Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
JUDUL PROGRAM
BIDANG KEGIATAN :
PKM - PENELITIAN
Diusulkan oleh :
Ketua Kelompok
: Aulya Khanifatunnisa
1208010122
(2012)
1208010072
(2012)
1308010087
(2013)
Tri Suliatin
BIDANG KEGIATAN :
PKM - PENELITIAN
Diusulkan oleh :
Ketua Kelompok
: Aulya Khanifatunnisa
1208010122
(2012)
1208010072
(2012)
1308010087
(2013)
Tri Suliatin
2. Bidang Kegiatan
3. Ketua Pelaksana Kegiatan
a. Nama lengkap
b. NIM
c. Jurusan
d. Universitas/Institut/Politeknik
e. Alamat Rumah dan No Tel./HP
4.
5.
6.
7.
f. Alamat Email
Anggota Pelaksana Kegiatan/Penulis
Dosen Pendamping
a. Nama Lengkap dan Gelar
b. NIDN
c. Alamat Rumah dan No Tel./HP
Menyetujui
Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan
( Aulya Khanifatunnisa )
NIM. 1208010122
Dosen Pembimbing
ii
DAFTAR ISI
JUDUL ...........................................................................................................
PENGESAHAN USULAN PKM-PENELITIAN .......................................
DAFTAR ISI ..................................................................................................
RINGKASAN ................................................................................................
BAB I. PENDAHULUAN .............................................................................
1.1.Latar Belakang ..........................................................................................
1.2.Perumusan Masalah ..................................................................................
1.3. Tujuan ......................................................................................................
1.4. Luaran yang Diharapkan ..........................................................................
1.5.Manfaat ......................................................................................................
i
ii
iii
iv
1
1
2
2
2
2
3
3
4
4
5
6
6
6
6
6
6
6
.7
8
9
9
iii
RINGKASAN
Acne vulgaris atau lebih sering disebut jerawat merupakan suatu
penyakit peradangan menahun folikel pilosebasea yang ditandai dengan
terbentuknya papul, pustul ataupun nodul (James, 2000). Secara patofisiologi
jerawat terjadi karena adanya 4 faktor yang saling berpengaruh, yaitu
hiperkeratinitas folikuler, kolonisasi bakteri Propionbacterium acnes, peningkatan
produksi sebum, dan inflamasi (Thiboutot, 2003).
Pada dasarnya prinsip pengobatan jerawat ada 3. Pertama, menyembuhkan
luka jerawat dengan meningkatkan proses regenerasi kulit melalui pengelupasan
kulit agar tidak menjadi sumbatan. Kedua, menghambat pertumbuhan bakteri
Propionbakterium acnes yang menghuni saluran kelenjar sebasea dengan
menggunakan antibiotik. Dan terakhir dengan menekan proses radang (inflamasi) di
dalam kulit dengan obat antiinflamasi.
Salah satu pengobatan tradisional yang terkenal di masyarakat Jawa
untuk pengobatan jerawat adalah menggunakan lendir bekicot. Bekicot (Achatina
fulica) mengandung protein achasin yang mempunyai aktivitas antibakteri dan
antiinflamasi. Namun pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Nurul
Maulaniah (2014), menerangkan bahwa lendir bekicot (Achatina fulica) tidak
memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri penyebab jerawat. Oleh karenanya
diduga kemampuan lendir bekicot dalam menyembuhkan jerawat terletak pada
aktivitasnya sebagai agen antiinflamasi. Namun belum diketahui informasi
mengenai mekanisme antiinflamasi protein achasin lendir bekicot terutama
melalui penghambatan agregrasi platelet, khususnya dalam pengobatan jerawat.
Berangkat dari pengalaman masyarakat yang memanfaatkan lendir
bekicot untuk pengobatan jerawat dan belum adanya penelitian mengenai
mekanisme protein achasin pada lendir bekicot sebagai agen antiinflamasi,
khususnya untuk mengobati jerawat. Maka penulis tertarik untuk meneliti tentang
aktivitas antiinflamasi dan agregasi platelet protein achasin pada lendir bekicot
(Achatina fulica) secara in vivo dan in vitro sebagai Alternatif pengobatan
jerawat dengan menggunakan hewan uji berupa tikus jantan galur wistar.
