Anda di halaman 1dari 133

perpustakaan.uns.ac.

id

digilib.uns.ac.id

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS PERMULAAN


MELALUI ALAT PERAGA KARTU KATA PADA
SISWA KELAS 1 SD NEGERI 1 SENDANGIJO
KECAMATAN SELOGIRI WONOGIRI
TAHUN AJARAN 2010/2011

SKRIPSI

Disusun oleh:
METI TRI HAYATI
X 7107043
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

MENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PERMULAAN MELALUI


ALAT PERAGA KARTU KATA PADA
SISWA KELAS I SD NEGERI I SENDANGIJO
KECAMATAN SELOGIRI WONOGIRI
TAHUN AJARAN 2010/2011

Oleh:
Meti Tri Hayati
X7107043

SKRIPSI
Ditulis dan Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan
Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
commit to
user ii

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

PERSETUJUAN
Skripsi dengan judul MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS
PERMULAAN MELALUI KARTU KATA PADA SISWA KELAS I SD NEGERI I
SENDANGIJO KECAMATAN SELOGIRI WONOGIRI TAHUN 2010/2011
Nama

: Meti Tri Hayati

NIM

: X 7107043

Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas


Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta pada:

Hari

: Senin

Tanggal

: 14 Juni 2011

commit to
user iii

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

PENGESAHAN

Skripsi dengan judul Meningkatkan Keterampilan Menulis Permulaan


Melalui Alat Peraga Kartu Kata pada Siswa Kelas I SD Negeri I Sendangijo
Kecamatan Selogiri Wonogiri Tahun Ajaran 2010/2011.
Nama

: Meti Tri Hayati

NIM

: X 7107043

Telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi
persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Hari

: Senin

Tanggal

: 18 Juli 2011

iv

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

ABSTRAK

Meti Tri Hayati. X7107043. MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS


PERMULAAN MELALUI ALAT PERAGA KARTU KATA PADA SISWA
KELAS 1 SD NEGERI 1 SENDANGIJO KECAMATAN SELOGIRI WONOGIRI
TAHUN 2010/2011. Skripsi : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sebelas Maret Surakarta, Mei 2011.
Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan keterampilan
menulis permulaan melalui alat peraga kartu kata pada siswa kelas I SD Negeri 1
Sendangijo Kecamatan Selogiri Wonogiri Tahun 2010/2011.
Penelitian ini berbentuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subjek penelitian
ini adalah siswa kelas I SD Negeri I Sendangijo Selogiri Wonogiri tahun ajaran
2010/2011 berjumlah 13 siswa yang terdiri dari 6 siswa laki-laki dan 7 siswa
perempuan. Sumber data yang digunakan adalah informasi dari narasumber yaitu
guru kelas I dan siswa, hasil pengamatan proses dan data pembelajaran menulis
dengan menggunakan alat peraga kartu kata. Teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah observasi, wawancara, tes, dan kajian dokumen. Untuk menguji
validitas data, peneliti menggunakan triangulasi sumber data dan triangulasi metode.
Teknik analisis data yang digunakana adalah model analisis interaktif meliputi tiga
buah komponen yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan simpulan atau
verifikasi. Untuk mencapai tujuan tersebut, penelitian ini didesain dua siklus.
Prosedur dalam setiap siklus mencakup tahap-tahap : 1) merencanakan tindakan, 2)
melaksanakan tindakan, 3) melakukan observasi/pengamatan, 4) membuat refleksi.
Hasil penelitian pada kondisi awal, keaktifan siswa 69,23% dan perhatian
siswa 66,66%. Pada siklus I meningkat, keaktifan siswa 76,92% dan perhatian siswa
79,48%. Pada siklus II, keaktifan siswa 94,87% dan perhatian siswa 97,43%. Hasil
rerata keseluruhan tes keterampilan menulis siswa adalah 76 dengan ketuntasan
klasikal 85%. Setelah diberikan tindakan pada siklus I, meningkat menjadi 85 dengan
ketuntasan klasikal 85%. Peningkatan rerata dari 76 menjadi 85. Penelitian tindakan
kelas dilanjutkan pada siklus II, hasil rerata keseluruhan tes keterampilan menulis
adalah 95 dengan ketuntasan klasikal 100%. Penguasaan keterampilan menulis
permulaan siswa sudah mencapai batas tuntas yang telah ditetapkan baik secara
klasikal maupun individual, siswa telah mencapai nilai 66 ke atas. Ketuntasan secara
klasikal sebesar 100 %.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan prasiklus, siklus I, dan siklus II
dapat disimpulkan bahwa melalui Pengguanaan Alat Peraga Kartu Kata dapat
Meningkatkan Keterampilan Menulis Permulaan pada Siswa Kelas I SD Negeri 1
Sendangijo Kecamatan Selogiri Wonogiri Tahun 2010/2011.

commit to
user v

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

ABSTRACT

Meti Tri Hayati, NIM X 7107043. IMPROVING THE EARLY WRITING


st
SKILL USING FLASH CARDS IN THE 1 GRADE STUDENTS OF SD
NEGERI I SENDANGIJO SELOGIRI WONOGIRI ON THE ACADEMIC
YEAR 2010/2011 . Skripsi: Teacher Training and Education Faculty. Sebelas Maret
University Surakarta, May 2011.
The aim of conducting the research was to improve students early writing
skill using flash cards in the 1st grade students of SD Negeri Sendangijo Selogiri
Wonogiri Academic Year 2010/2011.
This is an classroom action research. The subject of this research is the 1st
grade students of SD Negeri Sendangijo Selogiri Wonogiri Academic Year
2010/2011 inhabited by 13 students which consists of 6 man students and 7 woman
students. The data resource is the information gained from the correspondents those
are the host-teacher and the students of the 1st grade, the result of the process and the
learning data in writing class using flash cards. The technique of collecting the data
are observation, interviewing, test and theoretical study. To verify the validity of the
data, researcher using triangulation of the data resource and triangulation of method.
The technique of the data analysis is interactive model analysis which consists of
three components, data reduction, data presentation, and drawing conclusion or
verification. To achieve the goal, researcher designs 2 cycles. Procedure in each cycle
consists of phases : 1) planning action, 2) executing action, 3) running observation, 4)
making a reflection.
The result of the research in the early condition, the students activeness is
69,23% and students attention is 66,66%. On the 1st cycle there is a progress in
students activeness 79,92% and students attention 79,48%. On the 2nd cycly shows
another progress in students activeness 94,87% and students attention 97,43%. The
result of the whole test, student writing skill is 76 with classical completion 85%.
After the treatment given in the 1st cycle shows progress turn to 85 and classical
completion 85%. The average progress from 76 to 85. The action research is
continued to the 2nd cycle, the result of the whole average test on students writing
skill is 95 with classical completion 100%. The students mastery in writing skill has
reached the completion limit, both classical and individual, the students has reached
over 66 of score. Classical completion 100%.
st
Based on the result of the research in the early condition, 1 cycle, and 2st cycle can
be concluded that Flash Cards Can Improve On Students Writing Skill In The 1st
Student Of SD Negeri 1 Sendangijo Selogiri Wonogiri In Academic Year Of
2010/2011.

commit to
user vi

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

MOTTO
Pertolongan kita adalah dalam nama Tuhan, yang menjadikan langit dan bumi.
(QS. Mazmur 124: 8)

Siapa selalu merencanakan kejahatan akan disebut penipu. Memikirkan kebodohan


mendatangkan dosa dan si pencemooh adalah kekejian bagi manusia.
(QS. Amsal 24 : 8-9)

