Anda di halaman 1dari 15

DESKRIPSI KESADARAN METAKOGNITIF SISWA DAN GURU PADA

PEMBELAJARAN BIOLOGI
Mawadda Daud1, Elya Nusantari2, Lilan Dama3
Mahasiswa Jurusan Biologi, 2)Dosen Jurusan Biologi, 3)Dosen Jurusan Biologi
Program Studi Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Gorontalo
Email: mawaddadaud@yahoo.co.id

1)

ABSTRAK
Penelitian bertujuan mengetahui tingkat kesadaran metakognitif siswa dan guru dalam
pembelajaran biologi, mengetahui implementasi kesadaran metakognitif siswa dan guru
dalam pembelajaran biologi, serta mendeskripsikan kesadaran metakognitif siswa
berdasarkan jenjang kelas siswa dan asal sekolah. Jenis penelitian adalah deskriptif.
Teknik pengumpulan data dengan kuesioner MAI dan angket strategi pengelolaan belajar.
Data disajikan secara deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif dalam bentuk
porsentase (%). Kesadaran metakognitif dikelompokkan berdasarkan klasifikasi menurut
Schraw & Dennison. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesadaran metakognitif siswa
pada pelajaran biologi sudah berkembang baik yaitu 80% untuk siswa di SMU Negeri 2
Gorontalo dan 75% untuk siswa di SMK Negeri I Batudaa. Kesadaran metakognitif
berdasarkan jenjang kelas yaitu kelas X di SMU Negeri 2 Gorontalo adalah 78% dan
kelas XI sebesar 80%. Kesadaran metakognitif siswa kelas X di SMK Negeri I Batudaa
71% dan untuk siswa kelas XI 78%. Kesadaran metakognitif guru biologi yang berada di
SMU Negeri 2 Gorontalo dan di SMK Negeri I Batudaa sudah dikategorikan berkembang
sangat baik yaitu guru di SMU Negeri 2 Gorontalo adalah 94% dan guru biologi yang
berada di SMK Negeri I Batudaa adalah 81%.

Kata Kunci : Kesadaran Metakognisi, Pembelajaran Biologi


PENDAHULUAN
Metakognitif dapat dikatakan sebagai berpikir seseorang tentang berpikir
sendiri atau kognisi seseorang tentang kognisinya sendiri. Selain itu, metakognisi
melibatkan pengetahuan dan kesadaran seseorang tentang aktivitas kognitifnya
sendiri atau segala sesuatu yang berhubungan dengan aktivitas kognitifnya.
Kesadaran metakognitif, mampu mengenali dirinya baik kebiasaan baik maupun
tidak baik, mampu menyadari ketidak tahuannya sehingga terefleksi dalam proses
belajar, merupakan bagian penting yang harus dilatihkan kepada siswa agar
mendapatkan pemahaman bermakna.
Kemampuan metakognitif sangat penting dimiliki oleh setiap siswa,
karena berkaitan dengan kedewasaan dan kemandirian dalam belajar. Menurut
Susantini (dalam Suratno, 2010) melalui metakognisi siswa