Aktivitas antiinflamasi dilakukan secara in vivo menggunakan udem telapak kaki
dan telinga tikus. Aktivitas antiagregrasi platelet dilakukan secara in vivo dengan
mengamati perubahan serapan plasma setelah ditambahkan asam arakhidonat dan
waktu perdarahan.
iv
1
BAB I
PENDAHULUAN
JUDUL
Uji Aktivitas Antiinflamasi dan Agregasi Platelet Protein Achasin dari Lendir
Bekicot (Achatina fulica) secara in vivo dan in vitro sebagai Alternatif
Pengobatan Jerawat
1.1 LATAR BELAKANG
Salah satu penyakit kulit yang merisaukan remaja dan dewasa adalah
jerawat, karena dapat mengurangi kepercayaan diri seseorang. Jerawat
termasuk penyakit multifaktorial karena banyak faktor yang menjadi
penyebab dan mempengaruhi timbulnya jerawat. Namun secara patofisiologi
jerawat terjadi karena adanya 4 faktor yang saling berpengaruh, yaitu
hiperkeratinitas folikuler, kolonisasi bakteri Propionbacterium acnes,
peningkatan produksi sebum, dan inflamasi (Thiboutot, 2003).
Terapi yang efektif dapat sangat memperbaiki kualitas hidup dari
penderita acne vulgaris atau jerawat. Pada dasarnya prinsip pengobatan jerawat
ada 3. Pertama, menyembuhkan luka jerawat dengan meningkatkan proses
regenerasi kulit melalui pengelupasan kulit agar tidak menjadi sumbatan.
Kedua, menghambat pertumbuhan bakteri Propionbakterium acnes yang
menghuni saluran kelenjar sebasea dengan menggunakan antibiotik. Dan terakhir
dengan menekan proses radang (inflamasi) di dalam kulit dengan obat
antiinflamasi.
Bekicot (Achatina fulica) dipercaya oleh masyarakat memiliki
2
antiinflamasi dapat menghambat pembentukan tromboksan A2 yang diikuti
dengan tercegahnya agregasi platelet pada jerawat. Sehingga nantinya juga
dapat memperkuat hasil penelitian mengenai kemampuan lendir bekicot
dalam menyembuhkan luka.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas maka dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apakah protein achacin pada lendir bekicot memiliki aktivitas
antiinflamasi dalam pengobatan jerawat?
2. Apakah lendir bekicot memiliki aktivitas antiinflamasi secara in vivo
dengan melakukan uji udem pada kaki dan telinga tikus serta
antiinflamasi secara in vitro melalui agregrasi platelet?
1.3 TUJUAN
1. Mengetahui kemampuan lendir bekicot sebagai agen antiinflamasi dalam
pengobatan jerawat.
2. Mengetahui mekanisme agregasi platelet dan antiinflamasi lendir bekicot
dalam aplikasinya sebagai obat jerawat.
1.4 URGENSI PENELITIAN
Penelitian ini memiliki keunggulan yaitu untuk mengetahui mekanisme
antiinflamasi protein achasin lendir bekicot dalam proses pengobatan jerawat.
Apabila sudah diketahui secara pasti mekanismenya, maka penelitian ini
dapat menjadi bukti ilmiah mengenai kemampuan lendir bekicot sebagai
alternatif dalam pengobatan jerawat.
1.5 LUARAN YANG DIHARAPKAN
Hasil penelitian ini akan sangat bermanfaat untuk menambah data ilmiah
pada bidang farmakologi yaitu tentang mekanisme agregrasi platelet dan
antiinflamasi lendir bekicot dalam aplikasinya untuk pengobatan jerawat.
Apabila diperoleh hasil yang signifikan, hasil penelitian ini dapat dipatenkan.
1.6 MANFAAT
Bagi masyarakat, hasil penelitian dapat menjadi informasi yang edukatif
mengenai prospek lendir bekicot sebagai solusi alternatife dalam pengobatan
jerwat.
Bagi mahasiswa peneliti, program penelitian ini dapat menambah ilmu dan
praktek penelitian ilmiah, menyalurkan ide yang inovatif, serta
mengembangan kreatifitas.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Jerawat
Jerawat merupakan suatu penyakit kulit yang mengalami
pembengkakan (abses) pada permukaannya, dimana kelenjar yang
memproduksi minyak tersumbat dan terkontaminasi oleh bakteri. Jerawat
lebih sering terjadi dikalangan remaja, karena pada usia ini terjadi
peningkatan produksi hormon androgen. Hormon ini dapat meningkatkan
kadar minyak, yang dapat menyebabkan terjadinya penyumbatan dan
penimbunan yang disebut komedo. Jerawat mungkin lebih sering timbul pada
remaja yang mempunyai jenis kulit berminyak, namun ada beberapa kasus
dimana jerawat juga dapat timbul pada seseorang yang sudah berumur
puluhan tahun. Adapun Faktor penyebab timbulnya jerawat adalah :
a. Adanya sumbatan di pori-pori kulit oleh sebum yang berubah menjadi
padat.
b. Peningkatan produksi sebum akibat pengaruh hormonal, kondisi fisik, dan
psikologis. Jika disertai dengan sumbatan di muara kelenjar sebasea, aliran
keluar sebum akan terbendung.
c. Peningkatan populasi dan aktivitas Propioni-umbacteri acnes karena
bakteri ini terdapat di bawah muara kelenjar sebasea dan suka memakan
lemak sebum.
d. Reaksi radang akibat serbuan sel darah putih ke sekitar kelenjar sebasea
yang sudah mengalami bendungan dan akhimya pecah. Isi lemak sebum
tumpah ke dalam jaringan kulit jangat atau dermis, dan dianggap benda
asing sehingga memancing serbuan set darah putih ke tempat tersebut.