Orang malas tidak akan menangkap buruannya, tetapi orang rajin akan memperoleh
harta yang berharga.
(QS. Amsal 12 : 27)

Berpikir, berusaha, berdoa, dan bersabar merupakan kunci


keberhasilan. (Meti Tri Hayati)

commit to
user vii

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

PERSEMBAHAN

Skripsi ini ku persembahkan kepada :


1. Ayahku Masino, S.Pd dan Bunda tercinta yang
telah memberikan kasih sayang tulus, semangat,
dan iringan doa dalam setiap langkahku;
2. Kedua kakakku yaitu Nur Kusumastuti, A.Mk dan
Siti Dwi Utami, A.Md serta saudara kembarku
Ahmad Tri Hidayat yang tiada henti memberikan
semangat kepada penulis;
3. Teman-teman

dan

sahabat-sahabatku

yang

menciptakan rajutan kisah persahabatan indah, dan


tanpa pamrih kepada penulis;
4. Guru dan
langkahku;

almamaterku

yang

mengantarkan

5. Pembaca yang budiman serta semua pihak yang


terkait yang tidak mungkin penulis sebutkan satu
per satu.

commit to
user viii

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat
dan pertolongan-Nya sehingga skripsi yang berjudul Meningkatkan Keterampilan
Menulis Permulaan melalui Alat Peraga Kartu Kata pada Siswa Kelas I SD Negeri 1
Sendangijo Kecamatan Selogiri Wonogiri Tahun 2010/2011 ini dapat diselesaikan.
Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh
gelar sarjana pendidikan pada Universitas Sebelas Maret Surakarta. Skripsi ini dapat
terselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala
kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu pelaksanaan kegiatan penelitian ini khususnya kepada:
1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. selaku dekan FKIP
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Drs. R. Indianto, M.Pd. selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan FKIP
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Drs. Hadi Mulyono, M.Pd. selaku Ketua Program Studi PGSD FKIP
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Drs. Hasan Mahfud, M.Pd. selaku Sekretaris Program Studi PGSD FKIP
Universitas Sebelas Maret Surakarta dan Pembimbing II yang sabar,
banyak memberi masukan serta bimbingan sehingga skipsi ini dapat
terselesaikan.
5. Dr. Peduk Rintayati, M.Pd. selaku Pembimbing I yang telah sabar dan
bijaksana dalam memberikan bimbingan, sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan.
6. Maryuti, M.Pd selaku Kepala Sekolah SDN 1 Sendangijo Kecamatan
Selogiri Wonogiri yang telah memberi motivasi dan ijin kepada penulis
untuk melaksanakan penelitian.

commit to
user ix

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

7. Sutarti, S. Pd selaku guru kelas I SDN I Sendangijo Selogiri Wonogiri


yang dengan senang hati membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini.
8. Guru-guru SDN I Sendangijo Selogiri Wonogiri yang telah memberikan
motivasi dan informan terhadap penyusunan skripsi ini.
9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
memberi bantuan untuk kepentingan skripsi ini.

Segala bantuan yang diberikan, Tuhan Yang Maha Esa yang akan
membalasnya dan menjadikan amal ibadah yang mulia. Penulis menyadari bahwa
skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan
saran demi penyempurnaan skripsi ini. Harapan penulis, semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca dan pemerhati pendidikan.

Surakarta,

Penulis

commit to
user x

Mei 2011

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

DAFTAR ISI

JUDUL .................................................................................................................... i
PENGAJUAN ........................................................................................................ ii
PERSETUJUAN . ................................................................................................. iii
PENGESAHAN . .................................................................................................. iv
ABSTRAK ............................................................................................................. v
ABSTRACT .......................................................................................................... vi
MOTTO................................................................................................................ vii
PERSEMBAHAN ............................................................................................... viii
KATA PENGANTAR........................................................................................... ix
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................................ 6
C. Tujuan Penelitian ............................................................................. 7
D. Manfaat Penelitian ........................................................................... 7
BAB II LANDASAN TEORI .............................................................................. 9
A. Tinjauan Pustaka ............................................................................. 9
1. Hakikat Keterampilan Menulis Permulaan ................................ 9
a. Pengertian Keterampilan ...................................................... 9
b. Pengertian Menulis ............................................................. 12
c. Pengertian Keterampilan Menulis Permulaan .................... 16
d. Pengertian Pelajaran Bahasa Indonesia .............................. 21
2. Tinjauan Alat Peraga/Media Pembelajaran .............................. 24
a. Pengertian Alat Peraga/Media Pembelajaran ..................... 24
b. Macam-macam Alat Peraga/Media Pembelajaran ............. 28
c. Fungsi Alat Peraga/ Media Pembelajaran .......................... 31
d. Pengertian Alat Peraga Kartu Kata .................................... 38
commit to user
xi

perpustakaan.uns.ac.id

BAB

BAB

digilib.uns.ac.id

B. Penelitian yang Relevan ..........................................................

41

C. Kerangka Berpikir ...................................................................

42

D. Hipotesis Tindakan ..................................................................

44

III METODOLOGI PENELITIAN ....................................................

45

A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................

45

B. Subjek Penelitian .....................................................................

46

C. Bentuk dan Strategi Penelitian ................................................

46

D. Sumber Data ............................................................................

47

E. Teknik Pengambilan Sampel ...................................................

51

F. Teknik Pengumpulan Data ......................................................

51

G. Uji Validitas Data ....................................................................

58

H. Teknik Analisis Data ...............................................................

63

I.

Prosedur Penelitian ..................................................................

66

J.

Indikator Ketercapaian . ...........................................................

80

IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................

82

A. Hasil Penelitian . ......................................................................

82

1. Deskripsi Lokasi Penelitian ................................................

82

2. Deskripsi Kondisi Awal . .....................................................

83

3. Pelaksanaan Tindakan . ........................................................

89

a. Deskripsi Siklus I ............................................................

89

1) Perencanaan Tindakan . ..............................................

89

2) Pelaksanaan Tindakan . ..............................................

90

3) Observasi . ..................................................................

94

4) Refleksi . .....................................................................

95

b. Deskripsi Siklus II . .........................................................

95

1) Perencanaan Tindakan . ..............................................

95

2) Pelaksanaan Tindakan . ..............................................

96

3) Observasi . .................................................................. 100


4) Refleksi . ..................................................................... 101
commit to user
xii

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

B. Pembahasan ....................................................................................................102
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN .......................................... 118
A. Simpulan ........................................................................................................118
B. Implikasi .........................................................................................................119
C. Saran ...............................................................................................................120
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 122
LAMPIRAN ........................................................................................................ 126

commit to
user xiii

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

BAB 1
PENDAHULUAN

Pembahasan pada bab I ini berkaitan dengan : (A) Latar Belakang Masalah,
(B) Rumusan Masalah, (C) Tujuan Penelitian, dan (D) Manfaat Penelitian.
A. Latar Belakang Masalah
Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang memiliki peranan
penting dalam dunia pendidikan. Di dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, terdapat
empat keterampilan berbahasa yang terdiri dari: (1) keterampilan menyimak;
keterampilan berbicara; keterampilan membaca; dan keterampilan menulis. Keempat
keterampilan tersebut bertalian satu sama lain. Pembelajaran Bahasa Indonesia perlu
dilakukan sejak dini, yakni mulai tingkat Sekolah Dasar (SD). Tahun-tahun pertama
di sekolah dasar merupakan waktu yang sangat penting dalam peningkatan
keterampilan menggunakan Bahasa Indonesia. Oleh karena itu, guru mempunyai
peran penting dalam meningkatkan keterampilan ini.
Lebih lanjut pembelajaran Bahasa Indonesia tersebut berguna sebagai
landasan untuk jenjang tingkat lanjut dan juga sebagai upaya untuk meningkatkan
mutu penggunaan bahasa tersebut. Pembelajaran Bahasa Indonesia Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) diarahkan untuk meningkatkan kemampuan
mereka untuk berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia dengan baik dan benar, secara
lisan dan tertulis untuk menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya sastra
Indonesia. Jelas sekali bahwa siswa diharapkan untuk menguasai Bahasa Indonesia
dalam bentuk lisan maupun tulis yang diwujudkan dalam keterampilan menyimak/
mendengarkan, membaca, berbicara, dan menulis.
Keterampilan berbahasa mencakup empat aspek, yaitu : (1) keterampilan
menyimak; (2) keterampilan berbicara; (3) keterampilan membaca; dan (4)
keterampilan menulis. Setiap keterampilan mempunyai hubungan erat dengan
commit1to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

