Anda di halaman 1dari 22

BAB 1.

PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan dan kemajuan berfikir yang
mendasar pada setiap manusia, menimbulkan satu klausa yang membuat
manusia menjadi kompetitif dalam segala bidang aspek kehidupan antara
individu satu dengan yang lain. Manusia mengenal istilah persamaan dan
persaudaraan, prespektif pemikiran yang demikian menimbulkan manusia
wajib memiliki kebebasan. Kebebasan dari perbudakan, kebebasan
beragama, kebebasan mengeluarkan pendapat dan kebebasan mendapatkan
perlakuan yang sama dalam mata hukum pemerintahan merupakan salah
satu contoh kebebasan yang patut di peroleh setiap individu. Semua
kebebasan diatur dalam HAM, seperti yang kita ketahui bahwa HAM
merupakan hak-hak paling mendasar yang dimiliki oleh setiap manusia,
sehingga manusia mampu mengetahui batasan-batasan kewajiban dan hak
setiap individu.
Begitu penting kedudukan HAM bagi warga bangsa Indonesia
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, sehingga
gagasan dasar yang berisi konsep, prinsip dan nilai yang terkandung dalam
HAM dapat terealisasikan dengan benar khususnya dalam bidang hukum.
Untuk menjaga, memelihara, dan pengaplikasian HAM dalam
kehidupan sehari-hari pada setiap individu, maka para penyelenggara
negara dan seluruh warga negara wajib memahami, meyakini dan
melaksanakan kebenaran nilai-nilai dan prinsip-prinsip HAM dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu,
penulis mengangkat tema PRESPEKTIF HAM DITINJAU DARI
SUDUT HUKUM dengan berbagai subbab yang dapat memberi
gambaran jelas kepada kita tentang HAM.

1.2

Rumusan Masalah
Dalam makalah ini penulis menuliskan beberapa rumusan
masalah yang nantinya akan dibahas lebih lanjut, sebagai berikut:
1.2.1 Apa itu HAM?
1.2.2 Sebutkan dan jelaskan macam-macam pelanggaran HAM?
1.2.3 Bagaimana prespektif HAM dalam segi hukum?

1.3

Tujuan dan Manfaat


Dalam makalah ini penulis memaparkan tujuan dan manfaat yang
dicapai pembaca, sebagai berikut:
1.3.1 Mengetahui dan memahami konsep HAM
1.3.2 Mengetahui macam-macam pelanggaran HAM
1.3.3 Memaparkan prespektif HAM dalam segi hukum

BAB 2. PEMBAHASAN
2.1 Konsep HAM
Pengertian HAM

Hak asasi manusia adalah hak-hak yang dimiliki oleh semua orang sesuai
dengan kondisi yang manusiawi. HAM juga dapat diartikan seperangkat hak yang
melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang
Maha Kuasa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi
dan dilindungi oleh negara, hukum, Pemerintah dan setiap orang, demi
kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia (Pasal 1 angka 1 UU
No. 39 Tahun 1999 tentang HAM dan UU No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan
HAM). Dan juga telah diungkapkan Jan Materson, anggota Komisi Hak Asasi
Manusia PBB, merumuskan pengertian HAM dalam human right could be
generally defines as those right which are inherent in our nature and without
which we cannot live as human being yang artinya HAM adalah hak-hak yang
secara secara inheren melekat dalam diri manusia, dan tanpa hak itu manusia tidak
akan dapat hidup sebagai manusia (Adam Kuper dan Jesica Kuper, 2000)
Dari pengertian diatas, maka hak asasi mengandung dua makna, yaitu:
o Pertama, HAM merupakan hak alamiah yang melekat dalam diri manusia
sejak manusia dilahirkan kedunia.
o Kedua, HAM merupakan instrument untuk menjaga harkat martabat manusia
sesuai dengan kodart kemnusiaannya yang luhur.
HAM bukan hanya merupakan hak-hak dasar yang dimilki oleh setiap
manusia sejak lahir. Tapi, juga merupakan standar normatif bagi perlindungan
hak-hak dasar manusia dalam kehidupannya. Esensi HAM juga dapat dibaca
dalam mukadimah universal declaration of human right. pengakuan atas martabat
yang luhur dan hak-hak yang sama dan tidak dapat dicabut dari semuaanggoat
keluarga manusia merupakan dasar kemerdekaan, keadilan, dan perdamaian
dunia .
Berikut pendapat para sarjana mengenai pengertian HAM antara lain:

HAM adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh manusia, sesuai dengan
kodratnya (Kaelan: 2002).

Menurut pendapat Jan Materson (dari komisi HAM PBB), dalam Teaching
Human Rights, United Nations sebagaimana dikutip Baharuddin Lopa
menegaskan bahwa HAM adalah hak-hak yang melekat pada setiap
manusia, yang tanpanya manusia mustahil dapat hidup sebagai manusia.

