Anda di halaman 1dari 14

PERENCANAAN SISTEM PENYALURAN AIR LIMBAH DOMESTIK

DAN SISTEM DRAINASE KOTA BEKASI


PLANNING OF DOMESTIC WASTEWATER SEWERAGE AND
DRAINAGE SYSTEM IN BEKASI CITY
Yonathan Sugiarto Martono1, Allen Kurniawan2
Program Studi Teknik Sipil dan Lingkungan IPB, Kampus IPB Dramaga, Bogor
Email: yonathansmartono@gmail.com1, allen.kurniawan@googlemail.com2

Abstrak: Pencemaran lingkungan oleh air limbah serta sanitasi buruk dapat mengganggu
kesehatan masyarakat. Tingkat kesehatan masyarakat juga dipengaruhi oleh iklim atau cuaca.
Curah hujan tinggi tanpa disertai dengan saluran drainase yang baik menyebabkan terjadinya
bencana banjir. Tujuan penelitian ini adalah merancang konfigurasi sistem penyaluran air limbah
domestik serta memodifikasi konfigurasi sistem drainase Kota Bekasi. Pengolahan data saluran
air limbah domestik dilakukan untuk memperoleh nilai debit puncak, debit gelontor, kecepatan
puncak serta penanaman sedangkan pengolahan data sistem drainase dilakukan untuk
memperoleh debit puncak, intensitas hujan, debit aliran, kecepatan aliran dan jari-jari hidrolik .
Blok pelayanan ditentukan untuk mengetahui perencanaan jalur perpipaan saluran air limbah.
Jumlah blok pelayanan ditentukan berdasarkan beberapa faktor, antara lain luas wilayah
kelurahan, jumlah penduduk per kelurahan serta kepadatan penduduk per kelurahan. Jumlah blok
pelayanan ditentukan sebanyak 335 blok. IPAL direncanakan empat buah. Jarak antar manhole
ditentukan sebesar 300 m. Lima buah tangki septik komunal direncanakan untuk menampung air
limbah domestik dari daerah yang terlalu jauh dari lokasi IPAL. Penelitian ini untuk sementara
berada pada tahap mencari data kependudukan berdasarkan kelurahan tahun 2008 dan 2009.
Kata kunci: Air Limbah, IPAL, Blok Pelayanan, Manhole
Abstract: Environmental contamination by waste water and poor sanitation can disrupt public
health. Public health is also affected by the climate or weather. High rainfall without a good
drainage will cause floods. This research purpose is to design the configuration of the domestic
wastewater delivery system and modifying the configuration of the drainage system of Bekasi City.
Domestic sewerage data processing is performed to obtain the value of peak discharge, discharge
flush, peak velocity as well as the planting whereas the drainage system data processing is
performed to obtain the value of peak discharge, rainfall intensity, flow discharge and velocity as
well as hydraulic radius. Service block is determined to discover the design of the sewerage
piping. The number of service block is determined by several factors, including village area,
population and population density by village. The number of services blocks that determined are
335 blocks. There are four pieces WWTP which planned. The distance between the manhole that
has been determined is 300 m. There are 5 pieces of communal septic tanks to accommodate the
domestic wastewater which come from the region that is too far from WWTP locations. This study
temporarily at the stage of searching population data by village in 2008 and 2009.
Keywords: wastewater, WWTP, Service Block, Manhole

PENDAHULUAN
Air merupakan kebutuhan dasar bagi setiap makhluk hidup termasuk manusia.
Sebagian besar penggunaan air untuk kebutuhan manusia terbuang menjadi air
limbah. Air limbah ialah cairan buangan dari rumah tangga, industri maupun
tempat-tempat umum lain yang mengandung bahan-bahan berbahaya bagi
kehidupan manusia maupun makhluk hidup lain serta mengganggu kelestarian
lingkungan (Metcalf dan Eddy 1993 dalam Supradarta 2005). Undang-undang
Nomor 32 Tahun 2009 Pasal 20 tentang Perlindungan dan Pengolahan
Lingkungan Hidup menyebutkan bahwa setiap orang diperbolehkan untuk
membuang limbah ke media lingkungan hidup dengan persyaratan memenuhi
1