Sehingga terjadilah inflamasi atau peradangan.
2.2 Bekicot ( Achatina fulica )
Bekicot termasuk golongan hewan lunak (mollusca) yang termasuk
dalam kelas gastropoda. Badannya lunak dan dilindungi oleh cangkang
keras. Jenis hewan ini tersebar di laut, air tawar, dan daratan yang lembab
(Integrated Taxonomic Information System, 2004).
Menurut Integrated Taxonomic Information System, bekicot memiliki
taksonomi sebagai berikut :
Divisi
: Mollusca
Kelas
: Gastropoda
Ordo
: Pulmonata
Famili
: Achatinidae
Genus
: Achatinidae
Spesies
: Achatina fulica
Bekicot (Achatina fulica) dikatakan banyak manfaatnya dari daging
hingga lendirnya. Bekicot merupakan sumber protein hewani yang bermutu
tinggi karena memiliki asam amino esensial yang lengkap disamping
mempunyai kandungan zat besi yang tinggi (Udofia, 2009).
Lendir bekicot mengandung glikokonjugat kompleks, yaitu
glikosaminoglikan dan proteoglikan. Molekul molekul tersebut terutama
tersusun atas gula sulfat dan karbohidrat, protein globuler terlarut, asam urat,
4
dan oligoelemen (tembaga, seng, kalsium dan besi).
Protein Achasin lendir bekicot merupakan protein yang
mempunyai fungsi biologik penting, selain dimaksudkan untuk mencegah
terjadinya penguapan, membantu pergerakan secara halus, juga diperlukan
untuk melindungi tubuh d ari luka-luka mekanis (Simkiss dan Wilbur, 1977).
Oleh karena itu walaupun tubuhnya sangat fragil dan kondisi jaringan
kulitnya sangat basah, binatang ini mempunyai resistensi terhadap
mikroorganisme. Keberadaan faktor antibakteri tampaknya ada dalam lendir
tersebut.
2.3 Inflamasi
Inflamasi biasanya disebut juga sebagai radang merupakan respon
terhadap cedera jaringan atau infeksi. Ketika proses radang berlangsung, terjadi
reaksi vaskular dimana cairan elemen darah, sel darah putih (leukosit) dan
mediator kimia berkumpul pada tempat jaringan yang cedera atau infeksi.
Proses radang merupakan suatu mekanisme perlindungan dimana tubuh
berusaha menetralisir dan membasmi agen-agen yang berbahaya pada tempat
cedera dan untuk mempersiapkan keadaan untuk perbaikan jaringan.
Reaksi inflamasi dapat diamati dari gejala-gejala klinis. Di sekitar
jaringan terkena radang terjadi peningkatan panas (kalor), timbul warna
kemerah-merahan (rubor) dan pembengkakan (tumor). Kemungkinan disusul
perubahan struktur jaringan yang dapat menimbulkan kehilangan fungsi
(Mutschler, 1991).
a. Proses Inflamasi
Proses inflamasi tergantung dari karakteristik dan distribusi noksi. Apabila
ada cedera, terjadi rangsangan untuk dilepaskanya zat kimia tertentu yang akan
menstimulasi terjadinya perubahan jaringan pada reaksi radang tersebut,
diantaranya adalah histamin, serotonin, bradikinin, leukotrin, dan
prostaglandin. Histamin bertanggung jawab pada perubahan yang paling awal
yaitu menyebabkan vasodilatasi pada arteriol yang didahului dengan
vasokonstriksi awal dan peningkatan permeabilitas kapiler, hal ini
menyebabkan perubahan distribusi sel darah merah. Oleh karena aliran darah
yang lambat, sel darah merah akan menggumpal, akibatnya sel darah putih
terdesak kepinggir, makin lambat aliran darah maka sel darah putih akan
menempel pada dinding pembuluh darah makin lama makin banyak. Perubahan
permeabilitas yang terjadi menyebabkan cairan keluar dari pembuluh darah dan
berkumpul dalam jaringan (Mansjoer, 2003).
b. Mediator Peradangan
Substansi yang dikeluarkan secara endogen sebagai respon terhadap
peradangan dikenal dengan nama mediator. Mediator-mediator tersebut adalah
histamin, bradikinin, kalidin, serotonin, prostaglandin, dan leukotrin
(Mutschler, 1999). Histamin merupakan mediator pertama yang dilepaskan dari
sekian banyaknya mediator lain dan segera muncul dalam beberapa detik yang
menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler (Mansjoer, 2003).