keterampilan-keterampilan lainnya. Keterampilan-keterampilan tersebut hanya dapat


dikuasai dengan jalan praktik dan latihan yang berkelanjutan. Keempat keterampilan
tersebut pada dasarnya merupakan satu kesatuan atau merupakan catur tunggal.
(Henry Guntur Tarigan, 2008:1). Peningkatan keterampilan berbahasa tersebut
dilaksanakan secara terpadu, kontekstual, dan fungsional dengan fokus pada
keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis secara berganti-ganti dan
berkesinambungan.
Menulis merupakan jenis kemampuan berbahasa tulis, seseorang dapat
memperoleh informasi, memperoleh ilmu dan pengetahuan, serta pengalamanpengalaman baru. Semua yang diperoleh melalui bacaan atau tulisan akan
memungkinkan

orang

mampu

mempertinggi

daya

pikirnya,

mempertajam

pandangannya, dan memperluas wawasannya. Kegiatan menulis merupakan kegiatan


yang diperlukan oleh siapa pun yang ingin maju dan meningkatkan diri.
Kemampuan menulis merupakan salah satu kunci keberhasilan siswa dalam
meraih kemajuan. Dengan kemampuan menulis yang memadai, siswa akan lebih
mudah menggali informasi dari berbagai sumber tertulis. Upaya pengembangan dan
peningkatan kemampuan menulis diantaranya dilakukan melalui pembelajaran di
sekolah. Sekolah Dasar (SD) sebagai pengalaman pertama pendidikan dasar yang
harus mampu membekali lulusannya dengan dasar-dasar kemampuan menulis yang
diperlukan untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. Betapa pentingnya alat
peraga kartu kata pada proses pembelajaran di Sekolah Dasar karena memiliki fungsi
strategis dalam usaha meningkatkan sumber daya manusia.
Menulis permulaan sebagai salah satu keterampilan berbahasa apabila berhasil
memungkinkan untuk siswa memiliki: (1) pengetahuan dasar yang dapat digunakan
sebagai dasar mendengarkan bahasa Indonesia; (2) pengetahuan dasar untuk
bercakap-cakap dalam bahasa Indonesia; (3) pengetahuan dasar yang digunakan
sebagai dasar untuk menulis bahasa Indonesia; dan (4) pengetahuan dasar untuk
menulis bahasa Indonesia. Hal ini membuktikan pentingnya keberhasilan menulis
tersebut.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

Pada waktu guru mengajarkan menulis kata atau kalimat, siswa tentu akan
menulis kata atau kalimat tersebut. Kemampuan menulis diajarkan sejak dini, sejak
siswa masih kelas I, maka kemampuan menulis pun diajarkan sejak dini pula.
Banyak hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran menulis pada tingkat awal
Sekolah Dasar. Mengajarkan menulis di tingkat awal tidak mudah, karena siswa pada
tingkat tersebut belum memiliki bekal pengetahuan yang cukup.
Seperti kita ketahui, kemampuan menulis diajarkan di Sekolah Dasar sejak
kelas I sampai kelas VI. Kemampuan yang diajarkan di kelas I dan kelas II
merupakan kemampuan tahap awal atau permulaan. Oleh karena itu, pembelajaran
menulis di kelas I dan kelas II disebut pembelajaran menulis permulaan, sedang di
kelas III sampai kelas VI disebut pembelajaran menulis lanjut.
Jadi, pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar ada dua jenis menulis,
yakni menulis permulaan, diajarkan di kelas I dan kelas II, dan menulis lanjut,
diajarkan di kelas III sampai VI.
Kemampuan menulis merupakan salah satu jenis kemampuan berbahasa tulis
yang bersifat produktif, artinya kemampuan menulis merupakan kemampuan yang
menghasilkan tulisan. Menulis merupakan kegiatan yang memerlukan kemampuan
yang bersifat kompleks. Kemampuan-kemampuan yang diperlukan itu dapat
diperoleh melalui proses yang panjang. Sebelum sampai pada tingkat terampil
menulis, siswa harus mulai dari tingkat awal, tingkat permulaan, mulai dari
pengenalan lambang-lambang bunyi. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh
pada tingkat permulaan pada pembelajaran menulis permulaan itu, akan menjadi
dasar peningkatan dan keterampilan siswa selanjutnya. Apabila dasar itu baik dan
kuat, maka dapat diharapkan hasil pengembangannya pun akan baik pula, dan
apabila dasar itu kurang baik atau lemah, maka dapat diperkirakan hasil
pengembangannya akan kurang baik juga.
Berdasarkan hasil observasi di SD N I Sendangijo Selogiri Wonogiri, terlihat
bahwa keterampilan menulis di sekolah dasar tersebut kurang begitu diperhatikan.
Penekanan pembelajaran berbahsa umumnya masih terletak pada keterampilan
commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

menyimak, berbicara, dan membaca. Keterampilan menulis kurang diperhatikan


sehingga tidak jarang masih terdapat siswa yang tidak bisa menyampaikan
pesan/informasi dalam bahasa tulis secara baik. Hal ini juga menunjukkan bahwa
masih banyak siswa sekolah dasar yang kurang mampu mengekspresikan diri lewat
kegiatan menulis atau dengan kata lain keterampilan menulis siswa masih rendah,
terlihat pada nilai capaian siswa pada semester I. Siswa sering kali malu ketika
diminta menulis di depan kelas. Siswa masih merasa takut salah menulis di depan
kelas.
Permasalahan rendahnya keterampilan menulis tersebut juga terjadi pada
siswa kelas I SD Negeri I Sendangijo Wonogiri. Peneliti telah menentukan Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 75. Adapun tujuan dari penentuan KKM
tersebut supaya siswa dengan menulis permulaan dapat menyapaikan pesan pada
orang lain. Data yang diperoleh melalui tes dan dokumen dari hasil pembelajaran
keterampilan menulis oleh guru kelas I Lampiran 8 halaman 165 pada kondisi awal
hari Selasa, 19 April 2011 menunjukkan masih terdapat 5 siswa 38,46% dari 13
siswa yang mendapat nilai 75 ke bawah (batas KKM), sedangkan sisanya 8 siswa
atau 61,51% mendapat nilai 75 ke atas. Kenyataan yang demikian dapat
diindikasikan bahwa keterampilan menulis siswa masih kurang khususnya pada kelas
I SD N I Sendangijo. Kondisi ini dapat dijadikan sebagai landasan yang
melatarbelakangi adanya upaya peningkatan pembelajaran keterampilan menulis
pada siswa kelas I SD N I Sendangijo Wonogiri.
Berdasarkan hasil observasi Lampiran 9 halaman 166. RPP yang dibuat pada
siklus I sudah bagus dan perlu ditingkatkan lagi pada siklus II. Pelaksanaan
pembelajaran pada siklus I sudah baik dapat dilihat pada Lampiran 11 halaman 180.
Berdasarkan hasil observasi Lampiran 10 halaman 173. RPP yang dibuat pada siklus
II sudah bagus ada peningkatan dari siklus I. Pelaksanaan pembelajaran pada siklus II
sudah baik dapat dilihat pada Lampiran 12 halaman 188.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

