3EA27
NAMA
NPM
MATA KULIAH
: WAHYUHERDANI
: 17212636
: PERILAKU KONSUMEN
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah menolong
kami dalam menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan Dia
mungkin penyusun makalah ini tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat mengetahui seberapa besar pengaruh
perpustakaan sekolah terhadap mutu pendidikan yang kami sajikan. Makalah ini disusun olah
penyusun dengan berbagai rintangan. Baik dari diri penyusun maupun dari luar. Namun
dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat
terselesaikan.
Makalah ini memuat tentang PENGARUH KONSUMEN DAN PENYEBARAN
INOVASI sesuai dengan arahan dari dosen pembimbing.
Makalah ini masih banyak kekurangan, mohon kritik dan saran demi kebaikan dan
kesempurnaan makalah ini.
Kami yang menyusun makalah ini :
Wahyu Herdani
Pengertian
Ini berbeda dengan pendekatan yeng berorientasi terhadap produk yang fokus
terhadap keistimewaan yang melekat dalam produk itu sendiri dan pengaruh keistimewaan itu
seperti sesuatu yang dimiliki konsumen yaitu corak produk yang melekat pada diri
konsumen. Tiga tipe inovasi produk:
1.
Berkesinambungan,
2.
3.
Tidak berkelanjutan
2.
1. Inovasi
Rogers (1983) mengemukakan lima karakteristik inovasi meliputi:
1) keunggulan relatif (relative advantage),
2) kompatibilitas (compatibility),
3) kerumitan (complexity),
4) kemampuan diuji cobakan (trialability) dan
5) kemampuan diamati (observability).
Keunggulan relatif adalah derajat dimana suatu inovasi dianggap lebih baik/unggul
dari yang pernah ada sebelumnya. Hal ini dapat diukur dari beberapa segi, seperti segi
eknomi, prestise social, kenyamanan, kepuasan dan lain-lain. Semakin besar keunggulan
relatif dirasakan oleh pengadopsi, semakin cepat inovasi tersebut dapat diadopsi.
Kompatibilitas adalah derajat dimana inovasi tersebut dianggap konsisten dengan
nilai-nilai yang berlaku, pengalaman masa lalu dan kebutuhan pengadopsi. Sebagai contoh,
jika suatu inovasi atau ide baru tertentu tidak sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku,
maka inovasi itu tidak dapat diadopsi dengan mudah sebagaimana halnya dengan
inovasi yang sesuai (compatible).
Kerumitan adalah derajat dimana inovasi dianggap sebagai suatu yang sulit untuk
dipahami dan digunakan. Beberapa inovasi tertentu ada yang dengan mudah dapat dimengerti
dan digunakan oleh pengadopsi dan ada pula yang sebaliknya. Semakin mudah dipahami dan
dimengerti oleh pengadopsi, maka semakin cepat suatu inovasi dapat diadopsi.
Kemampuan untuk diuji cobakan adalah derajat dimana suatu inovasi dapat diuji-coba
batas tertentu. Suatu inovasi yang dapat di uji-cobakan dalam seting sesungguhnya umumnya
akan lebih cepat diadopsi. Jadi, agar dapat dengan cepat diadopsi, suatu inovasi sebaiknya harus mampu menunjukan (mendemonstrasikan) keunggulannya.
Kemampuan untuk diamati adalah derajat dimana hasil suatu inovasi dapat terlihat
oleh orang lain. Semakin mudah seseorang melihat hasil dari suatu inovasi, semakin besar
kemungkinan orang atau sekelompok orang tersebut mengadopsi.
Jadi dapat disimpulkan bahwa semakin besar keunggulan relatif; kesesuaian
(compatibility); kemampuan untuk diuji cobakan dan kemampuan untuk diamati serta
semakin kecil kerumitannya, maka semakin cepat kemungkinan inovasi tersebut dapat
diadopsi.
