Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun oleh :
Nur Khasanah
( K4312046/B )
Setiasih Rizki W
( K4312062/B )
Tsania Hayyu Q
( K4312064/B )
Kata Pengantar
Puji serta syukur kami panjatkan ke khadirat Allah atas berkat dan rahmatNya, kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul Pengukuran Metakognitif,
Penilaian Portofolio dan Project. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata
kuliah Evaluasi Pembelajaran Biologi. Terimakasih, penulis sampaikan kepada semua
pihak yang telah berkontribusi membantu penulis dalam menyusun makalah tersebut.
Dalam Penyusunan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan, baik
penulisan maupun materi. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami
harapkan demi penyempurnaan penyusunan makalah ini.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan informasi bagi temanteman mahasiswa
FKIP
Biologi
UNS
khususnya
dan bermanfaat
untuk
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam lingkup pengetahuan,
tertinggi
setelah
pengetahuan
faktual,
pengetahuan
konseptual
dan
kemandirian
dalam
memecahkan
masalah.
Selain
adanya
tertentu.
Digunakan
untuk
mengetahui
pemahaman,
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan pengukuran metakognitif?
2. Bagaimanakah cara mengetahui aktivitas metakognitif siswa?
3. Apakah yang dimaksud dengan penilaian portofolio?
4. Bagaimanakah Prinsip Penilaian Portofolio?
5. Apasajakah bentuk-bentuk penilaian portofolio?
6. Apakah yang dimaksud dengan penilaian Project?
7. Bagaimanakah Teknik Skoring Penilaian Proyek?
C. Tujuan
1. Mengetahui Aspek metakognitif dan pengukuran metakognitif
2. Mengetahui cara melakukan pengukuran metakognitif siswa
3. Mengetahui penilaian portofolio
4. Mengetahui Prinsip Penilaian Portofolio
5. Mengetahui bentuk-bentuk penilaian portofolio
6. Mengetahui penilaian Project
7. Mengetahui Teknik Skoring Penilaian Project
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Pengukuran Metakognitif
Istilah Metakognisi dimunculkan oleh beberapa ahli psikologi sebagai hasil
penelitian terhadap kondisi, mengapa ada orang yang belajar dan mengingat lebih
dari yang lainnya? Secara harfiah metakognisi terdiri dari awalan meta yang artinya
sesudah dan kata kognisi. Metakognisi dapat diartikan sebagai kognisi tentang
kognisi, pengetahuan tentang pengetahuan atau berpikir tentang berpikir. Menurut
Anderson dan Krathwohl (2001), penambahan awalan meta pada kata kognisi
untuk merefleksikan ide bahwa metakognisi adalah tentang atau di atas atau
sesudah kognisi. Di samping itu, pengertian metakognisi hampir sama dengan
pengertian perefleksian terhadap apa yang dipikirkannya. (deSoete, 2001). Kata
reflektif berasal dari kata to reflect artinya to think about.
Istilah metakognisi yang diperkenalkan Flavell (Yong & Kiong, 2006),
mendefinisikan aspek pertama dari metakognisi sebagai pengetahuan seseorang
terhadap proses hasil kognitifnya atau segala sesuatu yang berhubungan dengannya,
kemudian aspek kedua dari metakognisi didefinisikan sebagai pemonitoran dan
pengaturan diri terhadap aktivitas kognitif sendiri. Metakognitif adalah suatu bentuk
kemampuan untuk melihat pada diri sendiri sehingga apa yang dia lakukan dapat
terkontrol secara optimal. Dengan kemampuan seperti ini seseorang dimungkinkan
memiliki kemampuan tinggi dalam memecahkan masalah, sebab dalam setiap
langkah yang dia kerjakan senantiasa muncul pertanyaan : Apa yang saya kerjakan
?; Mengapa saya mengerjakan ini?; Hal apa yang membantu saya untuk
menyelesaikan masalah ini?.
yaitu:
pengetahuan tentang proses berpikir sendiri, pengontrolan atau pengaturan diri, serta
keyakinan dan intuisi. Interaksi ini sangat penting karena pengetahuan kita tentang
proses kognisi kita dapat membantu kita mengatur hal-hal di sekitar kita
dan
menyeleksi
kita
strategi-strategi
untuk
meningkatkan
kemampuan
kognitif
selanjutnya.