John Locke menyatakan bahwa HAM adalah hak-hak yang diberikan


langsung oleh Tuhan Yang Maha Pencipta sebagai hak yang kodrati.
(Mansyur Effendi, 1994).

Dalam pasal 1 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM


disebutkan bahwa Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang
melekat pada hakekat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan
Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati,
dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan
setiap orang, demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat
manusia

Konsep HAM secara humanistik diartikan sebagai berikut:


Human rights could generally be defined as those rights which are inherent in
our nature and without which we cannot live as human beings
Dengan pemahaman seperti itu, konsep hak asasi manusia disifatkan
sebagai suatu common standard of achivement for all people and all nations, yaitu
sebagai tolok ukur bersama tentang prestasi kemanusiaan yang perlu dicapai oleh
seluruh masyarakat dan negara di dunia (Saafroedin Bahar, 2007).

Sejarah HAM
Setelah dunia mengalami dua perang yang melibatkan hamper seluruh
kawasan dunia, dimana ketika itu hak-hak asasi manusia ditindas, timbul suatu
keinginan untuk merumuskan hak asasi manusia dalam naskah internasional.

Usaha ini dikenal universal declaration of human right oleh persyarikatan bangsabangsa. Deklarasi ini lahir merupakan reaksi atas kejahatan keji oleh kauman
sosialis di jerman pada 1933-1945.
Terwujudnya universal declaration of human right yang dinyatakan pada 10
desember 1948 harus melewati proses panjang. Dalam mukadimah Deklarasi
Universal Hak-hak Manusia (Universal Declaration of Human Rights) dijelaskan
mengenai hak asasi manusia sebagai berikut:
Pengakuan atas keseluruhan martabat alami manusia dan hak-hak yang sama
tidak dapat dipindahkan kepada orang lain dari semua anggota keluarga
kemanusiaan adalah dasar kemerdekan dan keadilan dunia (Dalizar Putra, 1995).
Sebelum ada deklarasi itu,telah lahir beberapa naskah tentang HAM. Diantaranya,
1. Magna carta ( piagam agung ), dokumen yang mencatat hak-hak yang
diberikan raja inggris kepada negara bawahannya dan sekaligus membatasi
raja John di inggris.
2. Bill of right (undang-undang hak 1689), undang-undang yang diterima
parlemen inggris yang merupakan perlawananterhadap raja James II yang
dikenal dengan istilah the glorius revolution of 1968
3. Declration des droits de Ihomme etdu citoyen ( pernyataan hak-hak
manusia warga negara 1789), naskah yang mencetuskan permulaan revolusi
perancis sebagai perlawanan terhadap rezim lama,
4. Bill of right (undang-undang hak), naskah yang disusun rakyat amerika
pada tahun 1769 dan kemudian menjadi undang-undang dasar pada 1891.

Jika dilihat dari prespektifnya, sejarah perkembangan hak asasi manusia


dikategorikan menjadi empat generasi sebagai berikut:
1. Generasi pertama, pada generasi ini bahwa subtansi HAM berpusat pada
aspek hukum dan politik. Ini disebabkan oleh dampak perang dunia ke dua.
Dimana negara baru ingin membuat tertib hukum baru.

2. Generasi kedua, setelah perang dunia ke dua. Negara baru tidak hanya
menuntut hak-hak yuridis.melainkan hak-hak sosial, ekonomi, politik, dan
budaya. Pada genrasi ini lahir dua perjanjian yang terkenal yaitu, covenant on
economic, social ,and cultural right; dan international covenant on civil and
political right. Keduanya telah disepakati dalam sidang umum PBB pada
1966.
3. Generasi ketiga, pada kondisi sebelumnya mentitik beratkan pada aspek
politik, ekonomi, sosial, budaya. Ini menyebabkan ketidakseimbangan pada
kehidupan bermasyarakat. Karena ketidakseimbangan tersebut melahirkan
gernerasi ketiga yang mnyatukan antara politik,ekonomi, sosial, budaya, dan
hukum dalam satu wadah. Istilah pembangunan (the right of development).
4. Generasi keempat, dipelopori oleh negara dikawasan asia pada tahun1983yg
melahirkan deklarasi hak asasi manusia. Yang disebut declaration of the basic
duties of Asian people and government. Deklarasi keempat ini mengukuhkan
keharusan imperatif dari negara untuk memenuhi hak asasi rakyatnya.
Oleh karena itu, muncullah ide untuk menegakkan HAM, dengan konsep
bahwa semua manusia itu sama, semuanya merdeka dan bersaudara, tidak ada
yang berkedudukan lebih tinggi atau lebih rendah, dengan demikian tidak ada lagi
perbudakan (Abdul Aziz Dahlan, 1996).
Macam-macam HAM
Pembagian Bidang, Jenis dan Macam Hak Asasi Manusia Dunia :
1. Hak asasi pribadi / personal Right
- Hak kebebasan untuk bergerak, bepergian dan berpindah-pndah tempat
- Hak kebebasan mengeluarkan atau menyatakan pendapat
- Hak kebebasan memilih dan aktif di organisasi atau perkumpulan
- Hak kebebasan untuk memilih, memeluk, dan menjalankan agama dan
kepercayaan yang diyakini masing-masing
2. Hak asasi politik / Political Right
- Hak untuk memilih dan dipilih dalam suatu pemilihan
- hak ikut serta dalam kegiatan pemerintahan
- Hak membuat dan mendirikan parpol / partai politik dan organisasi politik

