Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Tinjauan Teoritis
1.
dalam Maruf (2006) adalah hubungan atau kontak antara principal dan
agent. Principal mempekerjakan agent untuk melakukan tugas untuk
kepentingan principal, termasuk pendelegasian otorisasi pengambilan
keputusan dari principal kepada agent. Pada perusahaan yang modalnya
terdiri atas saham, pemegang saham bertindak sebagai principal, dan CEO
(Chief Executive Officer ) sebagai agent mereka.
Perspektif hubungan keagenan merupakan dasar yang digunakan
untuk memahami hubungan antara manajer dan pemegang saham. Jensen
dan Meckling (1976) menyatakan bahwa hubungan keagenan adalah sebuah
kontrak antara manajer (agent) dengan pemegang saham (principal).
Hubugan kegenan tersebut terkadang menimbulkan masalah antara manajer
dan pemegang saham. Konflik yang terjadi karena manusia adalah makhluk
ekonomi yang mempunyai sifat dasar mementingkan kepentingan diri
sendiri. Pemegang saham dan manajer memiliki tujuan yang berbeda dan
masingmasing menginginkan tujuan mereka terpenuhi. Akibat yang terjadi
adalah munculnya konflik kepentingan. Pemegang saham menginginkan
pengembalian yang lebih besar dan secepatcepatnya atas investasi yang
yaitu laporan yang menunjukan arus dana (arus kas) dan perubahan
dalamposisi keuangan selama tahun buku.
Menurut Zaki Baridwan bahwa laporan keuangan akan bermanfaat
bila memenuhi ketujuh kualitas sebagai berikut :
1) Relevan.
Relevansi suatu informasi harus dihubungkan dengan maksud
penggunaanya. Bila informasi tidak relevan untuk keperluan para
pengambil keputusan, informasi demikian tidak akan ada gunanya,
betapapun kualitas lainnya terpenuhi. Sehubungan dengan tujuan
relevansi
seyogyanya
dipilih
metode-metode
pengukuran
dan
penggunaan
data
akuntansi
keuangan.
Dalam
3.
Konsep Laba
Konsep Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan, (IAI,
1. Pendapatan
Pendapatan adalah aliran masuk atau kenaikan aktiva suatu entitas (
atau kombinasi keduanya) selama satu periode, yang berasal dari
pengiriman atau produksi barang, penyerahan jasa, atau pelaksanaan
kegiatan lainnya yang merupakan kegiatan utama perusahaan secara
terus menerus.
2. Expense
Biaya adalah aliran keluar atau pemakaian aktiva suatu entitas, atau
penambahan hutang suatu entitas (atau kombinasi keduanya) selama
satu periode, yang berasal dari pengiriman atau produksi barang,
penyerahan jasa, atau pelaksanaan kegiatan lainnya yang merupakan
kegiatan perusahaan secara terus-menerus.
3. Keuntungan (Gain)
Keuntungan adalah kenaikan ekuitas (aktiva neto) dari transaksi
insidentil suatu entitas dan berasal dari semua transaksi, peristiwa, dan
kondisi lainnya yang mempengaruhi entitas dalam suatu periode di luar
transaksi yang berasal ari pendapatan dan investasi oleh pemilik.
4. Kerugian (Losses)
Kerugian adalah penurunan ekuitas (aktiva neto) dari transaksi
insidentil suatu entitas dan berasal dari semua transaksi, peristiwa, dan
kondisi lainnya yang mempengaruhi entitas dalam satu periode di luar
transaksi yang berasal dari biaya dan distribusi pada pemilik.
4.
