Laporan
penulis dapat
Semarang,
April
2014
Penyusun
Page 1
DAFTAR ISI
Halaman Depan .....................................................................................................................
Kata Pengantar .....................................................................................................................1
Daftar Isi ..............................................................................................................................2
Bab I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .....................................................................................................3
1.2 Tujuan Praktikum ..................................................................................................3
1.3 Sasaran ..................................................................................................................3
Page 2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Banyak pelat yang digunakan pada kapal,bahkan sebagian besar beban yang
mempengaruhi pada kapal adalah pelat.Dengan hal tersebut memperjelas bahwa pelat harus
benar-benar sesuai dengan kriteria yang memenuhi sarat agar tidak terjadi kerusakan atau
deformasi.Karena jika terjadi,maka bukan hanya pelat saja yang akan rusak,namun struktur
lainnya juga akan rusak.Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengetahui apakah suatu
pelat dapat dikatakan layak atau tudak untuk digunakan.Cara itu adalah dengan pengujian
keuletan,kekerasan,kegetasan,elastisitasnya,dan dari segi yang lainnya.Cara pengujuian yang
dilakukan adalah dengan Uji Bending,Uji Impact,Uji Rockwell,Uji Vickers,dan masih banyak
cara pengujian yang lainnya.Uji Bending adalah pengujian tekuk,yang dilakukan dengan
menekuk atau menekan suatu bahan uji sampai mancapai titik batas kegetasannya.Pengujian
Bending sangat penting dilakukan karena tanpa adanya pengujian ini akan melanggar peraturanperaturan akan penggunaan suatu bahan.Pengujian Bending yang di lakukan saat kami
melakukan pengamatan yaitu pada bahan yang berbeda secara struktur namun memiliki jenis
yang sama yaitu pelat baja.Penggunaan alat ini dibantu dengan mesin,karena memiliki alat ini
begitu berat.Alat ini juga jarang digunkan untuk hal sederhana karena harga yang begitu mahal.
BAB II
PRAKTIKUM UJI BENDING
Page 3
TEORI DASAR
Kekakuan adalah ketahanan suatu material terhadap deformasi elastis. Modulus elastisitas
(E) adalah harga kekakuan suatu material pada daerah elastis. Modulus elastis juga berarti
perbandingan tegangan dengan regangan pada daerah elastis. Material yang lentur (tidak kaku)
adalah material yang dapat mengalami regangan bila diberi tegangan atau beban tertentu.
Tegangan atau beban yang diberikan pada pelat sebagai bahan uji dimana haruslah dibawah
harga beban maksimum agar specimen tidak mengalami deformasi plastis. Pada praktikum uji
bending kali dilakukan pada tiga buah material yang memiliki jenis yang sama,namun dilakukan
faktor perlakuan yang berbeda,faktor yang berikan itu adalah pengaruh suhu,hasil penymbungan
dan yang satu lagi tidak dipengaruhi apapun atau masih murni.
Bukan hanya kekakuan benda yang akan di uji,namun sifat-sifat lain juga akan di
uji.Seperti sifat kekerasan,ketangguhan elastisitas dan sifat yang lainnya.Bentuk specimen adalah
segi empat,yang mana
normal maksimum pada penampang ada pada titik tengah.Oleh karena itu pengujian di lakukan
dititik tengah dengan maksud bahwa hasilnya akan dapat disimpulkan sebagai wakil dari bagianbagian lainnya.
BAB III
PRAKTIKUM UJI BENDING
Page 4
ISI
2.1 Alat-Alat Praktikum
1. Mesin Penggerak Alat Uji Bending Menggunakan Listrik.
2. Penekan/Ujung Penekan.
Ujung
penekan
3. Matras U.
Page 5
Matras
ujung
penekan
Vaslin/pelumas untuk
matras agar licin saat
ditekan dan mudah
dilepas.
5. Hidroulik
Page 6
6. Pengontrol Hidroulik
2) Pelat dengan tebal 10mm yang dipanaskan dari suhu 800-900 derajat celcius.