lainnya
- Hak untuk membuat dan mengajukan suatu usulan petisi
3. Hak azasi hukum / Legal Equality Right
- Hak mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan pemerintahan
- Hak untuk menjadi pegawai negeri sipil / pns
- Hak mendapat layanan dan perlindungan hukum
4. Hak azasi Ekonomi / Property Rigths
- Hak kebebasan melakukan kegiatan jual beli
- Hak kebebasan mengadakan perjanjian kontrak
- Hak kebebasan menyelenggarakan sewa-menyewa, hutang-piutang, dll
- Hak kebebasan untuk memiliki susuatu
- Hak memiliki dan mendapatkan pekerjaan yang layak
5. Hak Asasi Peradilan / Procedural Rights
- Hak mendapat pembelaan hukum di pengadilan
- Hak persamaan atas perlakuan penggeledahan, penangkapan, penahanan dan
penyelidikan di mata hukum.
6. Hak asasi sosial budaya / Social Culture Right
- Hak menentukan, memilih dan mendapatkan pendidikan
- Hak mendapatkan pengajaran
- Hak untuk mengembangkan budaya yang sesuai dengan bakat dan minat (Husny
Arifuddin, 2012).

2.2 Pelanggaran HAM


Pelanggaran HAM yaitu perbuatan orang atau sekelompok orang termasuk
aparat negara baik sengaja atau tidak atau kelalaian secara melawan hukum
mengurangi / menghalangi / membatasi / mencabut HAM orang / kelompok
orang yang dijamin oleh UU dan tidak mendapat / dikhawatirkan tidak
memperoleh penyelesaian hukum yang adil dan benar (Raden Subekti, 1994).

Contoh kasus pelanggaran HAM


Masa Orde Baru, kebebasan berkumpul, berserikat, dan mengeluarkan pendapat
sangat dibatasi. Begitu juga kejahatan terhadap kemanusiaan dalam berbagai
bentuknya sering terjadi, seperti penangkapan, penyiksaan dan pembunuhan atas
orang-orang yang dianggap dapat mengancam dan menggoyahkan eksistensi
kekuasaannya. Rezim Orde Baru yang represif dan otoriter sudah terlalu banyak
melakukan pelanggaran pelanggaran HAM, sehingga menimbulkan gejolak
gejolak sosial dan politik yang pada akhirnya mengakibatkan kejatuhannya pada
bulan Mei 1998 lalu.
Kasus kasus pelanggaran HAM pada periode 1998 2011, diantaranya :
a. Kasus Semanggi I dan II, Trisakti ( Tahun 1998 ).
b. Kasus Poso ( Tahun 1998 ).
c. Kasus Ambon ( Tahun 1999 ).
d. Kasus Sampit ( Tahun 2001 ).
e. Kasus Ahmadiyah ( Tahun 2007 2008 ).
f.
Kasus pelarangan pendirian rumah ibadah Ahmadiyah ( 2009
g.

2010).
Kasus Prita Mulyasari ( Tahun 2010 2011 ) (Darah Apsari Nastiti,
2012).

Contoh-Contoh Pelanggaran HAM

Terjadinya penganiayaan pada praja STPDN oleh seniornya dengan dalih

pembinaan yang menyebabkan meninggalnya Klip Muntu pada tahun 2003.


Dosen yang malas masuk kelas atau malas memberikan penjelasan pada suatu
mata kuliah kepada mahasiswa merupakan pelanggaran HAM ringan kepada

setiap mahasiswa.
Para pedagang yang berjualan di trotoar merupakan pelanggaran HAM
terhadap para pejalan kaki, sehingga menyebabkan para pejalan kaki berjalan

di pinggir jalan sehingga sangat rentan terjadi kecelakaan.


Para pedagang tradisioanal yang berdagang di pinggir jalan merupakan
pelanggaran HAM ringan terhadap pengguna jalan sehingga para pengguna

jalan tidak bisa menikmati arus kendaraan yang tertib dan lancar.
Orang tua yang memaksakan kehendaknya agar anaknya masuk pada suatu
jurusan tertentu dalam kuliahnya merupakan pelanggaran HAM terhadap

anak, sehingga seorang anak tidak bisa memilih jurusan yang sesuai dengan
minat dan bakatnya.