mampu menjadi

pebelajar mandiri, menumbuhkan sikap jujur, berani mengakui kesalahan, dan


akan dapat meningkatkan hasil belajar secara nyata. Siswa yang menggunakan
keterampilan metakognitifnya memiliki prestasi yang lebih baik dibandingkan
siswa yang tidak menggunakan keterampilan metakognitifnya. Hal ini karena
keterampilan metakognitif memungkinkan siswa untuk melakukan perencanaan,
mengikuti perkembangan, dan memantau proses belajarnya. Oleh karena itu anak
dapat mengatur diri sendiri, lebih aktif berusaha mengembangkan diri, mampu
memotivasi diri sendiri, menentukan tujuan, dan berusaha mencapai tujuannya.
Karenanya dengan kemandirian yang dimilikinya niscaya keberhasilan akan lebih
mudah diraih. Berpikir metakognitif memastikan bahwa siswa akan mampu
menyusun informasi. Hal ini akan tercapai, bila siswa mampu berpikir tentang
proses berpikir yang dimilikinya, mengidentifikasi strategi-strategi belajar yang
baik dan secara sadar mengarahkan belajarnya (Tumisem, 2008).
Keterampilan metakognitif juga perlu dikuasai oleh guru agar siswanya
dapat memiliki keterampilan metakognitif yang tinggi. Karena keterampilan
metakognitif memungkinkan siswa untuk melakukan perencanaan, mengikuti
perkembangan, dan memantau proses belajaranya. Metakognisi juga melatih
siswa untuk bersikap jujur, berani mengakui kesalahan, dan menilai kemampuan
diri sendiri. Pembelajaran yang dapat memberdayakan potensi peserta didik
seperti pemberdayaan berpikir metakognitif belum dilaksanakan secara maksimal
sehingga proses pembelajaran menjadi kurang bermakna. Peserta didik lebih
cenderung pasif di kelas dalam menerima pelajaran, lebih banyak diam,
mendengar, mencatat, menghafal, bahkan peserta didik dapat merasa bosan dan
akhirnya tidak bersungguh-sungguh mengikuti proses pembelajaran. Kondisi
seperti ini dapat berdampak kepada kemandirian peserta didik dalam belajar,
sehingga siswa kurang terlatih dan tidak berkembang. Kondisi seperti ini dapat
berdampak kepada kemandirian peserta didik dalam belajar, sehingga siswa
kurang terlatih dan tidak berkembang. Proses pembelajaran berlangsung secara
kaku sehingga kurang mendukung pengembangan pengetahuan dan penguasaan
konsep, sikap, moral, dan pemberdayaan berpikir.

METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan. Dari tahap persiapan proposal
sampai penyusunan laporan hasil penelitian. Penelitian dilaksanakan pada
semester genap tahun akademik 2012/2013. Penelitian dilaksanakan disekolah
SMK Negeri I Batudaa, dan SMU Negeri 2 Gorontalo, SMU Negeri 1 Telaga,
SMU Negeri 1 Bongomeme, Madrasah Aliyah Kiyai Modjo dan Madarasah
Aliyah Muhammadiyah Kabila.
Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dan
kuantitatif. Dalam penelitian ini tidak ada tindakan yang diberikan, melainkan
hanya mengamati dan mendeskripsikan tingkat kesadaran metakognitif siswa dan
guru dan implementasi kesadaran metakognitif siswa dan guru dalam
pembelajaran biologi.
Sumber Data
Kesadaran metakognitif diukur pada siswa dan guru yang berada di SMU
Negeri 2 Gorontalo dan SMK Negeri 1 Batudaa. Siswa yang berasal dari SMU
Negeri 2 Gorontalo berjumlah 107 siswa yang terdiri atas siswa kelas X berjumlah
47 orang dan siswa kelas XI berjumlah 60 orang serta 3 guru biologi. Pengukuran
kesadaran metakognitif di SMK Negeri I Batudaa dilakukan pada 99 siswa yang
terdiri atas siswa kelas X berjumlah 46 orang dan siswa kelas XI berjumlah 53
orang serta 2 orang guru biologi.
Instrumen Penelitian
Kesadaran metakognitif diukur dengan menggunakan instrumen inventori
kesadaran metakognitif atau Metacognitive Awareness Inventory (MAI) yang
mengacu pada Schraw & Dennison (dalam Tamaela 2010).
Prosedur Penelitian
Adapun prosedur penelitian akan diuraikan sebagai berikut:
1. Merancang kuesioner kesadaran metakognitif yang mengacu pada Schraw &
Dennison.

Setelah

itu

membuat

kuesioner

pelaksanaan

kesadaran

metakognitif dalam pengelolaan strategi dalam pembelajaran biologi


sekaligus divalidasi oleh validator (tim ahli).
2. Membagikan kuesioner kesadaran metakognisi dan kuesioner kesadaran
metakognitif dalam pengelolaan strategi belajar pada siswa kelas X maupun
siswa kelas XI baik di SMU Negeri 2 Gorontalo maupun di SMK Negeri I
Batudaa yang telah divalidasi oleh validator (tim ahli). Pengisisan kuesioner
implementasi kesadaran metakognitif dalam pengelolaan strategi belajar
biologi pada siswa bertujuan untuk mengetahui kebenaran akan siswa dalam
mengisi kuesioner kesadaran metakognitifnya
3. Membagi angket kesadaran metakognitif pada guru biologi sekaligus dengan
memberikan kusioner yang berisi tentang implementasi pengelolaan guru
dalam pembelajaran biologi.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner kesadaran
metakognitif atau Metacognitive Awareness Inventory (MAI) dan menggunakan
angket strategi pengelolaan belajar sebagai instrumen penelitian.
Teknik Analisis Data
Teknik analisis data secara deskriptif kualitatif dan deskripitif kuantitatif.
Data secara deskriptif kualitatif disajikan melalui uraian pendeskripsian atau
penggambaran kesadaran metakognitif siswa dan guru dan analisis data secara
deskriptif kuantitatif disajikan dalam bentuk porsentasi (%).

