PEDOMAN PERENCANAAN
TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH
(METODA SANITARY LANDFILL)
I.
Pendahuluan
Tempat pembuangan akhir sampah pada dasarnya merupakan akhir dari proses
penanganan sampah yang aman dan ramah lingkungan. Namun adanya
keterbatasan biaya dan kapasitas SDM serta andalan pola kumpul-angkut-buang
yang ada selama ini, telah berdampak pada pembebanan yang terlalu berat di TPA
baik ditinjau dari kebutuhan lahan maupun beban pencemaran lingkungan.
Pemasalahan TPA yang akhir-akhir ini telah mengemuka secara nasional antara lain
kasus longsornya TPA Leuwigajah yang memakan korban jiwa lebih dari 140 orang,
friksi TPA Bantar Gebang dan TPST Bojong menunjukkan tingkat keterpurukan
masalah penanganan sampah (terutama dilema TPA yang makin tinggi). Tanpa
adanya komitmen dan upaya sungguh-sungguh dari para pelaksana pembangunan
bidang persampahan, kondisi demikian dikhawatirkan hanya akan menuai bencana
demi bencana.
Mengacu pada PP 16 / 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum
yang didalamya juga mengatur masalah persampahan (bagian ketiga pasal 19
pasal 22), bahwa penanganan sampah yang memadai perlu dilakukan untuk
perlindungan air baku air minum dan secara tegas dinyatakan bahwa TPA wajib
dilengkapi dengan zona penyangga dan metoda pembuangan akhirnya dilakukan
secara sanitary landfill (kota besar/metropolitan) dan controlled landfill (kota
sedang/kecil). Selain itu perlu juga dilakukan pemantauan kualitas hasil
pengolahan leachate (efluen) secara berkala. Ketentuan tersebut mulai berlaku pada
tahun 2008.
Menindak lanjuti hal-hal tersebut diatas, diperlukan lokasi TPA yang memenuhi
persyaratan, perencanaan TPA yang memadai, konstruksi TPA yang sesuai dengan
perencanaan dan pengoperasian sesuai dengan standar (SOP). Mengingat masalah
persampahan sudah menjadi tanggung jawab pemerintah kota/kabupaten,
Pemerintah Pusat hanya memiliki kewenangan terbatas antara lain dalam
penyediaan pedoman dan standar (NSPM).
Pada tahun 1999 telah diterbitkan petunjuk teknis perencanaan TPA yang dapat
digunakan sebagai acuan bagi pemerintah kota/kabupaten dalam penyusunan
perencanaan TPA yang dapat disesuaikan dengan kondisi daerah masing-masing.
II. Ketentuan-Ketentuan
2.1 Ketentuan Umum
1) Pemilihan lokasi TPA sampah perkotaan harus sesuai dengan ketentuan yang
ada (SNI 03-3241- 1994 tentang tata cara peinilihan lokasi TPA)
2) Perencanaan TPA sampah perkotaan perlu memperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
(1). Rencana pengembangan kota dan daerah, tata guna lahan serta rencana
pemanfaatan lahan bekas TPA
(2). Kemampuan ekonomi Pemerintah Daerah setempat dan masyarakat, untuk
menentukan teknologi sarana dan prasarana TPA yang layak secara
ekonomis, teknis dan lingkungan.
(3). Kondisi fisik dan geologi seperti topografi, jenis tanah, kelulusan tanah,
kedalaman air tanah, kondisi badan air sekitamya, pengaruh pasang surut,
angin, iklim, curah hujan, untuk menentukan metode pembuangan akhir
sampah.
(4). Rencana pengembangan jaringan jalan yang ada, untuk menentukan rencana
jalan masuk TPA.
(5). Rencana TPA didaerah lereng agar memperhitungkan masalah kemungkinan
terjadinya longsor
3) Tersedianya biaya operasi dan pemeliharaan TPA
4) Sampah yang dibuang ke TPA harus telah melalui pengurangan volume sampah
(program 3 M) sedekat mungkin dengan sumbernya
5) Sampah yang dibuang dilokasi TPA adalah hanya sampah perkotaan yang bukan
berasal dari industri, rumah sakit yang mengandung B3
6) Kota-kota yang sulit mendapatkan lahan TPA di wilayahnya, perlu
melaksanakan model TPA regional serta perlu adanya institusi pengelola
kebersihan yang bertanggung jawab dalam pengelolaan TPA tersebut secara
memadai.
(2). Harus ada pengendalian leahcate, yang terbentuk dari proses dekomposisi
sampah agar tidak mencemari tanah, air tanah maupun badan air yang ada.
(3). Harus ada pengendalian gas dan bau hasil dekomposisi sampah, agar tidak
mencemari udara, menyebabkan kebakaran atau bahaya asap dan
menyebabkan efek rumah kaca.