2. Saluran komunikasi
Komunikasi adalah proses dimana partisipan menciptakan dan berbagi informasi satu
sama lain untuk mencapai suatu pemahaman bersama. Seperti telah diungkapkan sebelumnya
bahwa difusi dapat dipandang sebagai suatu tipe komunikasi khusus dimana informasi yang
dipertukarkannya adalah ide baru (inovasi). Dengan demikian, esensi dari proses difusi
adalah pertukaran informasi dimana seorang individu mengkomunikasikan suatu ide baru ke
seseorang atau beberapa orang lain. Rogers menyebutkan ada empat unsur dari proses
komunikasi ini, meliputi :
1) inovasi itu sendiri
2) seorang individu atau satu unit adopsi lain yang mempunyai pengetahuan atau
pengalaman dalam menggunakan inovasi;
3) orang lain atau unit adopsi lain yang belum mempunyai pengetahuan dan pengalaman
dalam menggunakan inovasi; dan
4) saluran komunikasi yang menghubungkan dua unit tersebut. Jadi, dapat disimpulkan
bahwa komunikasi dalam proses difusi adalah upaya mempertukarkan ide baru (inovasi) oleh
seseorang atau unit tertentu yang telah mempunyai pengetahuan dan pengalaman dalam
menggunakan inovasi tersebut (innovator) kepada seseorang atau unit lain yang belum
memiliki pengetahuan dan pengalaman mengenai inovasi itu (potential adopter)
melalui saluran komunikasi tertentu.
Sementara itu, saluran komunikasi tersebut dapat dikategorikan menjadi dua yaitu:
1) saluran media massa (mass media channel)
2) saluran antarpribadi (interpersonal channel). Media massa dapat berupa radio, televisi,
surat kabar, dan lain-lain. Kelebihan media massa adalah dapat menjangkau audiens yang
banyak dengan cepat dari satu sumber. Sedangkan saluran antarpribadi melibatkan upaya
pertukaran informasi tatap muka antara dua atau lebih individu.
3. Sistem Sosial
Sangat penting untuk diingat bahwa proses difusi terjadi dalam suatu sistem sosial. Sistem
sosial adalah satu set unit yang saling berhubungan yang tergabung dalam suatu upaya
pemecahan masalah bersama untuk mencapai suatu tujuan. Anggota dari suatu sistem sosial
dapat berupa individu, kelompok informal, organisasi dan atau sub sistem. Proses difusi
dalam kaitannya dengan sistem sosial ini dipengaruhi oleh struktur sosial, norma sosial, peran
pemimpin dan agen perubahan, tipe keputusan inovasi dan konsekuensi inovasi.
4. Waktu
Waktu merupakan salah satu unsur penting dalam proses difusi. Dimensi waktu, dalam proses
difusi, berpengaruh dalam hal: 1) proses keputusan inovasi, yaitu tahapan proses sejak
seseorang menerima informasi pertama sampai ia menerima atau menolak inovasi; 2)
keinovativan individu atau unit adopsi lain, yaitu kategori relatif tipe adopter (adopter awal
atau akhir); dan 3) rata-rata adopsi dalam suatu sistem, yaitu seberapa banyak jumlah anggota
suatu sistem mengadopsi suatu inovasi dalam periode waktu tertentu.
3. Proses Adopsi
Seperti telah diungkapkan sebelumnya bahwa tujuan utama proses difusi adalah agar
diadopsinya suatu inovasi. Namun demikian, seperti terlihat dalam model proses keputusan
inovasi, ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses keputusan inovasi tersebut. Berikut
ini adalah penjelasan dari beberapa faktor yang mempengaruhi proses keputusan inovasi.
1. Mempelajari Inovasi : Tahapan ini merupakan tahap awal ketika masyarakat mulai
melihat, dan mengamati inovasi baru dari berbagai sumber, khususnya media massa.
Pengadopsi awal biasanya merupakan orang-orang yang rajin membaca koran dan
menonton televisi, sehingga mereka bisa menangkap inovasi baru yang ada. Jika sebuah
inovasi dianggap sulit dimengerti dan sulit diaplikasikan, maka hal itu tidak akan diadopsi
dengan cepat oleh mereka, lain halnya jika yang dianggapnya baru merupakan hal mudah,
maka mereka akan lebih cepat mengadopsinya. Beberapa jenis inovasi bahkan harus
disosialisasikan melalui komunikasi interpersonal dan kedekatan secara fisik.
