Anda di halaman 1dari 8

Carut marut kehidupan umat manusia hari ini, tak terkecuali di Indonesia yang mayoritas Muslim, sebagai

akibat jauhnya mereka dari Hidayah (petunjuk) Allah. Carut marut itu terlihat dalam semua level
kehidupan, sejak dari kehidupan individu, rumah tangga, masyarakat sampai Negara. Akibatnya, terjadi
kekacauan hidup dan kezaliman di mana-mana dan di semua lini kehidupan. Yang paling menyedihkan
dan mengerikan lagi, manusia hari ini berlomba-lomba membangkang kepada Allah; Tuhan Pencipta
mereka sendiri. Bahkan banyak pula yang bersumpah atas nama Allah untuk kufur pada-Nya dan
menyingkirkan hukum Allah dari lapangan kehidupan serta menerapkan hukum jahiliyah sebagai
gantinya. Anehnya, mereka masih saja mengklaim sebagai Muslim.
Pertanyaan yang sering muncul ialah : Mengapa manusia ada yang beriman kepada Allah dan hukum
Allah dan ada pula yang kafir (mengingkari) Allah dan hukum-Nya dan atau beriman kepada Allah tetapi
kafir pada hukum Allah? Kenapa tidak Allah ciptakan saja semua manusia itu beriman kepada-Nya dan
kepada hukum-Nya. Bukankah Allah itu Maha Kuasa?
Allah, Sebagai Tuhan Pencipta manusia mempersilahkan manusia itu sendiri yang memilih jalan hidup
yang akan mereka jadikan aturan dan standar kehidupan di dunia ini, apakah jalan iman (keyakinan dan
ketaatan) kepada-Nya, atau jalan kufur (pengingkaran dan maksiat) kepada-Nya, hukum dan sistem-Nya.
Namun setiap pilihan itu akan mengandung konsekuensi akhirat yang berbeda. Allah menjelaskan :

) 92






) 03









)03


Dan katakanlah: Kebenaran (Al-Quran) itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin (beriman)
hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir. Sesungguhnya Kami telah sediakan
bagi orang orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. Dan jika mereka meminta minum, niscaya
mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang
paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek. (29) Sesungguhnya mereka yang beriman dan beramal shaleh,
tentulah Kami tidak akan menyia-nyiakan pahala orang-orang yang mengerjakan amalan(nya) dengan yang
baik.(30) Mereka itulah (orang-orang yang) bagi mereka syurga Adn, mengalir sungai-sungai di bawahnya; dalam
syurga itu mereka dihiasi dengan gelang mas dan mereka memakai pakaian hijau dari sutera halus dan sutera
tebal, sedang mereka duduk sambil bersandar di atas dipan-dipan yang indah. Itulah pahala yang sebaik-baiknya,
dan tempat istirahat yang indah. (31) (QS. Alkhafi : 29 31)
Kaum Muslimin rahimakumullah
Agar manusia tidak mempunyai peluang untuk berprasangka buruk pada Allah, apalagi menuduh-Nya
diskriminatif atau zalim dalam memutuskan perkara manusia di Akhirat kelak berkaitan dengan apa yang
telah mereka pilih dan kerjakan semasa mereka mendapat jatah hidup di dunia, dan juga sebagai bukti