baku mutu lingkungan hidup serta mendapat izin dari Menteri, Gubernur atau
Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya. Air limbah yang tidak memenuhi
persyaratan tersebut harus dialirkan menuju Instalasi Pengolahan Air Limbah
(IPAL).
Pencemaran lingkungan oleh air limbah serta sanitasi buruk dapat mengganggu
kesehatan masyarakat. Selain itu tingkat kesehatan masyarakat juga dipengaruhi
oleh iklim atau cuaca. Curah hujan tinggi tanpa disertai dengan saluran drainase
yang baik menyebabkan terjadinya bencana banjir. Banjir adalah kondisi ketika
air dalam saluran pembuang (kali) tidak tertampung atau aliran air terhambat di
dalam saluran pembuang (Suripin 2007). Bencana tersebut membawa berbagai
jenis penyakit yang dapat mengganggu kesehatan masyarakat. Kondisi basah juga
tidak nyaman bagi tubuh dan daya tahan terhadap stres akibat terbatasnya akses
terhadap sandang, pangan dan papan (Suryani 2013). Selain mengganggu
kesehatan, banjir juga menimbulkan berbagai masalah lain, seperti merusak sarana
dan prasarana umum maupun pribadi serta mengganggu aktivitas masyarakat
sehari-hari. Berdasarkan pertimbangan tersebut, saluran drainase yang merupakan
salah satu sarana utama yang harus dimiliki oleh suatu kota juga harus
direncanakan dan dibangun selaras dengan pembangunan saluran air limbah.
Kota Bekasi memiliki jumlah penduduk sebanyak 2,447,930 jiwa dan luas
wilayah sebesar 210.49 km2 pada tahun 2011. Berdasarkan klasifikasi kota yang
telah ditentukan oleh Bappenas, Kota Bekasi tergolong ke dalam kota
metropolitan karena memiliki jumlah penduduk 1 sampai 5 juta jiwa. Meskipun
tergolong kedalam kota metropolitan, Kota Bekasi belum memiliki sistem
penyaluran air limbah domestik sehingga pencemaran lingkungan oleh limbah
rumah tangga masih sering terjadi. Saluran drainase pun belum berfungsi dengan
optimal sehingga sering terjadi bencana banjir yang dapat membahayakan
masyarakat. Oleh karena itu, upaya perencanaan penyaluran air limbah domestik
dan drainase diperlukan dan disertai evaluasi kondisi terkini sistem drainase.
Dengan demikian, tujuan penelitian ini adalah merancang konfigurasi sistem
penyaluran air limbah domestik serta memodifikasi konfigurasi sistem drainase
Kota Bekasi.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian ini secara umum terbagi menjadi tiga, yaitu studi literatur,
studi lapangan dan pengolahan data. Studi literatur dilakukan untuk mencari
berbagai referensi untuk menentukan metode perhitungan dan pengolahan data
sekunder. Studi lapangan dilakukan untuk memperoleh data sekunder mengenai
lokasi penelitian yang juga akan digunakan dalam analisis data. Pengolahan data
dilakukan untuk mendapatkan data-data perencanaan sistem penyaluran air limbah
domestik dan sistem drainase perkotaan melalui beberapa pendekatan kalkulasi
perhitungan.
Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian perencanaan sistem penyaluran air limbah domestik dan sistem
drainase mengambil lokasi perencanaan di wilayah administratif Kota Bekasi dan
dilaksanakan pada bulan Januari hingga Maret 2014. Pengambilan data dilakukan
di seluruh kelurahan pada setiap kecamatan di Kota Bekasi, sedangkan data curah
hujan diperoleh dari stasiun klimatologi Kota Bekasi. Analisis dan pengolahan

data dilakukan secara intensif bersama pembimbing tugas akhir di Departemen


Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian
Bogor.
Alat dan Bahan
Alat pendukung yang digunakan pada penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu
perangkat keras dan perangkat lunak. Perangkat keras yang digunakan berupa
komputer. Perangkat lunak yang digunakan adalah Microsoft Word, Microsoft
Excel, ArcGIS versi 10 dan Google Earth.
Bahan dalam penelitian ini menggunakan data sekunder dari luas wilayah dan
jumlah penduduk setiap kelurahan di Kota Bekasi, serta berbagai jenis peta.
Kriteria peta dalam penelitian ini adalah peta topografi, peta kontur, peta kontur
ketinggian, peta kepadatan penduduk, peta curah hujan, peta administrasi dan data
curah hujan Kota Bekasi.
Tahapan Penelitian
Tahapan penelitian dari awal hingga akhir seraca garis besar disajikan pada
gambar berikut.