2. Pengadopsian : Dalam tahap ini masyarakat mulai menggunakan inovasi yang mereka
pelajari. Diadopsi atau tidaknya sebuah inovasi oleh masyarakat ditentukan juga oleh
beberapa faktor. Riset membuktikan bahwa semakin besar keuntungan yang didapat, semakin
tinggi dorongan untuk mengadopsi perilaku tertentu. Adopsi inovasi juga dipengaruhi
oleh keyakinan terhadap kemampuan seseorang. Sebelum seseorang memutuskan untuk
mencoba hal baru, orang tersebut biasanya bertanya pada diri mereka sendiri apakah mereka
mampu melakukannya. Jika seseorang merasa mereka bisa melakukannya, maka mereka akan
cenderung mangadopsi inovasi tersebut. Selain itu, dorongan status juga menjadi
faktor motivasional yang kuat dalam mengadopsi inovasi. Beberapa orang ingin selalu
menjadi pusat perhatian dalam mengadopsi inovasi baru untuk menunjukkan status sosialnya
di hadapan orang lain. Adopsi inovasi juga dipengaruhi oleh nilai yang
dimiliki individu tersebut serta persepsi dirinya. Jika sebuah inovasi dianggapnya
menyimpang atau tidak sesuai dengan nilai yang ia anut, maka ia tidak akan mengadopsinya.
Semakin besar pengorbanan yang dikeluarkan untuk mengadopsi sebuah inovasi, semakin
kecil tingkat adopsinya.
3. Pengembangan Jaringan Sosial : Seseorang yang telah mengadopsi sebuah inovasi akan
menyebarkan inovasi tersebut kepada jaringan sosial di sekitarnya, sehingga sebuah inovasi
bisa secara luas diadopsi oleh masyarakat. Difusi sebuah inovasi tidak lepas dari proses
penyampaian dari satu individu ke individu lain melalui hubungan sosial yang mereka miliki.
Riset menunjukkan bahwa sebuah kelompok yang solid dan dekat satu sama lain mengadopsi
inovasi melalui kelompoknya. Dalam proses adopsi inovasi, komunikasi melalui saluran
media massa lebih cepat menyadaran masyarakat mengenai penyebaran inovasi baru
dibanding saluran komunikasi interpersonal. Komunikasi interpersonal mempengaruhi
manusia untuk mengadopsi inovasi yang sebelumnya telah diperkenalkan oleh media massa.
Kategori pengadopsi
Rogers dan sejumlah ilmuwan komunikasi lainnya mengidentifikasi 5 kategori pengguna
inovasi :
1. Inovator: Adalah kelompok orang yang berani dan siap untuk mencoba halhal baru.Hubungan sosial mereka cenderung lebih erat dibanding kelompok sosial lainnya.
Orang-orang seperti ini lebih dapat membentuk komunikasi yang baik meskipun terdapat
jarakgeografis. Biasanya orang-orang ini adalah mereka yang memeiliki gaya hidup dinamis
di perkotaan yang memiliki banyak teman atau relasi.
2. Pengguna awal: Kelompok ini lebih lokal dibanding kelompok inovator. Kategori adopter
seperti ini menghasilkan lebih banyak opini dibanding kategori lainnya, serta selalu mencari
informasi tentang inovasi. Mereka dalam kategori ini sangat disegani dan dihormati oleh
kelompoknya karena kesuksesan mereka dan keinginannya untuk mencoba inovasi baru.
3. Mayoritas awal: Kategori pengadopsi seperti ini merupakan mereka yang tidak mau
menjadi kelompok pertama yang mengadopsi sebuah inovasi. Sebaliknya, mereka akan
dengan berkompromi secara hati-hati sebelum membuat keputusan dalam mengadopsi
inovasi, bahkan bisa dalam kurun waktu yang lama. Orang-orang seperti ini
Pandangan ini melihat konsumen sebagai orang yang membuat keputusan secara
rasional. Ini berarti bahwa konsumen harus mengetahui semua alternatif produk yang tersedia
dan harus mampu membuat peringkat dari setiap alternatif yang ditentukan, dilihat dari
kegunaan dan kerugiannya serta harus dapat mengidentifikasi satu alternatif yang terbaik.