HASIL PENELITIAN
Kesadaran metakognitif siswa maupun guru diukur dengan menggunakan
daftar inventori metakognisi yang dikembangkan oleh Schraw, G dan Dennison,
R.S. Pengukuran kesadaran metakognitif ini dilakukan pada siswa yang berasal
dari sekolah SMU Negeri 2 Gorontalo dan siswa yang berasal dari SMK Negeri I
Batudaa pada pembelajaran biologi. Kesadaran metakognitif pada pembelajaran
biologi dilakukan juga pada guru biologi yang berada di SMU Negeri 2 Gorontalo
dan SMK Negeri I Batudaa. Berikut tabel kesadaran metakognitif siswa pada
pembelajaran biologi.

Tabel 1 Kesadaran Metakognitif Siswa Pada Pelajaran Biologi


Rata-rata
Asal Sekolah

Perolehan Nilai Metakognitif Setiap Siswa

skor
metakognitif

82 92 91 89
77 78 80 80
82 87 61 74
59 76 75 57
92 96 79 83
SMU Negeri
80 68 81 70
2 Gorontalo
79 86 86 84
85 72 78 75
83 80 80 94
85 84 82 82
91 93 85 83
75 51 51 74
75 42 50 51
79 67 70 77
91 89 89 79
SMK Negeri I 90 86 79 75
Batudaa
70 84 94 79
77 72 82 75
69 78 69 93
85 78 91 78
69 58 44 62
Berdasarkan tabel 1 di atas

66 86 71 86 73 63
83 79 98 89 85 87
73 62 88 63 57 61
71 91 64 86 90 71
81 74 91 83 75 82
80%
71 83 90 78 53 82
81 82 75 81 82 84
69 66 66 74 84 91
86 82 97 83 80 82
91 89 94 74 77 77
62 91 85
61 77 77 83 57 50
64 63 81 65 42 84
65 92 49 94 90 89
50 85 83 86 49 56
81 63 84 94 74 83
75%
82 74 81 61 77 92
57 87 93 89 69 91
77 69 93 73 69 87
86 87 87 91 71 94
57 68 75 78 69
bahwa kesadaran metakognitif yang dimiliki

oleh siswa tersebut sudah berkembang baik, akan tetapi belum berkembang
dengan sangat baik. Hal ini dikarenakan skor kesadaran metakognitif yang
dimiliki belum mencapai skor maksimal yaitu 80% ke atas. Kesadaran
metakognitif dapat pula dilihat berdasarkan aspek kesadaran metakognitif yang
meliputi aspek planning, strategi informasi, monitoring, strategi atau langkah
yang dilakukan untuk mengkoordinasikan kesalahan pemahaman atau perolehan
dan evaluasi. Besarnya skor masing-masing aspek kesadaran metakognitif
ditunjukkan pada tabel di bawah ini.