Prostaglandin sebenarnya bukan sebagai mediator radang, lebih tepat
dikatakan sebagai modulator dari reaksi radang. Prostaglandin bekerja lemah,
akanberpotensi kuat setelah berkombinasi dengan mediator atau substansi lain
yang dibebaskan secara lokal, seperti histamin dan serotonin. Prostaglandin
5
paling sensibel pada reseptor rasa sakit di daerah perifer. Selain PG dari alur
siklooksigenase juga dihasilkan tromboksan. Tromboksan A2 berkemampuan
menginduksi agregasi platelet maupun reaksi pembebasan platelet (Mansjoer,
2003).
c. Asam Arakhidonat
Asam arakhidonat merupakan prekursor dari sejumlah besar mediator
inflamasi. Senyawa ini merupakan komponen utama lipid seluler dan hanya
terdapat dalam keadaan bebas dengan jumlah kecil yang sebagian besar berada
dalam bentuk fosfolipid membran sel. Bila membran sel mengalami kerusakan
oleh suatu rangsangan kimiawi, fisis atau mekanis, maka enzim fosfolipase A2
diaktivasi untuk mengubah fosfolipida tersebut menjadi asam arakhidonat
(Mansjoer, 2003).
Pada perangsangan dengan berbagai cara, terutama dengan zat yang
menimbulkan kerusakan sel, asam arakhidonat dibebaskan melalui aktivasi
fosfolipase A2 dan selanjutnya diubah menjadi senyawa mediator antara lain
prostaglandin, bradikinin dan histamin dimana akan melalui 2 alur utama yaitu
alur lipoksigenase atau siklooksigenase (Mutschler, 1999).
2.4
Agregrasi Platelet
Dalam keadaan normal darah berada di dalam pembuluh darah dan
berbentuk cair. Dalam keadaan sakit dapat terjadi darah keluar dari pembuluh
darah yang disebut dengan perdarahan atau darah membeku di dalam
pembuluh darah yang disebut trombosis. Dalam proses trombosis ada tiga
faktor yang berperan yaitu pembuluh darah yang tidak normal, perubahan
komposisi darah dan perubahan aliran darah. Platelet adalah suatu sel yang
tidak berinti, besarnya antara 1-2 mikron, berbentuk lonjong dan pipih seperti
cakram. Fungsi utama platelet adalah membentuk sumbat mekanis selama
respon hemostatik normal terhadap luka vaskular(Sugianto, 1998).
Pembentukan sumbat platelet terjadi melalui beberapa tahap yaitu
adhesi platelet, agregasi platelet dan reaksi pelepasan atau release. Agregasi
platelet yang diaktivasi dengan pembentukan tromboksan A2, diawali dengan
pelepasan fosfolipid dari membran platelet dan ion Ca2+ dari "dense tubular
system". Ion Ca2+ akan mengaktifkan enzim fosfolipase A2, yang akan
mengubah fosfolipid menjadi asam arakhidonat (AA). Asam arakhidonat
selanjutnya akan diubah menjadi PGG2 dan PGH2 oleh enzim
siklooksigenase. Kemudian PGH2 akan dikonversi lebih lanjut menjadi
tromboksan A2 (TXA2) oleh enzim tromboksan sintetase dan akan
merangsang pelepasan ion Ca2+ lebih banyak lagi. Ion Ca2+ menyebabkan
terjadinya kontraksi aktin-miosin sehingga bentuk trombosit berubah dari
bentuk cakram menjadi bulat dan disertai dengan pembentukan pseudopodi.
Kontraksi inilah yang akan menyebabkan reaksi pelepasan dan selanjutnya
menyebabkan platelet beragaregasi membentuk gumpalan/trombus. Dalam
endotel pembuluh darah, PGH2 akan diubah oleh prostasiklin sintetase
menjadi prostasiklin (PGb). cAMP akan menghambat kerja enzim
siklooksigenase dan fosfolipase, sehingga pembentukan TXA2 terhambat
(Rao, 2003).
6
BAB III
METODOLOGI PELAKSANAAN
3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan yaitu jenis eksperimental dengan
rancangan penelitian randomized block design. Penelitian dilakukan dengan
memberikan perlakuan pada hewan uji. Subjek hewan uji yang digunakan
adalah tikus putih jantan galur wistar yang dibagi menjadi beberapa kelompok.
Masing-masing kelompok diberi perlakuan yang berbeda.
3.2. Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas
7
senyawa yang berfungsi sebagai agen anti inflamasi telah terakumulasi
dalam tubuh.