Meningkatkan pengetahuan metakognitif akan terlihat pada strategi guru
memfasilitasi siswa mengembangkan daya belajarnya tidak hanya mengembangkan
sikap,
keterampilan
dan
pengetahuannya
namun
siswa
terampil
belajar,
Pengujian terhadap kemampuan ini bisa dilakukan dengan cara menantang siswa
menunjukkan kompetensinya dalam bentuk menggunakan pengetahuan yang telah
dipelajarinya untuk mengembangkan inisiatif belajar secara mandiri sehingga dapat
pengetahuan
pada
masalah
mencoba
mengingat
untuk Menilai
jika
pengetahuan
dan
pernah
menyelesaikan
masalah
yang
mirip
pengetahuan
dan
berpikir
tentang Menilai
tentang
pemilihan
masalah.
2
Ketika
menyelesaikan
masalah
7. Saya
melakukan Menilai
penerapan
strategi
Ya
Tidak
telah
membuat Menilai
pemeriksaan
pada
pemahaman
pada
pemahaman
pada
membaca
ulang Menilai
saya
telah
apakah
sudah
mendekati
penyelesaian.
11. Saya memikirkan ulang Menilai penerapan strategi yang
tentang
metode beragam
Ketika
menyelesaikan
masalah
12. Saya memeriksa hasil Menilai akurasi dan ketepatan
perhitungan agar yakin penyelesaian
bahwa penyelesaiannya
sudah benar
13. Saya memeriksa kembali Menilai penerapan strategi
metode yang digunakan
seperti
dimaksud
14. Saya bertanya pada diri Menilai ketepatan dari solusi
sendiri
apakah
apakah beragam
menggunakan Mengecek
menggunakan
persamaan
untuk diselesaikan
18. Saya membuat diagram
atau gambar.
19. Saya menuliskan hal-hal
yang penting.
20. Saya
dan
merasa
bingung
tidak
bisa
memutuskan
untuk
berbuat sesuatu
21. Saya menggunakan cara
strategi
yang
lain
untuk
untuk
menyelesaikan masalah.
*Pertanyaan diatas dijawab dengan jawaban ya atau tidak
Istilah umum metakognisi merujuk pada konsep superordinat yang terdiri
dari setidaknya dua komponen, yaitu (1) pengetahuan; (2) monitoring (pengalaman)
dan regulasi/ kontrol (ketrampilan)
Ketika individu mengevaluasi kondisi saat ini dari operasi kognitif dasar
(misalnya memori, persepsi, problem solving), metacognitive monitoring dikatakan
terjadi. Ketika individu menggunakan hasil dari evaluasi monitoringnya (berkaitan
dengan hal-hal yang diperlukan untuk melakukan tugas, misalnya kecepatan atau
ketepatan), untuk meregulasi operasi kognitif dasar metacognitive control dikatakan
terjadi.
Lyons & Ghetti (2010) menuliskan bahwa metacognitive monitoring dan
metacognitive control memiliki berbagai bentuk tergantung pada tugas yang
dikerjakan dan tingkatan tugas tersebut. Hal ini dapat diilustrasikan melalui contoh
seorang siswa yang sedang melakukan persiapan untuk menghadapi ujiannya. Selagi
siswa mempersiapkan ujiannya, dia perlu untuk mengevaluasi dirinya, seberapa baik
materi-materi yang telah dipelajarinya (judgement of learning) dan mengarahkan
waktu serta perhatiannya untuk mempelajari materi-materi yang belum dikuasainya
(misalnya dengan mengalokasikan waktu belajarnya). Selama ujian, dia mungkin
menjunpai item-item yang tidak segera dia ketahui jawabannya; dalam hal ini dia
akan mencoba kemungkinan bahwa dia akan mampu untuk mengingat jawaban (a
feeling of knowing judgment) untuk selanjutnya memutuskan apakah dia akan
memberikan waktu ekstra untuk item-item tes tersebut, atau apakah akan lebih baik
kalau waktunya digunakan untuk mengerjakan item-item tes yang lain. Akhirnya
(terutama jika ada penalti untuk pemberian respon yang tidak tepat seperti yang biasa
dilakukan pada banyak testes terstandar), ketika menjawab setiap pertanyaan, siswa
metakognitif dan mengeksplorasi hubungan antara kondisi tugas, strategi dan produk
dari tugas-tugas yang berbeda. Monitoring diri dan evaluasi juga harus dimasukkan
sebagai bagian dari pembelajaran keterampilan metakognitif.
Implikasi pembelajaran yang didasari pada metakognisi adalah siswa semakin
mandiri dalam pembelajaran. Kemandirian siswa tersebut berkaitan dengan
keterampilan metakognitif siswa. Keterampilan metakognitif dapat membantu
mengembangkan kemampuan berpikir siswa yang selanjutnya juga berpengaruh
terhadap hasil belajar siswa. Livingston (1997) menyatakan bahwa metakognitif
memegang salah-satu peranan kritis (sangat penting) agar pembelajaran berhasil.
