KIMIA FISIKA
PERCOBAAN IX
PENENTUAN PERSAMAAN LAJU
(KINETIKA KIMIA)
NAMA
NIM
KELOMPOK
HARI, TANGGAL PERCOBAAN
ASISTEN
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
dc
dc
k1c ,
sering kali disebut sebagai
dt
dt
differential rate expression dan k1 adalah konstanta laju reaksi (Bird, 1993).
Tahap pertama dalam analisis kinetika tentang reaksi adalah menentukan
stoikiometri reaksi dan mengenali setiap reaksi samping. Dengan demikian, data
dasar tentang kinetika kimia adalah konsentrasi reaktan dan produk pada waktu
yang berbeda-beda setelah reaksi dimulai. Karena laju reaksi kimia pada umumnya
peka terhadap temperatur, maka temperatur campuran reaksi harus dijaga supaya
konstan selama reaksi berlangsung. Jika tidak, maka laju yang akan diamati akan
merupakan laju rata-rata pada temperatur berbeda-beda, yang tak berarti. Syarat ini
menyebabkan tuntutan yang keras pada perancangan eksperimen (Atkins, 1997).
Kinetika kimia berdasarkan dinamika reaksi kimia, reaksi berlangsung dan
dinilai berdasarkan kecepatan reaksi dari proses reaksi tersebut. Inti dari reaksi
tersebut adalah mekanisme reaksi hukum laju, yang menggambarkan hubungan
antara kecepatan reaksi dan konsentrasi pereaksi kimia. Tingkat konstan yang
didefinisikan sebagai tingkat konsentrasi suatu zat yang terlibat dalam reaksi
dengan tanda negatif atau positif, tergantung pada substansi merupakan reaktan
atau produk (Seoud, 2010).
Laju reaksi adalah jumlah mol reaktan per satuan volume yang bereaksi
dalam satuan waktu tertentu. Bentuk persamaan laju reaksi yang lebih umum
adalah laju = k[A]x [B]y [C]z ....., dan seterusnya . Sehingga dapat dikatakan bahwa
orde reaksi terhadap A adalah x, orde reaksi terhadap B adalah y, dan orde reaksi
terhadap C adalah z. Dan orde reaksi keseluruhan merupakan jumlah semua
pangkat dalam persamaan laju reaksi. Orde suatu reaksi nilainya ditentukan secara
percobaaan dan tidak dapat diturunkan secara teori, walaupun stoikiometrinya telah
diketahui (Bird, 1993).
Untuk beberapa reaksi, laju reaksi dapat dinyatakan dengan persamaan
matematik yang dikenal sebagai hukum laju atau persamaan laju. Perhatikan reaksi
hipotetik,
aA + bB + gG + hH +
di mana a, b, merupakan koefisien reaksi. Laju reaksi dapat dinyatakan sebagai l
laju reaksi = k[A]m[B]n..
Dalam rumusan tersebut, lambang [A], [B] merupakan konsentrasi molar. Pangkat
m, n, merupakan angka-angka bulat yang kecil, walaupun dalam beberapa kasus
dapat berupa pecahan ataupun negatif. Penting untuk diingat bahwa tidak ada
hubungan antara pangkat m, n dengan koefisien reaksi a, b,. Bila dalam
beberapa kasus keduanya identik (m = a, atau n = b), hal itu hanya suatu kebetulan,
dan tidak dapat diharapkan. Pangkat-pangkat dalam persamaan laju dinamakan
orde reaksi. Total jumlah pangkat m + n + merupakan orde reaksi total. Faktor k
disebut tetapan laju. Faktor tersebut merupakan sifat khas dari suatu reaksi, dan
hanya tergantung pada suhu. Laju reaksi biasa dinyatakan dalam satuan mol per
liter per satuan waktu, misalnya, mol L-1 det-1 atau mol L-1 men-1. Satuan k
tergantung dari orde reaksi (Petrucci, 1999).