(4). Harus ada pengendalian vektor penyakit.
2) Sarana dan prasarana TPA
Sarana dan prasarana TPA yang dapat mendukung prinsip tersebut diatas
adalah sebagai berikut:
(1) Fasilitas umum (jalan masuk, kantor / pos jaga, saluran drainase dan pagar)
(2) Fasilitas perlindungan lingkungan (lapisan kedap air, pengumpul leachate,
pengolahan leachate, ventilasi gas, daerah penyangga, tanah penutup)
(3) Fasilitas penunjang (air bersih, jembatan timbang dan bengkel)
(4) Fasilitas operasional (alat besar dan truk pengangkut tanah).
3) Perencanaan kebutuhan luas lahan dan kapasitas TPA
(1) Ditinjau dan daya tampung lokasi yang digunakan untuk TPA sebaiknya
dapat menampung pembuangan sampah minimum selama 5 tahun
operasi.
Perhitungan awal kebutuhan lahan TPA per tahun adalah sebagai berikut
L = V x 300 x 0,70 x 1,15
T
dimana L = luas lahan yang d setiap tahun (m2)
V = Volume sarnpah yang telah dipadatkan (m3/hari)
V = A x E, dimana
A = volume sampah yang akan dibuang
E = tingkat pemadatan (kg/m3) rata-rata 600 kg/rn3
T = Ketinggian timbunan yang direncanakan (m) 15 % rasio tanah
penutup
(2). Kebutuhan luas lahan adalah
H = L x Ix J
dimana, H = Luas total lahan (m2)
L = Luas lahan setahun
I = umur lahan (tahun)
Struktur detail jalan operasi temporer dan pemanen dapat dilihat pada
gambar 2.
c) Bangunan Penunjang
Luas bangunan kantor tergantung pada lahan yang tersedia dengan
mempertimbangkan rencana kegiatan yang akan dilaksanakan antara
lain pencatatan sampah, tampilan rencana tapak dan rencana
pengoperasian TPA, tempat cuci kendaraan, kamar mandi/wc dan
gudang.
Tata letak pos jaga, kantor dan bangunan penunjang lainnya dapat dilihat
pada gambar 3.
d) Drainase
Drainase TPA berfungsi untuk mengurangi volume air hujan yang jatuh
pada area timbunan sampah. Ketentuan teknis drainase TPA ini adalah
sebagal berikut:
-
Hujan terpusat pada 4 jam sebanyak 90% (Van Breen), sehingga faktor
puncak = 5,4.
2.
3.
4.
5.
Kota
Bogor
Cirebon
Jakarta
Bandung (Leuwigajah)
Bandung (Sukamiskin)
pH (-)
COD (mg/L)
7,5
28723
4303
3648
13575
7,5
6839
413
1109
58661
7379
6,39
4426
8,6
9374
6166
5.
Solo
6.
Magelang
8,03
24770
7.
Surabaya (Keputih)
8,26
3572
8.
Surabaya (Benowo)
-
8,14
8580
umur
2 tahun
7,87
6160
8,14
2200
i.
No.
Anaerobik
Fakultatif1
Maturasi
Biofilter
1.
Fungsi
Removal BOD
Removal
mikroorganisme
pathogen,
nutrien
Menyaring
effluen sebelum
dibuang ke
badan air
2.
Kedalaman (m)
2,5 - 5
1-2
1 - 1,5
3.
50 - 85
70 - 80
60 - 89
75
4.
20 - 50
5 - 30
7 - 20
3-5
5.
224 - 560
56 - 135
17
< 80
6.
pH
6,5-7,2
6,5-8,5
6,5-10,5
7.
Bahan
Pasangan batu
Pasangan batu
Pasangan batu
Batu, Kerikil,
Ijuk, Pasir
Fakultatif : kolam dengan aerasi tambahan; 2 tergantung pada kondisi iklim; 3 nilai tipikal, nilai yang lebih tinggi telah
diterapkan pada beberapa lokasi
10
Kriteria
Anaerobik
Fakultatif1
Maturasi
Wetland
1.
Fungsi
Removal BOD
Removal
mikroorganisma
pathogen, nutrien
Removal BOD,
removal nutrien
2.
Kedalaman (m)
2,5 - 5
1-2
1 - 1,5
0,1-0,6*
0,3-0,8**
3.
Removal BOD %
50 - 85
70 - 80
60 - 89
4.
20 - 50
5 - 30
7 - 20
4-15
5.
224 - 560
56 - 135
17
< 67
6.
pH
6,5-7,2
6,5-8,5
6,5-10,5
7.
Bahan
Pasangan batu
Pasangan batu
Pasangan batu
Tanah dengan
pemeabilitas
rendah***
* Kedalaman air untuk tipe FWS (Free Water Flow System); ** kedalaman air untuk tipe SFS (Subsurface Flow System); ***
Tumbuhan yang bisa digunakan: A. microphylla, enceng gondok, cattail, rumput gajah.
