Obat-obat yang mempengaruhi otot skeletal berfungsi sebagai 2 kelompok obat yang
sangat berbeda. Pertama, kelompok yang digunakan selama prosedur pembedahan dan unit
perawatan intensif untuk menghasilkan efek paralisis pada pasien yang membutuhkan bantuan
ventilator (pelumpuh otot) dan kelompok lain yang digunakan untuk mengurangi spastisitas pada
sejumlah
kelainan
neurologis
(spasmolitik).Obat-obat
pelumpuh
otot
bekerja
pada
transmisi neuromuscular end-plate dan menurunkan aktivitas sistem saraf pusat. Golongan ini
sering digunakan sebagai obat tambahan selama anestesi umum untuk memfasilitasi intubasi
trakea dan mengoptimalkan proses pembedahan dengan menimbulkan imobilitas dan pemberian
ventilasi yang adekuat. Obat-obat spasmolitik biasa disebut pelumpuh otot kerja pusat dan
digunakan terutama untuk menangani nyeri punggung kronis dan kondisi fibromialgia.
kontraksi. Asetilkolin dengan cepat dihidrolisis menjadi asetat dan kolin oleh enzim substrat
spesifik asetilkolinesterase. Enzim kolinesterase spesifik atau kolinesterase asli ditemukan
dalamend- plate membran sel motorik yang berdekatan dengan reseptor asetilkolin. Akhirnya,
terjadi penutupan ion channel menimbulkan repolarisasi. Ketika pembentukan potensial aksi
terhenti, channel natrium pada membran sel otot juga menutup. Kalsium kembali masuk ke
reticulum sarkoplasma dan sel otot akan berelaksasi.
dikatalisis
oleh
esterase
nonspesifik,bukan
oleh
asetilkolinesterase
atau
Dosis
Dosis 0,5 mg/kgBB diberikan melalui intravena dalam 30 60 detik untuk
intubasi. Relaksasi intraoperatif dicapai dengan dosis awal 0,25 mg/kgBB, kemudian dosis
inkremental 0,1 mg/kgBB setiap 10 20 menit. Infus 5 10 g/kg/menit dapat
menggantikan bolus intermiten secara efektif.
Kebutuhan dosis tidak bervariasi sesuai usia, namun atracurium dapat bekerja lebih
Bronkospasme
Atracurium harus dihindari pada pasien dengan asma karena bronkospasme berat
dapat terjadi bahkan pada pasien dengan riwayat asma.
Toksisitas Laudanosine
Laudanosine, amin tersier, adalah produk penghancuran atracurium melaluieliminasi
Hoffmann dan telah dihubungkan dengan eksitasi sistem saraf pusat,menyebabkan elevasi
konsentrasi alveolar minimum dan bahkan mencetuskan kejang.Semua hal di atas adalah irelevan
kecuali pasien mendapat dosis total yang sangattinggi atau mengalami kegagalan hati.
Laudanosine dimetabolisme oleh hati dandiekskresi dalam urin dan empedu.
Inkompatibilitas Kimia
Atracurium akan berubah menjadi asam bebas bila dimasukkan melalui saluran
intravena yang mengandung cairan alkali seperti tiopental.
Reaksi Alergi
Reaksi anafilaktoid terhadap atracurium telah dilaporkan meskipun jarang terjadi.Mekanisme
yang diduga berperan adalah imunogenisitas langsung dan aktivasi imunyang dimediasi acrylate.
Reaksi antibodi yang dimediasi IgE yang melawan senyawaamonium substitusi termasuk
pelumpuh otot juga telah dilaporkan. Reaksi terhadapacrylate, metabolit atracurium dan
komponen struktural dari beberapa membrandialisis juga dilaporkan terjadi pada pasien yang
menjalani hemodialisis.
2. Cisatracurium
Struktur Fisik
Cisatracurium adalah stereoisomer atracurium yang empat kali lebih poten.
Atracurium mengandung sekitar 15% cisatracurium.
Dosis
Dosis intubasi adalah 0,1 0,15 mg/kgBB dalam 2 menit dan menghasilkanblokade otot
dengan durasi kerja sedang. Rata kecepatan infus adalah antara 1,0 2,0g/kg/menit. Potensi
cisatracurium sama dengan vecuronium dan lebih potendibanding atracurium.
Cisatracurium harus disimpan dalam pendingin (28C) dan harus digunakan
dalam waktu 21 hari bila disimpan pada suhu ruangan.
3. Mivacurium
Struktur Fisik
Mivacurium adalah derivat benzylisoquinoline.
Dosis
Dosis
intubasi
mivacurium
adalah
0,15
0,2
mg/kg.
Infus
menetap
untuk
4. Doxacurium
Struktur Fisik
Doxacurium adalah senyawa benzylisoquinoline yang erat berhubungan dengan
mivacurium dan atracurium.
Dosis
Kondisi intubasi trakea yang adekuat dalam 5 menit membutuhkan dosisdoxacurium 0,05
mg/kg. Relaksasi intraoperatif dicapai dengan dosis inisial 0,02mg/kg diikuti dosis 0,005 mg/kg.