Gambar 1. Tahap pelaksanaan penelitian


Pengolahan Data
Pengolahan data pada penelitian ini terdiri dari dua bagian, yaitu pengolahan
data saluran air limbah domestik untuk memperoleh nilai debit puncak, debit
gelontor, kecepatan puncak serta penanaman dan pengolahan data sistem drainase
untuk memperoleh debit puncak, intensitas hujan, debit aliran, kecepatan aliran
dan jari-jari hidrolik. Tahap pengolahan data saluran air limbah domestik disajikan
pada Gambar 2. Tahap pengolahan data sistem drainase disajikan pada Gambar 3.
Persamaan-persamaan yang tertera pada Gambar 2 dan 3 tersebut disajikan pada
Tabel 3 dan 4 pada lampiran.

Gambar 2. Proses kalkulasi perencanaan sistem penyaluran air limbah

Gambar 3. Proses kalkulasi perencanaan sistem drainase

HASIL DAN PEMBAHASAN


Kondisi umum wilayah studi
Kota Bekasi merupakan salah satu bagian di Provinsi Jawa Barat yang
berbatasan langsung dengan provinsi DKI Jakarta. Secara geografi, Kota Bekasi
berada pada posisi 10655 bujur timur dan 67-615 lintang selatan. Kondisi
alam Kota Bekasi merupakan daerah dataran dengan kemiringan antara 0-2% dan
ketinggian antara 11 m 81 m di atas permukaan air laut.
Kota Bekasi memiliki luas wilayah sebesar 210,49 km 2, dengan Kecamatan
Mustika Jaya sebagai wilayah terluas sebesar 24.73 km 2, sedangkan Kecamatan
Bekasi Timur sebagai wilayah terkecil sebesar 13.49 km2. Batas wilayah
administrasi yang mengelilingi Kota Bekasi yaitu sebelah utara berbatasan dengan
Kabupaten Bekasi, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Bogor, sebelah
barat berbatasan dengan Propinsi DKI Jakarta serta sebelah timur berbatasan
dengan Kabupaten Bekasi. Menurut Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
jumlah penduduk Kota Bekasi tahun 2011 sebesar 2,447,930 jiwa. Penduduk lakilaki sebesar 1,250,435 jiwa dan perempuan sebesar 1,197,495 jiwa. Kepadatan
penduduk Kota Bekasi sebesar 11,629 jiwa/km2. Pemilihan lokasi kajian karena
Kota Bekasi tergolong ke dalam kota besar dengan luas wilayah dan jumlah
penduduk besar. Namun kota ini belum memiliki sistem penyaluran air limbah
yang terpisah dengan saluran drainase.
Analisis Blok Pelayanan
Pencemaran air didefinisikan sebagai pembuangan substansi dengan
karakteristik dan jumlah yang menyebabkan estetika, bau serta rasa menjadi
terganggu dan menimbulkan potensi kontaminasi (Suripin 2002 dalam Sasongko
2006). Upaya untuk mencegah terjadinya pencemaran air melalui pemisahan
saluran drainase dengan saluran air limbah domestik. Perencanaan saluran air
limbah domestik diawali dengan menentukan blok pelayanan sehingga penentuan
jalur perpipaan dapat dilakukan. Blok pelayanan merupakan cakupan wilayah
yang memberikan input air limbah domestik ke dalam jaringan pipa. Jalur
perpipaan ditentukan setelah mengetahui bentuk blok pelayanan. Penentuan
jumlah blok pelayanan dilakukan berdasarkan beberapa faktor, diantaranya luas
wilayah kelurahan, jumlah penduduk per kelurahan serta kepadatan penduduk per
kelurahan.
Kepadatan penduduk per kelurahan dibagi menjadi berberapa kelompok untuk
mempermudah pembuatan blok pelayanan. Kelompok-kelompok kepadatan
penduduk tersebut dibagi berdasarkan rentang yang telah ditentukan, yaitu
kelompok A (2,000-7,000 jiwa/km2), kelompok B (7,000-12,000 jiwa/km2),
kelompok C (12,000-17,000 jiwa/km2), kelompok D (17,000-22,000 jiwa/km2),
kelompok E (22,000-27,000 jiwa/km2) dan kelompok F (27,000-30,000 jiwa/km2).
Kelompok A terdiri dari 5 kecamatan dan 13 kelurahan, kelompok B terdiri dari 8
kecamatan dan 15 kelurahan, kelompok C terdiri dari 7 kecamatan dan 16
kelurahan, kelompok D terdiri dari 5 kecamatan dan 7 kelurahan, kelompok E
terdiri dari 3 kecamatan dan 3 kelurahan serta kelompok F terdiri dari 2
kecamatan dan 2 kelurahan. Rincian kelurahan setiap rentang kepadatan disajikan
pada Tabel 1 sedangkan kepadatan setiap kelurahan disajikan pada Tabel 2.
Berdasarkan tabel tersebut, Kota Baru merupakan kelurahan dengan tingkat
kepadatan penduduk tertinggi sebesar 29,643.08 jiwa, sedangkan Sumur Batu