Menurut para ahli ilmu sosial, model economic man ini tidak realistis. Alasan yang mereka
kemukakan adalah:
1. Manusia memiliki keterbatasan kemampuan, kebiasaan dan gerak.
2. Manusia dibatasi oleh nilai-nilai dan tujuan.
3. Manusia dibatasi oleh pengetahuan yang mereka miliki.
Input
Input pemasaran
Lingkungan sosial budaya yang dimaksud antara lain: keluarga, sumber informal,
sumber non komersial, kelas sosial, budaya, dan subbudaya.
Proses
Komponen proses memperhatikan bagaimana konsumen membuat keputusankeputusan. Untuk dapat mengerti proses, harus dipahami beberapa konsep psikologi terkait.
Area psikologis adalah pengaruh-pengaruh internal yang mempengaruhi proses pengambilan
keputusan konsumen. Proses pengambilan keputusan oleh seorang konsumen terdiri dari tiga
tahapan yaitu pengenalan kebutuhan, pencarian pra beli, serta evaluasi terhadap alternatif.
Pencarian pra beli: pencarian pra beli dimulai ketika konsumen mempersepsi suatu
kebutuhan yang mungkin bisa terpuaskan dengan membeli dan mengkonsumsi suatu
produk.
Senarai merek yang mereka rencanakan untuk digunakan dalam memilih (evoked set).
Output
Komponen output menunjuk kepada dua macam kegiatan pasca keputusan yang saling
berhubungan erat, yaitu:
Perilaku beli: konsumen membuat dua tipe pembelian yaitu pembelian coba dan
pembelian ulang.
Evaluasi pasca beli: komponen terpenting dari evaluasi pasca beli adalah pengurangan
ketidakpastian atau keragu-ragu yang dirasakan oleh konsumen terhadap seleksi yang
dilakukannya.
3. Situasi sebagai
Konsumen
Peubah
dalam
Proses
Pengambilan
Keputusan
Jenis-jenis situasi
Situasi pembelian: situasi dapat pula mempengaruhi situasi pembelian. Bila seseorang
berbelanja sendiri, dia tidak akan melakukan banyak pencarian informasi, seperti apabila
dia pergi dengan teman-temannya.
Situasi penggunaan: pada waktu orang ingin menjamu tamu yang penting bagi dia, dia
tidak akan memakai alat-alat makan yang biasa dia pakai, tetapi akan membutuhkan
peralatan makan yang lebig bagus.
Situasi penyingkiran produk: keputusan untuk membuang bungkus produk sebelum dan
sesudah konsumsi, dan keputusan untuk menyingkirkan produk yang sudah tidak dipakai
lagi, di satu pihak merupakan masalah sosial, di lain pihak juga merupakan peluang bagi
pemasar.
1. Klasifikasi Situasional
Lingkungan fisik: termasuk dekorasi, suara, aroma, pencahayaan, cuaca dan susunan
barang dagangan (produk) dan benda-benda lain yang mengelilingi obyek stimulus.
Lingkungan sosial: adalah individu-individu yang juga hadir atau berada di tempat yang
sama pada waktu pembelian atau konsumsi. Walaupun tampaknya orang membeli dan
berbelanja dengan maksud mendapatkan produk tertentu, mereka juga merasa lebih
nyaman apabila di gerai yang dikunjunginya bertemu dengan teman dari kelas sosial dan
status yang sama.
Tujuan pembelian dan konsumsi: pemasar membagi tujuan itu menjadi pembelian untuk
digunakan atau dikonsumsi sendiri dan pembelian untuk digunakan sendiri, konsumen
lebih yakin tentang apa yang sudah diputuskannya.
Mood (suasana hati) dan kondisi sementara saat pembelian: mood yang positif mendorong
pembelian impulsif. Dalam industri jasa, mood positif secara sengaja ditimbulkan dengan
penerima tamu yang tersenyum manis dan ramah, dengan udara yang sejuk, dengan lampu
yang tidak begitu terang, dan lain-lain.
Situasi ritual: adalah seperangkat perilaku yang saling berhubungan yang dilakukan dalam
format yang terstruktur, mempunyai arti simbolik dan dilakukan untuk merespons
peristiwa-peristiwa sosial.