Doxacurium dapat diberikan dalam dosis yangdisesuaikan dengan usia pada pasien muda dan
orang tua, meskipun pada orang tuadapat dijumpai durasi kerja yang memanjang.
5. Pancuronium
Struktur Fisik
Pancuronium memiliki cincin steroid yang ditempati dua molekul asetilkolin yang
termodifikasi (pelumpuh otot biskuartener).
dimetabolisme
(deasetilisasi)
oleh
hati
dalam
batas
tertentu.
meskipun
sebagian
dari
obat
dibersihkan
oleh
empedu
(10%).
Eliminasipancuronium lambat dan efek blokade saraf-otot diperpanjang oleh gagal ginjal.Pasien
dengan sirosis butuh dosis inisial yang lebih besar karena ada peningkatanvolume distribusi tapi
membutuhkan dosis rumatan yang lebih rendah karenapenurunan klirens plasma.
Dosis
Dosis 0,08 0,12 mg/kg pancuronium memberikan relaksasi yang adekuat untukintubasi
dalam 2 3 menit. Relaksasi intraoperatif dicapai dengan memberikan 0,04mg/kg dosis inisial
diikuti dengan dosis 0,01 mg/kg setiap 20 40 menit.
Anak anak perlu dosis pancuronium yang lebih tinggi. Pancuronium tersediadalam larutan 1
atau 2 mg/mL dan disimpan pada suhu 28C tapi stabil sampai 6bulan pada suhu ruangan.
Aritmia
Peningkatan konduksi atrioventrikuler dan pelepasan katekolamin meningkatkandisritmia
ventrikuler pada individu yang rentan. Kombinasi pancuronium,antidepresan trisiklik, dan
halotan bersifat aritmogenik.
Reaksi Alergi
Pasien yang hipersensitif pada bromida mungkin mengalami reaksi alergi
pancuronium (pancuronium bromida).
6. Pipecuronium
Struktur Fisik
Pipecuronium memiliki struktur steroid yang sangat mirip dengan pancuronium.
Dosis
Pipecuronium sedikit lebih poten dibanding pancuronium dan dosis intubasi adalahantara
0,06 0,1 mg/kg. Dosis relaksasi rumatan dapat dikurangi sekitar 20% biladibandingkan dengan
pancuronium. Bayi butuh lebih sedikit pipecuronium pada dasardosis per kilogram dari pada
anak-anak atau dewasa. Profile farmakologipipecuronium tidak berubah secara relatif pada
pasien usia lanjut.
utama
sampingkardiovaskulernya
muskarinikjantung.
pipecuronium
yang
Seperti
kurang
relaksans
dibanding
karena
steroid
pancuronium
penurunan
yang
ikatan
lain,
adalah
pada
pipecuronium
efek
reseptor
tidak
7. Vecuronium
Struktur Fisik
Vecuronium adalah pancuronium yang kurang satu grup metil kuartener (pelumpuhotot
monokuartener). Sedikit perubahan struktur memberi efek sampingmenguntungkan tanpa
mempengaruhi potensi.
polineuropati. Faktor risikonya antaralain jenis kelamin wanita, gagal ginjal, terapi kortikosteroid
jangka panjang atau dosistinggi, dan sepsis. Oleh karena itu, pasien-pasien ini harus dimonitor
dengan ketat dandosis vecuronium harus dititrasi dengan hati-hati. Pemberian pelumpuh otot
jangkapanjang
dan
diikuti
dengan
pengurangan
ikatan
asetilkolin
pada
reseptor
nikotinikpostsinaptik yang lama, dapat menimbulkan keadaan yang mirip denervasi kronik
dandisfungsi reseptor dan paralisis. Efek saraf-otot vecuronium memanjang pada pasiendengan
AIDS. Toleransi terhadap obat pelumpuh otot nondepolarisasi juga dapatterjadi setelah
pemakaian lama.
Dosis
Vecuronium ekuipoten dengan pancuronium dan dosis intubasinya adalah 0,08 0,12 mg/kg.
Dosis inisial 0,04 mg/kg diikuti dengan dosis tambahan 0,01 mg/kg setiap15 20 menit
membantu relaksasi intraoperatif. Sebagai alternatif, infus 1 2g/g/menit menghasilkan
rumatan relaksasi yang baik.
Umur tidak mempengaruhi kebutuhan dosis inisial, meskipun dosis tambahanjarang
dibutuhkan pada neonatus dan bayi. Sensitivitas terhadap vecuronium padawanita 30% lebih
dibanding pria yang dibuktikan dengan tingkat blokade yang lebihbesar dan durasi kerja yang
lebih panjang (ditemukan juga pada pancuronium danrocuronium). Penyebab dari sensitivitas ini
mungkin berhubungan dengan perbedaanjumlah massa lemak dan otot, ikatan protein, volume
distribusi atau aktivitasmetabolic. Durasi kerja vecuronium juga dapat memanjang pada pasien
postpartumkarena perubahan dalam aliran darah atau uptake hati.