Metakognitif mengarah pada kemampuan berpikir tinggi (high order thinking) yang
meliputi kontrol aktif terhadap proses kognitif dalam pembelajaran. Aktifitas seperti
merencanakan bagaimana menyelesaikan tugas
c. Milik bersama
Semua pihak, guru maupunn peserta didik harus menganggap bahwa semua
evidence merupakan milik bersama yang harus dijaga secara bersama-sama
pula. Oleh karena itu semua evidence atau dokumen harus menjadi milik
bersama antara guru dan peserta didik. Guru dan peserta didik perlu
yang
b. Authentic
Evidence peserta didik haruslah autentik, artinya ditinjau dari konteks maupun
fakta harus saling berkaitan satu sama lain. Evidence peserta didik yang
dinilai haruslah berkaitan dengan program pengajaran, kriteria, kegiatan,
standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator yang hendak dicapai.
Mankala guru sudah mengajarkan sesuai dengan tuntutan kemampuan dasar
yang terdapat dalam kerangka dasar kurikulum, maka kemampuan yang di
peroleh peserta didik tentunya merefleksikan kemampuan yang diajarkan oleh
guru. Sehingga, manakala guru mengembangkan penilaian, khususnya
penilaian portofolio, relevan dengan portofolio di sekolah.
c. Dinamis
Portofolio bersifat dinamis, artinya portofolio mencakup perkembangan dan
perubahan (capturing growth and change). Salah satu hal yang terpenting
dalam portofolio adalah evidence yang ditambahkan dari waktu ke waktu,
tidak hanya sebelum atau sesudah penilaian dilakukan.
d. Eksplisit
Portofolio haruslah jelas, artinya semua tujuan pembelajaran berupa
kompetensi dasar dan indikator harus dinyatakan secara jelas. Selain itu,
bagaimana standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator tersebut perlu
dicapai juga dinyatakan. Sebgai contoh, bisa saja indikator dicapai melalui
pertolongan guru, dilakukan oleh seluruh peserta didik dilakukan secara
kelompok kecil, atau bahkan dilakukan sendiri oleh peserta didik secara
individu. Peserta didik harus mengetahui tujuan dilakukannya portofolio dan
kompetensi yang hendak dicapai. Setelah peserta didik selesai melakukan
sesuatu tugas misalnya, guru dapat melakukan penilaian misalnya kurang
baik, baik, dan baik sekali. Guru juga perlu memberikan komentar terhadap
hasil kerja yang telah dilakukan peserta didik.
e. Integrasi
Portofolio
Yang
menilai
hanya
guru, Siswa
turut
kemajuan
serta
yang
penyelesaian
dalam
menilai
dicapai
dalam
berbagai
perkembangan
tugas,
yang
dan
berlangsung
semua
siswa
dengan Menilai
setiap
siswa
berdasarkan
juga
faktor
perbedaan individual
Proses penilaian tidak kolaboratif Mewujudkan proses penilaian yang
(terutama antara guru, siswa dan kolaboratif
orang tua)
Yang mendapat perhatian dalam Yang
penilaian hanya pencapaian
mendapat
perhatian
dalam
Terpisah
antara
Bentuk Portofolio
Menurut Nitko, secara umum penilaian portofolio dapat dibedakan menjadi 5 bentuk
yaitu:
1. Portofolio ideal (ideal portofolio)
2. Portofolio penampilan (show portofolio)
3. Porofolio dokumentasi (documentary portofolio)
4. Portofolio evaluasi (evaluation portofolio)
5. Portofolio kelas (classroom portofolio)
Sedangkan menurut Fosters dan Masters ( 1998 ) membedakan penilaian portofolio
dalam 3 kelompok yaitu :
a. Portofolio kerja (working portofolio)
Portofolio kerja adalah usaha mandiri yang telah dilakukan siswa atau
usaha bersama dari kelompok siswa. Hal-hal yang harus dilakukan siswa dan
dinilai dalam penilaian portofolio antara lain berupa draft, pekerjaan yang
belum selesai, atau pekerjaan terbaik yang bisa dilakukan siswa.
Berbagai macam tugas yang setara atau yang berbeda disajika kepada
siswa siswa boleh memilih tugas-tugas yang dianggap cocok untuk mereka.
Guru juga dapat memutuskan apa yang harus dikerjakan siswa. Siswa dapat
bekerja sama dengan siswa lain dalam mengerjakan tugas tertentu. Portofolio
kerja menyediakan data tentang:Cara siswa mengorganisasi dan mengelola
kerja dan Ditunjukkan melalui prestasi belajar siswa (chievement).