Kriteria
ABR
Aerated Lagoon
Pemisah Padatan
1.
Fungsi
Removal BOD
Removal solid
2.
Kedalaman (m)
2-4
1,8 - 6
3-5
3.
Removal BOD %
70 - 85
80 - 95
4.
1-2
3 - 10
0,06 - 0,125
5.
4 - 14
0,32 - 0,64
5.
Hydraulic Loading
Rate (m3/m2hari)
16,8 38,4
8-16
6.
pH
6,5 - 7,2
6,5-8,0
8.
Bahan
Pasangan batu
Pasangan batu
11
Kriteria
KoagulasiFlokulasi
Sedimentasi
Anaerobik Pond
ABR
1.
Fungsi
Pembentukan
flok padatan
Removal flok
padatan
Removal BOD
yang relatif tinggi
(>1000 mg/L),
sedimentasi
padatan,
stabilisasi influen
2.
Kedalaman
3-5m
2,5 - 5 m
24m
3.
Removal BOD %
50 - 85 %
70 85 %
4.
Waktu Detensi
0,5 jam
1,5 - 3 jam
20 - 50 hari
1 2 hari
5.
4 14 kg/m3 hari
6.
7.
pH
6,5-7,2
6,5 - 7,2
8.
Dosis koagulan :
Kapur (CaOH) (mg/L)
300-4500
100-5000
Polimer kationik 1%
0,2 ml/L
Kriteria
KoagulasiFlokulasi
Aerated Lagoon
Sedimentasi I/II
1.
Fungsi
Pembentukan flok
padatan
Removal BOD
Removal solid
2.
Kedalaman (m)
1,8 - 6
3-5
3.
Removal BOD %
80 - 95
4.
0,5 jam
3 - 10
1,5-3 jam
5.
0,32 - 0,64
5.
8-16
6.
pH
6,5-8,0
8.
Bahan
Beton/ Baja
Pasangan batu
Pasangan batu
9.
Dosis koagulan :
300-4500
100-5000
Polimer kationik 1%
12
5) Ventilasi gas
Ventilasi gas yang berfungsi untuk mengalirkan dan mengurangi akumulasi
tekanan gas mempunyai kriteria teknis:
(1) Pipa ventilasi gas dipasang dari dasar TPA secara bertahap pada setiap
lapisan sampah dan dapat dihubungkan dengan pipa pengumpul
leachate
(2) Pipa ventilasi gas berupa pipa PVC diameter 150 mm ( lubang
maksimum 1,5 cm) dan berlubang yang dikelilingi oleh saluran
bronjong berdiameter 400 mm dan diisi batu pecah diameter 50100
mm
(3)
(4) Pipa ventilasi pada akhir timbunan harus ditambah dengan pipa besi
diameter 150 mm
(5) Gas yang yang keluar dan ujung pipa besi harus dibakar atau
dimanfaatkan sebagai energi alternatif.
(6) Jarak antara pipa ventilasi gas 50-100 m
Gambar pipa ventilasi gas dapat dilihat pada gambar 8.
6) Penutupan tanah
Tanah penutup dibutuhkan untuk mencegah sampah berserakan, bahaya
kebakaran, timbulnya bau, berkembang biaknya lalat atau binatang pengerat
dan mengurangi timbulan leachate.
(1) Jenis tanah penutup adalah tanah yang tidak kedap
(2)
(3) Tahapan penutupan tanah untuk lahan urug saniter terdiri dan
penutupan tanah harian (setebal 15 20 cm ), penutupan antara (setebal
30 40 cm) dan penutupan tanah akhir (setebal 50 100 cm, tergantung
rencana peruntukan bekas TPA nantinya)
(4) Kemiringan tanah penutup harian harus cukup untuk dapat mengalirkan
air hujan keluar dan atas lapisan penutup tersebut
(5) Kemiringan tanah penutup akhir hendaknya mempunyai grading dengan
kemiringan tidak lebih dari 30 derajat (perbandingan 1 : 3) untuk
menghindari terjadinya erosi
13
(6) Diatas tanah penutup akhir harus dilapisi dengan tanah media tanam (top
soil/vegetable earth).
(7) Dalam kondisi sulit mendapatkan tanah penutup, dapat digunakan
reruntuhan bangunan, sampah lama atau kompos, debu sapuan jalan,
hasil pembersihan saluran sebagai pengganti tanah penutup
Gambar penutupan lapisan tanah dapat dilihat pada gambar 9.