Maha Adilnya Allah Tuhan Pencipta dan tidak diktator, kendati terhadap hamba-Nya sekalipun, Allah
telah menciptakan mereka dengan sebaik-baik bentuk dibandingkan dengan makhluk lain, sehingga
menjadi makhluk yang sangat sempurna. Kesempurnaan manusia itu dilengkapi dengan fasilitas fisik
yang super canggih, dibekali pula dengan empat alat super moderen, yakni telinga, mata, otak dan hati.
Di samping itu, diturunkan pula bagi mereka Kitab Petunjuk Hidup (Al-Quran) yang haq (benar), untuk
menjelaskan mana haq (kebenaran) dan mana pula yang bathil, mana yang menyelamatkan dan mana
yang menyesatkan manusia serta dibantu pula penjelasannya oleh seorang Rasul bernama Muhammad
Saw. Kitab Petunjuk Hidup yang terjamin keasliannya sampai hari Kiamat itu didukung pula oleh tandatanda Kebesaran dan Keagungan-Nya yang tesirat dalam jagad raya dan dalam diri manusia yang setiap
saat dan waktu Allah munculkan, baik melalui kerja keras manusia dalam melakukan eksperimeneksperimen ilmiah, atau Dia munculkan begitu saja di hadapan mereka.
Namun demikian, mengapa masih banyak manusia yang ingkar, menentang Allah Tuhan Pencipta, dan
bahkan ada yang menolak keberadaan-Nya sedangkan mereka sendiri tinggal di atas bumi yang
diciptakan-Nya?
Dalam kondisi umat manusia hari ini yang sedang kehilangan pegangan dan petunjuk hidup, maka nilai
Hidayah terasa sangat mahal. Karena dengan Hidayah itulah manusia bisa hidup mulia dan selamat di
dunia dan di akhirat.
Kaum Muslimin Rahimakumullah
Untuk merasakan betapa mahalnya nilai sebuah Hidayah, paling tidak ada dua hal yang perlu diketahui.
Pertama, pengertian Hidayah. Kedua, Macam-Macam Hidayah.

1.Pengertian Hidayah (Petunjuk)


Kata Hidayah adalah dari bahasa Arab atau bahasa Al-Quran yang telah menjadi bahasa Indonesia.
Akar katanya ialah : ,nataydih ,naduh ,naydah ,iidhay ,aadah)
hidaayatan). Khusus yang terakhir, kata ( itrepes sirayn ,hayadiH : acab id (itnehreb) fakaw ualak (
ucapan bahasa Indonesia. Hidayah secara bahasa berarti petunjuk. Lawan katanya adalah :
(Dholalah) yang berarti kesesatan. Secara istilah (terminologi), Hidayah ialah penjelasan dan petunjuk
jalan yang akan menyampaikan kepada tujuan sehingga meraih kemenangan di sisi Allah. Pengertian
seperti ini dapat kita pahami melalui firman Allah surat Al-Baqarah berikut :

5


Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan Pencipta mereka, dan (sebab itu) merekalah orang-orang
yang sukses. (Q.S. Al-Baqarah: 5)
2.Macam-Macam Hidayah
Para Ulama besar Islam telah menjelaskan dengan rinci dan mendalam perihal Hidayah/Hudan,
khususnya yang diambil dari Al-Quran seperti yang ditulis oleh Al-Balkhi dalam bukunya Al-Asybah wa

An-Nazho-ir, Yahya Ibnu Salam dalam bukunya At-Tashoriif, As-Suyuthi dalam bukunya Al-Itqon dan
Ibnul Qoyyim Al-Jawzi dalam bukunya Nuzhatu Al-Ayun An-Nawazhir.
Hidayah/Hudan Dalam Al-Quran tercantum sekitar 171 ayat dan terdapat pula dalam 52 Hadits.
Sedangkan pengertian Hidayah / Hudan dalam Al-Quran dan Hadits terdapat sekitar 27 makna. Di
antaranya bermakna : penjelasan, agama Islam, Iman (keyakinan), seruan, pengetahuan, perintah,
lurus/cerdas, rasul /kitab, Al-Quran, Taurat, taufiq/ketepatan, menegakkan argumentasi, Tauhid/
mengesakan Allah, Sunnah/Jalan, perbaikan, ilham/insting, kemampuan menilai, pengajaran, karunia,
mendorong, mati dalam Islam, pahala, mengingatkan, benar dan kokoh/konsisten.
Dari 27 pengertian tersebut di atas, sesungguhnya Hidayah, secara umum, terbagi menjadi empat bagian
utama :
1.Hidayah Itiqodiyah (Petunjuk Terkait Keyakinan Hidup), seperti firman Allah dalam surat An-Nahl
berikut :