Hasil kerja siswa dalam penilaian siswa dan portofolio jenis ini
digunakan dalam diskusi antara siswa dan guru. Ini akan membuat guru
mengenal kemajuan siswa dan memungkinkan guru menolong siswa untuk
mengidentifikasi kelemahan, kelebihan serta kelayakan dalam merancang dan
meningkatkan pengajaran.
b. Portofolio dokumentasi (documentary portofolio)
Portofolio dokumentasi adalah koleksi hasil kerja siswa yang khusus
digunakan
untuk
penilaian.
Tidak
seperti
portofolio
kerja
yang
portofolio
dokumentasi
sebagai
sumber
portofolio
bergantung pada:
Bagaimana hasil karya siswa berhubungan dengan indicator hasil belajar
yang telah diterapkan, dan
Isi penilaian portofolio yang dihasilkan siswa menunjukan kelemahan dan
kelebihan siswa.
Isi penilaian portofolio harus menyajikan suatu bukti yang berkaitan
dengan kompetensi dasar dan indicator pencapaian haisil belajar yang telah
ditentukan. Untuk menunjukkan hal ini, kegiatan belajar mengajar harus
sesuai dengan indicator pencapaian hasil belajar yang telah ditentukan. Jika
kemampuan problem solving sebagai salah satu tujuan yang hendak dicapai
dalam pembelajaran matematika misalnya, tetapi kegiatan belajar mengajar
dikelas hanya memfokuskan pada latihan menghitung, maka hasil kerja siswa
tidak akan menunjukan hasil kerja yang berkaitan dengan problem solving
Setiap konsep atau model penilaian tentu ada kelebihan dan kekurangannya.
Begitu juga dengan penilaian portofolio. Adapun kelebihan penilaian portofolio
sebagai berikut:
1. Dapat melihat pertumbuhan dan perkembangan kemampuan peserta didik dari
waktu ke waktu berdasarkan feed-back dan refleksi diri.
2. Membantu guru melakukan penilaian secara adil, objektif dan dapat
dipertanggungjawabkan tanpa mengurangi kreatifitas pesertadidik.
3. Mengajak peserta didik untuk belajar bertanggungjawab terhadap apa yang
telah mereka kerjakan, baik dikelas maupun diluar kelas dalam rangka
implementasi program pembelajaran.
4. Meningkatkan peran serta peserta didik secara aktif dalam kegiatan
pembelajaran dan penilaian.
Penilaian Proyek
Pengertian Penilaian Proyek
Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang
harus diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu
investigasi sejak dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan
dan penyajian data.
Poin pokok dalam memahami pengertian dari penilaian proyek yaitu :
kelas yang dilakukan terhadap suatu tugas pada mata pelajaran tertentu dalam rangka
untuk
mendapatkan
informasi
kemampuan
dan
kompetensi
siswa
secara
2. Relevansi
Kesesuaian dengan mata pelajaran dengan mempertimbangkan tahap
pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan dalam pembelajaran.
3. Keaslian
Proyek yang dilakukan peserta didik harus merupakan hasil karyanya dengan
mempertimbangkan kontribusi pendidik berupaa petujuk dan dukungan
terhadap proyek peserta didik.
harus
mempersiapkan
rencana
yang
cukup
matang
dalam
mencakup
ketiga
ranah
tersebut
adalah
penilaian
proyek
siswa akan menentukan topik dalam tugas proyek mereka sampai dengan pembuatan
laporan.
Hasil yang diselesaikan oleh siswa kemudian akan diberikan nilai atau skor,
yang sebelumnya sudah dipersiapkan oleh guru sesuai dengan kriteria-kreteria dari
tugas yang diberikan oleh guru. Adapun teknik yang digunakan oleh guru dalam
memberikan skor pada hasil tugas siswa adalah dengan daftar cek atau skala penilaian
(Sudaryono, 2012 : 89).
Bentuk kerja yang dinilai sebagai hasil usaha siswa adalah proses proyek yang
berlangsung. Diantaranya :
Contoh penilaian proyek
Skor **
No
Aspek *
1
Perencanaan :
a.
Persiapan
b.
Rumusan judul
Pelaksanaan
a.
Sistematika penulisan
b.
c.
d.
Analisis data
e.
Penarikan kesimpulan
Laporan proyek
a.
Performa
b.