7) Daerah penyangga/zone penyangga
Daerah penyangga dapat berfungsi untuk mengurangi dampak negatif yang
ditimbulkan oleh kegiatan pembuangan akhir sampah terhadap lingkungan
sekitarnya. Daerah penyangga ini dapat berupa jalur hijau atau pagar tanaman
disekeliling TPA, dengan ketentuan sebagai berikut:
(1) Jenis tanaman adalah tanaman tinggi dikombinasi dengan tanaman perdu
yang mudah tumbuh dan rimbun.
(2) Kerapatan pohon adalah 25 m untuk tanaman keras.
(3) Lebar jalur hijau minimal.
8) Sumur Uji
Sumur uji ini berfungsi untuk memantau kemungkinan terjadinya pencemaran
leachate terhadap air tanah disekitar TPA dengan ketentuan sebagai berikut:
(1) Lokasi sumur uji harus terletak pada area pos jaga (sebelum lokasi
penimbunan sampah), dilokasi sekitar penimbunan dan pada lokasi setelah
penimbunan.
(2) Penempatan lokasi harus tidak pada daerah yang akan tertimbun sampah
(3) Kedalaman sumur 2025 m dengan luas 1 m2
9) Alat Besar
Pemilihan alat besar harus mempertimbangkan kegiatan pembuangan akhir
seperti
pemindahan
sampah,
perataan,
pemadatan
sampah
dan
penggalian/pemindahan tanah.
Pilihan Jenis alat berat adalah:
(1) Bulldozer
(2) Landfill compactor
(3) Wheel / track loader
(4) Excavator
Gambar alat besar dapat dilihat pada gambar 10.
14
15
(1). Aspek institusi (bentuk organisasi, struktur organisasi, jumlah dan kualitas
personil).
(2). Aspek teknis operasional:
a) Timbulan sampah
b) Tingkat pelayanan dan daerah pelayanan
C) Komposisi dan karakteristik sampah
d) Pola operasional dan sumber sampai sampai ke TPA.
e) Sarana dan prasarana yang ada.
(3). Aspek pembiayaan
a) Biaya pengelolaan per tahun (APBD II)
b) Biaya investasi
C) Biaya penerimaan retribusi dan tarif retribusi
(4) Aspek peraturan (perda yang ada)
(5). Aspek peran serta masyarakat dan swasta.
3) Data Existing Penanganan Akhir Sampah
Data kondisi pembuangan akhir sampah yang ada saat ini, yang mencakup:
(1). Data Primer
Data dan hasil penelitian dilapangan, yang meliputi:
a) Pola operasi pembuangan sampah
b) Volume sampah yang dibuang ke TPA (8 hari pengamatan).
c) Kondisi operasional sarana dan prasarana TPA yang ada.
d) Kegiatan pemulungan sampah di TPA.
e) Kualitas leachate (sampling dan analisa di laboratorium).
f) Kondisi pencemaran yang ada.
(2) Data Sekunder
Data studi terdahulu, meliputi:
a) Situasi lokasi (lengkap dengan peta).
b) Kondisi geologi/hidrogeologi
c) Sarana dan prasarana TPA.
16
17
18
19
(2) Rencanakan dimensi pipa ventilasi , jarak antar pipa dan teknik
pemasangan pipa pada setiap lapisan sampah sesuai dengan
ketentuan 2.2. 6). (5)
(3) Rencanakan pembakaran gas disetiap ujung pipa untuk menghindari
efek rumah kaca, kecuali apabila gas tersebut akan dimanfaatkan
sebagai sumber energi alternatif, maka harus direncanakan
pengumpulan gas dan pengolahannya.
(4) Buat gambar detail mengenai pipa ventilasi gas yang dikelilingi oleh
bronjong bambu berisi batu kerikil baik potongan melintang maupun
memanjang dengan skala 1:100
c. Perencanaan penutupan tanah
a) Rencanakan penutupan timbunan tanah sesual dengan
ketentuan
2.2.6 ). (6)
b) Hitung kebutuhan tanah penutup selama TPA dioperasikan
d. Perencanaan kebutuhan alat besar
Rencanakan kebutuhan alat besar sesuai dengan ketentuan 2.2. 6). (9)
e. Perencanaan sumur uji
Rencanakan pembuatan sumur uji sesual dengan ketentuan 2.2. 6). (8),
sebanyak 4 unit sumur dan dilengkapi dengan gambar lokasi perletakan
sumur uji serta gambar detail sumur uji
f. Perencanaan zona penyangga
Rencanakan pembuatan zona penyangga sesual dengan ketentuan 2.2. 6).
(7) dan dilengkapi dengan gambar serta jumlah dan jenis tanaman yang
akan digunakan sebagai penyangga.
(3). Fasilitas penunjang
Rencanakan pembuatan fasilitas penunjang (jembatan timbang, air bersih,
bengkel/hangar dan lain-lain) sesuai dengan ketentuan 2.2. 6). (10).