)03


Jika kamu sangat mengharapkan agar mereka dapat petunjuk (keyakinan hidup), maka sesungguhnya Allah tiada
memberi petunjuk kepada orang yang disesatkan-Nya, dan sekali-kali mereka tiada mempunyai penolong. (Q.S.
An-Nahl : 37)
Atau seperti firman Allah berikut ini :







)92


Dan seorang laki-laki yang beriman di antara pengikut-pengikut Firaun yang menyembunyikan imannya berkata:
Apakah kamu akan membunuh seorang laki-laki karena dia menyatakan: Tuhan Penciptaku ialah Allah, padahal
dia telah datang kepadamu dengan membawa keterangan-keterangan dari Tuhan Penciptamu. Dan jika ia seorang
pendusta maka dialah yang menanggung (dosa) dustanya itu; dan (tetapi) jika ia seorang yang benar niscaya
sebagian (bencana) yang diancamkannya kepadamu akan menimpamu. Sesungguhnya Allah tidak memberikan
petunjuk (hidayah) kepada orang-orang yang melampaui batas lagi pendusta (penolak kebenaran yang datang dariNya). (Q.S. Al-Mumin: 28)
2.Hidayah Thoriqiyah (Petunjuk Terkait Jalan Hidup, yakni Islam yang didasari Al-Quran dan Sunnah
Rasul Saw, seperti Firman Allah dalam surat Al-Hajj berikut ini :

)73




Bagi tiap-tiap umat telah Kami tetapkan syariat tertentu yang mereka lakukan, maka janganlah sekali-kali mereka
membantah kamu dalam urusan (syariat) ini dan serulah kepada (agama) Tuhanmu. Sesungguhnya kamu benarbenar berada pada jalan yang lurus (Islam). (Q.S. Al-Hajj: 67)

Atau seperti firman Allah di bawah ini :



)90



Itu tidak lain hanyalah nama-nama yang kamu dan bapak-bapak kamu mengada-adakannya; Allah tidak
menurunkan suatu keterangan pun untuk (menyembah) nya. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti sangkaansangkaan, dan apa yang diingini oleh hawa nafsu mereka, dan sesungguhnya telah datang petunjuk (Islam/ AlQuran) kepada mereka dari Tuhan mereka. (Q.S. Annajm: 23)
3.Hidayah Amaliyah (Petunjuk Terkait Aktivitas Hidup), seperti firman Allah dalam surat Al-Ankabut
berikut :

)72




Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan Kepada
mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik. (Q.S.
Al-Ankabut: 69)
4.Hidayah Fithriyah (Fitrah). Hidayah Fithriyah ini terkait dengan kecenderungan alami yang Allah
tanamkan dalam diri manusia untuk meyakini Tuhan Pencipta, mentauhidkan-Nya dan melakukan hal-hal
yang bermanfaat untuk diri mereka.
Realisasinya tergantung atas pilihan dan keinginan mereka sendiri. Sumbernya adalah Qalb (hati nurani)
dan akal fikiran yang masih bersih (fithriyah) sebagaimana yang dialami oleh Nabi Ibrahim. Allah
menjelaskan dalam firma-Nnya:

)33

Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit dia berkata: Inilah Tuhanku. Tetapi setelah bulan itu terbenam dia
berkata: Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang-orang yang
sesat. (Q.S. Al-Anam: 77)
Kaum Muslimin rahimakumullah.
Demikianlah khutbah ini, semoga Allah membantu dan menolong kita dalam memahami betapa
mahalnya nilai Hidayah dan mensyukuri Hidayah yang telah Allah anugerahkan kepada kita. Tanpa
Hidayah mustahil kita bisa selamat di dunia dan akhirat. Dan semoga Allah berkenan menghimpunkan
kita di syurga Firdaus yang paling tinggi bersama Rasul Saw, para shiddiqin, syuhada, dan shalihin
sebagaimana Allah himpunkan kita di tempat yang mulia ini. Allahumma amin