Tabel 2 Skor Masing-Masing Aspek Kesadaran Metakognitif Siswa Pada


Pembelajaran Biologi
Nama Sekolah

Skor Kesadaran
Metakognitif

Aspek Kesadaran Metakognitif

Planning
80%
Strategi informasi
79%
SMU Negeri 2
Monitoring
79%
Gorontalo
Strategi mengkoordinasi kesalahan
78%
Evaluasi
78%
Rata-rata
79%
Planning
76%
Strategi informasi
73%
SMK Negeri I
Monitoring
77%
Batudaa
Strategi mengkoordinasi kesalahan
76%
Evaluasi
74%
Rata-rata
75%
Tabel 2 menunjukkan bahwa masing-masing aspek kesadaran metakognitif
yang dimiliki siswa telah berkembang baik. Namun ada beberapa aspek yang
memiliki nilai kesadaran metakognitif yang rendah, yaitu aspek strategi informasi
dan evaluasi yang terjadi pada siswa SMK Negeri I Batudaa.
Selain siswa, kesadaran metakognitif guru biologi yang berada di SMK
Negeri 1 Batudaa dan SMU Negeri 2 Gorontalo diukur menggunakan daftar
inventori metakognisi yang dikembangkan oleh Schraw, G dan Dennison, R.S.
Berikut ini kesadaran metakognitif guru biologi SMU Negeri 2 Gorontalo dan
SMK Negeri 1 Batudaa.
Tabel 3 Skor Kesadaran Metakognitif Guru Terhadap Pembelajaran Biologi
Asal Sekolah

Skor Kesadaran Metakognitif Guru

SMU Negeri 2
Gorontalo

97.14

89.14

SMK Negeri I Batudaa

75.43

86.29

97.14

RataRata
94%
81%

Kesadaran metakognitif yang dimiliki oleh guru yang berada di SMU


Negeri 2 Gorontalo sebesar 94%, sedangkan kesadaran yang dimiliki oleh guru
yang berada di SMK Negeri I Batudaa sebesar 81%. Ini menunjukkan bahwa

kesadaran yang dimiliki oleh guru biologi sudah sangat berkembang, karena telah
mencapai skor diatas 80%, baik kesadaran metakognitif yang dimiliki oleh guru
yang berasal dari SMU Negeri 2 Gorontalo maupun guru yang berasal dari SMK
Negeri I Batudaa.
Kesadaran metakognitif guru dapat juga dilihat dari beberapa

aspek

kesadaran metakognitif yang meliputi planning, strategi informasi, monitoring,


strategi atau langkah yang dilakukan untuk mengkoordinasikan kesalahan
pemahaman atau perolehan dan evaluasi. Besarnya skor masing-masing aspek
kesadaran metakognitif disajikan dalam tabel berikut ini.
Tabel 4 Skor Masing-Masing Aspek Kesadaran Metakognitif Guru Pada
Pembelajaran Biologi
Skor Kesadaran
Nama Sekolah
Aspek Kesadaran Metakognitif
Metakognitif
Planning
99%
Strategi informasi
93%
SMU Negeri 2
Monitoring
99%
Gorontalo
Strategi mengkoordinasi kesalahan
84%
Evaluasi
96%
Rata-rata
94.2%
Planning
93%
Strategi informasi
87%
SMK Negeri I
Monitoring
80%
Batudaa
Strategi mengkoordinasi kesalahan
80%
Evaluasi
78%
Rata-rata
83.6%
Sumber. SMU Negeri 2 Gorontalo dan SMK Negeri I Batudaa
Rata-rata kesadaran metakognitif yang dimiliki oleh guru biologi yang
berada di SMU Negeri 2 Gorontalo yaitu 94.2% Skor ini merupakan skor total
kesadaran metakognitif yang meliputi aspek planning, strategi informasi,
monitoring, strategi mengkoordinasi kesalahan dan evaluasi. Aspek terendah
dapat dilihat pada strategi untuk mengkoordinasi kesalahan yang memiliki skor
84%. Sementara untuk skor tertinggi dilihat pada aspek planning yang mencapai
skor hingga 99%. Selain itu, terlihat pada tabel 4 bahwa kesadaran metakognitif
yang dimiliki oleh guru yang berada di SMK Negeri I Batudaa 83.6%. Aspek
terendah terletak pada aspek evaluasi dan skor tertinggi terdapat pada aspek

Planning yang mencapai 93% .

