Anda di halaman 1dari 6

TUGAS SOFTSKILL ETIKA BISNIS

Kasus Atau Permasalahan Dalam Etika Bisnis

Disusun oleh :

Nama

: Leonard Natael

Kelas

: 4 ea 27

Npm

: 14211082

FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN


UNIVERSITAS GUNADARMA
2014

Contoh Kasus Pelanggaran Etika Bisnis


Bab 1 Pendahuluan
1. Latar Belakang
Masalah etika bisnis atau etika usaha akhir-akhir ini semakin banyak dibicarakan bukan
hanya di tanah air kita, tetapi juga di negara-negara lain termasuk di negara-negara maju.
Perhatian mengenai masalah ini tidak terlepas dari semakin berkembangnya dunia usaha kita
sebagai hasil pembangunan selama ini. Peran dunia usaha dalam perekonomian begitu cepat.
Kegiatan bisnis yang makin merebak baik di dalam maupun di luar negeri, telah
menimbulkan tantangan baru, yaitu adanya tuntutan praktek bisnis yang baik, yang etis, yang
juga menjadi tuntutan kehidupan bisnis di banyak negara di dunia. Transparansi yang dituntut
oleh ekonomi global menuntut pula praktik bisnis yang etis. Dalam ekonomi pasar global,
kita hanya bisa survive kalau mampu bersaing. Untuk bersaing harus ada daya saing, yang
dihasilkan oleh produktivitas dan efisiensi. Untuk itu pula, diperlukan etika dalam berusaha,
karena praktik berusaha yang tidak etis, dapat mengakibatkan rante ekonomi, mengurangi
produktivitas dan mengekang efisiensi. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
cepat, juga berpengaruh pada masalah etika bisnis. Benteng moral dan etika harus ditegakkan
guna mengendalikan kemajuan
Pada saat sekarang ini perlu adanya pengaturan tentang perilaku bisnis terutama menjelang
mekanisme pasar bebas. Dalam mekanisme ini pelaku bisnis diberikan kebebasan yang besar
untuk melakukan kegiatan dan mengembangkan usahanya dalam pembangunan ekonomi,
tidak hanya di dalam negerinya saja tetapi dapat mengembangkan usahanya pada taraf
internasional / taraf dunia. Namun dalam kegiatannya memasarakan produknya, perusahaan
diarahkan untuk mencapai tujuan dengan mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya tetapi
tetap dalam prinsip-prinsip etika bisnis. Dalam hal tersebut tetap saja ada perusahaan yang
tidak mematuhi aturan tersebut, dan menghalalkan berbagai cara tanpa peduli apakah
tindakannya melanggar etika dalam berbisnis atau tidak.
Bab II Landasan Teori
2.1 Pengertian Etika Bisnis
Etika bisnis merupakan studi yang dikhususkan mengenai moral yang benar dan salah. Studi
ini berkonsentrasi pada standar moral sebagaimana diterapkan dalam kebijakan, institusi, dan
perilaku bisnis (Velasquez, 2005).
Dalam menciptakan etika bisnis, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain adalah:
Pengendalian diri
Pengembangan tanggung jawab social (social responsibility)
Mempertahankan jati diri dan tidak mudah untuk terombang-ambing oleh pesatnya
perkembangan informasi dan teknologi

Menciptakan persaingan yang sehat


Menerapkan konsep pembangunan berkelanjutan
Menghindari sifat 5K (Katabelece, Kongkalikong, Koneksi, Kolusi, dan Komisi)
Mampu menyatakan yang benar itu benar
Menumbuhkan sikap saling percaya antara golongan pengusaha kuat dan golongan
pengusaha ke bawah
Konsekuen dan konsisten dengan aturan main yang telah disepakati bersama
Menumbuhkembangkan kesadaran dan rasa memiliki terhadap apa yang telah disepakati
Perlu adanya sebagian etika bisnis yang dituangkan dalam suatu hokum positif yang berupa
peraturan perundang-undangan.