Presentasi/penguasaan
Total skor
Kriteria
Skor
dinilai
konstektual
Topik
konstektual
Sesuai materi pembelajaran, tidak orisinal, tidak
konstektual
tidak konstektual
Mencerminkan
hubungan,
ada
peluang
penemuan
penemuan
Diagram Proyek
penemuan
Kurang mencerminkan hubungan, kurang ada
peluang penemuan
Tahapan proses
Proyek
metodologis
Sesuai tahapan proyek, jadwal jelas, ada lembar
kemajuan
Monitoring
Sesuai tahapan proyek, jadwal jelas, tidak ada
lembar kemajuan
lembar kemajuan
Sesuai tahapan proyek, jadwal tidak jelas, tidak
Keterangan
1-7
Kurang baik
8-14
Baik
15-20
Sangat baik
Perencanaan
Pelaksanaa
n
Kelompo
Lap.
Tota
Rata
Keteranga
proye
-rata
20
18
19
57
19
Sangat baik
15
17
16
48
16
Sangat baik
18
19
18
55
18
Sangat baik
10
15
16
41
14
Baik
15
14
16
45
15
Sangat baik
k1
Kelompo
k2
Kelompo
k3
Kelompo
k4
Kelompo
k5
Melihat dari hasil di atas, maka bisa dikatakan bahwa seluruh siswa secara
berkelompok berhasil menyelesaikan proyeknya dengan baik, hal ini di karenakan
peran siswa dan guru saling mendukung. Guru selalu membimbing dan merangsang
siswa agar semangat dan sungguh-sungguh dalam mengerjakan, dan siswa juga
termotivasi untuk menyelesaikan proyeknya dengan sngguh-sunguh maka hasil yang
didapatkan bisa langsung dirasakan oleh siswa beserta manfaatnya.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1. Metakognisi dapat diartikan sebagai kognisi tentang kognisi, pengetahuan
monitoring
diri
metakognisi
yang
memuat
pernyataan-pernyataan
kraya peserta didik yang tersusun secara sistematis dan terorganisasi yang
diambil selama proses pembelajaran, untuk memantau perkembangan
pengetahuan, keterampilan dan sikap peserta didik.
4. penilaian proyek adalah penilaian berbasis kelas yang dilakukan terhadap
suatu tugas pada mata pelajaran tertentu dalam rangka untuk mendapatkan
informasi kemampuan dan kompetensi siswa secara komprehensif yang harus
diselesaikan dalam periode waktu tertentu. Digunakan untuk mengetahui
pemahaman, kemampuan mengaplikasikan, kemampuan penyelidikan dan
kemampuan
menginformasikan
sesuatu
secara
jelas,
dengan
DAFTAR PUSTAKA
Murti , Heru Astikasari Setya. 2011. Metakognisi Dan Theory Of Mind (Tom).
Jurnal Psikologi Pitutur Volume I. No 2.
L, Epon Nuraeni. 2006. Penggunaan Instrumen Monitoring Diri Metakognisi Untuk
Meningkatkan Kemampuan Mahasiswa Menerapkan Strategi Pemecahan
Masalah Matematika. Artikel Hasil Penelitian Hibah Pembinaan UPI Tahun
2006.
Zainal, Arifin.2009. EvaluasiPembelajaran. Bandung;PT. RemajaRosdaKarya
Asep Jihad, Abdul Haris. 2009. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta : Multi
Pressindo.
Mimin Haryati. 2010. Model dan Teknik Penilaian Pada Tingkat Satuan Pendidikan,
cetakan keenam. Jakarta : Gaung Persada Press
Zaenal Arifin. 2009. Evaluasi Pembelajaran Prinsip Teknik Prosedur. Bandung : PT
Remaja Rosdakarya
M. Ngalim Purwanto. 2000. Prinsip-Prinsip danTeknik Evaluasi Pengajaran.
Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Sudaryono. 2012. Dasar-Dasar Evaluasi Pembelajaran. yogyakarta: Graha ilmu
1.
2.
3.
Faktor apasajakah yang menyebabkan perkembangan metakognitif siswa berbedabeda? Apakah mungkin antara peserta didik satu dengan yang lainnya mempunyai
peluang mencapai metakognitif yang sama? [Wiwi ariyanti (K4312077)]
4.
5.
Apakah benar pemilihan topik dalam proyek benar-benar tanpa campur tangan guru?
[Papin citra R.R (K4312049)]
6.
7.
Apakah 3 jenis penilaian portofolio dapat digunakan pada waktu yang sama
pada saat pembelajaran berlangsung? [Tutik Wulandari (K4312065)]
8.
Dalam
pengukuran
metakognitif
indikator
apa
yang
menunjukkan
9.
Dalam penilaian portofolio yang dimaksud rahasia bersama itu seperti apa?
[Rani Purwati (K4312053)]