Namun guru yang berada di kedua sekolah

tersebut, kesadaran metakognitifnya telah berkembang dengan sangat maksimal


atau berkembang dengan sangat baik.
Kesadaran metakognitifnya siswa dilihat dari cara mengelola kesadaran
metakognitif dalam pembelajaran biologi. Hal ini bertujuan untuk mengecek
apakah kesadaran metakognitif siswa terimplementasi dalam pembelajaran biologi
Berikut ini tabel implementasi kesadaran metakognitif siswa pada pelajaran
biologi.
Tabel 5 Implementasi kesadaran metakognitif siswa pada pelajaran biologi
Asal
Sekolah

No Soal

1
2
3
4
SMU
Negeri 2
6
Gorontalo
11
13
14
15
Rata-rata
1
2
3
4
SMK
6
Negeri I
11
Batudaa
13
14
15
Rata-rata

Persentasi Jawaban
Ya
Tidak
93%
7%
100%
0%
78%
22%
53%
47%
55 %
45%
97%
3%
96%
4%
63 %
37%
94 %
6%
81%
19%
82%
18%
96%
4%
77.5%
22.5%
46%
54%
49%
51%
85%
15%
94.5%
5.5%
58.5%
41.5%
87%
13%
74.5%
25.5%

Tabel 5 menunjukkan prosentasi jawaban siswa terkait dengan kesadaran


metakognitif. Berdasarkan hasil penelitian bahwa implementasi kesadaran
metakognitif siswa sejalan dengan hasil kuesioner kesadaran metakognitif yang
telah diisi oleh siswa-siswi, baik yang berasal dari SMU Negeri 2 Gorontalo
maupun yang berasal dari SMK Negeri I Batudaa. Tampak bahwa prosentasi
jawaban siswa yang memiliki skor terendah rata-rata terdapat pada soal nomor 4,

6, dan 14. Hal ini menyebabkan belum maksimalnya kesadaran siswa dalam
mengelola strategi pembelajaran.
Kesadaran metakognitif siswa dilihat berdasarkan jenjang. Perolehan skor
kesadaran metakognitif berdasarkan jenjang kelas dan asal sekolah yaitu SMU
Negeri 2 Gorontalo dan SMK Negeri 1 Batudaa dapat dilihat pada tabel di bawah
ini:
Tabel 6 Jumlah Skor Kesadaran Metakognisi Berdasarkan Tingkatan Kelas
di SMU Negeri 2 Gorontalo
Kelas

XI

Rata-rata skor

Perolehan Nilai Metakognitif Siswa

metakognitif

82

92

91

89

66

86

71

86

73

63

77

78

80

80

83

79

98

89

85

87

82

87

61

74

73

62

88

63

57

61

59

76

75

57

71

91

64

86

90

71

92

96

79

83

81

74

91

83

75

82

80

68

81

70

71

83

90

78

53

82

79

86

86

84

81

82

75

81

82

84

85

72

78

75

69

66

66

74

84

91

83

80

80

94

86

82

97

83

80

82

85

84

82

82

91

89

94

74

77

77

91

93

85

83

62

91

85

78%

80%

Tabel 7 Jumlah Skor Kesadaran Metakognisi Berdasarkan Tingkatan Kelas


di SMK Negeri 1 Batudaa
Rata-rata skor
Kelas
Perolehan Nilai Metakognitif Siswa
metakognitif
75 51 51 74 61 77 77 83 57 50

XI

75

42

50

51

64

63

81

65

42

84

79

67

70

77

65

92

49

94

90

89

91

89

89

79

50

85

83

86

49

56

90

86

79

75

81

63

84

94

74

83

70

84

94

79

82

74

71%

78%

81

61

77

92

77

72

82

75

57

87

93

89

69

91

69

78

69

93

77

69

93

73

69

87

85

78

91

78

86

87

87

91

71

94

69

58

44

62

57

68

75

78

69

Kesadaran metakognitif siswa kelas X yang berasal dari SMU Negeri 2


sebesar 78% dan siswa kelas XI sebesar 80%. Kesadaran metakognitif yang
dimiliki oleh siswa kelas X di SMK Negeri 1 Batudaa yaitu 71% dan siswa kelas
XI mencapai 78%.
Kesadaran metakognitif siswa dilihatdari beberapa aspek meliputi
Planning, strategi informasi, monitoring, strategi mengkoordinasi kesalahan dan
evaluasi. Berikut ini tabel komponen kesadaran metakognitif siswa-siswi SMA
Negeri 2 Gorontalo pada pembelajaran biologi
Tabel 8 Skor Komponen Kesadaran Metakognitif Siswa-siswi SMA Negeri 2
Gorontalo Pada Pembelajaran Biologi
Jenjang
Aspek kesadaran metakognitif
Skor kesadaran
kelas
metakognitif