2.3 Prespektif HAM dalam Sudut Pandang Hukum


Agar HAM dapat ditegakan dalam berbagai kehidupan harus ada
instrumen yang mengaturnya. Instrumen tersebut berisi aturan-aturan bagaimana
HAM itu ditegakkan dan mengikat seluruh warga negara. Sebagai negara yang
menjunjung tinggi HAM Indonesia telah memiliki setidak-tidaknya empat
instrumen HAM, yakni:
a. UUD 1945
b. Tap MPR Nomor XVII/MPR/1998
c. Piagam HAM Indonesia Tahun 1998
d. UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia

Penegakan HAM dengan Hukum di Indonesia


Negara RI adalah negara hukum, maka dalam upaya menegakan HAM
diatur pelaksanaannya dalam peraturan perundang-undangan, yaitu sebagai
berikut:
a. UUD 1945
UUD 1945 Pasal 31, menegaskan bahwa setiap warga negara memiliki hak
mendapat pengajaran. Maka untuk mencapainya Pemerintah membangun
gedung-gedung sekolah, mengangkat guru, memberikan bea siswa pada anak
berprestasi tetapi dari segi ekonomi kurang mampu, dan lain-lain.
b. Ketetapan MPR

TAP MPR Nomor XVII/MPR/1998, menugaskan Presiden dan DPR untuk


membentuk lembaga yang melakukan penyuluhan, pengkajian, pemantauan,
penelitian, dan mediasi tentang HAM. Maka dibentuklah KOMNAS HAM
melalu Keputusan Presiden Nomor 50 Tahun 1993.
c. Undang-Undang
UU Nomor 39 tahun 1999 Pasal 9, menegaskan tentang hak untuk hidup.
Maka manakala terjadi pelanggaran terhadap hak ini, maka pemerintah
menggelar peradilan HAM.
Hak asasi yang hendak dijamin oleh KUHAP adalah terutama hak atas
kebebasan atau kemerdekaan, hak atas kehormatan dan nama baik serta hak
atas rahasia pribadi
Jenis-Jenis HAM yang dilindungi Perundang-Undangan
Di dalam perundang-undangan negara Indonesia semua jenis hak-hak asasi
yang harus dilindungi termuat dalam berbagai dokumen dan dokumen tersebut
hanya dibedakan oleh jenis perundang-undangannya. Ketentuan tentang
perlindungan hak-hak asasi termuat dalam Pembukaan UUD 1945, Ketetapan
MPR, Undang-Undang No.39 tahun l999 tentang HAM dan peraturan perundangundangan lainnya. Hak-hak sipil dan politik itu jelas termuat dalam peraturan
perundang-undangan negara RI seperti:
1. Pembukaan UUD 1945 pada semua alineanya mengandung jaminan hak asasi
manusia seperti alinea pertama berkenaan dengan martabat manusia dan
keadilan; alinea kedua hak asasi bidang politik, ekonomi, dan sosial budaya;
alinea ketiga hak asasi bidang sosial budaya dan politik; dan alinea ke empat
hak asasi bidang ekonomi, politik, sosial budaya dan hankam (H.A.W.
Widjaja, 2000).
2. Batang tubuh atau isi UUD 1945 sebelum dilakukan perubahan (amandemen)
mengatur hak asasi manusia dalam 7 pasal antara lain adalah pasal 27, 28, 29,
30, 31, 33 dan 34. Namun setelah UUD 1945 dilakukan perubahan
10

(amandemen) maka ada bagian khusus tentang hak asasi manusia yaitu pada
BAB XA dengan rincian sebagai berikut:
Pasal 27
1) Segala warga negara bersamaan kedudukannya di muka hukum dan
pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan
tidak ada kecualinya.
2) Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak
bagi kemanusiaan.
3) Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan
negara.
Pasal 28
Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran baik secara
lisan maupun tulisan dan sebagainya diatur dalam undang-undang.
Pasal 28 A
Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan
kehidupannya.
Pasal 28 B
1) Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan
melalui perkawinan yang sah.
2) Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang
serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
Pasal 28 C
1) Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan dasarnya,
berhak mendapatkan pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu
pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas
hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia.