merupakan kelurahan dengan tingkat kepadatan penduduk terendah sebesar


2,196.48 jiwa. Kepadatan penduduk terendah terdapat di Kelurahan Sumur Batu
karena luas wilayah kelurahan tersebut sebesar 5.69 km 2 serta jumlah penduduk
cendurung sedikit sebesar 12,497 jiwa. Kepadatan penduduk tertinggi terdapat di
Kelurahan Kota Baru karena luas wilayah sebesar 1.61 km 2 serta jumlah
penduduk cukup besar sebanyak 47,755 jiwa.
Tabel 1. Pembagian kelurahan per kelompok rentang kepadatan

Tabel 2. Kepadatan penduduk per kelurahan pada masing-masing kelompok


rentang kepadatan

Setelah diketahui data-data kependudukan tersebut, selanjutnya blok pelayanan


dapat ditentukan. Jumlah blok pelayanan ditentukan sebanyak 335 blok dengan
luas berbeda-beda (Gambar 4). Berdasarkan kecamatan, blok pelayanan terbanyak
terdapat pada Kecamatan Bekasi Barat yaitu sebanyak 71 buah blok, sedangkan
blok pelayanan paling sedikit terdapat pada Kecamatan Bantar Gebang yaitu
sebanyak 13 buah blok. Hal ini disebabkan kecamatan Bekasi Barat terdiri dari 5