Zeolit berperan penting sebagai katalis. Definisi katalis yang umum
diterima saat ini adalah zat yang meningkatkan laju reaksi kimia tanpa dirinya
sendiri terlibat dalam reaksi secara permanent. Dengan demikian pada akhir reaksi
katalis tidak tergabung dengan senyawa produk reaksi (Handoko, 2003).
Iod adalah padatan hitam dengan sedikit kilap logam. Pada tekanan
atmosfer, iod menyublim tanpa meleleh. Iod segera melarut dalam pelarut
nonpolar. Pembentukan cepat dalam reaksi kering dari klorida, bromida, dan iodida
biasanya diperlukan suhu yang tinggi (Cotton dkk., 1995).
Iod terdapat sebagai ioda dalam air laut, dan sebagai iodat dalam garam
chili (guano). Berbagai bentuk kehidupan laut mengkonsentrasikan iod. Produksi I2
menyangkut baik mengoksidasi I- ataupun mereduksi iodat menjadi I- diikuti oleh
oksidasi, MnO2 dalam larutan asam biasanya digunakan sebagai pengoksidasi
(Cotton dkk., 1995).
Dalam proses analitik, iodium digunakan sebagai pereaksi oksidasi
(iodimetri) dan ion iodida digunakan sebagai pereaksi reduksi (iodometri). Relatif
beberapa zat merupakan pereaksi reduksi yang cukup kuat untuk dititrasi secara
langsung dengan iodium. Maka jumlah penentuan iodimetrik adalah sedikit . Akan
tetapi banyak pereaksi oksidasi cukup kuat untuk bereaksi sempurna dengan ion
iodida, dan ada banyak penggunaan proses iodometrik. Suatu kelebihan ion iodida
ditambahkan dengan pereaksi oksidasi yang ditentukan, dengan pembebasan
iodium, yang kemudian dititrasi dengan larutan natrium tiosulfat. Reaksi antara
iodium dan tiosulfat berlangsung secara sempurna (Day dan Underwood, 1993).
Iodin hanya larut sedikit dalam air 0,00134 mol/liter pada 25 C, namun larut
cukup banyak dalam larutan-larutan yang mengandung ion iodida. Iodin
membentuk kompleks triiodida dan iodida,
I2 + I- I3Dengan konstanta kesetimbangan sekitar 710 pada 25 C. suatu kelebihan kalium
iodida ditambahkan untuk meningkatkan kelarutan dan untuk menurunkan
keatsirian iodin (Day dan Underwood, 1998).
Banyak agen pengoksidasi yang kuat dapat dianalisa dengan menambahkan
kalium iodida berlebih dan menitrasi iodineyang dibebaskan. Karena banyak agen
pengoksidasi membutuhkan suatu larutan asam untuk bereaksi dengan iodin,
natrium tiosulfat biasanya digunakan sebagai titrannya. Iodin mengoksidasi
tiosulfat menjadi ion tetrationat (Day dan Underwood, 1998) :
I2 + 2S2O32- 2I- + S4O62laju
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1
Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah aseton, larutan iod
(0,05 M dalam larutan KI), larutan Na2S2O3 0,01 M, larutan asam sulfat 1 M,
larutan CH3COONa 10%, larutan amilum 1%, akuades, tissue roll, dan aluminium
foil.
3.2
Alat
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah labu erlenmeyer 300 mL,
labu erlenmeyer 100 mL, pipet volume 5 ml, pipet volume 10 ml, pipet volume 20
ml, pipet volume 25 mL, gelas piala 200 ml, gelas piala 500 mL, labu ukur 250 ml,
stopwatch, botol semprot, magnetik stirrer, dan barr, batang pengaduk, bulb, pipet
tetes, statif, klem, buret 50 ml.
3.3
Prosedur Kerja
3.3.1 Percobaan A
Dimasukkan 25 mL aseton dan 10 mL H2SO4 1 M ke dalam labu ukur 250 mL
dan diencerkan dengan akuades hingga tanda batas. Larutan tersebut dipindahkan
ke dalam erlenmeyer 300 mL dan dihomogenkan dengan magnetik stirrer. Setelah
itu, 25 mL larutan iod 0,01 M dipipet ke dalam larutan tersebut, dan bersamaan
dengan itu stopwatch dijalankan. Kemudian dipipet kembali 25 mL larutan tersebut
dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer 100 mL yang berisi 10 mL larutan
CH3COONa
dititrasi dengan larutan Na2S2O3 0,01 M sampai larutan berubah warna menjadi
bening. Cuplikan-cuplikan berikutnya diambil dalam selang waktu 5 menit sampai
larutan sudah tidak berwarna lagi.
