Anda di halaman 1dari 13

SATUAN ACARA PENYULUHAN GIZI PADA ANAK PRE SCHOOL

SATUAN ACARA PENYULUHAN


POKOK BAHASAN

: Gizi pada Anak

SUB POKOK BAHASAN

: Gizi Seimbang untuk Anak

SASARAN

: Ibu dengan Anak Pre School

HARI/TANGGAL

: 01 12 - 2014

WAKTU

: 60 menit

TEMPAT

: Kelurahan Desa Tambak Rejo

I. LATAR BELAKANG
Konsumsi gizi yang baik dan cukup seringkali tidak bisa dipenuhi oleh
seorang anak karena faktor eksternal maupun internal. Faktor eksternal
menyangkut keterbatasan ekonomi keluarga sehingga uang yang tersedia tidak
cukup untuk membeli makanan. Sedangkan faktor internal adalah faktor yang
terdapat didalam diri anak yang secara psikologis muncul sebagai problema
makan pada anak.
Anak balita memang sudah bisa makan apa saja seperti halnya orang
dewasa. Tetapi merekapun bisa menolak bila makanan yang disajikan tidak
memenuhi selera mereka. Oleh karena itu sebagai orang tua kita juga harus
berlaku demokratis untuk sekali-kali menghidangkan makanan yang memang
menjadi kegemaran si anak.
Intake gizi yang baik berperan penting di dalam mencapai pertumbuhan
badan yang optimal. Dan pertumbuhan badan yang optimal ini mencakup pula
pertumbuhan otak yang sangat menentukan kecerdasan seseorang.
Faktor yang paling terlihat pada lingkungan masyarakat adalah kurangnya
pengetahuan ibu mengenai gizi-gizi yang harus dipenuhi anak pada masa
pertumbuhan. Ibu biasanya justru membelikan makanan yang enak kepada
anaknya tanpa tahu apakah makanan tersebut mengandung gizi-gizi yang cukup
atau tidak, dan tidak mengimbanginya dengan makanan sehat yang mengandung
banyak gizi.

II. TUJUAN PENYULUHAN UMUM


Setelah selesai mengikuti penyuluhan tentang gizi seimbang untuk anak selama 1
x 60 menit keluarga mengetahui makanan yang baik pada anak dan
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

III. TUJUAN PENYULUHAN KHUSUS


Setelah selesai mengikuti penyuluhan, peserta mampu:
1. Mengetahui manfaat gizi seimbang pada anak
2. Mengetahui gizi yang baik bagi anak
IV. MEDIA DAN ALAT
Laptop, speaker, video
V.

METODE

a.

Ceramah

b.

Praktek

c.

Tanya jawab

VI. KISI-KISI MATERI


a.

Definisi makanan seimbang

b.

Kebutuhan gizi anak preschool

c.

Hal yang mendorong terjadinya gangguan gizi

d.

Makanan selingan bagi anak

VII. KEGIATAN PENYULUHAN


KEGIATAN
NO

WAKTU

1.

5 Menit

2.

20 Menit

PENYULUH

PESERTA

Pembukaan
Salam pembukaan Perkenalan
Apersepsi
Mengkomunikasikan
tujuan

Menjawab salam
Memperhatikan
Berpartisipasi aktif
Memperhatikan

3.

10 menit

Kegiatan inti
penyuluhan.
Menjelaskan dan
menguraikan materi.
Membuka sesi
Tanya jawab
Menjawab
pertanyaan peserta
penyuluhan yang
berkaitan dengan
materi yang belum
jelas.

-Penutup_
Menyimpulkan materi
yang telah disampaikan.
Melakukan evaluasi
penyuluhan dengan
pertanyaan secara lisan.

Mengakhiri kegiatan
penyuluhan dengan
salam

Memperhatikan

Bertanya

Menjawab pertanyaan

Menjawab salam

DAFTAR PUSTAKA

Santosa, Sugeng. 2004. Kesehatan dan Gizi. Jakarta: PT.Rieneka Cipta.


Emawati F . , Yuniar R , Susilawati , Herman . 2000 . Kebutuhan Ibu Hamil Akan
Tablet Besi Untuk Pencegahan Anemia . Penelitian Gizi dan Makanan . Jilid 23 :
92
Libuae P . Perbaikan Gizi Anak Sekolah Sebagai Investasi SDM . dalam Kompas
9 September 2002 .
Syamsuri, Istamar. 2004. Biologi SMA kelas XI. Jakarta: Erlangga.
Sudiyanto. Dalam membina anak dalam mencapai cita-citanya. Tumbuh kembang
anak, Fakultas Kedokteran UI.

