. 2004. Mencermati implementasi uu sumberdaya air. http://www.digilibampl.net/detail/detail.php?
row=18&tp=artikel&ktg=airminum&kd_link=&kode=104.
[10
mei
2011].
Groenendijk L. 2003. Planning and Management Tools, A Reference Book.
Netherlands: The International Institute for Geo-Information Science and
Earth Observation (ITC).
Hasibuan AS. 2005. Pengembangan kebijakan pengelolaan daerah aliran sungai
bagian hulu untuk efektivitas waduk : studi kasus DAS Citarum hulu
terhadap efektivitas Waduk Saguling di Provinsi Jawa Barat. [disertasi].
Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Landell-Mills N, Porras IT. 2002. Silver Bullet or Fools Gold? A Global Review
of Markets for Forest Environmental Services and Their Impact on The
Poor. London : International Institute for Environment and Development.
Mayers J. 2005. Power Tools: The Four Rs. London: IIED.
Murjani NI. 2010. Mencari mekanisme tepat implementasi pembayaran jasa
lingkungan.
http://blog.cifor.org/2010/11/19/mencari-mekanisme-tepatimplementasi-pembayaran-jasa-lingkungan/. [10 mei 2011].
Poerbandono, Basyar A, Harto AB, Rallyanti P. Evaluasi Perubahan Perilaku Erosi
Daerah Aliran Sungai Citarum Hulu dengan Pemodelan Spasial. Jurnal
Infrastruktur dan Lingkungan Binaan (2) no 2: 21-28.
Prasetyo FA, Suwano A, Purwanto, Hakim R. 2009. Making Policies Work for
Payment for Environmental Services (PES): An Evaluation of the
Experience of Formulating Conservation Policies in District of Indonesia.
Journal of Sustainable Forestry 28: 415-433.
dan