3.3.2 Prosedur Percobaan B
Diulangi prosedur percobaan A dengan mengambil 20 mL aseton dan 10
mL H2SO4 1 M. Cuplikan-cuplikan diambil tiap selang waktu 5 menit.
3.3.3 Prosedur Percobaan C
Diulangi prosedur percobaan A dengan mengambil 25 mL aseton dan 5 mL
H2SO4 1 M. Cuplikan-cuplikan diambil tiap selang waktu 5 menit.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Waktu (s)
21,00
300
17,10
600
10,00
900
1,00
1200
0,10
1500
24,09
300
18,20
600
11,20
900
6,10
1200
0,30
1500
0,10
1800
27,09
300
23,90
600
21,08
900
18,30
1200
15,30
1500
12,40
1800
9,00
2100
5,90
2400
2,3
2700
10
0,10
3000
4.2 Reaksi
4.2.1 Reaksi Iodinasi aseton
CH3-CO-CH3 + H+ CH3-C(OH)-CH3 + H2O
CH3-C(OH)-CH3 CH3-C(OH)=CH2 + H+
CH3-C(OH)=CH2 + I2 CH3-C(OH)(I)-CH2I
CH3-C(OH)(I)-CH2I CH3-CO-CH2I + HI
4.2.2 Reaksi iodometri
2Na2S2O3 + I2 Na2S4O6 + 2NaI
4.3 Perhitungan
4.3.1 Perhitungan mol I2
1 mol I2
2 mol Na2S2O3
Percobaan A
Titrasi Iodin 1
n I2 = x M Na2S2O3 x V Na2S2O3
n I2 = x 0,01 M x 21,00 mL = 0,1050 mmol
Titrasi Iodin 2
n I2 = x M Na2S2O3 x V Na2S2O3
n I2 = x 0,01 M x 17,10 mL = 0,0855 mmol
Titrasi Iodin 3
n I2 = x M Na2S2O3 x V Na2S2O3
n I2 = x 0,01 M x 10,00 mL = 0,0500 mmol
Titrasi Iodin 4
n I2 = x M Na2S2O3 x V Na2S2O3
n I2 = x 0,01 M x 1,00 mL = 0,0050 mmol
Titrasi Iodin 5
n I2 = x M Na2S2O3 x V Na2S2O3
n I2 = x 0,01 M x 0,10 mL = 0,0005 mmol
b. Percobaan B
Titrasi Iodin 1
n I2 = x M Na2S2O3 x V Na2S2O3
n I2 = x 0,01 M x 24,09 mL = 0,12045 mmol
Titrasi Iodin 2
n I2 = x M Na2S2O3 x V Na2S2O3
n I2 = x 0,01 M x 18,20 mL = 0,0910 mmol
Titrasi Iodin 3
n I2 = x M Na2S2O3 x V Na2S2O3
n I2 = x 0,01 M x 11,20 mL = 0,1120 mmol
Titrasi Iodin 4
n I2 = x M Na2S2O3 x V Na2S2O3
n I21 = x 0,01 M x 6,10 mL
= 0,0305 mmol
Titrasi Iodin 5
n I2 = x M Na2S2O3 x V Na2S2O3
n I2 = x 0,01 M x 0,30 mL
= 0,0015 mmol
Titrasi Iodin 6
n I2 = x M Na2S2O3 x V Na2S2O3
n I2 = x 0,01 M x 0,10 mL
c.
