DEFENISI
Traumatologi berasal dari bahasa yunani Trauma, yang berarti luka.
Yang merupakan ilmu yang mempelajari luka dan luka yang disebabkan oleh
kecelakaan atau kekerasan kepada seseorang, dan terapi bedah dan perbaikan
kerusakan. Traumatologi adalah cabang ilmu kedokteran yang mempelajari
tentang trauma atau perlukaan, cedera serta hubungannya dengan berbagai
kekerasan (ruda paksa), yang kelainannya terjadi pada tubuh karena adanya
diskontinuitas jaringan akibat kekerasan yang menimbulkan jejas.
Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh yang
disebabkan oleh trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia,
ledakan, sengatan listrik atau gigitan hewan. (wim de jong, 2004 )
Luka adalah suatu gangguan dari kondisi normal pada kulit Didalam
melakukan pemeriksaan terhadap orang yang menderita luka akibat kekerasan,
pada hakekatnya dokter diwajibkan untuk dapat memberikan kejelasan dari
permasalahan jenis luka yang terjadi, jenis kekerasan yang menyebabkan luka,
dan kualifikasi luka.( wim de jong, 2004 dan herlambang, 2010)
B. ETIOLOGI
Ada berbagai etiologi dari terjadinya luka, meliputi: (sofwan dahlan, 2004)
1. Luka karena kekerasan mekanik (benda tajam, tumpul, dan senjata api).
2. Luka karena kekerasan fisik (arus listrik, petir, suhu).
3. Luka karena kekerasan kimiawi (asam, basa, logam berat)
C. KLASIFIKASI
1. Luka karena kekerasan mekanik
a. Jenis luka akibat kekerasan benda tumpul (blunt force injury).
Benda tumpul bila mengenai tubuh dapat menyebabkan luka yaitu luka
lecet, memar dan luka robek atau luka robek atau luka terbuka. Dan bila
kekerasan benda tumpul tersebut sedemikian hebatnya dapat pula
menyebabkan patah tulang. (sofwan dahlan, 2004 dan Apuranto, 2010)
ssring
tampak
adanya
luka
lecet
atau
luka
memar.
Oleh karena luka pada umumnya mendatangkan rasa nyeri yang hebat
dan lambat mendatangkan kematian, maka jarang dijumpai kasus bunuh
diri dengan membuat luka terbuka dengan benda tumpul.
b. Jenis luka akibat benda tajam
Benda-benda yang dapat mengakibatkan luka seperti ini adalah benda
yang memiliki sisi tajam, baik berupa garis maupun runcing, yang
bervariasi dari alat-alat seperti golok, pisau, dan sebagainya hingga
keeping kaca, gelas, logam, sembilu bahkan tepi kertas atau rumput.
(sofwan dahlan, 2004 dan apuranto, 2010)
Putusnya atau rusaknya continuitas jaringan karena trauma akibat
alat/senjata yang bermata tajam dan atau berujung runcing. Luka akibat
benda tajam pada umumnya mudah dibedakan dari luka yang disebabkan
oleh benda tumpul dan dari luka tembakan senjata api. (apuranto, 2010)
Pada kematian yang disebabkan oleh benda tajam, walaupun tetap
harus dipikirkan kemungkinan karena suatu kecelakaan; tetapi pada
umumnya karena suatu peristiwa pembunuhan atau peristiwa bunuh diri.
1. Luka iris / luka sayat (incised wound)
Adalah luka karena alat yang tepinya tajam dan timbulnya luka oleh
karena alat ditekan pada kulit dengan kekuatan relatif ringan kemudian
digeserkan sepanjang kulit.
2. Luka tusuk (stab wound)
Luka akibat alat yang berujung runcing dan bermata tajam atau
tumpul yang terjadi dengan suatu tekanan tegak lurus atau serong pada
permukaan tubuh. Contoh: belati, bayonet, keris, clurit, kikir, tanduk
kerbau
Selain itu, pada luka tusuk , sudut luka dapat menunjukkan perkiraan
benda penyebabnya, apakah berupa pisau bermata satu atau bermata
dua.