Kelas X

Planning

79%

Strategi informasi

78%
79%

Monitoring
Strategi untuk mengkoordinasi kesalahan

78%

Evaluasi
Rata-rata Kesadaran metakognitif
Planning
Strategi Informasi
Monitoring
Kelas XI
Strategi untuk mengkoordinasi kesalahan

77%
78%
81%
81%
80%
78%

Evaluasi
Rata-rata Kesadaran Metakognitif

79%
80%

10

Tabel 9 Skor Komponen Kesadaran Metakognitif Siswa-siswi SMK Negeri 1


Batudaa Pada Pembelajaran Biologi
Jenjang
Aspek kesadaran metakognitif
Skor kesadaran
kelas
metakognitif
Planning
74%
Strategi informasi
70%
Monitoring
72%
Kelas X
Strategi untuk mengkoordinasi kesalahan
73%
Evaluasi
Rata-rata Kesadaran metakognitif
Planning
Strategi Informasi
Monitoring
Kelas XI
Strategi untuk mengkoordinasi kesalahan

68%
71 %
78%
75%
81%
79%

Evaluasi
79%
Rata-rata Kesadaran Metakognitif
78%
Tabel 8 menunjukkan bahwa, kesadaran metakognitif siswa SMU Negeri 2
Gorontalo tampak aspek terendah yang dimiliki oleh siswa kelas X dan siswa
kelas XI yaitu aspek evaluasi, berturut-turut 77% dan 79%. Sementara aspek
tertinggi kesadaran metakognitif yang dimiliki siswa kelas X yaitu planning dan
monitoring skornya mencapai 79% dan aspek kesadaran metakognitif tertinggi
yang dimiliki siswa kelas XI yaitu planning dan strategi informasi yang mencapai
81%.
Tabel 9 menunjukkan bahwa aspek kesadaran metakognitif tertinggi yang
dimiliki siswa kelas X di SMK Negeri I Batudaa yaitu planning sebesar 74% dan
aspek terendah adalah evaluasi yang hanya memiliki skor 68%. Untuk kesadaran
metakognitif siswa kelas XI aspek monitoring memiliki skor tertinggi sebesar
81% dan aspek terendah adalah strategi informasi yang memiliki skor 75%.
Namun tetapi kesadaran metakognitifnya yang dimiliki oleh siswa kelas X
maupun siswa kelas XI baik yang berasal dari SMU Negeri 2 Gorontalo maupun
dari SMK Negeri I Batudaa sudah berkembang baik.

11

PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian bahwa kesadaran metakognitif siswa pada
pelajaran biologi telah berkembang dengan baik namun belum maksimal, karena
skornya belum mencapai 80% ke atas. Skor ini dilihat pada siswa yang berasal
dari SMU Negeri 2 Gorontalo maupun siswa yang berasal dari SMK Negeri I
Batudaa. Selain dilihat berdasarkan asal sekolah, kesadaran metakognitif juga
dilihat berdasarkan jenjang kelas yang ditempuhnya. Kesadaran metakognitif yang
dimiliki siswa kelas XI SMU Negeri 2 Gorontalo yaitu 80% dan siswa kelas X
78%. Lain halnya dengan siswa kelas X yang berada di SMK Negeri 1 Batudaa
memiliki kesadaran metakognitif 71% dan siswa kelas XI 78%. Akan tetapi
berdasarkan penggolongan kriteria kesadaran metakognitif menurut Schraw dan
Dennison dalam Wibowo rata-rata kesadaran metakognitif yang dimiliki oleh
siswa dari kedua jenjang kelas tersebut sudah berkembang baik. Namun belum
berkembang dengan sangat maksimal. Hal ini menunjukkan bahwa setiap siswa
memiliki tantangan