= 0,0005 mmol
Percobaan C
Titrasi Iodin 1
n I2 = x M Na2S2O3 x V Na2S2O3
n I2 = x 0,01 M x 27,09 mL = 1,3545 mmol
Titrasi Iodin 2
n I2 = x M Na2S2O3 x V Na2S2O3
n I2 = x 0,01 M x 23,90 mL = 0,1195 mmol
Titrasi Iodin 3
n I2 = x M Na2S2O3 x V Na2S2O3
n I2 = x 0,01 M x 21,08 mL = 0,1054 mmol
Titrasi Iodin 4
n I2 = x M Na2S2O3 x V Na2S2O3
n I21 = x 0,01 M x 18,30 mL = 0,0915 mmol
Titrasi Iodin 5
n I2 = x M Na2S2O3 x V Na2S2O3
n I2 = x 0,01 M x 15,30 mL
= 0,0765 mmol
Titrasi Iodin 6
n I2 = x M Na2S2O3 x V Na2S2O3
n I2 = x 0,01 M x 12,40 mL
= 0,0620 mmol
Titrasi Iodin 7
n I2 = x M Na2S2O3 x V Na2S2O3
n I2 = x 0,01 M x 9,00 mL
= 0,0450 mmol
Titrasi Iodin 8
n I2 = x M Na2S2O3 x V Na2S2O3
n I2 = x 0,01 M x 5,90 mL
= 0,0295 mmol
Titrasi Iodin 9
n I2 = x M Na2S2O3 x V Na2S2O3
n I2 = x 0,01 M x 2,3 mL= 0,0115 mmol
Titrasi Iodin 10
n I2 = x M Na2S2O3 x V Na2S2O3
n I2 = x 0,01 M x 0,10 mL
= 0,0005 mmol
Percobaan A
Titrasi Iodin 1
Volume total = V CH3COONa + V amilum + V cuplikan + V Na2S2O3
= 10 mL + 1 mL + 25 mL + 21,00 mL
= 57,00 mL
[I2]1 =
n I2
total
0,1055 mmol
57,00 mL
1,8850 . 10-3
Titrasi Iodin 2
Volume total = V CH3COONa + V amilum + V cuplikan + V Na2S2O3
= 10 mL + 1 mL + 25 mL + 17,10 mL
= 53,1 mL
[I2]2 =
n I2
total
0,0855 mmol
53,1 mL
1,6101. 10-3 M
Titrasi Iodin 3
Volume total = V CH3COONa + V amilum + V cuplikan + V Na2S2O3
= 10 mL + 1 mL + 25 mL + 10,00 mL
= 46 mL
[I2]3 =
n I2
total
0,0500 mmol
46 mL
1,0869. 10-3 M
Titrasi Iodin 4
Volume total = V CH3COONa + V amilum + V cuplikan + V Na2S2O3
= 10 mL + 1 mL + 25 mL + 1,000 mL
= 37 mL
[I2]5 =
n I2
total
0,0050 mmol
37 mL
1,3513 . 10-4 M
Titrasi Iodin 5
Volume total = V CH3COONa + V amilum + V cuplikan + V Na2S2O3
= 10 mL + 1 mL + 25 mL + 0,10 mL
= 36,10 mL
[I2]5 =
n I2
total
0,0005 mmol
36,10 mL
1,3850 . 10-5 M
b. Percobaan B
Titrasi Iodin 1
Volume total = V CH3COONa + V amilum + V cuplikan + V Na2S2O3
= 10 mL + 1 mL + 25 mL + 24,09 mL
= 60,09
[I2]1 =
n I2
total
0,1204 mmol
60,09 mL
2,0036 . 10-3 M
Titrasi Iodin 2
Volume total = V CH3COONa + V amilum + V cuplikan + V Na2S2O3
= 10 mL + 1 mL + 25 mL + 18,20 mL
=54,2 mL
[I2]2 =
n I2
total
0,0920 mmol
54,2 mL
1,6974. 10-3 M
Titrasi Iodin 3
Volume total = V CH3COONa + V amilum + V cuplikan + V Na2S2O3
= 10 mL + 1 mL + 25 mL + 11,20 mL
= 47,2 mL
[I2]3 =
n I2
total
0,1120 mmol
47,2 mL
2,3728. 10-3 M
Titrasi Iodin 4
Volume total = V CH3COONa + V amilum + V cuplikan + V Na2S2O3
= 10 mL + 1 mL + 25 mL + 6,10 mL
= 42,1 mL
[I2]4 =
n I2
total
0,0305 mmol
42,1 mL
7,2446 . 10-4 M
Titrasi Iodin 5
Volume total = V CH3COONa + V amilum + V cuplikan + V Na2S2O3
= 10 mL + 1 mL + 25 mL + 0,30 mL
= 36,3 mL
[I2]5 =
n I2
total
0,0015 mmol
38,3 mL
3,9164 . 10-5 M
Titrasi Iodin 6
Volume total = V CH3COONa + V amilum + V cuplikan + V Na2S2O3
= 10 mL + 1 mL + 25 mL + 0,10 mL
= 36,1 mL
[I2]6 =
c.