Di antara sunnah Rasulullah shallaLlahu alayhi wa sallam yang sering dilupakan dalam khutbah-khutbah
Jumat adalah melalaikan pembahasan surat Qaf. Padahal, surat Qaf yang merupakan surat ke-50 dalam
al-Quran ini merupakan surat yang sangat sering dibahas oleh RasuluLlah shallaLlahu alayhi wa
sallam dalam khutbah-khutbah jumat beliau. Sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam kitab
Shahihnya,



Dari Ummu Hisyam binti Haritsah bin Numan, ia berkata, Tidaklah aku mengambil (mennghafal dan
mempelajari) surat Qaf wal quranil majid kecuali dari lisan Rasulullah shallaLlahu alayhi wa sallam. Beliau
shallaLlahu alayhi wa sallam membacanya (surat Qaf itu) setiap hari Jumat di atas mimbar saat beliau berkhutbah
di hadapan manusia. (HR. Imam Muslim, No. 366)
Imam as-Shanani dalam kitab Subulus Salam (3/170) saat mengomentari hadits ini,
beliaurahimahuLlah berkata,



Hadits ini merupakan dalil ditetapkannya Surat Qaf sebagai bacaan surah dalam setiap khutbah Jumat.
Para ulama dalam hal ini mengemukakan alasan pemilihan surat ini oleh Nabi shallaLlahu alayhi wa
sallamadalah karena muatannya menyinggung tentang kebangkitan manusia, kematian, nasihat,
larangan yang keras. Alasan beliau selalu menjaga surat ini sebagai pilihan adalah karena surat ini
sangat efektif dalam memberikan nasihat dan wejangan.
Untuk itu ikhwatal Iman rahimakumullah, pada siang ini, khatib ingin mengingatkan kita semua akan
beberapa ayat dari surat Qaf ini, insya Allah ..
Maasyiral muslimin rahimakumullah .. jamaah shalat Jumat yang berbahagia ..
Dalam salah satu ayat di surat Qaf ini Allah Azza wa Jalla, Pencipta kita, telah berfirman,


Dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami
lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya. (Yaitu) ketika dua orang Malaikat mencatat amal perbuatannya,
seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya
melainkan ada di dekatnya Malaikat Pengawas yang selalu hadir. (QS. Qaf [50] : 16-18)
Ayat-ayat yang mulia ini mengingatkan kita akan lekatnya pengawasan Allah subhanahu wa taala. Bahwa
tidak ada satupun yang dilakukan oleh manusia kecuali Allah melihatnya. Bahkan,
Allah Taalamengetahui apa yang dibisikkan dalam hati kita. Semua ucapan dan tindakan kita akan
dimintai pertanggung jawaban oleh Allah Taala.



Dan jika kamu melahirkan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu menyembunyikan, niscaya Allah akan
membuat perhitungan dengan kamu tentang perbuatanmu itu. (QS. al-Baqarah [2] : 284)
Allah subhanahu wa taala selalu mengawasi apa yang kita lakukan, baik saat kita sendiri, maupun
bersama orang lain.



Tidakkah kamu perhatikan, bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi? tiada
pembicaraan rahasia antara tiga orang, melainkan Dia-lah keempatnya. dan tiada (pembicaraan antara) lima
orang, melainkan Dia-lah keenamnya. dan tiada (pula) pembicaraan antara jumlah yang kurang dari itu atau lebih
banyak, melainkan Dia berada bersama mereka di manapun mereka berada. kemudian Dia akan memberitahukan
kepada mereka pada hari kiamat apa yang telah mereka kerjakan. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala
sesuatu. (QS. al-Mujadilah [58] : 7)

Sungguh Allah Azza wa Jalla Maha Mengetahui. Bahkan jika ada sehelai daun yang jatuh ke tanah,
ataupun sebulir biji yang jatuh dalam kegelapan malam, Allah Taala mengetahui letak bergulirnya biji
tersebut.


Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia
mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia
mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau
yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz). (QS. al-Anaam [6] : 59)
Maasyiral muslimin rahimakumullah .. jamaah shalat Jumat yang berbahagia ..
Keyakinan kita bahwa Allah Taala selalu mengawasi apa yang kita lakukan, akan melahirkan setidaktidaknya dua sikap. Sikap pertama adalah, sikap ihsan dalam beribadah kepada Allah.
Rasulullah shallaLlahu alayhi wa sallam bersabda, dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam
Bukhari dan Muslim dari sahabat Umar Ibn Khatttab radhiyaLlahu anhu. Saat beliau shallaLlahu alayhi wa
sallam ditanya tentang makna ihsan oleh malaikat Jibril alayhis salam, beliau shallaLlahu alayhi wa
sallam menjawab,

Apa itu ihsan ? Beliau shallaLlahu alayhi wa sallam menjawab, Hendaklah engkau beribadah kepada Allah
seakan-akan engkau melihat Allah, kalau engkau tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu. (shahih
Bukhari No 48, shahih Muslim hadits No. 9)
Dalam aspek yang luas, seluruh kehidupan kita adalah ibadah. Hayatuna kulluhal ibadah. Karena itu saat
menjalani seluruh kehidupan kita bersikaplah seolah-olah kita melihat Allah, atau Allah melihat kita.
Allah Taala melihat kita saat shalat dan bekerja. Sehingga kita khusyu dalam shalat kita dan jujur saat
bekerja. Allah Taala juga melihat kita saat sibuk dan bersantai. Sehingga saat sibuk kita mengharapkan
kemudahan dari Allah dan saat bersantai kita tetap mengingat Allah. Tidak bersantai dengan cara-cara
yang menjerumuskan kita kepada kemashiyatan. Seperti, menghabiskan waktu luang dengan menonton
tayangan-tayangan tak bermoral di televisi.
Sungguh, Allah Taala melihat mata khianat kita ..

Dia mengetahui (pandangan) mata yang khianat dan apa yang disembunyikan oleh hati. (QS. al-Mumin [40] : 19)
Apakah yang dimaksud dengan mata khianat ? Itulah pandangan laki-laki kepada wanita bukan
mahramnya dengan sembunyi-sembunyi. Pandangan mata yang berlumuran dosa.
Ikhwatal Iman rahimakumuLlah .. jamaah shalat Jumat yang berbahagia ..

Selanjutnya sikap kedua yang muncul dari keyakinan kita akan pengawasan Allah Taala adalah, sikap
berani dalam menampilkan identitas keislaman kita. Berani memegang komitmen untuk senantiasa taat
kepada Allah Taala di mana saja kita berada.
Rasulullah shallaLlahu alayhi wa sallam bersabda,








Dari Abu Dzar radhiyaLlahu anhu ia berkata, Telah bersabda kepadaku Rasulullah shallaLlahu alayhi wa
sallam, Bertaqwalah kepada Allah dimana saja kamu berada. Dan iringilah keburukan dengan kebaikan, niscaya
kebaikan itu akan menghapuskannya, serta pergauilah manusia dengan akhlaq yang baik. (HR. Imam Tirmidzi
dalam kitab sunannya No. 1910, dan beliau berkata hadits ini hasan)
Ketaatan kita kepada perintah Allah Taala tidaklah mengenal tempat dan waktu. Karena, pengawasan
dan evaluasi Allah berlaku kepada kita kapan dan dimana saja. Sehingga, ikhwatal iman rahimakumullah,
marilah kita bertaqwa kepada Allah baik di dalam masjid ini maupun di luar masjid. Marilah kita
memegang ketentuan syariat Allah dimana saja kita berada. Tidak perlu basa-basi dan rasa sungkan
untuk menunjukkan identitas keislaman kita.
Sungguh, di antara jenis manusia terburuk adalah mereka yang bermuka dua. Yaitu, mereka yang
menampakkan satu identitas pada kelompok tertentu, dan menunjukkan identitas yang lain pada
kelompok lainnya. Sebagaimana disebutkan oleh RasuluLlah shallaLlahu alayhi wa sallam dalam hadits
yang diriwayatkan oleh Imam Muslim rahimahuLlahu,