Bertolak dari observasi awal, dokumen, data nilai ulangan harian keterampilan
menulis permulaan siswa kelas I SD Negeri 1 Sendangijo Kecamatan Selogiri
Wonogiri Tahun 2010/2011 semester I, arsip pendukung penelitian seperti silabus dan
daftar kelas I tahun 2010/2011, serta hasil wawancara dengan guru kelas I SD Negeri
I Sendangijo dapat diidentifikasi beberapa faktor yang melatarbelakangi masalah
kurangnya keterampilan menulis pada siswa diantaranya adalah : 1) Keaktifan,
meliputi : (1) Siswa masih malu-malu menyatakan pendapat, karena siswa belum
terbiasa dengan menggunakan kartu kata; (2) Siswa kurang berani mengajukan
pertanyaan karena takut salah; dan (3) Siswa mengerjakan tugas kurang baik tampak
siswa belum selesai mengerjakan tugas tetapi malah berbincang-bincang dengan
temannya ; 2) Perhatian, meliputi : (1) Siswa dalam menyimak penjelasan guru
kurang sungguh-sungguh; (2) Siswa menunjukkan sikap kurang tanggung jawab
dalam pembelajaran; dan (3) Siswa masih ramai sendiri kurang memperhatikan
materi yang disampaikan oleh guru. Disamping itu pembelajaran keterampilan
menulis yang diterapkan guru masih konvensional sehingga mengurangi keaktifan
dan perhatian bagi siswa. Biasanya guru hanya terpaku pada buku pelajaran,
pembelajaran yang masih konvensianal membuat pembelajaran berbahasa pada
keterampilan menulis menjadi sesuatu yang membosankan bagi siswa.
Menulis permulaan sebagai keterampilan dasar siswa. Menulis merupakan alat
bagi siswa untuk mengetahui makna dari isi mata pelajaran yang dipelajarinya di
sekolah. Semakin cepat siswa dapat menulis semakin besar peluang untuk
memahami makna isi mata pelajaran di sekolah. Namun, pada akhir tahun pelajaran
masih juga terdapat siswa yang tidak dapat menulis. Keadaan ini terjadi pada siswa
kelas I maupun pada tingkat yang lebih tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa
pembelajaran menulis di Sekolah Dasar (SD) belum berhasil. Masih terdapat siswa
yang mengalami kesulitan dalam menguasai huruf atau bahkan sama sekali belum
menguasai huruf. Hal itu sangat mempengaruhi keberhasilan siswa tersebut dalam
belajar atau menerima mata pelajaran yang dipelajari di sekolah. Faktor-faktor
penyebab belum berhasilnya pembelajran menulis permulaan di kelas I sangat
commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

kompleks. Faktor-faktor ini berasal dari berbagai dimensi, yaitu : (1) pesan; (2)
bahan peralatan; (3) teknik; serta (4) latar belakang siswa. Secara khusus faktor yang
paling dominan mempengaruhi pembelajaran menulis permulaan adalah menyangkut
pembelajaran di sekolah.
Hal yang perlu diperhatikan di dalam pembelajaran Bahasa Indonesia menulis
permulaan adalah mengenai penggunaan alat peraga kartu kata menulis permulaan
yaitu alat peraga kartu kata yang digunakan oleh guru itu sendiri. Kartu kata adalah
kartu kata ini berbentuk lembaran-lembaran persegi panjang yang bertuliskan katakata yang mudah di cerna anak-anak. Sebab keadaan siswa kelas I semester I pada
proses belajar mengajar menulis permulaan belum mengenal kalimat. Namun sesuai
tugas guru, diharapkan guru bisa memilih alat peraga kartu kata yang dapat
membantu siswa untuk mengenal kalimat.
Menulis permulaan mendasari berbagai bidang studi pada kelas-kelas
berikutnya, karena dengan menulis permulaan dapat menyapaikan pesan pada orang
lain. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian ini dan penelitian
ini diberi judul : Meningkatkan Keterampilan Menulis Permulaan melalui Alat
Peraga Kartu Kata pada Siswa Kelas I SD Negeri 1 Sendangijo Kecamatan Selogiri
Wonogiri Tahun 2010/2011.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penelitian ini dapat
merumuskan permasalahan sebagai berikut : Apakah melalui Alat Peraga Kartu
Kata dapat Meningkatkan Keterampilan Menulis Permulaan pada Siswa Kelas I SD
Negeri 1 Sendangijo Kecamatan Selogiri Wonogiri Tahun 2010/2011?

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk :
Meningkatkan Keterampilan Menulis Permulaan pada Siswa Kelas I SD Negeri 1
Sendangijo Kecamatan Selogiri Wonogiri Tahun 2010/2011.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bidang
studi bahasa Indonesia menggunakan media/alat peraga kartu kata dalam
pembelajaran keterampilan menulis permulaan di sekolah dasar demi kemajuan
siswa.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini sangat bermanfaat bagi pengembangan inovasi khususnya
perbaikan kualitas pembelajaran bahasa Indonesia. Secara rinci hasil penelitian ini
dapat bermanfaat bagi:
a. Siswa
1) Meningkatnya keterampilan menulis permulaan secara bertahap dengan
memanfaatkan alat peraga kartu kata.
2) Siswa akan merasakan pembelajaran yang menyenangkan dan inovatif dengan
menggunakan alat peraga kartu kata.
3) Melatih dan membiasakan siswa untuk terampil menulis permulaan
melaui alat peraga kartu kata.
b. Guru
1) Dapat mendorong guru dalam memberikan materi pelajaran dengan
memperhatikan keterampilan menulis permulaan siswa sebelumnya.
2) Dapat memberikan alternatif kepada guru dalam menggunakan alat peraga
kartu kata sebagai sarana untuk meningkatkan keterampilan menulis
permulaan siswa.
commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

3) Dapat memberikan wawasan kepada guru dalam menyiapkan alat peraga


kartu kata berupa alat peraga kartu kata yang sesuai dengan kebutuhan/
materi pembelajaran bidang studi Bahasa Indonesia yaitu keterampilan
menulis permulaan.
c. Sekolah
1) Untuk meningkatkan pengetahuan keterampilan menulis permulaan siswa
kelas I SD yang mengalami kesulitan belajar menulis permulaan. Siswa akan
tertarik dan senang dengan pembelajaran menggunakan alat peraga kartu kata
dari pada dengan ceramah yang menjemukan.
2) Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam upaya pengadaan inovasi
pemanfaatan alat peraga dalam pembelajaran di sekolah.
d. Peneliti Lain
1) Diharapkan penelitian ini sebagai acuan penelitian lain yang sesuai terkait
pembelajaran keterampilan menulis permulaan melalui alat peraga kartu kata.
2) Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan referensi penelitian yang relevan.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

BAB II
LANDASAN TEORI

Pembahasan pada bab II ini berkaitan dengan : (A) Tinjauan Pustaka; (B)
Penelitian yang Relevan; (C) Kerangka Berpikir; dan (D) Hipotesis Tindakan.