Page 7
Hasil
pengelasa
n
Page 8
3) Keluarkan hasil percobaan yang melekat pada matras , karena matras yang digunakan
akan sama,berhubung karena matras telah diolesi dengan stempet vaslin , maka
pengeluarannya tidak akan susah.
4) Setelah matras kosong kembali , letakan baja yang telah mengalami pemanasan dengan
posisi yang sama yaitu dengan titik tengah yang sejajar.
5) Setelah titik tengahnya sejajar , maka penekanan atau pengujian dapat dilakukan , putar
alat pengontrol kearah kiri untuk menggerakan hidrolis kebawah untuk menekan bahan
uji.
6) Setelah penekanan cukup , Maka arahkan kembali alat pengontrol ke kanan untuk
menaikan hidrolisnya.
Page 9
B.Pengujian pelat yang telah dipanaskan dari suhu 800 sampai 900 derajat celcius.
1) Pada pelat terjadi kelengkungan.
2) Secara visual retak tidak terlihat,namun sebenarnya struktur dalamnya rusak.
3) Tidak dapat dilakukan pengujian lainnya karena uji bending telah tidak lolos.
Berikut ini gambar dari pelat setelah diujikan,
Page 10
2.5 Pembahasan
Hal ini terjadi karena hasil pengelasan yang tidak baik atau sempurna. Namun seharusnya
hasil uji bendingnya sama dengan pelat murni , bahkan lebih baik dari besi murni.
Penyambungan las harus lebih kuat dari pelat yang disambungkan. Alat yang digunakan untuk
mengetahui keretakan digunakan color cek , yang berbentuk cairan berwarna. Yaitu bening ,
merah dan putih. Jika hasil cek berwarna merah , berarti terjadi keretakan dan jika berwarna
bening , berarti pengelasan telah sempurna.
System pengelasan yang digunakan adalah sebagai berikut,
Pelat 1
Pelat 2
System ini tanpa menggunakan bevel terlebih dahulu , sehingga pengelasan tidak merata ,
malahan dibagian tengah akan kosong. Untuk melakukan pengelasan yang baik pertama kita
harus memberikan bevel pada pelat agar pengelasannya kuat. Berikut ini gambar dari bevel
tersebut.
Dengan adanya face weld (wajah bagian atas (yang bersudut 30 derajat)) dan root weld
(bagian alah(yang berjarak 3)), maka pengelasan akan penuh , tanpa adanya rongga.
Oleh
karena itu , untuk pengelasan pelat dengan tebal 10mm keatas harus diberi bevel.
Untuk suhu pada saat pemanasan pelat yang dipanaskan sebenarnya belum benar-benar
mencapai 900 derajat celcius . Oleh karena itu dilihat secara visual memang tidak retak , namun
jika suhu benar-benar diamati sesuai yang seharuhnya,maka secara visualpun pelat akan retak.
PRAKTIKUM UJI BENDING
Page 11
BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1) Pengujian bending dapat dilakukan pada specimen yang yang sejenis , namun diberi
perlakuan yang berbeda dari tiap-tiap specimen yang akan diuji bending.
2) Pengujian bending dapat digunakan untuk mengetahui kwalitas seorang pekerja.
3) Hasil pengujian dari pelat yang sejenis namun dengan perlakuan yang berbeda memiliki
hasil uji yang berbeda juga.
4) Hasil dari pengelasan harus lebih baik dari pada pelat murni.
5) Setiap pengelasan pelat dengan tebal 10 mm keatas harus diberi bevel.
6) Color cek digunakan untuk mengetahui keretakan suatu specimen.
3.2 Saran
Dengan diselesaikannya penulisan laporan ini penulis berharap laporan ini dapat
menambah wawasan dan pengetahuan pembaca. Selanjutnya penulis juga mengharapkan kritik
dan saran guna peningkatan proses praktikum Uji Bahan yaitu Uji Bending dan kualitas dalam
penulisan makalah ini.
Page 12
DAFTAR PUSTAKA
DeGarmo,Paul E .1974.Material and Processes In Manufacturing.Fouth Edition Coolier
Macmillan : London.
Page 13