11

2) Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan


haknya secara kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa, dan
negaranya.
Pasal 28 D
1) Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian
hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum.
2) Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan
yang adil dan layak dalam hubungan kerja.
3) Setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam
pemerintahan.
4) Setiap orang berhak atas status kewarganegaraan.
Pasal 28 E
1) Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya,
memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih
kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah negara dan
meninggalkannya, serta berhak kembali.
2) Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan
pikiran dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya
3) Setiap orang berhak atas kebebasab berserikat, berkumpul, dan
mengeluarkan pendapat.
Pasal 28 F
Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh
informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta
berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan
menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang
tersedia.
Pasal 28 G
1) Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga,
kehormatan, martabat, dan harta benda yang di bawah kekuasaannya,

12

serta berhak atas rasa aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan
untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi.
2) Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan atas perlakuan yang
merendahkan derajat martabat manusia dan berhak memperoleh suaka
politik dari negara lain.
Pasal 28 H
1) Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggl,
dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak
memperoleh pelayanan kesehatan
2) Setiap orang berhak mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk
memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai
persamaan dan keadilan
3) Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan
pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat
4) Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik
tersebut tidak boleh diambil alih secara sewenang-wenang oleh
siapapun.
Pasal 28 I
1) Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran
dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk
diakui sebagai pribadi di hadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut
atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang
tidak dapat dikurangi dalam keadaan apa pun
2) Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif
atas dasar apa pun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap
perlakuan yang bersifat diskriminatif itu.
3) Identitas budaya dan hak masyarakat tradisional dihormati selaras
dengan perkembangan zaman dan peradaban
4) Perlindungan, kemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak-hak asasi
manusia adalah tanggung jawab negara, terutama pemerintah
5) Untuk menegakkan dan melindungi hak asasi manusia sesuai dengan
prinsip negara hukum yang demokratis, maka pelaksanaan hak asasi

13

manusia dijamin, diatur, dan dituangkan dalam peraturan perundangundangan.


Pasal 28 J
1) Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam
tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
2) Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk
kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan
maksud semata-mata untuk menjamin pengakuan serta penghormatan
atas hak dan kebebasan orang lain untuk memenuhi tuntutan yang adil
sesuai dengan pertimbangan umum dalam suatu masyrakat demokratis.
Pasal 29
1) Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa.
2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk
agamanya masing-masing dan untuk beribadah dan kepercayaannya
itu.
Pasal 30 ayat 1
1) Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha
pertahanan dan keamanan negara.
Pasal 31 ayat 1
1) Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pendidikan(Apollo, 2004).
Dalam memenuhi dan menuntut hak tidak terlepas dari pemenuhan kewajiban
yang harus dilaksanakan. Pemenuhan, perlindungan dan penghormatan terhadap
HAM harus diikuti dengan pemenuhan terhadap kewajiban asasi manusia dan
tanggung jawab asasi manusia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat,
bernegara.
a. Ketetapan MPR No. XVII\MPR\1998 tentang Hak Asasi Manusia.
Ketetapan MPR tersebut terdiri dari 10 bab dan meliputi 44 pasal.
b. Undang-undang No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia yang
merupakan tindak lanjut dari Tap. MPR No XVII/MPR/1998
c. Peraturan perundang-undangan lainnya yang melindungi Hak Asasi
Manusia. Misalnya KUHP, KUHAP dan sebagainya.
Mempertahankan Nilai-nilai dan Prinsip-prinsip HAM dalam Menegakkan
Hukum di Indonesia

14

Berdasarkan pemahaman tentang akar HAM, dalam sejarah perjuangan


bangsa itu, persoalan penegakan HAM haruslah dilihat dari cita-cita bangsa untuk
mengangkat harkat dan martabat manusia Indonesia. Sejarah menunjukkan bahwa
penyalahgunaan Kekuasaan Negara (abuse of power) merupakan ancaman paling
efektif terhadap hak-hak asasi yang merendahkan martabat manusia sebagaimana
dibuktikan selama 40 tahun terakhir. Terutama kecenderungan penguasa untuk
membangun kekuasaan yang absolute. Cita-cita bangsa untuk mengangkat harkat
dan martabat manusia Indonesia tersebut dapat bahkan harus dijadikan alat ukur
untuk menakar rejim-rejim yang pernah berkuasa setelah Indonesia merdeka.
Adanya perlakuan sewenang-wenang terhadap hak asasi manusia oleh penguasa
dalam empat puluh tahun terakhir, baik dalam masa Orde Lama maupun Orde
Baru, sudah menyimpang dari cita-cita bangsa untuk mengangkat martabat
manusia Indonesia.
Secara sosial, HAM dikualifikasikan sebagai paham individualistik yang
bertentangan dengan watak dan kepribadian bangsa Indonesia yang kolektivistik.
Secara politik HAM distigmatisasi sebagai paham liberalistik yang bertentangan
dengan Pancasila dan secara budaya diajukan argument partikularistik bahwa
bangsa Indonesia memiliki hak-hak asasi sendiri yang didasarkan pada budaya
bangsa. Pemikiran partikularistik tersebut dipakai untuk menolak watak universal
dari HAM yang secara efektif memungkinkan dilahirkannya kebijakan politik,
termasuk di bidang hukum, yang mengabaikan hak-hak asasi manusia.
Kecenderungan semacam itu mewarnai zaman Orde Lama memungkinkan terjadi
filosofi kenegaraan, staatssidee integralistik dari Soepomo, yang menjiwai UUD
1945 waktu itu, yang pada dasarnya menolak hak-hak asasi manusia, kendati di
dalamnya ada beberapa pasal mengenai hak-hak warganegara. Seperti kita
ketahui, hasil dari kecenderungan itu adalah absolutisme kekuasaan negara yang
dipegang kepala negara (presiden).
Dalam segi hukum, sepuluh tahun terakhir ini ada sejumlah kemajuan
penting mengenai upaya bangsa ini untuk melindungi HAM. Seperti diketahui,
ada sejumlah produk politik yang penting tentang HAM. Tercatat mulai