3. Luka bacok (chop wound)
Adalah luka akibat benda atau alat yang berat dengan mata tajam
atau agak tumpul yang terjadi dengan suatu ayunan disertai tenaga yang
cukup besar. Contoh : pedang, clurit, kapak, baling-baling kapal.
c. Luka akibat tembakan senjata api
Luka tembak masuk (LTM) jarak jauh hanya dibentuk oleh komponen
anak peluru, sedangkan LTM jarak dekat dibentuk oleh komponen anak
peluru dan butir-butir mesiu yang tidak habis terbakar. LTM jarak sangat
dekat dibentuk oleh komponen anak peluru, butir mesiu, jelaga dan
panas/api. LTM tempel/kontak dibentuk oleh seluruh komponen tersebut
di atas (yang akan masuk ke saluran luka) dan jejas laras. Saluran luka
akan berwarna hitam dan jejas laras akan tampak mengelilingi luka tembak
masuk sebagai luka lecet jenis tekan, yang terjadi sebagai akibat tekanan
berbalik dari udara hasil ledakan mesiu.
Gambaran LTM jarak jauh dapat ditemukan pada korban yang
tertembak pada jarak yang dekat/sangat dekat, apabila di atas permukaan
kulit terdapat penghalang misalnya pakaian yang tebal, ikat pinggang,
helm dan sebagainya sehingga komponen-komponen butir mesiu yang
tidak habis terbakar, jelaga dan api tertahan oleh penghalang tersebut.
Pada tempat anak peluru meninggalkan tubuh korban akan ditemukan
luka tembak kleuar (LTK). LTK umumnya lebih besar dari LTM akibat
terjadinya deformitas anak peluru, bergoyangnya anak peluru dan
terikutnya jaringan tulang yang pecah keluar dari LTK.
LTK mungkin lebih kecil dari LTM dari LTM bila terjadi pada luka
tembak tempel/kontak, atau pada anak peluru yang telah kehabisan tenaga
pada saat akan keluar meninggalkan tubuh. Di sekitar LTK mungkin pula
dijumpai daerah lecet bila pada tempat keluar tersebut terdapat benda yang
keras, misalnya ikat pinggang, atau korban sedang bersandar pada dinding.
(Apuranto, 2010 dan budiyanto, 1997)
2. Luka karena kekerasan fisik
a. Jenis luka akibat suhu / temperatur
1. Benda bersuhu tinggi.
Kekerasan oleh benda bersuhu tinggi akan dapat menimbulkan luka
bakar yang cirinya amat tergantung dari jenis bendanya, ketinggian
suhu serta lamanya kontak dengan kulit. Api, benda padat panas atau
membara dapat mengakibatkan luka bakar derajat I, II, III atau IV. Zat
cair panas dapat mengakibatkan luka bakar tingkat I, II atau III. Gas
panas dapat mengakibatkan luka bakar tingkat I, II, III atau IV.
2. Benda bersuhu rendah.
Kekerasan oleh benda bersuhu dingin biasanya dialami oleh bagian
tubuh yang terbuka; seperti misalnya tangan, kaki, telinga atau hidung.
Mula-mula pada daerah tersebut akan terjadi vasokonstriksi pembuluh
darah superfisial sehingga terlihat pucat, selanjutnya akan terjadi
metalisasi benda-benda dari logam yang dipakai, magnetisasi bendabenda dari logam yang dipakai. Pakaian korban terbakar atau robekrobek.( iedris, 1997)
3.
antara
Cara
zat
kerja
lain
kimia
:
korosif
F,
Cl,
Ba
dari
golongan
dan
ini
J.
sehingga
Terlihat kering
b.
Golongan Basa.