A. Tinjauan Pustaka
1. Hakikat Keterampilan Menulis Permulaan
a. Pengertian Keterampilan
Keterampilan seseorang di dalam menyelesaikan suatu pekerjaan atau bidang
tertentu jelas berbeda-beda. Keterampilan itu hanya dapat diperoleh melalui proses
belajar dan latihan yang berkesinambungan. Dengan keterampilan, seseorang akan
mampu menghasilkan suatu pola pikir dan karya inovatif dengan penyelesaian yang
efektif dan efisien.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 1180) mengartikan terampil adalah
cakap dalam menyelesaikan tugas, mampu, dan cekatan. Sedangkan, keterampilan
adalah kecakapan untuk menyelesaikan tugas, kecakapan seseorang untuk memakai
bahasa dalam menulis, membaca, menyimak atau berbicara.
Broughton dalam H. G. Tarigan (1979: 10) mengemukakan bahwa pengertian
keterampilan merupakan kemampuan (abilitas) untuk menghubungkan tanda-tanda
hitam di atas kertas melalui unsur-unsur bahasa yang formal yaitu kata-kata sebagai
bunyi dengan makna yang dilambangkan oleh kata-kata tersebut.
Setiap keterampilan itu erat pula berhubungan dengan proses-proses yang
mendasari bahasa. Bahasa seseorang mencerminkan pikirannya. Semakin terampil
seseorang berbahasa, semakin cerah dan jelas pula jalan pikirannya. Keterampilan
hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan jalan praktik dan banyak pelatihan.
Melatih keterampilan berbahasa berarti pula melatih keterampilan berpikir. (Tarigan,
1980: 1, 1981: 2. Dawwon (et al), 1963: 27).
commit to user
9

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

10

Keterampilan merupakan kecakapan untuk menyelesaikan tugas keterampilan


bahasa. Keterampilan adalah kecakapan seseorang untuk memakai bahasa dalam
menulis, membaca, menyimak, atau berbicara. ( http://kamusbahasaindonesia.org)
Menurut ( http://nucleussmart.blogspot.com/ diunduh tanggal 04 Februari
2011) Istilah Keterampilan berasal dari kata dasar terampil yang berarti pandai
melakukan sesuatu dalam bentuk tindakan. Keterampilan adalah kemampuan
melakukan pola-pola tingkah laku yang kompleks dan tersusun rapi secara mulus dan
sesuai dengan keadaan untuk mencapai hasil tertentu. Keterampilan ditentukan
bersama dengan belajar dan keturunan.
Soemarjadi, Muzni Ramanto, dan Wikdati Zahri (2001: 2) berpendapat bahwa
kata keterampilan sama artinya dengan kata kecekatan. Terampil atau cekatan adalah
kepandaian melakukan sesuatu pekerjaan dengan cepat dan benar. Ruang lingkup
keterampilan cukup luas meliputi kegiatan berupa perbuatan, berpikir, berbicara,
melihat, mendengar, dan sebagainya.
Tri Budiharto (2008: 1-2) mengungkapkan bahwa keterampilan berasal dari
kata terampil yang artinya adalah mampu bertindak dengan cepat dan tepat. Istilah
lain dari terampil adalah cekatan, cakap mengerjakan sesuatu. Dengan kata lain
keterampilan dapat disebut juga kecekatan, kecakapan, atau kemampuan untuk
melakukan sesuatu dengan baik dan cermat.
Pengertian keterampilan dalam konteks pembelajaran mata pelajaran
keterampilan di sekolah adalah usaha untuk memperoleh kompetensi cekat, cepat,
dan

tepat

dalam

menghadapi

permasalahan

belajar.

(http://aksay.

multiply.com/journal/item/20). Dalam hal ini, pembelajaran keterampilan dirancang


sebagai proses komunikasi belajar untuk mengubah perilaku siswa menjadi cekat,
cepat, dan tepat dalam melakukan sesuatu. Perilaku terampil ini dibutuhkan dalam
keterampilan hidup manusia di lingkungannya.
Keterampilan merupakan pengetahuan eksperiensial yang dilakukan secara
berulang dan terus menerus secara terstruktur sehingga membentuk kebiasaan baru
seseorang ( http://gozalionline.blogspot.com.html diunduh tanggal 04 Februari 2011).
commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

11

Berdasarkan uraian di atas keterampilan adalah kemampuan melakukan sesuatu


melalui belajar yang berupa tindakan dengan cepat dan tepat, secara efektif untuk
menempati isi tertentu.
Menurut Puji Santoso, dkk (2008: 1.9) keterampilan proses belajar bahasa
dibagi menjadi berbagai tahap sebagai berikut:
1) Keterampilan yang paling sederhana adalah keterampilan mekanis berupa
hafalan atau ingatan. Misalnya, anak mulai mengenal kosakata baru,
membaca suku kata dan kelompok kalimat.
2) Keterampilan tahap berikutnya adalah pengetahuan berupa demonstrasi
pengetahuan tentang fakta, kaidah tentang apa saja yang dipelajari.
misalnya, pada tahap ini murid mengingat kaidah kebahasaan yang ia
pelajari.
3) Keterampilan transfer, keterampilan ini merupakan kemampuan reseptif
dimana siswa berusaha mengaplikasikan pengetahuan yang ia miliki.
4) Tahap ke empat adalah komunikasi. Murid mampu memahami serta
mengkomunikasikan ilmu yang ia dapat baik secara tertulis maupun secara
lisan.
Keterampilan berbahasa di SD dapat dibagi menjadi keterampilan berbahasa
tulis dan keterampilan berbahasa lisan. Menurut Puji Santoso, dkk (2008: 6.3)
Klasifikasi ini dibuat berdasarkan pendekatan komunikatif. Keterampilan berbahasa
tulis dapat dibagi menjadi membaca dan menulis, sedangkan keterampilan bahasa
lisan dibagi menjadi menyimak dan berbicara. Pembelajaran keterampilan berbahasa
tidak boleh ditafsirkan sebagai mengajarkan memahami dan menggunakan bahasa,
tetapi juga harus dipahami sebagai mengajak siswa berlatih memahami dan
menggunakan bahasa di SD. Dengan pemahaman seperti itu, guru akan terdorong
untuk merancang pembelajaran bahasa dengan lebih bervariasi lagi sehingga
pengalaman belajar siswa akan lebih bermakna.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, keterampilan adalah kemampuan
untuk menghubungkan tanda-tanda hitam di atas kertas melalui unsur-unsur bahasa
yang formal yaitu kata-kata sebagai bunyi dengan makna yang dilambangkan oleh
kata-kata tersebut. Bertolak dari beberapa pengertian di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa keterampilan adalah kemampuan bertindak atau melakukan suatu
commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

12

pekerjaan (tugas) dengan baik, cermat, cepat, dan tepat. Seseorang yang dapat
melakukan sesuatu dengan cepat tetapi salah tidak dapat dikatakan terampil.
Demikian pula, apabila seseorang yang dapat melakukan sesuatu dengan benar tetapi
lambat juga tidak dapat dikatakan terampil. Jadi, keterampilan itu berlandaskan pada
kecepatan dan ketepatan tertentu sehingga seseorang tidak akan merasakan kesulitankesulitan yang berarti dalam pekerjaannya.
b. Pengertian Menulis
Menulis adalah suatu kegiatan untuk menciptakan suatu catatan atau informasi
pada suatu media dengan menggunakan aksara (Wikipedia: 2006). Menurut Henry
Guntur Tarigan (1993: 21) menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambanglambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami seseorang.
Sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka
memahami lambang grafik itu. Jadi, menulis merupakan suatu kegiatan
mengungkapkan informasi kepada pembaca dengan media kertas dan tinta yang
menggunakan huruf-huruf (lambang-lambang grafik) sebagai sistem tanda.
Writing is the representation of language in a textual medium through the
use of a set of signs or symbols (known as a writing system). It is distinguished from
illustration, such as cave drawing and painting, and non-symbolic preservation of
language via non-textual media, such as magnetic tape audio. Yang artinya
Menulis adalah duta bahasa dalam media tulis melalui penggunaan set tanda-tanda
atau simbol-simbol (dikenal dengan sistem menulis). Ditentukan dari ilustrasi
(penggambaran) seperti menggambar gua, dan melukis, dan juga pelestarian bahasa
nonsimbolis melalui media nontekstual (tidak tertulis) seperti pemutar musik
magnetis.
Writing most likely began as a consequence of political expansion in ancient
cultures, which needed reliable means for transmitting information, maintaining
financial accounts, keeping historical records, and similar activities. Around the 4th
millennium BC, the complexity of trade and administration outgrew the power of
memory, and writing became a more dependable method of recording and
presenting commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