2. Tahap Pelaksanaan
a.1 Isolasi Lendir Bekicot
Sampel didapat dari lendir bekicot (Achatina fulica) lokal,
sebanyak 10 -50 bekicot, dengan elektrik shok dari aliran listrik 5 -10 volt,
selama 30-60 detik. Lendir dimaserasi dengan air selama 24 jam didalam
suhu 40C. Fraksi lendir yang larut dalam air (Water soluble fraction)
didapat dari prosedur mencampur air sebanyak dua kali jumlah sampel yang
ditambahkan pada lendir tersebut. Supernatan yang didapat dikatakan
sebagai WSF. Fraksi lendir (Mucin Fraction) dari WSF didapatkan dengan
menggunakan etanol presipitasi yaitu mencampur supernatan hasil maserasi
dengan air dengan dengan etanol absolut dengan perbandingan 1 :3, yang
merupakan metode isolasi umum dari lendir. WSF dan campuran tersebut
disentifuse pada 2900 g selama 30 menit. Presipitasi yang didapat dilarutkan
kembali dengan Tris -Cl dan didapatkan fraksi mucin.
a.2 Pemurnian protein dengan kromatografi penukar ion
Hasil presipitasi (fraksi Etp) yang didapat dan telah dipekatkan dilarutkan
dengan buffer Tris-HCl, untuk kemudian dilakukan pemurnian dengan
kromatografi penukar ion. Kromatografi penukar ion dilakukan dengan
menggunakan penukar anion matriks sepharose dalam buffer tris 50 mM
dengan pH 8, serta kolom dengan panjang 17 cm dan berdiameter 4 cm.
Sepharose dipersiapkan dulu sebelum dipacking dalam kolom. Kolom
dipaking dengan matriks sepharose sampai padat dan sesuai dengan
ketinggian yang diinginkan. Kalibrasi dengan buffer Tris-HCl 50 mM dan
pH 8 dilakukan sepanjang 2 kali kolom. Selanjutnya sampel sebanyak 3,5
ml dimasukkan ke dalam kolom dan dilakukan elusi dengan buffer nol
sebanyak 120 ml untuk melepaskan bahan-bahan yang tidak terikat pada
matriks lebih dulu. Selanjutnya kolom dielusi dengan gradien 0.1 - 0,8 M
NaCL dalam 200 ml buffer tris 50 mM pH 8. Glikoprotein yang telah
dipisahkan dalam fraksi - fraksi berdasarkan muatan ionnya kemudian
dispektofotometri dengan OD 280 UV dan untuk selanjutnya dilakukan uji
aktivitas.
a.3 Pemurnian dan karakterisasi protein dengan SDS - PAGE
Protein dengan aktivitas positif hasil kromatografi penukar ion selanjutnya
dikumpulkan dan disimpan untuk selanjutnya dilakukan purifikasi dan
karakterisasi dengan sodium dodecyl sulphate polyacrilamide gel
electrophoresis ( (SDS-PAGE) untuk mendapatkan pita dominan dengan
berat molekul tertentu. Karakterisasi dilakukan dengan teknik SDS - PAGE
(Wayan, 1991) dengan komposisi separating gel 10 % (1,2 g acrylamid ;
0,032 g bis- acrylamid ; 3 ml 1,5 M Tris ph 8,8 ; 0,12 ml SDS 10 % ; 8,88
aquades, 7 l TEMED dan 80 l APS 10%) dan stacking gel 3 % (0,9 g
acrylamid ; 0,024 g bis- acrylamid ; 2,52 ml 1,5 M Tris ph 6,8 ; 0,3 ml SDS
10 % ; 17,18 aquades, 3,5 l TEMED dan 50 l APS 10%). Larutan
separating gel 10 % dimasukkan pada gel plate pada posisi vertikal,
kemudian diatasnya ditambahkan butanol dan dibiarkan polimerisasi. Proses
selanjutnya adalah penambahan stacking gel 3% dimasukkan ke kaca
sampai penuh kemudian pasang sisir dan ditunggu sa mpai polimerisasi. Plat
8
berisi gel kemudian dipasang pada Minigel Twin G-42 slab dan dituangi
electrophoresis buffer (3g 0,0248 M Tris; 14,4 g 0,19 M glisin ; 10 ml 0,1%
SDS 10 %) ditempat yang akan dialiri elektroda. Sebanyak 50 l sampel
achasin yang sudah disiapkan diletakkan dalam ependov, kemudian
ditambah 5 x SDS sampel - buffer (red Prob-b) sebanyak 12,5 l (2,5 ml 1,5
M Tris pH 6,8 ; 2 g SDS ; 0,5 g Dithiothretol (DTT)/ 5 ml
merchaptoethanol) ; 10 mg bromphenol blue ; 10 ml gliserin dan 2,5 ml
aquades). Sampel kemudian direbus selama 2 menit diangkat dan langsung
dimasukkan es, dituang sedikit demi sedikit ke dalam masing-masing
sumuran stacking gel. Sebagai marker digunakan protein dengan berat
molekul pada kisaran 6,5-205 kDa produksi Sigma. Power supply
dinyalakan arus listrik yang dipakai 99,9 volt, 50 mA dan 12 W. Jika sampel
sudah bereaksi sampai bawah, maka koleksi protein dihentikan. Plate
dibuka dan dipisahkan, selanjutnya dicuci dengan buffer dan di cat dengan
methylen blue.