kelurahan yang tergolong cukup padat, bahkan salah satu kelurahan terpadat yaitu
Kelurahan Kota Baru merupakan wilayah bagian dari Kecamatan Bekasi Barat.
Kecamatan Bantar Gebang memiliki blok pelayanan paling sedikit karena
kepadatan penduduk di setiap kelurahan tergolong kecil, bahkan salah satu
kelurahan yang memiliki kepadatan penduduk terkecil sebesar 2196.48 jiwa yaitu
Kelurahan Sumur Batu.
Berdasarkan kelurahan, maka blok pelayanan terbanyak terdapat di Kelurahan
Harapan Jaya sebanyak 25 blok, sedangkan blok pelayanan paling sedikit terdapat
di Kelurahan Sumur Batu sebanyak 2 blok. Meskipun kepadatan penduduk bukan
salah satu yang paling besar, tetapi kompleks perumahan banyak dijumpai di
Kelurahan Harapan Jaya. Oleh sebab itu infrastruktur jalan menjadi sangat
kompleks. Salah satu faktor yang berpengaruh dalam penentuan jalur perpipaan
ialah infrastruktur jalan. Hal ini disebabkan karena penentuan jalur perpipaan
diusahakan mengikuti ifrastruktur jalan agar tidak perlu melakukan relokasi lahan.
Blok pelayanan paling sedikit terdapat pada Kelurahan Sumur Batu karena pada
kelurahan tersebut memiliki Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sumur Batu.
Selain itu, ruang terbuka hijau serta pemukiman penduduk (kampung) terdapat
pada kelurahan tersebut. Pembuatan jalur perpipaan difokuskan untuk daerah
perumahan karena memiliki infrastruktur jalan yang baik. Satu blok pelayanan
terdiri dari satu kelurahan. Namun ada juga blok pelayanan terdiri dari 4
kelurahan, yaitu blok 332 di Kecamatan Jatisampurna.
Lokasi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) harus ditentukan untuk dapat
merencanakan jalur perpipaan. IPAL yang direncanakan untuk Kota Bekasi ada 4
(empat) buah, yaitu di Kelurahan Jati Cempaka, Jaka Setia, Medan Satria, dan
Harapan Baru. Penentuan lokasi IPAL dipengaruhi beberapa faktor, diantaranya
adanya lahan kosong atau ruang terbuka hijau (RTH), serta ketinggian lahan.
Selanjutnya, penentuan lokasi manhole diperlukan untuk pengecekan kondisi jalur
perpipaan. Menurut Ditjen Cipta Karya lubang periksa (manhole) adalah sarana
untuk memungkinkan orang dapat masuk ke dalam bak guna membersihkan atau
memperbaiki bagian dalam bak bila terjadi kerusakan. Jarak antar manhole adalah
300 m. Namun manhole dapat juga diberikan ketika persimpangan jalur perpipaan
dan pembelokan jalur perpipaan dengan sudut kurang dari 90 ditemukan. Setiap
manhole memiliki jumlah daerah pelayanan masing-masing. Daerah pelayanan
minimum yaitu 0 blok, dan daerah pelayanan maksimum yaitu 2-3 blok.
Lokasi IPAL 1 di Kelurahan Medan Satria terdiri dari 76 blok pelayanan
meliputi Kelurahan Medan Satria, Pejuang, Kaliabang Tengah, sebagian
Kelurahan Perwira, Harapan Jaya, Kali Baru, Kota Baru, Bintara dan Kranji. Lima
pipa utama dan tujuh pipa cabang dengan panjang pipa utama terjauh hingga ke
lokasi IPAL 1 memiliki kisaran 6.9 km. Jumlah manhole pada jalur pipa menuju
IPAL 1 sebanyak 84 manhole. Lokasi IPAL 2 di Kelurahan Harapan Baru terdiri
dari 80 blok pelayanan meliputi Kelurahan Teluk Pucung, Harapan Baru, Marga
Mulya, Harapan Mulia, Kayuringin Jaya, Marga Jaya, Margahayu, Duren Jaya,
Aren Jaya, Bekasi Jaya, sebagian Kelurahan Jaka Sampurna, Pekayon Jaya, Kranji
dan Perwira. Lima pipa utama dan sembilan pipa cabang dengan panjang pipa
utama terjauh hingga ke lokasi IPAL 2 memiliki kisaran 9 km. Jumlah manhole
pada jalur pipa menuju IPAL 2 sebanyak 125 manhole.

Gambar 5. Blok pelayanan dengan ArcMap10


Lokasi IPAL 3 di Kelurahan Jati Rasa terdiri dari 68 blok pelayanan meliputi
Kelurahan Pekayon Jaya, Jaka Mulya, Jaka Setia, Sepanjang Jaya, sebagian
Kelurahan Jati Kramat, Jati Mekar, Jati Asih, Jati Rasa, Jati Bening, Pengasinan,
Bojong Rawalumbu, Bojong Menteng, dan Margahayu. Empat pipa utama dan
enam pipa cabang dengan panjang pipa utama terjauh hingga ke lokasi IPAL 3
memiliki kisaran 6.5 km. Jumlah manhole pada jalur pipa menuju IPAL 3
sebanyak 89 manhole. Lokasi IPAL 4 di Kelurahan Jati Cempaka terdiri dari 68
blok pelayanan meliputi Kelurahan Jati Cempaka, Jati Baru, Bintara Jaya, Jati
Waringin, Jati Rahayu, Jati Makmur, sebagian Kelurahan Jati Warna, Jati Melati,
Jati Murni, Jati Mekar, Jati Bening, Jati Kramat, dan Jati Sampurna. Tiga pipa
utama dan sembilan pipa cabang dengan panjang pipa utama terjauh hingga ke
lokasi IPAL 4 memiliki kisaran 13 km. Jumlah manhole pada jalur pipa menuju
IPAL 4 sebanyak 120 manhole.

