MODUL
2. TUJUAN PEMBELAJARAN
3. KEGIATAN BELAJAR
1. PENDAHULUAN
Dalam mengendalikan munculnya ledakan penyakit pada pertanaman kita
maka selain diperlukan teknik pengendaliannya juga harus dipertimbangkan
bagaimana strateginya agar hal tersebut tidak terjadi. Dalam epidemiologi
selain dipelajari mengenai keterkaitan hubungan sebab-akibat munculnya
penyakit
di
alam
juga
dapat
dengan
mudah
dipelajari
strategi
laju
infeksi
r,
telah
dapat
diperhitungkan
sebagaimana
10
4. BUKU ACUAN
Brawijaya University
2. TUJUAN PEMBELAJARAN
2013
Mengenalkan cara mengatur strategi pengendalian serta taktiknya yang diperlakukan pada pola
pertumbuhan epidemi penyakit itu sendiri. Dengan cara ini mahasiswa akan mempunyai kemampuan
konsepsional dalam pengelolaan penyakit tanaman di lahan pertanian dan sangat membantu secara
nyata bagi penekanan kerusakan budidaya pertanaman.
3. KEGIATAN BELAJAR
Strategi Pengelolaan Penyakit Tanaman
Sejak awal kegiatan pertanian, petani telah terlibat dalam praktek untuk memerangi berbagai
penyakit yang diderita oleh tanaman yang di budidayakan . Berdasarkan penemuan
penyebab penyakit di awal abad ke sembilan belas, pemahaman para ahli
mengenai
semakin berkembang
mengenai interaksi antara patogen dan inangnya dan dapat mengembangkan cara-cara pengendalian
penyakit tanaman tertentu..
Berdasarkan
pengetahuan
pengendalian
pada
penyakit
tertentu
ini,
para
ahli
dapat
mengembangkan beberapa prinsip umum pengendalian penyakit tanaman yang dapat membantu
dalam mengatasi pengelolaan
berbagai jenis lingkungan.
Whetzel di tahun 1929, dan dimodifikasi oleh berbagai penulis selama bertahun-tahun, telah banyak
diadopsi dan diajarkan terhadap beberapa generasi ahli penyakit tanaman di seluruh dunia. Prinsip
tersebut dikenal sebagai Prinsip pengendalian secara tradisional, yang secara garis besar telah
dirumuskan oleh komite National Academy of Sciences AS, di tahun 1968.
Prinsip Pengendalian Penyakit Tanaman secara Tradisional
1. Avoidance/Penghindaran mencegah penyakit dengan memilih
tahun atau memilih lokasi dimana tidak ada inokulum atau dimana lingkungan tidak mendukung
untuk terjadinya infeksi.
2. Exclusion/Pengecualian mencegah introduksi inokulum.
3. Eradikasi memusnahkan, menghancurkan atau menginaktivasikan inokulum.
4. Perlindungan mencegah infeksi dengan cara menggunakan senyawa kimia atau penghalang
lain terhadap infeksi.
5. Resistensi menggunakan kultivar yang resisten atau toleran terhadap infeksi.
6. Terapi menyembuhkan tanaman yang sudah terinfeksi.
Walaupun prinsip-prinsip tersebut cukup valid pada saat ini sebagaimana sejak dicetuskan tahun
1929, dalam konteks konsep modern pengelolaan penyakit tanaman, prinsip tersebut memiliki
beberapa kekurangan. Pertama,
Brawijaya University
2013
sebuah tujuan untuk membuat penyakit mencapai titik nol. Pengendalian penyakit tanaman dalam
pengertian ini tidak praktis dan dalam kebanyakan kasus mustahil untuk dilakukan. Memang, kita tidak
perlu memusnahkan suatu penyakit; kita hanya perlu mengurangi laju perkembangannya dan menjaga
perkembangan penyakit tetap dibawah ambang yang dapat diterima. Kita perlu berpikir dalam
pengertian pengelolaan penyakit tanaman dan bukannya pengendalian penyakit tanaman.