Vecuronium dikemas dalam bentuk bubuk 10 mg yang direkonstitusi dengan 5 atau
10 mL air bebas tanpa pengawet sesaat sebelum digunakan. Vecuronium dan thiopental
dapat membentuk presipitat yang dapat mengobstruksi aliran dalam kanul vena dan
dapat menyebabkan emboli paru.
Gagal Hati
Meskipun
bergantung
pada
ekskresi
bilier,
durasi
kerja
vecuronium
biasanya
tidakmemanjang dengan signifikan pada pasien dengan sirosis, kecuali diberikan dengandosis
yang lebih tinggi 0,15 mg/kg.
8. Rocuronium
Struktur Fisik
Rocuronium adalah steroid monokuartener analog vecuronium, namun dirancang
untuk memberikan onset kerja yang cepat.
Dosis
Rocuronium kurang potent dibanding pelumpuh otot steroid lain. Dosis untukintubasi 0,45
0,9 mg/kg i.v dan 0,15 mg/kg bolus untuk rumatan. Dosis yang lebihrendah dari 0,4 mg/kg dapat
memungkinkan pembalikan 25 menit setelah intubasi.Rocuronium intramuskuler (1 mg/kg untuk
bayi, 2 mg/kg untukanak-anak)menyebabkan paralisis pita suara dan diafragma untuk intubasi,
namun belum akanterjadi 3 6 menit kemudian (injeksi deltoideus onsetnya lebih cepat dari
padaquadricep) dan dapat dibalikkan setelah 1 jam.
Infus rocuronium membutuhkan dosis 5 12 g/kg/menit. Rocuronium durasikerjanya akan
memanjang pada pasien usia lanjut. Dosis inisial akan meningkat padapenyakit hati lanjut,
kemungkinan akibat volume distribusi yang lebih besar.
Pemilihan Obat
Pemilihan jenis pelumpuh otot yang digunakan dipengaruhi oleh onset kerja, durasikerja,
dan kemungkinan efek samping yang diinduksi oleh obat karena kerja obat padatempat lain
selain NMJ. Efek samping yang tidak diharapkan adalah respons kardiovaskulerkarena pelepasan
histamin yang dicetuskan oleh obat pelumpuh otot nondepolarisasibenzylisoquinolinium. Onset
yang cepat dan durasi yang singkat seperti yang ditimbulkanoleh suksinilkolin dan pada cakupan
yang lebih sedikit (mivacurium) bermanfaat saatintubasi trakea merupakan alasan pemberian
obat pelumpuh otot.Rocuronium adalahsatu-satunya obat pelumpuh otot nondepolarisasi yang
onset kerjanya singkat menyerupai
suksinilkolin, tapi dengan durasi kerja yang lebih panjang. Jika diperlukan blokade saraf-otot
yang dipertahankan dalam periode tertentu maka obat pelumpuh otot nondepolarisasiadalah obat
pilihan untuk dosis intermiten atau sebagai infus kontinu. Saat tidakdiperlukan onset cepat
blokade saraf-otot, relaksasi otot untuk fasilitasi intubasi trakeadapat dipilih obat pelumpuh otot
nondepolarisasi. Beberapa obat pelumpuh ototnondepolarisasi dapat menimbulkan penurunan
tekanan darah sistemik yang signifikanakibat pelepasan histamin (atracurium atau mivacurium)
atau dapat meningkatkan denyutjantung (pancuronium). Efek sirkulasi yang dicetus oleh obat ini
biasa dihindari bilaterdapat keadaan seperti hipovolemia, penyakit arteri koroner, atau penyakit
katup jantung.Sebaliknya, bradikardi yang dicetuskan oleh anestetik opioid yang ditutupi sampai
batastertentu oleh efek peningkatan denyut jantung oleh pancuronium dan tidak dapat
ditutupioleh obat pelumpuh otot nodepolarisasi yang tidak memiliki efek sirkulasi
(vecuronium,rocuronium, cisatracurium, doxacurium, pipecuronium)
DAFTAR PUSTAKA
1. Morgan GE, Mikhail MS, Murray MJ, eds. Neuromuscular blocking agents. In:
Clinical Anesthesiology. 4th ed. McGraw Hills Company. 2006.
2. White PF, Katzung BG. Skeletal muscle relaxants. In: Basic and clinical
pharmacology. 10th ed. McGraw Hills Company. 2007.
3.
Francois
D,
Bevan
DR.
Pharmacology
of
muscle
relaxants
and
their
antagonists. In: Barash PG, Cullen BF, Stoelting RK, eds. Clinical anesthesia. 6th
ed. Lippincott Williams & Wilkins. 2006.
4.
Stoelting
physiology
RK.
in
Neuromuscular
anaesthetic
practice.
blocking
4th ed.
drugs.
Philadephia:
In:
Pharmacology
Lippincott
Williams
and
&
Wilkins. 2006.
5.
Taylor
P.
Agents
acting
at
the
neuromuscular
junction
and
autonomic
ganglia. In:Brunton LL, ed. Goodman & Gilmans the pharmacological basis of
therapeutics. 11th ed. New York: McGraw Hills Company. 2006.