Selain menentukan lokasi IPAL, lokasi tangki septik komunal perlu ditentukan
untuk menampung air limbah domestik di daerah yang jauh dari lokasi IPAL.
Lima buah tangki septik komunal ditentukan pada lokasi. Tangki septik komunal
berada di Kelurahan Jati Rangga, Jati Mekar, Mustika Sari, Cimuning, dan
Ciketing Gudik. Tangki septik komunal pertama terdiri dari 11 blok pelayanan
meliputi Kelurahan Jati Karya, Jati Sampurna dan sebagian Kelurahan Jati
Rangga, Jati Raden, Jati Sari dan Jati Ranggon. Tangki septik komunal kedua
terdiri dari 13 blok pelayanan meliputi Kelurahan Jati Luhur dan sebagian
Kelurahan Jati Asih, Jati Mekar, Jati Warna, Jati Murni, Jati Ranggon, Jati Sari
dan Jati Rangga. Tangki septik komunal ketiga terdiri dari 11 blok pelayanan
meliputi sebagian Kelurahan Bojong Rawalumbu, Bojong Menteng, Bantar
Gebang, Mustika Sari, Padurenan, Mustika Jaya, Cimuning. Tangki septik
komunal keempat terdiri dari 6 blok pelayanan meliputi sebagian Kelurahan
Mustika Jaya, Pengasinan, dan Cimuning. Tangki septik komunal kelima terdiri
dari 2 blok pelayanan meliputi sebagian Kelurahan Bantar Gebang, Cikiwul,
Ciketing Gudik, Sumur Batu dan Padurenan.
Tahap pegolahan data saluran air limbah domestik belum dapat dilakukan
karena data kependudukan dibutuhkan berdasarkan kelurahan sejak tahun 20082012. Hingga kini data kendudukan berdasarkan kelurahan tahun 2008 dan 2009
masih belum dapat diperoleh. Pengolahan data saluran air limbah domestik dapat
dijalankan dengan mengacu pada proyeksi jumlah penduduk. Tiga metode
perhitungan proyeksi penduduk, yaitu metode aritmatik, geometrik dan
eksponensial.
SIMPULAN SEMENTARA
Tahap penentuan blok pelayanan menghasilkan 335 blok pelayanan kemudian
setelah dilakukan pemisahan berdasarkan kelurahan menghasilkan 559 blok
pelayanan. Kecamatan Bekasi Barat memiliki blok pelayanan terbesar sebanyak
71 buah blok. Kecamatan Bantar Gebang memiliki blok pelayanan paling sedikit
dengan jumlah blok pelayanan sebanyak 13 blok. Kelurahan Harapan Jaya
memiliki jumlah blok pelayanan terbesar sebanyak 25 blok. Kelurahan yang
paling sedikit memiliki blok pelayanan ialah Kelurahan Sumur Batu dengan
jumlah blok pelayanan sebanyak 2 blok. Jumlah dan lokasi instalasi pengolahan
air limbah (IPAL) ditentukan sehingga menghasilkan empat buah IPAL di
Kelurahan Medan Satria, Harapan Baru, Jati Rasa dan Jati Cempaka. Jalur
perpipaan juga telah ditetapkan dengan pipa utama yang memiliki panjang paling
besar yaitu IPAL 4 dengan kisaran 13 km. Jumlah manhole terbanyak terdapat
pada IPAL 2 dengan kisaran 125 manhole. Selain menentukan lokasi IPAL, lokasi
tangki septik komunal perlu ditentukan untuk menampung air limbah domestik di
daerah yang jauh dari lokasi IPAL. Lima buah tangki septik komunal berlokasi di
Kelurahan Jati Rangga, Jati Mekar, Mustika Sari, Cimuning, dan Ciketing Gudik.
Tangki septik komunal yang memiliki blok pelayanan terbanyak ialah tangki
septik komunal kedua meliputi 13 blok pelayanan. Tahap selanjutnya dalam
penelitian ini adalah mencari solusi untuk dapat memperoleh data kependudukan
berdasarkan kelurahan tahun 2008 dan 2009.