Manajemen Laba
Manajemen laba yaitu suatu kemampuan untuk memanipulasi pilihan
pilihan yang tersedia dan mengambil pilihan yang tepat untuk dapat
mencapai tingkat laba yang diinginkan (Belkaoui, 2004). Scott (2006)
mendefinisikan manajemen laba sebagai pilihan kebijakan akuntansi yang
dilakukan manajer untuk tujuan spesifik. Dari definisi tersebut, dapat
disimpulkan bahwa manajer mempunyaiperilaku opportunistic dalam
mengelola perusahaan. Manajer mempunyai kebebasan untuk memilih dan
menggunakan alternatifalternatif yang tersedia utuk menyusun laporan
keuangan sehingga laba yang dihasilkan dapat sesuai dengan yang
diinginkan walaupun laba yang dihasilkan tersebut tidak mencerminkan
keadaan perusahaan yang sebenarnya. Scott (2006) membagi pola
manajemen laba menjadi 4:
1. Taking a bath
Pola ini terjadi saat reorganisasi termasuk pengangkatan CEO baru
dengan melaporkan kerugian dalam jumlah besar. Tindakan ini
diharapkan dapat meningkatkan laba di masa datang.
2. Income minimization
Pola ini mirip dengan pola taking a bath namun lebih sedikit ekstrim.
Pola ini biasanya dilakukan saat perusahaan mendapatkan profitabilitas
yang tinggi sehingga jika profitabilitas pada periode yang akan datang
diperkirakan akan mengalami penurunan yan cukup drastis, maka
5.
Corporate Governance
Pengertian corporate governance menurut FCGI yaitu seperangkat
hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain suatu sistem yang
mengatur dan mengendalikan perusahaan. Corporate governance bertujuan
untuk menciptakan nilai tambah bagi pihak-pihak pemegang kepentingan
(Almilia dan Sifa, 2006). Menurut Linan (2000) dalam Hastuti (2005)
terdapat empat prinsip dasar pengelolaan perusahaan yang baik. Keempat
prinsip tersebut adalah :
1.
2.
b.
b.
Informasi
harus
disiapkan,
diaudit,
diungkapkan
dengan
pembukuan berkualitas.
c.
3.
Dapat
dipertanggungjawabkan
(accountability)
yang
meliputi
meliputi:
a.
4.
b.
c.
Menjamin
dihormatinya
segala
hak
pihak-pihak
yang
berkepentingan.
b.
c.
d.
Jika
diperlukan,
para
pihak
yang
berkepentingan
harus
bahwa
peranan
dewan
komisaris
diharapkan
dapat
termasuk
penyalahgunaan
aset
perusahaan
dan
6. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh
terhadap manajemen laba perusahaan. Perusahaan besar cenderung
bertindak hati hati dalam melakukan pengelolaan perusahaan dan
cenderung melakukan pengelolaan laba secara efisien. Perusahaan yang
besar lebih diperhatikan oleh masyarakat sehingga mereka akan lebih
berhati-hati dalam melakukan pelaporan keuangan, sehingga berdampak
perusahaan tersebut melaporkan kondisinya lebih akurat (Nuryaman,
2008).
7. Struktur Kepemilikan
Struktur kepemilikan merupakan jenis institusi atau perusahaan
yang memegang saham terbesar dalam suatu perusahaan (Wahyudi dan
Pawestri, 2006) dalam Isnanta (2008). Struktur kepemilikan dapat berupa
investor individual, pemerintah, dan institusi swasta. Struktur kepemilikan
dipercaya memiliki kemampuan untuk mempengaruhi jalannya perusahaan
yang nantinya dapat mempengaruhi kinerja perusahaan. Agency problem
dapat dikurangi dengan adanya struktur kepemilikan. Struktur kepemilikan
merupakan suatu mekanisme untuk mengurangi konflik antara manajemen
dan pemegang saham (Faisal, 2004). Jensen dan Meckling (1976) dalam
Faisal (2004) menyatakan bahwa kepemilikan manajerial dan kepemilikan
institusional adalah mekanisme pengawasan kepemilikan yang dapat
mengendalikan masalah keagenan.