Kekurangan kedua adalah bahwa prinsip-prinsip pengendalian tradisional pada penyakit tanaman
ini tidak mempertimbangkan dinamika penyakit tanaman, yaitu, perubahan dalam kejadian dan
keparahan penyakit dalam ruang dan waktu. Terlebih lagi, mengingat penyakit yang berbeda memiliki
perbedaan dinamika, pengendalian secara tradisional tidak mengindikasikan efektivitas relatif dari
berbagai taktik terhadap penendalian suatu penyakit tertentu. Prinsip-prinsip tradisional ini juga gagal
menunjukkan bagaimana cara pengendalian penyakit yang berbeda berinteraksi terhadap dinamika
penyakit. Kita membutuhkan beberapa cara untuk menilai efek berbagai cara pengendalian, baik
secara tunggal maupun kombinasi terhadap perkembangan penyakit.
Terakhir,
prinsip-prinsip
pengendalian
tradisional
penyakit
tanaman
cenderung
untuk
menekankan taktik tanpa mengkaitkannya ke dalam strategi pengendalian secara terpadu. Apakah ini
berarti bahwa kita harus meninggalkan prinsip-prinsip tradisional? Tentu saja tidak! Kita mungkin
harus
menempatkannya
ke
dalam
strategi
yang
sesuai
berdasarkan
pada
prinsip-prinsip
epidemiologis.
Strategi versus Taktik
Beberapa ahli pengelolaan hama penyakit sering kali brselisih pendapat tentang definisi strategi
dan taktik pengendalian penyakit tanaman. Permasalahan yang ada biasanya lebih bersifat semantik
daripada ketidaksepakatan yang didasarkan atas cara untuk mengendalikan penyakit. strategi adalah
rencana secara keseluruhan untuk mencapai
spesifik untuk mengimplementasikan tujuan strategi tertentu. Sama seperti tujuan dan obyektif yang
hendak mereka capai, strategi dan taktik cenderung untuk muncul dalam hierarki. (Misalnya) Apa yang
merupakan strategi di satu tingkatan fokus tertentu bisa disebut sebuah taktik di tingkatan fokus
yang lain.
Poin penting untuk diingat adalah bahwa berbagai pelaksanaan aktivitas manusia yang tidak
terhitung banyaknya, baik itu operasional militer, kampanye politik, permainan football ataupun jenis
upaya lain yang terorganisir, telah mengalami kegagalan, meski memiliki taktik yang tanpa cacat,
karena kurang menggunakan strategi yang tepat. Upaya apapun yang membutuhkan serangkaian
tugas terkoneksi dalam penyelesaiannya juga membutuhkan semacam rencana keseluruhan (overall
plan). Tiap tugas individu, tanpa melihat betapa hal tersebut dilaksanakan dengan ahli atau
seberapapun suksesnya hasil yang diperoleh, tidak akan memberikan kemajuan terhadap tujuan akhir
kecuali tugas tersebut memiliki hubungan yang koheren dengan semua tugas-tugas lain yang
dibutuhkan.
Page 3 of 7
Brawijaya University
2013
Epidemi penyakit tanaman dapat diklasifikasikan ke dalam dua tipe dasar, monosiklik dan
polisiklik, tergantung pada jumlah siklus infeksi per siklus panen. Tahapan awal dari epidemi
monosiklik dapat digambarkan dengan jelas oleh model linier, sedangkan tahap awal dari
epidemi
polisiklik dapat digambarkan dengan model eksponensial. Karena kita bertujuan untuk menjaga
tingkatan penyakit dibawah 100%, maka tidak diperlukan untuk menyesuaikan model agar mendekati
batas atas (upper limit), dan kita dapat menggunakan model linier dan eksponensial sederhana untuk
merancang strategi.
Model Monosiklik
123
x=QRt
Model Polisiklik
1
23
x = x0 e
Berdasarkan rumus kedua model tersebut diatas,
rt
Brawijaya University
Model Polisiklik
2013
Jika r sangat tinggi, pengaruh yang tampak dari pengurangan x0 adalah menunda epidemi.
Jika r sangat tinggi, x0 harus dikurangi sampai tingkatan yang sangat rendah agar berpengaruh
nyata terhadap epidemi.
Pengurangan terhadap r memiliki pengaruh yang relatif lebih besar terhadap epidemi daripada
pengurangan x0.
Pengurangan terhadap x0 merupakan strategi yang baik hanya jika r bernilai rendah atau jika r
juga dikurangi.