15

dikeluarkannya TAP MPR No. XVII/1998, kemudian amandemen UUD 1945


yang secara eksplisit sudah memasukkan pasal-pasal cukup mendasar mengenai
hak-hak asasi manusia, UU No, 39/1999 tentang Hak-Hak Asasi Manusia, dan UU
No.26/2000 tentang Pengadilan HAM. Setelah dilakukannya amandemen dengan
sendirinya UUD 1945 sebenarnya sudah dapat dijadikan dasar konstitusional
untuk memperkokoh upaya peningkatan perlindungan HAM. Adanya undangundang tentang HAM dan peradilan HAM, merupakan perangkat organik untuk
menegakkan hukum dalam kerangka perlindungan HAM atau sebaliknya
penegakan supremasi hukum dalam rangka perlindungan HAM.
Adanya Komisi Nasional HAM (Komnas HAM) dan peradilan HAM patut
dicatat sebagai perangkat kelembagaan dasar peningkatan upaya penghormatan
dan perlindungan HAM dengan peningkatan kelembagaan yang dapat dikaitkan
langsung dengan upaya penegakan hukum. Upaya peningkatan penghormatan dan
perlindungan HAM ini memiliki dua pijakan penting, yaitu pijakan normatif
berupa konstitusi dengan UU organiknya serta Komnas HAM dan peradilan HAM
yang memungkinkan berbagai pelanggaran HAM dapat diproses sampai di
pengadilan. Dengan demikian, maka perlindungan HAM dapat diletakkan dalam
kerangka supremasi hukum dengan cara:
1. Menyempurnakan Produk-produk hukum, perundang-undangan tentang
HAM. Produk hukum tersebut perlu disesuaikan dengan semangat konstitusi
yang secara eksplisit sudah memberi dasar bagi perlindunan dan jaminan atau
HAM. Termasuk disesuaikan dengan ketentuan-ketentuan dalam konvensi
internasional tentang HAM, baik dari segi materi tentang HAM-nya itu
sendiri maupun tentang kelembagaan Komnas HAM dan peradilan HAM.
2. Melakukan inventarisasi, mengevaluasi dan mengkaji seluruh produk hukum,
KUHP dan KUHAP, yang berlaku yang tidak sesuai dengan HAM. Banyak
sekali pasal-pasal dalam berbagai UU yang tidak sesuai, bahkan bertentangan
dengan HAM. Termasuk UU yang dihasilkan dalam lima tahun terakhir ini.
Hal ini sebagai konsekuensi dari watak rejim sebelumnya yang memang anti-

16

HAM, sehingga dengan sendirinya produk UU-nya pun sama sekali tidak
mempertimbangan masalah HAM. Dalam konteks ini, maka agenda ini
sejalan dan dapat disatukan dengan agenda reformasi hukum nasional dan
ratifikasi konvensi/kovenan, internasional tentang HAM yang paling
mendasar seperti kovenan sipil-politik dan kovenan hak ekonomi, sosial dan
budaya berikut protokol operasionalnya. Dari segi ukuran maupun substansi
serta permasalahannya hal ini merupakan agenda raksasa. Untuk itu
pemerintah tidak bisa bekerja sendiri, tetapi perlu melibatkan masyarakat
yang memiliki perhatian yang sama seperti kalangan LSM bidang hukum.
Dan untuk itu pula perlu dibuat skala prioritas supaya perencanaannya
realistis dan pelaksanaannya dilakukan bertahap.
3. Mengembangkan kapasitas kelembagaan pada instansi-instansi peradilan dan
instansi lainnya yang terkait dengan penegakan supremasi hukum dan
perlindungan HAM. Dalam kesempatan ini, saya tidak ingin ikut
membicarakan persoalan memburuknya kondisi system peradilan kita, akan
tetapi yang perlu diprioritaskan dalam pengembangan kelembagaan ini adalah
meningkatkan kapasitas hakim, jaksa, polisi, panitera dan unsur-unsur
pendukungnya dalam memahami dan menangani perkara-perkara hukum
yang berkaitan dengan HAM. Termasuk di dalamnya mengenai administrasi
dan pelaksanaan penanganan perkara-perkara hukum mengenai pelanggaran
HAM. Ini harus disadari betul mengingat masalah HAM baru masuk secara
resmi dalam beberapa tahun terakhir ini saja dalam sistem peradilan kita.
Bahkan, perlu diakui secara jujur masih banyak, kalau tidak mau dikatakan
pada umumnya, aparat penegak hukum kita yang tidak memahami persoalan
HAM. Lebih-lebih untuk menangani perkara hukum di peradilan yang
pembuktiannya amat pelik dan harus memenuhi standar Komisi HAM PBB.
Oleh sebab itu institutional capacity building di instansi-instansi Negara yang
terkait dengan masalah HAM ini menjadi amat penting dan mendesak.
4. Sosialisasi dan pemahaman tentang HAM itu sendiri, khususnya di kalangan
pemerintahan, utamanya di kalangan instansi yang secara langsung maupun