Struktur kepemilikan dalam suatu perusahaan dapat dikelompokkan
dalam beberapa kategori. Struktur kepemilikan dapat dikelompokkan
dalam kepemilikikan terkonsentrasi dan menyebar. Selain itu juga dapat
dikelompokkan secara lebih spesifik lagi dalam kategori struktur
kepemilikan yang meliputi kepemilikan oleh institusi domestik, institusi
asing, pemerintah, karyawan, dan individual domestik (Xu, 1997) dalam
Isnanta (2008). Namun, dalam penelitian ini hanya mencakup 3 kategori
yaitu :
1.
Kepemilikan institusional
Kepemilikan
institusional
memiliki
kemampuan
untuk
(agency
approach)
dan
pendekatan
ketidakseimbangan
bisa
mengurangi perilaku
kepemilikan
institusional,
ukuran
perusahaan dan
risiko
Nama
Peneliti
Faisal
(2004)
Variabel
Penelitian
Kepemilikan
manajerial,
kepemilikan
institusional
Ukuran dewan
direksi, Agecy
cost, ukuran
perusahaan,
leverage, dividen,
risk
Metode
Analisis
Regresi
Berganda
Nasution
dan
Setyawan
(2007)
Hasil
Variabel kepemilikan
manajerial, kepemilikan
institusional, ukuran
perusahaan dan risiko
berpengaruh negatif
terhadap biaya keagenan,
ukuran dewan direksi dan
dividen berpengaruh positif
terhadap biaya keagenan.
Leverage tidak berpengaruh
terhadap biaya keagenan
Komposisi dewan komisaris,
dan komite audit
berpengaruh negatif
terhadap manajemen laba,
ukuran dewan komisaris
berpengaruh positif terhadap
manajemen laba, dan ukuran
perusahaan tidak
berpengaruh terhadap
manajemen laba.
Ujiyantho
dan
Pramuka
(2007)
Kepemilikan
Institusional,
kepemilikan
manajerial,
proporsi dewan
komisaris
independen,
Ukuran dewan
komisaris,
manajemen laba,
kinerja keuangan
Regresi
Berganda
Nuryaman
(2008)
Konsentrasi
kepemilikan,
Ukuran
perusahaan,
Komposisi dewan
komisaris,
spesialisasi KAP,
manajemen laba
Regresi
Berganda
Kepemilikan institusional
dan ukuran dewan komisaris
tidak berpengaruh terhadap
manajemen laba,
kepemilikan manajerial
berpengaruh negatif
terhadap manajemen laba,
Sedangkan proporsi dewan
komisaris independen
berpengaruh positif terhadap
manajemen laba.
Manajemen laba tidak
berpengaruh terhadap
kinerja keuangan
Konsentrasi kepemilikan,
dan Ukuran perusahaan
berpengaruh positif terhadap
manajemen laba. Sedangkan
komposisi dewan komisaris
dan spesialisasi industri
KAP tidak berpengaruh
terhadap manajemen laba.
Corporate Governance
Ukuran Dewan
Komisaris (X1)
Komposisi
Dewan
Komisaris (X2)
MANAJEMEN
LABA
(Y)
Ukuran Perusahaan
(X3)
Struktur Kepemilikan
Kepemilikan
Institusional
(X4)
Kepemilikan
Manajerial (X5)
Kepemilikan
konsentrasi (X6)
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
Ukuran dewan komisaris berarti jumlah dewan komisaris yang ada
dalam suatu perusahaan. Jumlah dewan komisaris yang terlalu besar akan
mengurangi efektivitas pengawasan terhadap kinerja manajemen. Komite
Nasional
Kebijakan
Governance
(2004)
dalam
Isnanta
(2008)
mengemukakan:
2. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
H1 :
H2 :
Komposisi
dewan
komisaris
independen
berpengaruh
Ukuran
perusahaan
berpengaruh
signifikan
terhadap
manajemen laba.
H4 :
H5 :
H6 :
H7 :
manajerial,