13

transactions in a permanent form. In both Ancient Egypt and Mesoamerica writing


may have evolved through calendrics and a political necessity for recording
historical and environmental events. (Menulis lebih sering diartikan sebagai akibat
dari perluasan politis pada masa / budaya jaman dahulu yang membutuhkan makna
yang dapat dimengerti/dipahami untuk mengirim informasi atau pesan, menyimpan
data keuangan, melestarikan catatan bersejarah dan kegiatan-kegiatan serupa. Sekitar
abad ke 14 sebelum masehi, kerumitan dalam berdagang dan tata usaha
menumbuhkan kekuatan dalam menghafal (menyimpan), dan menulis menjadi
metode merekam yang lebih dapat diandalkan dan menyampaikan transaksi dengan
patokan yang tetap. Di kedua masa, Mesir kuno dan Mesoamerica menulis mungkin
telah berevolusi melalui sistem penanggalan dan sebuah kebutuhan politik untuk
rekaman sejarah dan kejadian lingkungan. (http://en.wikipedia.org/wiki/Writing)
Menulis merupakan semua hasil dan produk kerja pikir dan kerja perasaan
yang berupa : ide, gagasan, pendapat, saran, kesimpulan, dan sebagainya yang
disampaikan secara tertulis kepada orang lain oleh Murtono (2010: 27). Sebenarnya
dengan melihat hasil tulisan seseorang akan dapat dinilai segala keterampilan
berbahasa seseorang. Baik itu masalah penggunaan ejaan, pemakaian kosa kata,
penggunaan kata yang tepat, kemampuan membuat kalimat, dan sebagainya.
Sehingga sebagai masyarakat ilmiah, amatlah penting untuk mengetahui, memahami,
dan menerapkan tata cara membuat tulisan atau teknik-teknik penulisan. Hal ini
perlu, karena mau tidak mau suatu ketika kita akan mengemukakan gagasan. Maka
berarti kita berhubungan dengan kerja menulis. Keterampilan menulis atau
mengarang seseorang sebenarnya dapat diusahakan dengan banyak berlatih menulis.
Apabila latihan menulis banyak dikerjakan maka hasil tulisan makin lama akan
semakin meningkat dan akan semakin baik. Di samping itu hasil tulisan akan lebih
mudah dicerna atau dipahami oleh orang lain atau pembaca. Jika hasil tulisan kita
sudah sedemikian rupa maka berarti kita sudah dapat mengarang atau menulis, meski
serba sedikit. Akan tetapi, dengan sendirinya, di sini yang dimaksud tulisan
nonilmiah, namun tulisan yang dapat dipertanggungjawabkan
keilmiahannya. commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

14

Menurut Puji Santoso, dkk (2008: 6.14) menulis dapat dianggap sebagai
proses maupun suatu hasil. Menulis merupakan kegiatan yang dilakukan seseorang
untuk menghasilkan sebuah tulisan. Dilihat dari prosesnya, menulis mulai dari hal
yang tidak tampak baru menjadi sebuah tulisan yang utuh. Hal ini dikarenakan apa
yang hendak ditulis masih dalam bentuk pikiran, bersifat sangat pribadi. Menulis dan
mengarang merupakan dua hal yang dianggap sama pengertiannya oleh sebagian ahli
dan berbeda oleh sebagian ahli lainnya. Menurut Mc Crimmon dalam St.Y Slamet
(2008: 97), menulis merupakan kegiatan menggali pikiran dan perasaan mengenai
suatu subjek, memilih hal-hal yang akan ditulis, menentukan cara menuliskannya
sehingga pembaca dapat memahaminya dengan jelas. Menurut Suparno dan M.
Yunus dalam St.Y Slamet (2003: 3) menulis dapat didefinisikan sebagai suatu
kegiatan penyampaian pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai
medianya. Pesan adalah isi atau muatan yang terkandung dalam suatu tulisan. Tulisan
merupakan sebuah simbol atau lambang yang dapat dilihat dan disepakati
pemakainya. Dalam komunikasi tulis paling tidak terdapat empat unsur yang terlibat,
yaitu penulis, isi tulisan, saluran, atau media berupa tulisan.
Dalam pengambilan kesimpulan menulis, dapat dilakukan secara induktif
dan deduktif. Penalaran induktif adalah suatu proses berfikir yang bertolak dari halhal yang khusus menuju sesuatu yang umum. Sementara itu, penalaran deduktif
adalah suatu proses berfikir yang bertolak dari sesuatu yang umum pada peristiwa
yang khusus untuk mencapai sebuah kesimpulan. Sri Hastuti dalam St.Y. Slamet
(2008: 99) menyatakan menulis di samping sebagai proses, juga merupakan suatu
kegiatan yang komplek. Komplek disini bahwa kegiatan menulis adalah kegiatan
yang melibatkan cara berfikir yang teratur dan berbagai persyaratan yang berkaitan
dengan teknik penulisan, antara lain:
1) adanya kesatuan gagasan; 2) penggunaan kalimat yang jelas dan efektif; 3)
paragraf disusun dengan baik; 4) penerapan kaedah ejaan yang benar; dan 5)
pengguasaan kosakata yang memadai.
commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

15

Menulis dianggap sebagai proses, yaitu merupakan serangkaian aktivitas


(kegiatan) yang terjadi dan melibatkan beberapa fase (tahap) yaitu fase pramenulis
(persiapan), penulisan (pengembangan isi karangan), dan pascapenulisan (telaah dan
revisi atau penyempurnaan tulisan).
Puji Santosa, dkk (2008: 6.15) memberikan kiat-kiat agar siswa mudah
dalam menulis yang merupakan suatu proses, yaitu sebagai berikut:
1)
2)
3)
4)

Langsung menulis teori belakangan.