n I2
total
0,0005 mmol
36,1 mL
1,3850 . 10-5 M
Percobaan C
Titrasi Iodin 1
Volume total = V CH3COONa + V amilum + V cuplikan + V Na2S2O3
= 10 mL + 1 mL + 25 mL + 27,09 mL
= 63,09 mL
[I2]1 =
n I2
total
1,3545 mmol
63,09 mL
2,1469 . 10-2 M
Titrasi Iodin 2
Volume total = V CH3COONa + V amilum + V cuplikan + V Na2S2O3
= 10 mL + 1 mL + 25 mL + 23,90 mL
=59,9 mL
[I2]2 =
n I2
total
0,1195 mmol
59,9 mL
1,9949. 10-3 M
Titrasi Iodin 3
Volume total = V CH3COONa + V amilum + V cuplikan + V Na2S2O3
= 10 mL + 1 mL + 25 mL + 21,08 mL
= 57,08 mL
[I2]3 =
n I2
total
0,1054 mmol
57,08 mL
1,8465. 10-3 M
Titrasi Iodin 4
Volume total = V CH3COONa + V amilum + V cuplikan + V Na2S2O3
= 10 mL + 1 mL + 25 mL + 18,30 mL
= 54,3 mL
[I2]4 =
n I2
total
0,0915 mmol
54,3 mL
1,6850 . 10-3 M
Titrasi Iodin 5
Volume total = V CH3COONa + V amilum + V cuplikan + V Na2S2O3
= 10 mL + 1 mL + 25 mL + 15,30 mL
= 51,3 mL
[I2]5 =
n I2
total
0,0765 mmol
51,3 mL
1,4912 . 10-3 M
Titrasi Iodin 6
Volume total = V CH3COONa + V amilum + V cuplikan + V Na2S2O3
= 10 mL + 1 mL + 25 mL + 12,40 mL
= 48,4 mL
[I2]6 =
n I2
total
0,0620 mmol
48,4 mL
1,2809 . 10-3 M
Titrasi Iodin 7
Volume total = V CH3COONa + V amilum + V cuplikan + V Na2S2O3
= 10 mL + 1 mL + 25 mL +9,00 mL
= 45 mL
[I2]7 =
n I2
total
0,0450 mmol
45 mL
1,0000 . 10-3 M
Titrasi Iodin 8
Volume total = V CH3COONa + V amilum + V cuplikan + V Na2S2O3
= 10 mL + 1 mL + 25 mL + 5,90 mL
= 41,9 mL
[I2]8 =
n I2
0,0295 mmol
total
41,9 mL
7,0405 . 10-4 M
Titrasi Iodin 9
Volume total = V CH3COONa + V amilum + V cuplikan + V Na2S2O3
= 10 mL + 1 mL + 25 mL + 2,3 mL
= 38,3 mL
[I2]9 =
n I2
total
0,0115 mmol
38,3 mL
3,0026 . 10-4 M
Titrasi Iodin 10
Volume total = V CH3COONa + V amilum + V cuplikan + V Na2S2O3
= 10 mL + 1 mL + 25 mL + 0,10 mL
= 36,1 mL
[I2]10 =
n I2
total
0,0005 mmol
36,1 mL
1,3850 . 10-5 M
v
a.