Zat-zat kimia korosif yang termasuk golongan basa antara lain: KOH,
NaOH, NH4OH Cara kerja dari zat-zat tersebut sehingga menimbulkan
luka ialah:
- Mengadakan ikatan dengan protoplasma sehingga membentuk
alkaline albumin dan sabun.
- Mengubah
hemoglobin
menjadi
alkaline
hematin.
D. DESKRIPSI LUKA
Deskripsi luka harus seobjektif mungkin, meliputi: (sofwan dahlan, 2002)
1. Jumlah luka
2. Lokasi luka, meliputi:
a. Lokasi berdasarkan regio anatomiknya
b. Lokasi berdasarkan garis koordinat atau berdasarkan bagian-bagian
tertentu dari tubuh.
3. Bentuk luka, meliputi:
a. Bentuk sebelum dirapatkan
b. Bentuk sesudah dirapatkan
4. Ukuran luka, meliputi:
a. ukuran sebelum dirapatkan
b. Ukuran sesudah dirapatkan
5. Sifat-sifat luka, yaitu
a. Garis batas luka
b. Daerah didalam garis batas luka
c. Daerah di sekitar garis batas luka
E. KUALIFIKASI LUKA
Pengertian kualifikasi luka disini semata-mata pengertian Ilmu Kedokteran
Forensik sesuai dengan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Bab XX
pasal 351 dan 352 serta Bab IX pasal 90. ( Sofwan dahlan, 2004 dan Iedris, 1997 )
a. Pasal 351
1. Penganiayaan diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan
bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.
Pasal 352
1. Kecuali yang tersebut dalam pasal 353 dan 356, maka penganiayaan yang
tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan
jabatan atau pencarian, diancam, sebagai penganiayaan ringan, dengan pidana
penjara paling lama tiga bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu
lima ratus rupiah. Pidana dapat ditambah sepertiga bagi orang yang
melakukan kejahatan itu terhadap orang yang bekerja padanya, atau menjadi
bawahannya.
2. Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana.
c.
Pasal 90
Luka berat berarti:
1. Jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak memberi harapan akan sembuh
sama sekali, atau yang menimbulkan bahaya maut
2. Tidak mampu terus-menerus untuk menjalankan tugas jabatan atau pekerjaan
pencarian;
3. Kehilangan salah satu pancaindera;
4.
5.
6.
7.
DAFTAR PUSTAKA
Apuranto, Hariadi. Luka tumpul [online]. 2010 [cited: 06 Agust 2014]. Available at:
www.fk.uwks.ac.id/elib/Arsip/Departemen/.../LUKA%20TUMPUL.pdf (cited : 06
Agust 2014).
Apuranto,
Hariadi.
Luka
tajam
[online].
2010.
Available
at
:
www.fk.uwks.ac.id/elib/.../LUKA%20AKIBAT%20BENDA%20TAJAM.pdf [cited :
06 Agust 2014]
Budiyanto, Arif. Ilmu Kedokteran Forensik. Bagian Kedokteran Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta : 1997. Hal 37-54.
Dahlan, Sofwan. Pembuatan Visum Et Repertum. Badan Penerbit Universitas
Diponegoro. Semarang : 2002.
Dahlan, Sofwan. Traumatologi. 2004 Dalam: Ilmu Kedokteran Forensik.. Badan
Penerbit Universitas Diponegoro.Semarang.2004. Hal 67-91.
Herlambang, Penggalih Mahardika. Mekanisme Biomolekuler Luka Memar [online].
2010.
Available
at:
http://sibermedik.files.wordpress.com/2008/10/biomolmemar_rev.pdf. [cited : 06 Agust 2014].
Idries, Abdul Mun'im. 1997. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Binarupa Aksara:
Jakarta 1997. Hal 85-129.
Sjamsuhidajat, Wim de Jong. Luka, 2004 Dalam: Buku Ajar Ilmu Bedah, Ed.2, Jakarta,
Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2004.