Ada 3 jenis masalah yang dihadapi dalam Etika yaitu


1. Sistematik
Masalah-masalah sistematik dalam etika bisnis pertanyaan-pertanyaan etis yang muncul
mengenai sistem ekonomi, politik, hukum, dan sistem sosial lainnya dimana bisnis
beroperasi.
2. Korporasi
Permasalahan korporasi dalam perusahaan bisnis adalah pertanyaan-pertanyaan yang dalam
perusahaan-perusahaan tertentu. Permasalahan ini mencakup pertanyaan tentang moralitas
aktivitas, kebijakan, praktik dan struktur organisasional perusahaan individual sebagai
keseluruhan.
3. Individu
Permasalahan individual dalam etika bisnis adalah pertanyaan yang muncul seputar individu
tertentu dalam perusahaan. Masalah ini termasuk pertanyaan tentang moralitas keputusan,
tindakan dan karakter individual.
Secara umum, prinsip-prinsip yang berlaku dalam bisnis yang baik sesungguhnya tidak bisa
dilepaskan dari kehidupan kita sebagai manusia, dan prinsip-prinsip ini sangat erat terkait
dengan sistem nilai yang dianut oleh masing-masing masyarakat.

Sonny Keraf (1998) menjelaskan, bahwa prinsip etika bisnis sebagai berikut;
1. Prinsip otonomi; adalah sikap dan kemampuan manusia untuk mengambil keputusan dan
bertindak berdasarkan kesadarannya tentang apa yang dianggapnya baik untuk dilakukan.
2. Prinsip kejujuran. Terdapat tiga lingkup kegiatan bisnis yang bisa ditunjukkan secara jelas
bahwa bisnis tidak akan bisa bertahan lama dan berhasil kalau tidak didasarkan atas
kejujuran. Pertama, jujur dalam pemenuhan syarat-syarat perjanjian dan kontrak. Kedua,
kejujuran dalam penawaran barang atau jasa dengan mutu dan harga yang sebanding. Ketiga,
jujur dalam hubungan kerja intern dalam suatu perusahaan.
3. Prinsip keadilan; menuntut agar setiap orang diperlakukan secara sama sesuai dengan
aturan yang adil dan sesuai kriteria yang rasional obyektif, serta dapat dipertanggung
jawabkan.
4. Prinsip saling menguntungkan (mutual benefit principle) ; menuntut agar bisnis dijalankan
sedemikian rupa sehingga menguntungkan semua pihak.
5. Prinsip integritas moral; terutama dihayati sebagai tuntutan internal dalam diri pelaku
bisnis atau perusahaan, agar perlu menjalankan bisnis dengan tetap menjaga nama baik
pimpinan/orang2nya maupun perusahaannya.
2.2 Etika pada Organisasi Perusahaan
Dapatkan pengertian moral seperti tanggung jawab, perbuatan yang salah dan kewajiban
diterapkan terhadap kelompok seperti perusahaan, ataukah pada orang (individu) sebagai
perilaku moral yang nyata? Ada dua pandangan yang muncul atas masalah ini .
Ekstrem pertama, adalah pandangan yang berpendapat bahwa, karena aturan yang mengikat,
organisasi memperbolehkan kita untuk mengatakan bahwa perusahaan bertindak seperti
individu dan memiliki tujuan yang disengaja atas apa yang mereka lakukan, kita dapat
mengatakan mereka bertanggung jawab secara moral untuk tindakan mereka dan bahwa
tindakan mereka adalah bermoral atau tidak bermoral dalam pengertian yang sama yang
dilakukan manusia.
Ekstrem kedua, adalah pandangan filsuf yang berpendirian bahwa tidak masuk akal berpikir
bahwa organisasi bisnis secara moral bertanggung jawab karena ia gagal mengikuti standar
moral atau mengatakan bahwa organisasi memiliki kewajiban moral. Organisasi bisnis sama
seperti mesin yang anggotanya harus secara membabi buta mentaati peraturan formal yang
tidak ada kaitannya dengan moralitas. Akibatnya, lebih tidak masuk akal untuk menganggap
organisasi bertanggung jawab secara moral karena ia gagal mengikuti standar moral daripada
mengkritik organisasi seperti mesin yang gagal bertindak secara moral.