b. Perlakuan Hewan Uji
Sebelum diberi perlakuan tikus ditimbang dengan bobot rata-rata tikus
200 g. Hewan uji di bagi menjadi 4 kelompok. Pada kelompok IV tiap tikus
diberi dengan dosis yang berbeda. Adapun perlakuan terhadap hewan uji
pada masing-masing kelompok, yaitu:
1. Kelompok I : Kelompok kontrol pelarut yaitu tikus diberikan suspensi
CMC Na 1% secara per oral selama 7 hari.
2. Kelompok II : Kelompok kontrol positif untuk uji udem yaitu tikus
diberikan suspensi natrium diklofenak 12,6 mg/kgBB secara
per oral 2 jam sebelum perlakuan.
3. Kelompok III : Untuk kontrol positif agregasi platelet menggunakan
aspirin dengan dosis 10 mg/kgBB.
4. Kelompok IV : Kelompok perlakuan dengan pemberian isolat lendir
bekicot dosis 100 mg/kgBB secara per oral 2 jam sebelum
perlakuan
5. Kelompok V : Kelompok perlakuan dengan pemberian isolat lendir
bekicot dosis 600 mg/kgBB secara per oral selama 7 hari.
6. Kelompok VI : Kelompok perlakuan dengan pemberian isolat lendir
bekicot dosis 3000mg/kgBB secara per oral selama 7 hari.
Setiap tikus tetap diberi makan selama 7 hari. Kemudian pada hari ke-7
dilakukan uji sebagai berikut:
a) Uji Udema pada Telinga Tikus
Masing-masing kelompok I, II, IV, V dan VI pada telinga sebelah kiri tiap
tikus diukur ketebalan mula-mula kemudian oleskan sebanyak 0,01 ml asam
arakhidonat, kemudian mengukur ketebalan telinga tiap 30; 60; 90; 120;
180; 240 menit menggunakan jangka sorong.
b) Uji Udema pada Kaki Tikus
Pada saat pengujian, hewan uji diberi tanda pada kaki, kemudian kaki tikus
dimasukkan ke dalam plestismograf yang berisi cairan raksa sampai cairan
naik pada garis batas, angka pada skaladicatat sebagai volume awal (Vo).
9
Masing-masing tikus kelompok I, II,IV, V dan VI diberi isolat lendir
bekicot. Kemudian pada kaki tikus dibuat udem dengan menyuntikkan
karagenin kemudian ukur volume udem pada jam ke 30; 60; 90; 120; 180;
250; 300; 360 menit menggunakan plestismograf.
c) Uji Agregrasi Platelet
Tikus yang sudah diberi perlakuan kelompok I, III, IV, V dan VI diambil
darahnya dari ekor tikus. Kemudian ditambahkan EDTA sebagai
antikoagulan dan digoyang-goyangkan agar tidak menggumpal. Setelah itu
darah disentrifuge dengan kecepatan 6000rpm selama 3 menit. Supernatan
dipisahkan dari endapan. Sebanyak 293.5 l supernatan ditambah dengan
6,5 l asam arakhidonat hingga konsentrasi akhir 12,38mM. Kemudian
dibaca absorbansi menggunakan microplate reader pada waktu 15 detik, 30
detik serta setiap menit selama 10 menit dengan panjang gelombang 655nm.
d) Uji Waktu Perdarahan Ekor
Waktu perdarahan diukur dengan mengamputasi 0.5 cm ujung ekor semua
tikus pada tiap kelompok menggunakan pisau bedah. Kemudian darah pada
potongan ekor tikus ditotolkan ke kertas saring whatman setiap 30 detik
sampai kertas tidak menandai adanya bercak darah. Periode antara waktu
amputasi dan waktu pemberhentian perdarahan dihitung sebagai waktu
perdarahan.
3.6. Analisis Data
Data hasil penelitian uji efek antiinflamasi dianalisa menggunakan program
SPSS versi 16.0. Data yang dianalisa adalah persen inhibisi pada telapak kaki
dan telinga, perubahan serapan pada uji agregrasi dan waktu perdarahan.
BAB IV
RINCIAN BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN
A. RINCIAN BIAYA
NO.