Sesungguhnya, termasuk orang yang paling buruk adalah orang bermuka dua yang mendatangi mereka dengan
satu muka dan mendatangi yang lain dengan muka lain. (Shahih Muslim No. 4714)
Kaum opportunis, mereka yang menjilat-jilat di hadapan manusia. Mereka yang mengharapkan keridhaan
manusia diatas keridhaan Allah Taala Sang Penguasa Langit dan Bumi, adalah orang-orang yang
bermuka dua. Untuk mengingatkan bahaya kaum bermuka dua ini lah Allah Taalamenurunkan surat alMunafiqun. Dalam salah satu ayat di surat tersebut Allah Taala berfirman,






Dan apabila kamu melihat mereka, tubuh-tubuh mereka menjadikan kamu kagum. Dan jika mereka berkata kamu
mendengarkan perkataan mereka. Mereka adalah seakan-akan kayu yang tersandar. Mereka mengira bahwa tiaptiap teriakan yang keras ditujukan kepada mereka. Mereka itulah musuh (yang sebenarnya) Maka waspadalah
terhadap mereka; semoga Allah membinasakan mereka. Bagaimanakah mereka sampai dipalingkan (dari
kebenaran)? (QS. al-Munafiqun [63] : 4)
Kaum munafiqin ini adalah orang-orang yang pandai bersilat lidah. Namun kata-kata mereka
sesungguhnya hampa dan tidak bermanfaat. Seperti kayu bekas yang tidak bermanfaat, kayu yang
tersandar. Karena kata-kata mereka bukan lahir dari keimanan yang kokoh kepada Allah, namun muncul
dari syahwat kepada dunia ini.
Mereka yang bermuka dua dan mudah berdusta ini, tidak layak dijadikan teman setia apalagi sebagai
pemimpin. Jika mereka telah terlanjur menjadi pemimpin, tidaklah patut bagi kita mendukung perbuatan
dan kedustaan mereka.

Rasulullah shallaLlahu alayhi wa sallam bersabda,

Dari Kaab ibn Ujrah, Kami pernah bepergian bersama Rasulullah shallaLlahu alayhi wa sallam, dan saat itu
kami sembilan orang. Maka RasuluLlah shallaLlahu alayhi wa sallam bersabda, Sesungguhnya akan muncul
sesudahku para pemimpin (pendusta). Barangsiapa menganggap benar kedustaan mereka dan membantu
kezhaliman mereka, maka ia tidak termasuk dari golonganku dan aku tidak termasuk golongannya. Dan ia tidak
akan bertemu denganku di telaga al-haudh (di surga). Dan barangsiapa yang tidak menganggap benar kedustaan
mereka dan tidak membantu kezhaliman mereka, maka ia termasuk dari golonganku dan aku termasuk
golongannya. Dan ia akan bertemu denganku di telaga al-haudh (di surga). (HR. Imam An-Nasaai dalam kitab
sunannya, No. 4136, dan dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam kitab Shahih wa Dhaif Sunan anNasaai No. 4207)
Semoga Allah Taala menganugerahkan kepada kita sikap ihsan dan syajaah (berani) dan menjauhkan
kita dari virus kemunafikan. WaLlahu alam bis showwab.
BarakaLlahu li wa lakum fil quranil karim wa nafaani wa iyyakum bimaa fihi minal aayati wa dzikril hakim.
Wa taqabalaLlahu minni wa minkum tilawatahu, innahu Huwas samiul aliim.

Anda mungkin juga menyukai