yang sama dalam mengelola cara belajar. Perbedaan

kesadaran metakognitif disebabkan juga oleh tingkat kesadaran metakognitif yang


dimiliki oleh setiap siswa yang berbeda.
Hasil penelitian diatas sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Aziz
(2010) bahwa kemampuan metakognisi setiap individu berlainan, tergantung
pengalaman dan pengetahuan yang dimilikinya. Meningkatkan kesadaran dalam
proses berpikir dan pembelajaran, maka siswa harus dapat mengawali pikirannya
dengan merancang, memantau serta menilai apa yang seharusnya dipelajarinya,
sehingga belajar dan berpikir yang dilakukan oleh siswa menjadi lebih efektif dan
efisien. Dengan mengembangkan kesadaran metakognitif siswa dilatih untuk
untuk selalu merancang strategi, mengingat, mengorganisasi informasi yang
dihadapinya serta dalam menyelesaikan masalah.
Aktivitas kesadaran metakognitif dilihat dari masing-masing aspek.
Terlihat bahwa aspek evaluasi yang memiliki skor terendah. Hal ini terjadi pada
siswa yang masih duduk di kelas X, baik siswa yang berasal dari SMU Negeri 2
Gorontalo maupun siswa yang berasal dari SMK Negeri I Batudaa. Seiring
dengan rendahnya aspek evaluasi pada kesadaran metakognitif siswa kelas X
12

dikarenakan mereka tidak terbiasa mengevaluasi materi yang telah dipelajarinya.


Mereka biasanya tidak menguji kualitas pekerjaan mereka atau berhenti untuk
membuat perbaikan selama mereka bekerja. Mereka cukup hanya dengan
membahas masalah di permukaannya saja, tidak mencoba untuk menguji masalah
lebih dalam. Mereka tidak membuat hubungan atau melihat relevansi dari materi
dengan kehidupan nyata mereka. Sama halnya juga yang terdapat pada aspek
strategi informasi juga memiliki skor terendah. Hal ini terjadi pada siswa kelas X
maupun siswa kelas XI, baik dari sekolah SMU Negeri 2 Gorontalo maupun yang
berasal dari SMK Negeri I Batudaa. Akan tetapi siswa kelas XI sudah mampu
memperbaiki kesalahan-kesalahan yang yang dilakukan dalam belajar, sudah
mampu berpikir mengenai strategi yang digunakan dalam belajar biologi, baik itu
di sekolah maupun di rumah, namun strategi belajarnya sudah dikategorikan
berkembang baik tapi belum maksimal.
Selain siswa, kesadaran metakognitif guru biologi juga diukur, karena
guru merupakan komponen utama yang menunjang keberhasilan dari siswa.
Ditinjau dari hasil penelitian bahwa kesadaran metakognitif guru dalam
pembelajaran biologi di SMU negeri 2 Gorontalo yaitu 94. % dan kesadaran
metakognitif guru yang berada di SMK Negeri I Batudaa adalah 81%. Ini
menunjukkan bahwa kriteria metakognitif sudah berkembang sangat baik. Apabila
ditinjau berdasarkan beberapa aspek pada kesadaran metakognitif, masih adanya
aspek yang memiliki memiliki skor yang belum maksimal yaitu aspek strategi
mengkoordinasi kesalahan 80%, monitoring 80% dan evaluasi 78% yang terjadi
pada guru di SMK Negeri I Batudaa. Hal ini terjadi karena sebagian guru dalam
menganalisis kesalahan dalam efektifitas strategi pembelajaran berkurang
sehingga berefek pada metakognitif guru itu sendiri. Bagi guru yang telah lama
mengajar memiliki kesadaran metakognitif lebih tinggi dibandingkan dengan guru
yang baru beberapa tahun mengajar atau guru yang baru mempersiapkan diri
untuk mengajar. Hal ini sejalan dengan teori Hulukati dan Elya (2012) yang
menyatakan bahwa semakin lama pengalaman mengajar regulasi metakognitif
semakin baik. Menurut Stewart dkk (Hulukati dan Elya, 2012) peningkatan

13

keterampilan regulasi metakognitif dipengaruhi oleh lamanya mengajar. Semakin


lama pengalaman mengajar melatih guru untuk menjadi semakin terampil dalam
metakognisi. Hal ini yang membuat guru semakin professional dalam mengelola
pembelajaran.
KESIMPULAN
1. Kesadaran metakognitif yang dimiliki oleh siswa sudah berkembang baik,
namun belum berkembang dengan sangat baik. Selain itu kesadaran
metakognitif guru pun telah berkembang dengan sangat baik.
2. Kesadaran

metakognitif

siswa

tidak

sejalan

dengan

implementasi

kesadarannya dalam pembelajaran biologi.