17

tidak langsung berkaitan dengan masalah HAM. Sosialisasi pemahaman


HAM ini, lagi-lagi merupakan pekejaan raksasa, dan sangat terkait dengan
penegakan profesionalisme aparat di dalam melaksanakan bidang kerjanya.
Gamangnya aparat pemerintah dalam mengurusi dan ber-urusan dengan
masyarakat yang partisipasi politik dan daya kritisnya makin meningkat ini
disebabkan, antara lain bukan semata-mata karena kurang memahami
masalah HAM, akan tetapi juga karena mereka umumnya kurang dapat
melaksanakan rambu-rambu profesionalismenya. Ini berlaku bagi aparat sipil
maupun aparat keamanan.
5. Kerjasama dengan kalangan di luar pemerintahan, terutama kalangan
Ornop/LSM, akademisi/perguruan tinggi dan kalangan masyarakat lainnya
yang memiliki kepedulian terhadap penegakan hukum dan HAM seharusnya
menjadi agenda yang terprogram dengan baik. Bukan saatnya bagi instansi
pemerintah tertutup dengan kalangan masyarakat sebagaimana terjadi di masa
lalu. Dalam kerangka mengembangkan iklim yang lebih demokratis, kini
saatnya kalangan pemerintah, bersikap lebih terbuka kepada masyarakat,
lebih-lebih untuk keinginan bersama memajukan HAM dalam konteks
penegakan hukum. Perlu disadari bahwa kalangan di luar pemerintah, seperti
lembaga LBH /YLBHI, sudah lama berkecimpung di bidang penegakan
HAM, sejak ketika HAM masih dipandang sebagai masalah sensitif atau
bahkan subversif secara politik. Pengalaman panjang mereka dapat
dimanfaatkan untuk penyempurnaan kebijakan pemerintah dalam penegakan
HAM.
6. Lebih merealisasikan pancasila dalam HAM
Menurut Drs. CST. Kansil SH, jika kita meninjau kembali isi masingmasing sila dari pancasila itu, maka akan nampaklah bahwa masing-masing
silanya mengandung dan memuat hak-hak asasi manusia sebagai berikut:
1. Hak-hak asasi manusia menurut sila Ketuhanan Yang Maha Esa.

18

Sila pertama dari Pancasila, Ketuhanan Yang Maha Esa telah


mengandung pengakuan terhadap hak-hak asasi manusia, sebagaimana
dinyatakan Prof. Oemar Senoardji SH. (dalam Simposium kebangkitan
Semangt 66 Menjelajah Tracee Baru) bahwa: Ketuhanan Yang Maha Esa
adalah causa prima atau sebab yang utama dan pertama, sebagai asal
dari sebagai kehidupan yang menajarkan persamaan, keadilan, kasih
sayang dan kehidupan yang tentram. Dan ini semua sama dengan
pengakuan terhadap hak asasi manusia.
Pengabdian terhadap Tuhan Yang Maha Esa dapat dilaksanakan
manakala penghormatan terhadap hak-hak asasi manusia mendapat
pengakuan berupa jaminan terhadap kemerdekaan beragama sebagai
salah satu hak asasi yang penting.
2. Hak asasi manusia menurut sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
Kemanusian yang adil dan beradab adalah sikap menghendaki
terlaksananya human values dalam arti pengakuan dignity of human.
Kemanusia berarti pengakuan manusia sebagai individu dan sebagai
makhluk social, sebagai individu mempunyai hak-hak asasi dinikmati
dan dipertahankan terhadap gangguan yang datang baik dari pihak
penguasa maupu dari individu lainnya. Sebagai makhluk sosial,
penggunaan hak-hak asasi itu tidak boleh melanggar hak-hak asasi orang
lain.
Hak-hak asasi yang telah mendapat pengakuan seperti: hak untuk
tidak diperbudak, hak untuk tidak dianiya, pengakuan sebagi manusia
pribadi, hak untuk tidak ditangkap, ditahan,dibuang secara sewenangwenang, dan untuk mendapat peradilan yang bebas, hak dianggap tidak
bersalah sampai sampai dibuktikn kesalahannya menurut undang-undang
dan sebagainya, semua ini adalah perwujudan dari sila kemanusian
tersebut.
3. Hak asasi manusia menurut sila Persastuan Indonesia
Persatuan Indonesia atau Kebangsaan ialah

sikap

yang

mengutamakan kepentingan Bangsa di atas kepentingan suku, golongan


partai dan lain-lain.