MATERI PENYULUHAN GIZI SEIMBANG UNTUK ANAK

DEFINISI
Gizi yang sesuai dengan kebutuhan tubuh melalui makanan sehari-hari sehingga
tubuh bisa aktif dan sehat optimal, serta tak terganggu penyakit atau tubuh tetap
sehat

KARAKTERISTIK BALITA
Anak usia 1-3 tahun merupakan konsumen pasif, artinya anak menerima makanan
dari apa yang disediakan ibunya. Dengan kondisi demikian, sebaiknya anak balita
diperkenalkan dengan berbagai bahan makanan. Laju pertumbuhan masa batita
lebih besar dari masa usia prasekolah sehingga diperlukan jumlah makanan yang
relatif lebih besar. Namun, perut yang masih lebih kecil menyebabkan jumlah
makanan yang mampu diterimanya dalam sekali makan lebih kecil daripada anak
yang usianya lebih besar. Oleh karena itu, pola makan yang diberikan adalah porsi
kecil dengan frekuensi sering.

PERAN MAKANAN BAGI BALITA


Makanan sebagai sumber zat gizi
Didalam makanan terdapat enam jenis zat gizi, yaitu karbohidrat, lemak, protein,
vitamin, mineral, dan air. Zat gizi ini diperlukan bagi balita sebagai zat tenaga, zat
pembangun , dan zat pengatur.
1.

Zat tenaga
Zat gizi yang menghasilkan tenaga atau energi adalah karbohidrat , lemak, dan
protein. Bagi balita, tenaga diperlukan untuk melakukan aktivitasnya serta
pertumbuhan dan perkembangannya. Oleh karena itu, kebutuhan zat gizi sumber
tenaga balita relatif lebih besar daripada orang dewasa.

2.

Zat Pembangun
Protein sebagai zat pembangun bukan hanya untuk pertumbuhan fisik dan
perkembangan organ-organ tubuh balita, tetapi juga menggantikan jaringan yang
aus atau rusak.

3.

Zat pengatur
Zat pengatur berfungsi agar faal organ-organ dan jaringan tubuh termasuk otak
dapat berjalan seperti yang diharapkan. Berikut ini zat yang berperan sebagai zat
pengatur.

a)

Vitamin, baik yang larut air ( vitamin B kompleks dan vitamin C ) maupun yang
larut dalam lemak ( vitamin A, D, E, dan K ).

b)

Berbagai mineral, seperti kalsium, zat besi, iodium, dan flour.

c)

Air, sebagai alat pengatur vital kehidupan sel-sel tubuh.

KEBUTUHAN GIZI BALITA


Kebutuhan gizi seseorang adalah jumlah yang diperkirakan cukup untuk
memelihara kesehatan pada umumnya. Secara garis besar, kebutuhan gizi
ditentukan oleh usia, jenis kelamin, aktivitas, berat badan, dan tinggi badan.
Antara asupan zat gizi dan pengeluarannya harus ada keseimbangan sehingga
diperoleh status gizi yang baik. Status gizi balita dapat dipantau dengan
menimbang anak setiap bulan dan dicocokkan dengan Kartu Menuju Sehat
(KMS).
a.

Kebutuhan Energi
Kebutuhan energi bayi dan balita relatif besar dibandingkan dengan orang dewasa,
sebab pada usia tersebut pertumbuhannya masih sangat pesat. Kecukupannya akan
semakin menurun seiring dengan bertambahnya usia.

b.

Kebutuhan zat pembangu


Secara fisiologis, balita sedang dalam masa pertumbuhan sehingga kebutuhannya
relatif lebih besar daripada orang dewasa. Namun, jika dibandingkan dengan bayi
yang usianya kurang dari satu tahun, kebutuhannya relatif lebih kecil.

c.

Kebutuhan zat pengatur


Kebutuhan air bayi dan balita dalam sehari berfluktuasi seiring dengan
bertambahnya usia.

BEBERAPA HAL YANG MENDORONG TERJADINYA GANGGUAN


GIZI

Ada beberapa hal yang sering merupakan penyebab terjadinya gangguan gizi, baik
secara langsung maupun tidak langsung. Sebagai penyebab langsung gangguan
gizi, khususnya gangguan gizi pada bayi dan anak usia dibawah lima tahun
(balita) adalah tidak sesuainya jumlah gizi yang mereka peroleh dari makanan
dengan kebutuhan tubuh mereka.
Berbagai faktor yang secara tidak langsung mendorong terjadinya gangguan gizi
terutama pada anak Balita antara lain sebagai berikut:
a.