3. Kesadaran metakognitif siswa berbeda berdasarkan jenjang kelas dan asal
sekolah. Semakin tinggi jenjang kelas yang ditempuh maka semakin tinggi
pula kesadaran metakognitif yang dimiliki oleh seseorang.
SARAN
Sehubungan dengan hasil penelitian ini, peneliti mengemukakan saran
sebagai berikut.
1. Bagi para siswa, hasil penelitian ini bisa diharapkan agar lebih
meningkatkan lagi kesadaran dan penggunaan metakognisinya dalam
mengikuti pembelajaran.
2. Bagi para guru, harus terus mengingatkan siswa pada setiap pertemuan
tentang sejauh mana tugasnya telah diselesaikan, dan apa kendalanya, juga
bagaimana sebaiknya tugas tersebut diselesaikan. Hal ini untuk merangsang
siswa agar terus menggunakan kemampuan metakognisinya, bahkan jika
dilakukan pembelajaran metakognitif.
3. Bagi penelitian selanjutnya akan lebih baik jika menggunakan pembelajaran
metakognitifnya

langsung,

agar

mampu

meningkatkan

kemampuan

metakognisi siswa dan melihat hasilnya pada penguasaan konsepnya.

14

4. Untuk pihak sekolah/ instansi pendidikan terkait, diharapkan agar diadakan


publikasi mengenai metakognisi kepada para guru, karena faktor guru sangat
penting dalam mengembangkan kemampuan metakognisi siswa
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Edisi
Revisi 2010. Jakarta: rineka cipta
Hulukati, Wenny, dan Elya Nusantari. 2012. Kemampuan Metakognisi Dan
Keterampilan Proses Mahasiswa Prodi Pendidikan Dasar Dan
Menunjang Keberhasilan Pembelajaran Sains. Gorontalo: program studi
pendidikan dasar program pascasarjana UNG
Nuryana, Eka dan Bambang Sugiarto. 2012. Hubungan Keterampilan Metakognisi
Dengan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Reaksi Reduksi Oksidasi
(Redoks) Kelas X-1 Sma Negeri 3 Sidoarjo. Jurnal of Chemical Education
Vol.. 1, No. 1 (Online). Tersedia di ejournal.unesa.ac.id home vol 1, no
1, (2012) nuryana diakses pada tanggal 2 februari 2013
Paidi. 2009. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Dan Pengaruhnya
Terhadap Kemampuan Metakognitif, Pemecahan Masalah Dan
Penguasaan Konsep Biologi. Jurnal ilmu pendidikan (online). Jilid 1
nomor 2 (Online). Tersedia di www.digilib.ui.ac.id/file?file=pdf/abstrak128368.pdf. Diakses pada 5 Januari 2013.
Sumampouw, Herry Maurits. 2011. Keterampilan Metakognitif dan Berpikir
tinggi dalam Pembelajaran Genetika (Artikulasi Konsep dan Verifikasi
Empiris).
Jurnal
Bioedukasi
(Online).
Tersedia
di
biologi.fkip.uns.ac.id/wp.../3-Herry-Maurits-Sumampouw-abstrak.pd...
Volume 4 nomor 2. Diakses pada tanggal 10 Januari 2013.
Suratno. 2010. Potensi Jigsaw Sebagai Strategi Pembelajaran Biologi Yang
Memberdayakan Keterampilan Metakognisi Pada Kemampuan Akademik
Berbeda. (Online) tersedia di http://eprints.uns.ac.id/1300/1/1247-2815-1SM.pdf. diakses pada tanggal 21 Juni 2013
Tamaela, Elsina Sarah. 2010. Tesis: Pengaruh Evaluasi Diri Tentang Kemampuan
Metakognitif Dan Keterampilan Metakognitif Terhadap Berfikir Kritis
Dan Kemampuan Memecahkan Masalah. Prodi sains Unesa.
Tumisem. 2008. Meningkatkan Kemampuan Metakognitif Siswa Smp Melalui
Pembelajaran Outdoor Dan Fun Game Activities Berbasis Lingkungan.
Jurnal Pendidikan (Online). Volume 6 Nomor 2. Diakses pada tanggal 5
Januari 2013.

15

Anda mungkin juga menyukai