-d I2
dt
=-
[I2 ] - [I2 ]0
t - t0
Percobaan A
Titrasi Iodin 1
V1 =
=-
[I2 ]
2 - [I2 ]1
t2 - t1
1,6101 .10-3
1,8850 . 10-3
s 300 s
=-
[I2 ]
3 - [I2 ]2
t3 - t2
1,0869 .10-3
1,6101 . 10-3
900 s 600 s
= 1,7440
x 10-6 M/s
Titrasi Iodin 3
V3 =
=-
[I2 ]
3 - [I2 ]2
t3 - t2
13513 .10-3
1200 s 900 s
= 3,1725
x 10-6 M/s
Titrasi Iodin 4
V4 =
1,0869 . 10-3
[I2 ]
3 - [I2 ]2
t3 - t2
13850 .10-4
=-
1,3513 . 10-4
1500 s 1200 s
= 4,0426
x 10-8 M/s
b. Percobaan B
Titrasi Iodin 1
[I2 ]
2 - [I2 ]1
V1 =
t2 - t1
=-
1,6974 .10-3
2,0036. 10-3
600 s 300 s
=-
[I2 ]
3 - [I2 ]2
t3 - t2
2,3728 .10-3
1,6974 . 10-3
900 s 600 s
=-
[I2 ]
4 - [I2 ]3
t4 - t3
9,4595 .10-4
1,3928. 10-3
s 600 s
[I2 ]
5 - [I2 ]4
t5 - t4
=-
3,0026 .10-4
9,4595 . 10-4
1200 s 900 s
Percobaan C
Titrasi Iodin 1
[I2 ]
2 - [I2 ]1
V1 =
t2 - t1
=-
1,7093 .10-3
1,9336 . 10-3
300 s 0 s
3 - [I2 ]2
V2 =
t3 - t2
==
1,4912 .10-3
1,7093 . 10-3
600 s 300 s
Titrasi Iodin 3
V3 =
=-
[I2 ]
4 - [I2 ]3
t4 - t3
1,2185 .10-3
1,4912 . 10-3
900 s 600 s
[I2 ]
5 - [I2 ]4
t5 - t4
=-
9,8214 .10-4
1,2185 . 10-3
1200 s 900 s
6 - [I2 ]5
V5 =
t6 - t5
=-
5,4455 .10-4
9,8214 . 10-3
1500 s 1200 s
Percobaan A
log [I2]
v (M/s)
log v
v regresi
1,3415 x 10-3
-2,8724
1,8143 x 10-6
-5,7413
-8,1066
7,2447 x 10-4
-3,1400
2,0568 x 10-6
-5,6868
-8,0590
Tabel 2. Regresi
y = ax + b
No.
xy
x2
y2
1.
-2,8724
-5,7413
16,4913
8,2506
32,9625
2.
-3,1400
-5,6868
17,8565
9,8596
32,3397
-6,0124
-11,4281
34,3478
18,1102
65,3022
xy - (x) (y) /n
2
2
a = x - (x) /n
34,3478 (-6,0124)(-11,4281/2)
18,1102 18,0744
37,2245 34,3551
18,1102 18,0774
= 0,8748
b = y - ax
= -5,7140 (0,8748)(-3,0062)
= -3,0842
a = slope = 0,8748
b = intercept = -3,0842
y = 0,8748x 3,0842
R2 = tetapan kelurusan grafik
R2 =
R2 =
)- ( )
( ) - ( )
0,2287 -11,4281)
(-11,4281)2 2 32,6503
= -2,6622
Persamaan garis y = 0,8748x 3,0842
R2 = -2,6622
Grafik 1. Hubungan antara log [I2] dan log v pada Titrasi Iodin I
0
-70,000
-60,000
-50,000
-40,000
-30,000
-20,000
-10,000
-10,000
-20,000
y = 0,8877x - 5,9009
R = 1
-30,000
-40,000
-50,000
-60,000
= slope = 0,8877
= intercept = -5,9000
= 0,8870x 5,9000
= k [I2]m
m = slope = 0,8870
sehingga persamaan laju reaksinya adalah :
V = 1,2590 x 10-6 [I2]0,8870
b. Percobaan B
Tabel 3. Penentuan Hukum Laju Reaksi
[I2] (M)
Log [I2]
V (M/s)
Log V
V regresi
1,7568 x 10-3
-2,7553
1,0013 x 10-6
-5,9994
-4,7538
1,3928 x 10-3
-2,8561
1,2133 x 10-6
-5,9160
-4,7850
9,4595 x 10-4
-3,0241
1,4895 x 10-6
-5,8270
-4,8184
3,0026 x 10-4
-3,5225
2,1532 x 10-6
-5,6669
-4,8784
Tabel 4. Regresi
y = ax + b
No.