Ketidaktahuan akan hubungan makanan dan kesehatan


Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari sering terlihat keluarga yang
sungguhpun berpenghasilan cukup akan tetapi makanan yang dihidangkan
seadanya saja. Dengan demikian, kejadian gangguan gizi tidak hanya ditemukan
pada keluarga yang berpenghasilan kurang akan tetapi juga pada keluarga yang
berpenghasilan relatif baik

(cukup). Keadaan ini menunjukkan bahwa

ketidaktahuan akan faedah makanan bagi kesehatan tubuh mempunyai sebab


buruknya mutu gizi makanan keluarga, khususnya makanan anak balita. Menurut
Dr. Soegeng Santoso, M.pd, 1999, masalah gizi Karena kurang pengetahuan dan
keterampilan dibidang memasak menurunkan komsumsi anak, keragaman bahan
dan keragaman jenis masakan yang mempengaruhi kejiwaan misalnya kebosanan.
b.

Prasangka buruk terhadap bahan makanan tertentu


Banyak bahan makanan yang sesungguhnya bernilai gizi tinggi tetapi tidak
digunakan atau hanya digunakan secara terbatas akibat adanya prasangka yang
tidak baik terhadap bahan makanan itu. Penggunaan bahan makanan itu dianggap
dapae menurunkan harkat keluarga. Jenis sayuran seperti genjer, daun turi, bahkan
daun ubi kayu yang kaya akan zat besi, vitamin A dan protein dibeberapa daerah
masih dianggap sebagai makanan yang dapat menurunkan harkat keluarga.

c.

Adanya kebiasaan atau pantangan yang merugikan


Berbagai kebiasaan yang bertalian dengan pantang makan makanan tertentu masih
sering kita jumpai terutama di daerah pedesaan. Larangan terhadap anak untuk
makan telur, ikan, ataupun daging hanya berdasarkan kebiasaan yang tidak ada
datanya dan hanya diwarisi secara dogmatis turun temurun, padahal anak itu
sendiri sangat memerlukan bahan makanan seperti itu guna keperluan
pertumbuhan tubuhnya.

d.

Kadang-kadang kepercayaan orang akan sesuatu makanan anak kecil membuat


anak sulit mendapat cukup protein.
Beberapa orang tua beranggap ikan, telur, ayam, dan jenis makanan protein
lainnya memberi pengaruh buruk untuk anak kecil. Anak yang terkena diare
malah dipuasakan (tidak diberi makanan). Cara pengobatan seperti ini akan
memperburuk gizi anak. ( Dr. Harsono, 1999).

e.

Kesukaan yang berlebihan terhadap jenis makanan tertentu


Kesukaan yang berlebihan terhadap suatu jenis makanan tertentu atau disebut
sebagai faddisme makanan akan mengakibatkan tubuh tidak memperoleh semua
zat gizi yang diperlukan.

f.

Jarak kelahiran yang terlalu rapat


Banyak hasil penelitian yang membuktikan bahwa banyak anak yang menderita
gangguan gizi oleh karena ibunya sedang hamil lagi atau adiknya yang baru telah
lahir, sehingga ibunya tidak dapat merawatnya secara baik.

g.

Anak yang dibawah usia 2 tahun masih sangat memerlukan perawatan ibunya,
baik perawatan makanan maupun perawatan kesehatan dan kasih sayang, jika
dalam masa 2 tahun itu ibu sudah hamil lagi, maka bukan saja perhatian ibu
terhadap anak akan menjadi berkurang.akan tetapi air susu ibu ( ASI ) yang masih
sangat dibutuhkan anak akan berhenti keluar.

h.

Anak yang belum dipersiapkan secara baik untuk menerima makanan pengganti
ASI, yang kadang-kadang mutu gizi makanan tersebut juga sangat rendah, dengan
penghentian pemberian ASI karena produksi ASI berhenti, akan lebih cepat
mendorong anak ke jurang malapetaka yang menderita gizi buruk, yang apabila
tidak segera diperbaiki maka akan menyebabkan kematian. Karena alasan inilah
dalam usaha meningkatkan kesejahteraan keluarga, disamping memperbaiki gizi
juga perlu dilakukan usaha untuk mengatur jarak kelahiran dan kehamilan.

i.

Sosial Ekonomi Keterbatasan penghasilan keluarga turut menentukan mutu


makanan yang disajikan.
Tidak dapat disangkal bahwa penghasilan keluarga akan turut menentukan
hidangan yang disajikan untuk keluarga sehari-hari, baik kualitas maupun jumlah
makanan.

j.