Mulai dari manapun boleh.
Belajar sambil bercanda.
Pembelajaran menulis nonlinear, yaitu tidak harus berdasarkan urutan dari a
sampai z.
5) Berbicara meniru mendengarkan, menulis meniru membaca.
Henry Guntur Tarigan (1993: 3) berpendapat bahwa menulis adalah suatu
keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak
langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Pengertian tersebut
menegaskan bahwa menulis merupakan kegiatan komunikasi tidak langsung. Tulisan
digunakan sebagai media perantara kegiatan komunikasi. Meski pengguna Bahasa
tidak saling bertatap muka namun kegiatan tetap dapat berlangsung.
Setiap orang mempunyai kemampuan untuk mengekspresikan pikiran,
perasaan, dan sikapnya. Kemampuan mengekspresikan tersebut dapat diwujudkan
dalam bentuk tulisan seperti artikel, sketsa, puisi, maupun bentuk karangan.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan, pengertian menulis
adalah salah satu keterampilan berbahasa yang berwujud kegiatan menggoreskan
tinta pada kertas, berupa sebuah catatan dalam suatu sistem tanda sebagai media
komunikasi tidak langsung. Catatan tersebut berisi tentang informasi, gagasan/ide
dari penulisnya untuk disampaikan pada pembaca melalui sistem tanda yang berupa
huruf-huruf. Sebagai media komunikasi tidak langsung tulisan mewakili penulisnya
untuk menyampaikan pesan secara tidak langsung.
Dengan mendasarkan pada beberapa pengertian menulis seperti yang telah
dikemukakan, terdapat sejumlah unsur yang menyatu dalam aktifitas menulis. Unsurcommit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

16

unsur itu adalah: (1) penulis; (2) makna atau gagasan yang disampaikan; (3) bahasa
atau sistem tanda konvensional sebagai medium penyampai gagasan atau ide; (4)
pembaca sasaran; (5) tujuan (sesuatu yang diinginkan penulis terhadap gagasan yang
disampaikan kepada pembaca); dan (6) adanya interaksi antara penulis dan pembaca
lewat tulisan tersebut.
Berpijak dari pendapat di atas, dapat disimpulkan pengertian menulis adalah
kemampuan (kecakapan ) seseorang dalam hubungannya dengan bagaimana ia
mendayagunakan semua fungsi mental/kognitifnya untuk menuangkan buah pikiran
secara teratur dan terorganisasi ke dalam sebuah karangan atau tulisan. Menulis
dapat diartikan juga sebagai kecekatan seseorang dalam hubungannya dengan
bagaimana ia mendayagunakan semua fungsi kognitifnya untuk menyusundan
mengkomunikasikan gagasannya itu dengan medium bahasa kepada orang lain
(pembaca) sehingga terjadi interaksi antara keduanya demi tercapainya suatu tujuan.
c. Pengertian Keterampilan Menulis Permulaan
Pembelajaran menulis di Sekolah Dasar terbagi menjadi dua tahap yaitu
menulis permulaan yang di berikan di kelas I dan II, serta menulis lanjut diberikan di
kelas III, IV, V, dan VI. Sedangkan menulis permulaan termasuk dalam menulis
permulaan karena materi ini diberikan di kelas I semester 2. Menulis permulaan
merupakan jenjang dasar yang menjadi landasan bagi pendidikan selanjutnya.
Perhatian perlu ditekankan pada belajar menulis permulaan, sebab kegagalan menulis
permulaan dapat menjadi kendala bagi kelanjutan siswa pada jenjang pendidikan di
tingkat atasnya.
Darmiyati dan Budiasih (1997: 57), menyatakan menulis permulaan di kelas
I dan kelas II merupakan pembelajaran menulis tahap awal, keterampilan menulis
yang diperoleh siswa di kelas I dan di kelas II akan menjadi dasar pembelajaran
menulis di kelas berikutnya. Keterampilan menulis merupakan dasar untuk
menguasai berbagai bidang studi. Jika anak pada usia sekolah permulaan tidak segera
memiliki , keterampilan menulis maka anak itu akan mengalami kesulitan dalam
mempelajari berbagai bidang studi pada kelas-kelas
berikutnya. commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

17

Henry Guntur Tarigan (1986: 21) mengemukakan bahwa menulis adalah


menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu
bahasa yang dipakai seseorang sehingga orang lain dapat membaca lambanglambang grafik tersebut.
Menulis termasuk dalam pembelajaran Bahasa Indonesia yang termuat dalam
GBPP (1994: 86) Bahasa Indonesia kelas I dan II. Adapun tujuan pembelajaran
menulis di kelas I adalah sebagai berikut:
1) Siswa mampu menulis kata-kata dan permulaan, dan membaca lafal dan intonasi
yang wajar;
2) Siswa mampu menuliskan kegiatan sehari-hari dengan permulaan;
3) Siswa mengenal sifat-sifat dan watak yang baik melalui bacaan, cerita,
percakapan dan kegiatan sehari-hari;
4) Siswa mampu memahami bermacam-macam cerita; dan
5) Siswa mampu melafalkan kata-kata dalam bait-bait puisi yang sesuai dengan
anak.
Tujuan pembelajaran menulis di kelas II adalah sebagai berikut:
1) Siswa mampu membaca bacaan pendek dengan lafal dan intonasi yang wajar;
2) Siswa mampu memahami cerita yang didengar atau dibaca yang dapat
mengajukan atau menjawab pertanyaan serta dapat menceritakan kembali;
3) Siswa mampu membaca puisi yang sesuai untuk anak-anak;
4) Siswa mampu mengungkapkan perasaan dengan permulaan mengenai bermacammacam sifat, kebiasaan dan watak pelaku dalam bacaan atau cerita yang
didengarkan; dan
5) Siswa mampu menuliskan pesan, perasaan dan keinginannya.
Tujuan mata pelajaran Bahasa Indonesia secara umum juga termuat dalam
Kurikulum KTSP (2007/2008: 7) Bahasa Indonesia kelas I. Adapun tujuan mata
pelajaran Bahasa Indonesia adalah agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai
berikut:
commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

18

1) Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik
secara lisan maupun tulis;
2) Menghargai dan bangga menggunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa
persatuan dan bahasa Negara;
3) Memahami Bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif
untuk berbagai tujuan;
4) Menggunakan Bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual,
serta kematangan emosional dan social; dan
5) Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan,
memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan
berbahasa.
Keterampilan menulis menurut Byrne dalam St. Y Slamet (2008: 106)
adalah :
Keterampilan menulis pada hakikatnya bukan sekedar kemampuan menulis
simbol-simbol grafis sehingga berbentuk kata, dan kata-kata disusun menjadi
kalimat menurut peraturan tertentu, melainkan keterampilan menulis adalah
kemampuan menuangkan buah pikiran ke dalam bahasa tulis melalui
kalimat-kalimat yang dirangkai secara utuh, lengkap, dan jelas sehingga
buah pikiran tersebut dapat dikomunikasikan kepada pembaca dengan
berhasil.
Menurut St. Y Slamet (2008: 120) keterampilan menulis adalah kemampuan
seseorang dalam menyusun suatu tulisan atau karangan berdasarkan fakta (umum)
yang dapat dipertanggungjawabkan kepada pembaca melalui medium bahasa tulis
dan bertaat azas pada kaidah bahasa Indonesia. Keterampilan menulis menuntut
kemampuan menggunakan pola-pola bahasa secara tertulis untuk mengungkapkan
suatu gagasan. Keterampilan menulis mencakup berbagai kemampuan diantaranya:
(1) kemampuan menggunakan unsur bahasa secara tepat; (2) kemampuan
mengorganisasikan

wacana

dalam

bentuk

karangan;

dan

(3)

kemampuan

menggunakan gaya bahasa yang tepat pemilihan kata serta yang lainnya.
Keterampilan menulis tidaklah dapat diperoleh secara cepat atau hanya dengan bakat
commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