Lebih mudah untuk memahami (dan mengingat) konsep-konsep ini jika kita memilih nilai yang berbeda
untuk x0 dan r, memasukkannya ke dalam model dan menggambar grafiknya. Hal ini dapat dilakukan
dengan
mudah
menggunakan
kalkulator
yang
memiliki
fungsi
eksponensial,
atau
dengan
menggunakan simulasi.
Strategi pengendalian penyakit tanaman yang baik membutuhkan
tentang biologi patogen dan inang untuk dapat memilih model epidemiologis yang tepat. Hal ini juga
membutuhkan alat bantu untuk menguji parameter dari model dan pengaruh setiap taktik
pengendalian
tertentu terhadap inokulum awal atau laju infeksi yang tampak. Kegagalan dalam
mengadopsi pendekatan kuantitatif semacam ini dapat mengarah pada kesalahan yang memalukan
atau bahkan memakan biaya yang tidak sedikit.
Revisi pada Prinsip Pengendalian Secara Tradisional
Untuk mengalihkan konsep dari pengendalian tradisional ke pengelolaan penyakit, prinsip-prinsip
tradisional dapat dimodifikasikan dengan menempatkan pengendalian tradisional sebagai taktik di
dalam bagian dari ketiga strategi utama pengelolaan penyakit dan dengan sedikit memodifikasi
keterangan untuk mencerminkan pengaruh kuantitatif dari suatu tindakan dan bukan lagi merupakan
suatu pengaruh yang absolut:
Taktik untuk mengurangi Inokulum awal
Eradikasi
mengurangi
produksi
inokulum
awal
dengan
jalan
memusnahkan
atau
Proteksi mengurangi tingkat infeksi awal dengan menggunakan senyawa kimia atau
penghalang lainnya terhadap infeksi.
Page 5 of 7
Brawijaya University
2013
Resistensi menggunakan kultivar yang tahan terhadap infeksi, khususnya infeksi awal.
Terapi menggunakan termoterapi, kemoterapi dan atau kultur meristem untuk menghasilkan
benih bebas penyakit atau bahan tanam vegetatif.
Taktik untuk Mengurangi Laju Infeksi
Eradikasi mengurangi laju produksi inokulum selama masa epidemi berlangsung dengan
jalan
memusnahkankan
atau
menginaktivasikan
sumber
inokulum
(penebangan
atau
pemangkasan).
Proteksi mengurangi laju infeksi dengan menggunakan senyawa kimia atau penghalang
lainnya terhadap infeksi.
Resistensi menanam kultivar yang dapat mengurangi laju produksi inokulum, laju infeksi
atau laju perkembangan patogen.
Terapi
menyembuhkan
tanaman
yang
sudah
terinfeksi
atau
mengurangi
produksi
inokulumnya.
Taktik untuk Mengurangi Lamanya Epidemi
4. REFERENSI
Arneson P. A. 2006. ). Plant Disease Epidemiology: Temporal Aspects. The Plant Health Instructor.
DOI: 10.1094/PHI-A-2001-0524-01.
Campbell, C. L. and L. V. Madden. 1990. Introduction to Plant Disease Epidemiology. Wiley, New
York.
Francl, L. F. and D. A. Neher (eds.) 1997. Exercises in Plant Disease Epidemiology. American
Phytopathological Society, APS Press.
Jones, D. G. (ed.) 1998. The Epidemiology of Plant Diseases. Kluwer Academic Publishers.
Dordrecht,
Boston.
Anonymous. 1968. Plant Disease Development and Control. National Academy of Sciences,
Washington, D. C.
Page 6 of 7
Brawijaya University
2013
Gilligan, C.A. 2002. An epidemiological framework for disease management. Advances in Botanical
Research 38:1-64
Neher, D.A., and Campbell, C.L. 1992. Underestimation of disease progress rates with the logistic
monomolecular and Gompertz models when maximum disease intensity is less than 100
percent. Phytopathology 82:811-814
Maloy, O. C. 1993. Plant Disease Control: Principles and Practice. John Wiley and Sons, Inc., New
York.
Vanderplank, J. E. 1963. Plant Diseases: Epidemics and Control. Academic Press, New York.
Whetzel, H. H. 1929. The terminology of plant pathology. Proc. Int. Cong. Plant Science, Ithaca, NY,
1926:1204-1215.
Zadoks, J. C. and Schein, R. D. 1979. Epidemiology and Plant Disease Management. Oxford
Universitey Press, London and New York.
Page 7 of 7