Penyakit infeksi Infeksi dapat menyebabkan anak tidak merasa lapar dan tidak
mau makan.
Penyakit ini juga menghabiskan sejumlah protein dan kalori yang seharusnya
dipakai untuk pertumbuhan. Diare dan muntah dapat menghalangi penyerapan
makanan.

k.

Penyakit-penyakit umum yang memperburuk keadaan gizi adalah: diare, infeksi


saluran pernapasan atas, tuberculosis, campak, batuk rejan, malaria kronis,
cacingan. ( Dr. Harsono, 1999).

KEKURANGAN ENERGI DAN PROTEIN (KEP)


Berikut ini sebab-sebab kurangnya asupan energi dan protein.
a.

Makanan yang tersedia kurang mengandung energi

b.

Nafsu makan anak terganggu sehingga tidak mau makan

c.

Gangguan dalam saluran pencernaan sehingga penyerapan sari makanan dalam


usus terganggu

d.

Kebutuhan yang meningkat, misalnya karena penyakit infeksi yang tidak


diimbangi dengan asupan yang memadai.

Kekurangan energi dan protein mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan


balita terganggu.Gangguan asupan gizi yang bersifat akut menyebabkan anak
kurus kering yang disebut dengan wasting. Wasting, yaitu berat badan anak tidak
sebanding dengan tinggi badannya. Jika kekurangna ini bersifat menahun (
kronik), artinya sedikit demi sedikit, tetapi dalam jangka waktu yang lama maka
akan terjadi kedaan stunting. Stunting , yaitu anak menjadi pendek dan tinggi
badan tidak sesuai dengan usianya walaupun secara sekilas anak tidak kurus.

Anak akan kehilangan nafsu makan karena hal-hal sebagai berikut:


a.

Air Susu Ibu yang diberikan terlalu sedikit sehingga bayi menjadi frustasi dan
menangis

b.

Anak terlalu dipaksa untuk menghabiskan makanan dalam jumlah/ takaran


tertentu sehingga anak menjadi tertekan

c.

Makanan yang disajikan tidak sesuai dengan yang diinginkan / membosankan

d.

Susu formula yang diberikan tidak disukai anak atau ukuran / dosis yang
diberikan tidak sesuai dengan sehingga susu yang diberikan tidak dihabiskan

e.

Suasana makan tidak menyenangkan/ anak tidak pernah makan bersama kedua
orang tuanya.

Berikut ini beberapa upaya untuk mengatasi anak sulit makan ( faktor organis,
faktor psikologis, atau faktor pengaturan makanan )
1)

Jika penyebabnya faktor organis, yang harus dilakukan adalah dengan


menyembuhka penyakitnya melalui dokter.

2)

Jika penyebabnya faktor psikologis, berikut beberapa hal yang dapat dilakukan.
a. Makanan dibuat dengan resep masakan yang mudah dan praktis sehingga
dapat menggugah selera makan anak dan disajikan semenarik mungkin.
b. Jangan memaksa anak untuk menghabiskan makanan, orangtua harus
sabar saat memberi makan anak.
c. Upayakan suasana makan menyenangkan , sebaiknya waktu makan
disesuaikan denga waktu makan keluarga karena anak punya semangat
untuk menghabiskan makanannya dengan makan bersama keluarga
(orangtua)
d. Pembicaraan yang kurang menyenangkan terhadap suatu jenis makanan
sebaiknya dihindari dan ditanamkan pada anak memilih bahan /jenis
makanan yang baik.

Jika penyebabnya adalah faktor pengaturan makanan maka dapat dilakukan


beberapa hal berikut ini.
a.

Diusahakan waktu makan teratur dan makanan diberikan pada saat anak benarbenar lapar dan haus

b.

Makanan selingan dapat diberikan asalkan makanan tersebut tidak membuat


anak menjadi kenyang agar anak tetap mau makan nasi.

c.

Untuk membeli makanan jajanan sebagai makanan selingan, sebaiknya


didampingi oleh orang tuanya sehingga anak dapat memilih makanan jajanan
yang baik dari segi kandungan gizi maupun kebersihannya.

d.

Kuantitas dan kualitas makanan yang diberikan harus diatur disesuaikan dengan
kebutuhan/kecukupan gizinya sehingga anak tidak menderita gizi kurang atau gizi
lebih.

e.

Bentuk dan jenis makanan yang diberikan harus disesuaikan dengan tahap
pertumbuhan dan perkembangan anak.