19

Kesadaran Kebangsaan Indonesia itu lahir dari keinginan untuk


bersatu dari satu bangsa, agar setiap orang Indonesia dapat bebas
menikmati hak-hak asasinya tanpa perbatasan dan belenggu dari
manapun datangnya. Kesadaran Kebangsaan adalah titik tolak dalam
perjuangan memertahankanhak asasi manusia, sebab tanpa adanya
kesadaran kebangsaan ini tidak ada suatu jaminan bahwa asasi itu
mendapat perlindungan.
4. Hak asasi manusia menurut sila Kerakyatan Yang Dipimpin oleh Hikmat
Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan/Perwakilan
Kedaulatan rakkyat berarti kekuasaan negara berada di tangan
rakyat. Negara dibentuk rakyat dari rakyat dan untuk rakyat. Kedaulatan
rakyat itu disalurkan secara demokrasi melalui perwakilan, yang bagi
bangsa Indonesia melalui Majlis Permusyawaratan Rakyat. Rakyatlah
melalui MPR yang menetapkan Undang-Undang Dasar Negara, memilih
dan memberhentikan Presiden/Wakil Presiden dan menetpkan Garis-garis
Besar Haluan Negara.
Kedaulatan rakyat dalam bentuk hak asasi manusia, seperti hak
mengeluarkan pendapat, hak berkumpul dan berpendapat, hak ikut serta
dalam pemerintahan dan jabatan-jabatan negara, kemerdekaan pres dan
lain-lain. Sudah tentu dengan jiwa Pancasila itu sendiri kedaulatan rakyat
itu

bersifat

musyawaran

berdaarkankerakyatan

yang

dan

mufakat

dipimpin

oleh

serta

tenggang

kebijaksanaan

rasa
dalam

permusyawaratan/perwakilan.
5. Hak asasi manusia menuurut sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat
Indonesia
Keadialan sosial berwujud hendak melaksanakan kesejahteraan bagi
selurh anggota masyarakat. Dengan ini dimaksudkan danya kedilan bagi
sesama anggota masyarakat (sosial).
Ini berarti tiap-tiap orang dapat menikmati kehidupan yang layak
sebagai manusia yang terhormat, dalam arti tidak ada kepincangan di
mana ada segolongan yang hidup mewah sedang golongan lain sangat
melarat, atau dengan kata lain tiap orang harus mendapat kesempatan
yang sama untuk mendapat nafkah dan jaminan hidup yang layak dalam

20

lapangan okonomi dan sosial dengan tidak saling merugikan atau


menindas, melainkan saling harga-menghargai dan bantu-membantu
untuk kepenungan masyarakat dan Negara (Ramdlon Naning, 1983).

DAFTAR PUSTAKA
Adam Kuper dan Jesica Kuper. 2000. Ensiklopedia Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta:
Rajawali press.
Arifuddin. Husny. 2012. Pengertian dan Definisi Hak Asasi Manusia (HAM).
http://husnyarifuddin .blogspot.com /2012/04/penertian-dan-definisi-hakasasi.html (diakses pada tanggal 7 November 2012).
Apollo. 2004. Undang-undang Dasar Republik Indonesia. Surabaya: Penerbit
Apollo.
Bahar, Saafroedin. 1997. Hak Asasi Manusia. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Dahlan, Abdul Aziz. 1996. Ensiklopedi Hukum Islam. Jakarta: Ichtiar Baru Van
Hoeve.
Levin, leah. 1987. Hak-Hak Asasi Manusia : Tanya-Jawab. Jakarta. PT Pradnya
paramita.
Naning, ramdlon. 1983. Cita dan Citra Hak-Hak Asasi Manusia di Indonesia.
Jakarta: Lembaga Kriminologi Universitas Indonesia.
Nastiti, Darah Aspsari. 2012. Pelaksanaan Penegakan HAM di Indonesia dalam
Perspektif Hukum Pidana.
http://darahapsarinastiti.blogspot.com/2011/12/pelak-sanaan-penegakanham-di-indonesia.html (diakses 7 November 2012).
Putra, Dalizar. 1995. Hak Asasi Manusia Menuru Al-Quran. Jakarta: PT. Al-Husna
Zikra.

21

Subekti, Raden. 1994. Perlindungan Hak Asasi Manusia dalam KUHAP. Jakarta:
PT. Pradnya Paramita.

22

Anda mungkin juga menyukai