Bab III Pembahasan

3.1 Contoh Kasus Pelanggaran Dalam Etika Bisnis


Akhir-akhir ini makin banyak dibicarakan perlunya pengaturan tentang perilaku bisnis
terutama menjelang mekanisme pasar bebas. Dalam mekanisme pasar bebas diberi kebebasan
luas kepada pelaku bisnis untuk melakukan kegiatan dan mengembangkan diri dalam
pembangunan ekonomi. Disini pula pelaku bisnis dibiarkan bersaing untuk berkembang
mengikuti mekanisme pasar. Dalam persaingan antar perusahaan terutama perusahaan besar
dalam memperoleh keuntungan sering kali terjadi pelanggaran etika berbisnis, bahkan
melanggar peraturan yang berlaku. Apalagi persaingan yang akan dibahas adalah persaingan
produk impor dari Indonesia yang ada di Taiwan. Karena harga yang lebih murah serta
kualitas yang tidak kalah dari produk-produk lainnya.
Kasus Indomie yang mendapat larangan untuk beredar di Taiwan karena disebut mengandung
bahan pengawet yang berbahaya bagi manusia dan ditarik dari peredaran. Zat yang
terkandung dalam Indomie adalah methyl parahydroxybenzoate dan benzoic acid (asam
benzoat). Kedua zat tersebut biasanya hanya boleh digunakan untuk membuat kosmetik, dan
pada Jumat (08/10/2010) pihak Taiwan telah memutuskan untuk menarik semua jenis produk
Indomie dari peredaran. Di Hongkong, dua supermarket terkenal juga untuk sementara waktu
tidak memasarkan produk dari Indomie.
Kasus Indomie kini mendapat perhatian Anggota DPR dan Komisi IX akan segera
memanggil Kepala BPOM Kustantinah. Kita akan mengundang BPOM untuk menjelaskan
masalah terkait produk Indomie itu, secepatnya kalau bisa hari Kamis ini, kata Ketua
Komisi IX DPR, Ribka Tjiptaning, di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Selasa (12/10/2010).
Komisi IX DPR akan meminta keterangan tentang kasus Indomie ini bisa terjadai, apalagi
pihak negara luar yang mengetahui terlebih dahulu akan adanya zat berbahaya yang
terkandung di dalam produk Indomie.
3.2 Analisis Kasus
Pada kasus ini diketahui bahwa indomie dalam bahan bakunya menggunakan pengawet
methyl parahydroxybenzoate dan benzoic acid (asam benzoat). Kedua bahan pengawet itu
membuat produk menjadi tidak cepat busuk dan tahan lama. Zat berbahaya ini umumnya
dikenal dengan nama nipagin. Dalam pemakaian untuk produk kosmetik pemakaian nipagin
dibatasi maksimal 0,15%. Ketua BPOM Kustantinah membenarkan bahwa benar Indomie
mengandung nipagin, yang juga berada di dalam kecap dalam kemasan mie instan tersebut
tetapi dalam batas aman dan wajar untuk dikonsumsi. Tetapi bila kadar nipagin melebihi
batas ketetapan aman untuk konsumsi akan berbahaya bagi tubuh yang bisa mengakibatkan
muntah-muntah dan sangat berisiko terkena penyakit kanker.
Indonesia yang merupakan anggota Codex Alimentarius Commision, produk Indomie sudah
mengacu kepada persyaratan internasional tentang regulasi mutu, gizi dan keamanan produk
pangan, sedangkan Taiwan bukan merupakan anggota Codex. Produk Indomie yang
dipasarkan di Taiwan seharusnya untuk dikonsumsi di Indonesia dan karena standar diantara
kedua Negara berbeda maka timbullah masalah ini.

Bab IV Kesimpulan Dan Saran


4.1 Kesimpulan
Dalam berbisnis setiap perusahaan mempunyai target yang harus terpenuhi dan mempunyai
tujuan untuk memperluas target pasarnya tidak hanya dalam taraf nasional tetapi
internasional. Namun dalam perjalanannya banyak hal yang harus diperhatikan salah satunya
adalah etika dalam berbisnis. Pada produk Indomie ini bukan hanya keuntungan yang
maksimal dan memperluas target pasar tetapi kepuasan konsumen dan transparasi bahan baku
yang digunakan juga harus diperhatikan sehingga dapat membentuk perusahaan yang kokoh
dan memiliki daya saing yang tinggi dan patut diperhitungkan.
4.2 Saran
Dalam hal ini saran lebih diutamakan kepada produsen Indomie dalam hal memasarkan
produknya harus lebih teliti dalam standart-standart bahan baku yang digunakan pada Negara
tersebut, sehingga tidak terjadi kesalahpahaman yang menyebabkan nama produknya menjadi
rusak dan membuat buruk bukan hanya produknya tetapi perusahaan dan citranya di
masyarakat.

Sumber Referensi

http://reza-ajie.mhs.narotama.ac.id/2012/10/08/tugas-etika-bisnis-makalah-pelanggaran-etikabisnis/
http://n2cs.wordpress.com/2012/11/03/etika-bisnis/
http://handy10208564.blogspot.com/2012/12/etika-bisnis-dan-korupsi.html
http://okaardhi.wordpress.com/category/etika-bisnis/
http://citraanggreini.blogspot.com/2011/11/etika-bisnis.html
http://hizkiayufioctaviani.blogspot.com/2013/10/contoh-kasus-pelanggaran-etikabisnis_15.html

Anda mungkin juga menyukai