Jenis Pengeluran
Biaya (Rp)
1.
Rp. 4.317.000
2.
Peralatan penunjang
Rp. 3.115.000
3.
Perjalanan
Rp. 3.123.000
4.
Lain-lain
Rp. 1.875.000
JUMLAH
Rp 12.430.000
B. JADWAL KEGIATAN
BULAN KENo.
AGENDA
10
1.
Persiapan
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Analisis data
7.
Evaluasi
DAFTAR PUSTAKA
Nama Lengkap
Jabatan Fungsional
Jabatan Struktural
NIP/NIK
NIDN
Tempat dan Tanggal Lahir
Alamat Rumah
8
9
Nomor Telepon/Faks/HP
Alamat Kantor
10
11
12
13
Susanti
Asisten Ahli
2160386
0607058201
Jambi, 7 Mei 1982
Jl. Pendawa no. 60 Dukuhwaluh,
kembaran, Banyumas
-/-/081226734039
Jl. Raya Dukuh Waluh PO BOX 202
Kembaran, Banyumas
0281-637239
susanti@ump.ac.id
S-1= orang; S-2= orang; S3= orang
Farmakologi
Farmakologi Molekuler
Farmakokinetika
Farmakokinetika Klinik
Imunologi
B. Riwayat Pendidikan
S-1
Nama
Perguruan Universitas
Tinggi
Mada
Bidang Ilmu
Farmasi
Tahun Masuk-Lulus
S-2
Gadjah Australian
University
Biomedik
2000-2005
S-3
National
2009-2011
Judul
Sintesis 2,5 bis- (4'Skripsi/Thesis/Disertasi metoksi
benzilidin)
siklopentanon dengan
katalis KOH dalam
berbagai pelarut
Nama
Pembimbing/Promotor
Angiogenesis
modulating activity of
Nod
factor-derived
compounds
and
histidine-rich
glycoprotein.
Prof. Supardjan, MS., Prof. Chris Parish
Apt
Dr. rer. nat., Pudjono,
SU., Apt.
Tahun
Judul Penelitian
Pendanaan
Sumber
Jumlah
(Juta
Rp)
1.
2008
2008
3.
2008
4.
2009
5.
2009-2011
2012
Aktivitas
antibakteri
ekstrak air dan
etanol
daun
berunuk
(Cresecentia
cujente L.)
Aktivitas
antifungi ekstrak
etanol
daun
berunuk
(Cresecentia
cujente L.)
Efek
hepatoprotektif
Acanthus
ilicifolius, L.
Aktivitas
Penangkapan
Radikal Bebas
Ekstrak
dan
Fraksi
Kulit
Batang,
Akar,
Daun dan Buah
Acanthus
ilicifolius
Angiogenesis
modulating
activity of Nod
factor-derived
compounds and
histidine-rich
glycoprotein
Menggali
Potensi
Estrogenik
Purwoceng
(Pimpinella
alpina
Molk.)
secara in vivo
menggunakan
metode vaginal
cornification
assay
dan
uterotrophic
assay
LPPM UMP
LPPM UMP
LPPM UMP
DIKTI
(DOSEN
MUDA)
10
AusAID
LPPM UMP
7.
2012
2012
2013
Studi Metabolit
Sekunder
Purwoceng
(Pimpinella
alpina
Molk.)
liar
dan
budidaya
Uji aktivitas anti
inflamasi ektrak
etanol
daun
berunuk
(Cresecentia
cujente L.)
Penelusuran
aktivitas
modulasi
estrogenik
Acanthus
ilicifolius
(Jeruju) sebagai
upaya penemuan
agen
kemoprevensi
kanker
yang
berhubungan
dengan reseptor
estrogen
LPPM UMP
LPPM UMP
HIBAH
PEKERTI
DIKTI
50
Tahun
1.
2011
2.
2012
2,5
3.
2013
2013
Pelatihan
Pembuatan LPPM UMP
Patient Medical Record
bagi
Apoteker
di
Wilayah
Kecamatan
Majenang
Menuju
Pelaksanaan
Star
Pelayanan Kefarmasian
di Apotek
Edukasi tentang Interaksi LPPM UMP
Obat, Makanan dan Jamu
pada
Ibu-Ibu
PKK
Kelurahan
Pasirmuncang,
Banyumas
2,5
1.
2.
3.
Volume/Nomor/Tahun
Nama Jurnal
Pharmacy
Pharmacy
Pharmacy
4.
Nunuk
aries
nurulita, 09/01/2012
Susanti, Sharas S. Maulita,
2012, Anti-diabetic activity of
avocado (Punica granatum L.)
seed infusion : study on male rats
that were given high dose of
glucose
Pharmacy
PlosOne
5
6
2.
3.