1.
x
-2,7552
y
-5,9994
xy
16,5146
x2
7,5911
y2
35,9928
2.
-2,8561
-5,9160
16,8966
8,1573
34,9990
3.
-3,0241
-5,8270
17,6214
9,1451
33,9539
4.
-3,5225
-5,6669
19,9616
12,4080
32,1137
-12,1579
23,4093
71,0212
37,3015
137,0594
a=
xy - (x) (y) /n
x 2 - (x) 2 /n
71,0212 ((-12,1579)(-23,4093/4)
=
37,3015 (147,8145/4)
= -0,3748
b = y - ax
= -5,8523 (-0,3748)(-3,0394)
= -7,0024
7
5
,
4
3
2
6
7
5
,
3
a = slope = -0,3748
b = intercept = -7,0024
y = -0,03748x - 7,0024
R2 = tetapan kelurusan grafik
R2 =
a y + b y n y
yy(
y 2 + n (y)2
R2 =
71,0212 ((-
-0,3748
(-23,4093)
(71,0212)
4 (34,2497)
12,1579)(
-23,4093/4) 7,0024
yy(
71,0212
((yy(
(547,9953)
(34,2497)((-12,1579)(12,1579)(
-23,4093/4) 4 71,0212
23,4093/4)yy(
= -1,5220
71,0212 ((-12,1579)(-
-56,000
-5,000
0
-56,500
-57,000
y = -0.41x - 70985
R = 0.9633
-57,500
-58,000
-58,500
-59,000
-59,500
-60,000
-60,500
V = K [I2]m
Log V = log K + m log [I2]
Jika x = log [I2] dan y = log V, maka
Log k = intercept = -7,0985
Log [I2]
V (M/s)
Log V
V regresi
1,7093 x 10-3
-2,7672
7,4767 x 10-7
-6,1262
4,6039
1,4912 x 10-3
-2,8265
7,2700 x 10-7
-6,1385
4,6442
1,2185 x 10-3
-2,9142
9,0900 x 10-7
-6,0414
4,3261
9,8214 x 10-4
-3,0078
7,8787 x 10-7
-6,1035
4,5296
5,4455 x 10-4
-3,2640
3,0923 x 10-5
-4,5097
-0,6924
Tabel 6. Regresi
y = ax + b
No.
xy
x2
y2
1.
-2,7671
-6,1262
16,9518
7,6568
37,5303
2.
-2,8264
-6,1385
17,3498
7,9885
37,6811
3.
-2,9141
-6,0414
17,6052
8,4919
36,4985
4.
-3,0078
-6,1035
18,3581
9,0468
37,2527
5.
-3,2639
-4,5097
14,7192
10,6530
20,3373
-14,7793
-28,9193
84,9841
43,8370
169,2999
a=
xy - (x) (y) /n
x 2 - (x) 2 /n
84,9841 ((-14,7793)(-28,9193)/5)
=
43,8370 43,6855
. -26,9998
84,9841 85,4805
43,8370 43,6855
= -3,2765
b = y - ax
= -5,7839 (-3,2765)(-2,9558)
= -15,4685
a = slope = -3,2765
b = intercept = -15,4685
y = -3,2765x 15,4685
R2 = tetapan kelurusan grafik
R2 =
a y + b y n y
y 2 + n (y)2
R2 =
71,0212 ((-12,1579)(-
23,4093/4)
Grafik 3. Hubungan antara log [I2] dan log V pada Titrasi Iodin III
-33,000
-32,000
-31,000
-30,000
-29,000
0
-28,000
-27,000
-10,000
-20,000
y = -3.277x - 1,5471
R = 0.800
-30,000
-40,000
-50,000
-60,000
-70,000
= K [I2]m
= slope = 3,2770
semakin besar. Hal ini mengindikasikan untuk mempercepat laju reaksi dapat
dilakukan dengan memperbesar konsentrasi reaktan, dalam hal ini iod dan aseton.