MENU MAKANAN BALITA


Makanan memegang peranan penting dalam pertumbuhan fisik dan kecerdasan
anak. Oleh karenanya, pola makan yang baik dan teratur perlu diperkenalkan sejak
dini, antara lain dengan pengenalan jam-jam makan dan variasi makanan.
Gizi seimbang dapat dapat dipenuhi dengan pemberian makanan sebagai berikut :
Agar kebutuhan gizi seimbang anak terpenuhi, makanan sehari-hari sebaiknya
terdiri atas ketiga golongan bahan makanan tersebut.
Kebutuhan bahan makanan itu perlu diatur, sehingga anak mendapatkan asupan
gizi yang diperlukannya secara utuh dalam satu hari. Waktu-waktu yang
disarankan adalah:
o Pagi hari waktu sarapan.
o Pukul 10.00 sebagai selingan. Tambahkan susu.
o Pukul 12.00 pada waktu makan siang.
o Pukul 16.00 sebagai selingan
o Pukul 18.00 pada waktu makan malam.
o Sebelum tidur malam, tambahkan susu.
o Jangan lupa kumur-kumur dengan air putih atau gosok gigi.

Contoh Pola Jadwal Pemberian Makanan Menjelang Anak Usia 1 Tahun


Perlu diketahui, jadwal pemberian makanan ini fleksibel (dapat bergeser, tapi
jangan terlalu jauh)
Pukul 06.00 : Susu
Pukul 08.00 : Bubur saring/Nasi tim
Pukul 10.00 : Susu/Makanan selingan
Pukul 12.00 : Bubur saring/Nasi tim
Pukul 14.00 : Susu

Pukul 16.00 : Makanan selingan


Pukul 18.00 : Bubur saring /nasi tim
Pukul 20.00 : Susu.

MAKANAN SELINGAN BALITA


Pada usia balita juga membutuhkan gizi seimbang yaitu makanan yang
mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh sesuai umur. Makanan
seimbang pada usia ini perlu diterapkan karena akan mempengaruhi kualitas pada
usia dewasa sampai lanjut.
Gizi makanan sangat mempengaruhi pertumbuhan termasuk pertumbuhan sel otak
sehingga dapat tumbuh optimal dan cerdas, untuk ini makanan perlu diperhatikan
keseimbangan gizinya sejak janin melalui makanan ibu hamil. Pertum-buhan sel
otak akan berhenti pada usia 3-4 tahun.
Pemberian makanan balita sebaiknya beraneka ragam, menggunakan makanan
yang telah dikenalkan sejak bayi usia enam bulan yang telah diterima oleh bayi,
dan dikembangkan lagi dengan bahan makanan sesuai makanan keluarga.
Pembentukan pola makan perlu diterapkan sesuai pola makan keluarga. Peranan
orangtua sangat dibutuhkan untuk membentuk perilaku makan yang sehat.
Seorang ibu dalam hal ini harus mengetahui, mau, dan mampu menerapkan
makan yang seimbang atau sehat dalam keluarga karena anak akan meniru
perilaku makan dari orangtua dan orang-orang di sekelilingnya dalam keluarga.
Makanan selingan tidak kalah pentingnya yang diberikan pada jam di antara
makan pokoknya. Makanan selingan dapat membantu jika anak tidak cukup
menerima porsi makan karena anak susah makan. Namun, pemberian yang
berlebihan pada makanan selingan pun tidak baik karena akan mengganggu nafsu
makannya.
Jenis makanan selingan yang baik adalah yang mengandung zat gizi lengkap yaitu
sumber karbohidrat, protein, vitamin dan mineral, seperti arem-arem nasi isi
daging sayuran, tahu isi daging sayuran, roti isi ragout ayam sayuran, piza, dan
lain-lain.
Fungsi makanan selingan adalah :

1.

Memperkenalkan aneka jenis bahan makanan yang terdapat dalam bahan


makanan selingan.

2.

Melengkapi zat-zat gizi yang mungkin kurang dalam makanan utamanya (pagi,
siang dan malam).

3.

Mengisi kekurangan kalori akibat banyaknya aktivitas anak pada usia balita.

Makanan selingan yang baik dibuat sendiri di rumah sehingga sangat higienis
dibandingkan jika dibeli di luar rumah.
Bila terpaksa membeli, sebaiknya dipilih tempat yang bersih dan dipilih yang
lengkap gizi, jangan hanya sumber karbohidrat saja seperti hanya mengandung
gula saja. Makanan ini jika diberikan terus-menerus sangat berbahaya. Jika sejak
kecil hanya senang yang manis-manis saja maka kebiasaan ini akan dibawa
sampai dewasa dan risiko mendapat kegemukan menjadi meningkat. Kegemukan
merupakan faktor risiko pada usia yang relatif muda dapat terserang penyakit
tertentu.

Anda mungkin juga menyukai