Nama Pertemuan
Ilmiah / Seminar
Universitas
Airlangga
Universiti
Sains
Malaysia
Second
Collaborative
Conference
The 13th Asian
Conference
on
Clinical Pharmacy
(ACCP)
Haiphong, Vietnam,
September 2013
Singapore,
Desember 2013
Jenis Penghargaan
1.
Australia
Development
Scholarship
Trans-Youth Travel
Fund to attend
FEBS Workshop on
Moleculer
and
Celluler
Mechanism
in
Angiogenesis
Travel Fellowship
to attend The 2013
Special FAOBMB
Symposium
Islamic
Development Bank
(IDB)
Merit
Scholarship (PhD)
Programme
2.
3.
Institusi
Penghargaan
AusAid
Pemberi Tahun
2009
Federation of
Biochemical
(FEBS)
European 2012
Societies
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar
dan dapat dipertanggung jawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari
ternyata dijumpai ketidak sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima
resikonya.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah
satu persyaratan dalam pengajuan Hibah PKM- Penelitian.
Purwokerto, 23 September 2014
Labu ukur
10
Buah
Rp. 45.000
Rp. 675.000
Tabung reaksi
20
Buah
Rp. 20.000
Rp. 500.000
Pro pipet
Buah
Rp. 35.000
Rp. 175.000
Pipet volume
10
Buah
Rp. 25.000
Rp. 250.000
Becker glass
Buah
Rp. 40.000
Rp. 280.000
Spet Injeksi
10
Buah
Rp. 5.000
Rp. 50.000
Jarum Injeksi
10
Buah
Rp. 3.000
Rp. 30.000
Masker
Box
Rp. 45.000
Rp. 45.000
Sewa
laboratorium
4 bulan
Bulan
Rp. 200.000
Rp. 800.000
Micro tube
(eppendorf)
100
Buah
Buah
70.000/100
Rp.70.000/ 70.000
Rp. 70.000
buah
100 buah
Waskom
(tempat tikus)
20
Buah
Rp. 20.000
Rp. 400.000
Strimin
meter
Rp. 25.000/m
Rp. 125.000
SUB TOTAL
100 g
Rp. 3.115.000
Satuan
Harga
Satuan ( Rp)
gram
Rp. 956.000/
150g
Rp. 265.000/
100g
Rp. 230.000/
100 mL
Rp. 75.000/
100 mL
Gram
Aspirin
100 mL
mL
Etanol 96 %
240mL
mL
Total
(Rp)
Harga
Rp. 956.000
Rp. 265.000
Rp.230.000
Rp. 210.000
Karagenin
q.s
Penelitian
NaCl
q.s
Penelitian
EDTA
q.s
Penelitian
Aquadest
5 liter
Penelitian
As.arakhidonat
100 g
Penelitian
Aquabidestilata
5 liter
Etanol absolut
1 liter
Penelitian
Rp. 369.000/
100g
Rp. 72.000/
100 g
Rp. 980.000/
100 g
Rp. 45.000/L
Rp. 369.000
Rp.
520.000/100g
Rp. 50.000/L
Rp. 520.000
Rp.
240.000/L
Rp. 240.000
SUB TOTAL
Rp. 72.000
Rp. 980.000
Rp. 225.000
Rp. 250.000
Rp. 4.317.000
3. Perjalanan
Material
Justifikasi
Pemakaian
Bensin
Perjalanan
253 liter
dalam kota dan
luar kota untuk
membeli
peralatan
dan
bahan
penginapan penginapan saat 3 hari
pencarian bahan
untuk 3 orang
akomodasi Biaya hidup saat 3 hari
perjalanan
SUB TOTAL ( Rp)
4. Lain-lain
Material
Hewan Uji
Sarung
tangan karet
Total Harga
Rp. 6.500/ L
Rp. 1.638.000
Rp. 120.000/hari
Rp. 1.080.000
Rp. 135.000/hari
Rp. 405.000
Rp. 3.123.000
Justifikasi
Pemakaian
Kuantitas
Total Harga
Penelitian
20 ekor
Rp. 25.000/ekor
Rp. 500.000
3 pasang
Rp.75.000/pasang
Rp. 225.000
Kertas A4
Dokumentasi
1 RIM
Rp. 40.000/RIM
Foto
kopi Dokumentasi
dan jilid
Rp. 40.000
Rp.200.000
Rp. 40.000
Rp. 40.000
Rp. 200.000
Rp. 870.000
Publikasi
dan seminar
Rp.
1.875.000
: Rp. 3.115.000
: Rp. 4.317.000
: Rp. 3.123.000
: Rp. 1.875.000
+
Rp. 12.430.000
Yang menyatakan,
Ketua
(Aulya Khanifatunnisa)
NIM. 1208010122