Pada percobaan A diperoleh nilai tetapan laju reaksi k 4,9.10-8 dan b
sebagai kemiringan -0,2565. Percobaan B diperoleh nilai tetapan laju reaksi k
7,8271.10-8 dan a sebesar -0,5112. Pada percobaan C diperoleh nilai tetapan laju
reaksi k 1,6519.10-15 dan c sebesar 24,8222. Sehingga, persamaan laju reaksinya
dapat dituliskan sebagai V = k[aseton]-0,5112[I2]-0,2565[H+]24,8222.
Persamaan laju yang diperoleh memiliki kejanggalan, dimana orde reaksi
untuk aseton dan I2 bernilai negatif, yang berarti bersifat menurunkan laju reaksi
dengan penambahan konsentrasi. Hal ini tidak sesuai dengan teori, dimana
penambahan konsentrasi pereaksi seharusnya dapat meningkatkan laju reaksi.
Kesalahan ini dapat disebabkan adanya ketidaktelitian pada percobaan, baik dalam
menghitung waktu, memindahkan cairan, menitrasi, maupun dalam pembacaan
skala pada buret.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa
hukum laju reaksi iodinasi aseton dalam air yang terkatalis oleh asam ialah
V = k[aseton]-0,5112[I2]-0,2565[H+]24,8222.
5.2 Saran
5.2.1 Saran Untuk Percobaan
Saran pada percobaan ini yaitu sebaiknya pada percobaan berikutnya asisten
lebih proaktif lagi dalam menjelaskan tujuan dan perhitungan dari percobaan ini,
agar praktikan lebih baik dalam memahami percobaan ini.
5.2.2 Saran Untuk Laboratorium
Saran untuk laboratorium yaitu sebaiknya sebelum praktikum telah
menyiapkan alat-alat sesuai dengan kebutuhan seperti gelas kimia yang kurang saat
praktikum, sehingga tidak menghambat jalannya praktikum dan untuk menghindari
kontaminasi larutan dengan larutan lain karena dipakai bergantian.
DAFTAR PUSTAKA
Atkins, P., dan Paula, J.D., 2006, Physical Chemistry, Eighth Edition, Oxford
University Press, America.
Bird, T., 1993, Kimia Fisika Untuk Universitas, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Cotton, F.A., Wilkinson, G., dan Gaus, P.L., 1995, Basic Inorganic Chemistry,
Third Edition, John Wiley & Sons, New York.
Day, R.A., dan Underwood, A.L., 1993, Analisa Kimia Kuantitatif Edisi Keempat,
diterjemahkan oleh Soendoro, S., Erlangga, Jakarta.
Petrucci, R.H., dan Harwood, W.S., 1993, General Chemistry Principles and
Modern Aplications, Sixth Edition, Macmillan Publishing Company, New
York.
Seoud, A.L.A., dan Abdallah, L.A.M., Two Optimization Methods to Determine
the Rate Constants of a Complex Chemical Reaction using FORTRAN and
MATLAB, American Journal of Applied Sciences (online), 7 (4), 510-517,
(http://www.scipub.org/fulltext/ajas/ajas74509-517.pdf,
diakses
pada
tanggal 29 April 2014 pukul 04.47 WITA).
Handoko, D., S., P., 2003, Aktivitas Katalis Cr/Zeolit dalam Reaksi Konversi
Katalitik Fenol dan Metil Isobutil Keton, Jurnal Ilmu Dasar, 4 (2), 70-76.
LEMBAR PENGESAHAN
Tiur Mauli
Praktikan
Syadza Firdausiah