DAFTAR PUSTAKA
Ditjen Cipta Karya Departemen PU. 2006. Petunjuk Praktis Pembangunan
Penampung Air Hujan (PAH) Cetakan Fiber.
Sasongko, L.A. 2006. Kontribusi Air Limbah Domestik Penduduk di Sekitar
Sungai Tuk Terhadap Kualitas Air Sungai Kaligarang serta Upaya
Penanganannya [tesis]. Program Magister Ilmu Lingkungan. Universitas
Diponegoro. Semarang.
Supradarta. 2005. Pengolahan Limbah Domestik Menggunakan Tanaman Hias
Cyperus alternifolius, L dalam Sistem Lahan Basah Buatan Aliran Bawah
Permukaan (SSF-Wetlands) [tesis]. Program Magister Ilmu Lingkungan.
Universitas Diponegoro. Semarang.
Suripin. 2007. Sistem Drainase Kota Yang Berkelanjutan. Yogyakarta: Penerbit
Andi.
Suryani, SA. 2013. Mewaspadai Potensi Penyakit Pasca Banjir, Vol V No.
03/P3DI/Februari.
Undang-undang Nomor 32 tahun 2009 pasal 20 tentang Perlindungan dan
Pengolahan Lingkungan Hidup.

10

Lampiran 1.Persamaan-persamaan dalam perencanaan sistem penyaluran air


limbah
No. Pers
1

Rumus Perhitungan
a.

Aritmatika

b.

Geometri
c.

Incremental increase

2
3
4
5
6

a.

Permukaan
b.

Saluran

Keterangan
Pn =Proyeksi pada tahun n
Po =jumlah penduduk pada
awal tahun perhitungan
n = tahun ke 1, 2, . . .

d =rasio kenaikan rata-rata


penduduk
r = rasio pertambahan
penduduk rata-rata
X = rasio jumlah penduduk
dari data pertumbuhan
Y = Rasio jumlah penduduk
dari data awal
Q = debit (l/dtk)
Qab = debit air buangan
(l/dtk)
qr = debit air buangan ratarata (l/dtk)
Qmin = debit minimum
(l/dtk)
PE = penduduk ekivalen
(jiwa)

8
9

Qmd = debit maksimum


(l/dtk)
fmd = 1.25 - 2

10

Cr = 0.1 0.3
L = penjang pipa (m)

11

Slope pipa merupakan asumsi dengan syarat yang harus


dipenuhi:

Qpeak = debit puncak (l/dtk)

12

D = diameter pipa (mm)

13

V = kecepatan (m/dtk)

14

N = koef. Kekasaran
Manning
R = jari-jari hidrolis (m)

*) Vpeak/Vfull didapatkan dari grafik design of main


sewers dengan d/D = 0,8
15

S = slope

16

Vw = kec. Aliran penghantar


(m/dtk)

11

Lampiran 1. Persamaan Lanjutan-persamaan dalam perencanaan system


penyaluran air limbah (Lanjut)
No Pers

Rumus Perhitungan

17

Rumus-rumus penggelontoran:

Keterangan
g = gravitasi (m/dtk2)
Ag = luas penampang
basah (m2)
= 2/5 x dg
dg = kedalaman titik berat
air pada kedalaman
minimum

18

Elevasi tanah (ET) dibagi menjadi dua, yaitu ET


manhole 1 (Us) dan ET manhole 2 (Ds)

19
20

Qg = debit penggelontoran
(m3/dtk)
L = panjang saluran (m)
EDS = elevasi dasar
saluran (m)
EMA = elevasi muka air
(m)

EMA(Ds) perlu ditambahkan dengan selisih diameter


agar tidak terjadi arus balik alliran

12

Lampiran 2. Persamaan-persamaan dalam perencanaan sistem drainase


No. Pers
Rumus Perhitungan
Keterangan
21

SN = reducted standar
deviasi
Dengan

dan

22

Yn = reducted mean
SR = standar deviasi
R = rata-rata curah hujan
I = intensitas curah hujan
(mm/jam)

23
24

t = waktu hujan (menit)

dengan

a. Metode Talbot:
Dengan

b. Metode Sherman:
Dengan

c. Metode Ishiguro:
Dengan

25
26
27
28
29
30

10

a, b = konstanta tergantung
pada lamanya curah
hujan
So = slope limpasan (%)
Ho = elevasi muka tanah
(m)
to = waktu limpasan
td = time drain (menit)
to = time of consentration
Cs = Storage factor
Y = tinggi muka air
b = lebar dasar saluran (m)
F = freeboard (m)
H = tinggi saluran (m)

31
32
33
34

Lampiran 2. Persamaan-persamaan dalam perencanaan sistem drainase (Lanjutan)


No. Pers

Rumus Perhitungan

35
36
37
38
39

11

Keterangan

Anda mungkin juga menyukai