19

yang dimiliki seseorang saja melainkan keterampilan menulis hanya bisa diperoleh
melalui proses belajar dan berlatih dengan sungguh-sungguh. Hal ini disebabkan
karena menulis merupakan suatu keterampilan yang dapat dipelajari. Keterampilan
menulis akan menghantarkan seseorang menjadi cendekiawan, tolak ukur kecerdasan
seseorang akan lebih banyak ditentukan oleh karya tulis yang dihasilkan.
Menurut Hairston dalam St. Y Slamet (2008: 109) menulis yang baik adalah
menyesuaikan tulisan dengan kebutuhan pembaca. Oleh karena itu tulisan bisa
formal, bisa sederhana, bisa resmi (penuh tata karma), bisa kasar dan bisa halus.
Menurut St. Y Slamet (2008: 109) tulisan yang baik adalah yang dapat berkomunikasi
secara efektif dengan pembaca. Karangan atau tulisan yang tersusun dengan baik
selalu mengandung tiga unsur atau bagian utama, yaitu : (1) bagian pendahuluan
(introduksi); (2) isi tulisan (bodi); dan (3) penutup (konklusi). Setiap bagian
mempuyai fungsi yang berbeda. Bagian pendahuluan berfungsi untuk menarik minat
pembaca dan menjelaskan ide pokok atau tema karangan. Fungsi bagian isi, yaitu
sebagai jembatan yang menghubungkan bagian pendahuluan dengan penutup,
sedangkan bagian penutup berfungsi sebagai kesimpulan.
St. Y Slamet (2008: 111) menyatakan bahwa komponen-komponen dalam
keterampilan menulis meliputi: (1) isi; (2) organisasi isi; (3) gramatika; (4) diksi; dan
(5) ejaan.
Menurut Weaver dalam St.Y Slamet (2008: 111), secara padat di dalam
proses penulisan ada lima tahap, yaitu : (1) persiapan penulisan (rehearsing); (2)
pembuatan draft (drafting); (3) perevisian (revising); (4) pengeditan (editing); dan (e)
pemublikasian (publishing). Berikut penjelasan dari tahap-tahap penulisan di atas :
1) Persiapan penulisan (rehearsing)
Ini merupakan tahap penulisan. Pada tahap ini merupakan langkah awal dalam
menulis yang mencakup kegiatan : (1) menentukan dan membatasi topik tulisan:
(2) merumuskan tujuan, menentukan bentuk tulisan, dan menentukan pembaca
yang akan ditujunya; (3) memilih bahan; serta (4) menentukan generalisasi dan
cara-cara untuk mengorganisasikan ide dan tulisannya. Oleh karena itu, pada tahap
commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

20

persiapan menulis kadang diperlukan stimulus untuk merangsang munculnya


respon yang berupa ide atau gagasan.
2) Pembuatan draf (drafting)
Dalam orientasi pembelajaran yang berpusat pada siswa, tahap menulis ini
dimulai dengan menjabarkan ide ke dalam tulisan. Adapun fokus pada tahap ini
adalah penuangan ide-ide ke dalam tulisan.
3) Perevisian (revising)
Pada tahap merevisi dilakukan koreksi terhadap keseluruhan karangan.
Koreksi dilakukan terhadap beberapa aspek, misalnya struktur karangan dan
kebahasaan. Struktur karangan meliputi penataan ide pokok dan ide penjelas, serta
sistematika dan penalarannya. Sementara itu, aspek kebahasaan meliputi : (1)
pilihan kata; (2) struktur bahasa; (3) ejaan; dan (4) tanda baca. Pada tahap revisi
masih dimungkinkan mengubah judul karangan apabila judul yang telah
ditentukan dirasa kurang tepat.
4) Pengeditan/Penyuntingan (editing)
Hasil tulisan/karangan perlu dilakukan pengeditan (penyuntingan). Hal ini
berarti tulisan sudah hampir jadi. Tujuan kegiatan penyuntingan adalah membuat
tulisan dapat dibaca secara optimal oleh pembacannya.
5) Pemublikasian (publishing/sharing)
Publikasi mempunyai dua pengertian. Pengertian pertama, publikasi berarti
menyampaikan karangan kepada publik dalam bentuk cetakan, sedangkan
pengertian kedua menyampaikan dalam bentuk noncetakan.
Puji Santosa, dkk (2008: 1.8) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi
siswa dalam belajar ada dua macam yaitu faktor intern siswa dan faktor ekstern dari
siswa tersebut. Faktor intern adalah faktor yang berasal dari diri siswa itu sendiri,
seperti inteligensi anak sedangkan faktor ekstern siswa adalah faktor yang berasal
dari luar diri siswa seperti lingkungan sekitar siswa. Dalam pembelajaran menulis di
SD harus selalu disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, pokok
bahasan, sarana dan prasarana sekolah, kondisi siswa, dan lingkungan tempat siswa
commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

21

tinggal. Pembelajaran bahasa di SD harus disesuaikan dengan umur dan tingkat


perkembangan anak dalam hal kemampuan menulis yang dimiliki oleh anak didik,
mengingat tiap-tiap anak mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Untuk itu
dalam mengajarkan menulis pada siswa, guru harus berupaya untuk memahami
karakteristik anak SD dan menyesuaikan dengan kondisi dari masing-masing siswa.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan, pengertian
keterampilan menulis permulaan adalah kemampuan bertindak atau melakukan suatu
pekerjaan (tugas) dengan baik, cermat, cepat, dan tepat dalam pembelajaran menulis
tahap awal, kemampuan menulis yang diperoleh siswa di kelas I. Menulis permulaan
merupakan dasar yang harus dimiliki oleh siswa kelas I, agar tidak mengalami
kesulitan dalam mempelajari berbagai bidang studi yang lain. Tujuan pembelajaran
menulis permulaan adalah agar siswa mampu menulis kata-kata dan permulaan, dan
dapat membaca dengan lafal dan intonasi yang wajar serta dapat berkomunikasi
secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun
tulis.
d. Pengertian Pelajaran Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia diambil dari bahasa Melayu yang sudah berabad-abad telah
menjadi bahasa rantauan, bahasa komunikas antarsuku-suku bangsa Nusantara di
samping itu bahasa daerahnya sendiri. Bahasa Indonesia berfungsi sebagai bahasa
resmi Negara, pengantar di lembaga-lembaga pendidikan dan sebagai alat
perhubungan

pada

tingakat

nasional

bagi

kepentingan

menjalankan

roda

pemerintahan dan pembangunan. Alat pengembangan kebudayaan dan pemanfaatan


ilmu pengetahuan, seni serta teknologi modern.
Puji Santosa, dkk (2008: 1.2) mengemukakan bahasa yang dalam bahasa
Inggris-nya disebut language berasal dari bahasa Latin yang berarti lidah. Lidah
merupakan alat ucap yang paling sering digunakan. Secara universal pengertian
bahasa adalah suatu bentuk ungkapan yang bentuk dasarnya ujaran. Ujaran inilah
yang membedakan manusia dari makhluk lainnya. Dengan ujaran inilah manusia
mengungkapakan hal yang nyata atau tidak, yang berwujud atau kasat mata, situasi
commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

22

dan kondisi yang lampau, kini, maupun yang akan datang. Ujaran manusia itu
menjadi bahasa apabila dua orang manusia atau lebih menetapkan bahwa seperangkat
bunyi itu memiliki arti yang serupa.
Ekspresi bahasa memiliki enam komponen, yaitu: (1) fonem; (2) morfem; (3)
sintaksis; (4) semantik; (5) prosodi; dan (5) pragmatik. Fonem adalah satuan terkecil
dari bunyi ujaran yang dapat membedakan arti (Gorys Keraf, 1991: 30). Contohnya
adalah fonem l dan fonem r pada kata lama dan ragu yang membedakan arti
dari kedua kata tersebut.. Dalam Bahasa Inggris, un, re, de dinamakan prefiks
atau menurut Parera (1990: 19) disebut pembubuhan depan, sedangkan Gorys Keraf
(1991: 52) menamainya awalan disebut morfem terikat. Dalam kata unnatural
terdiri dari dua macam morfem, un sebagai merfem terikat sedangkan natural
sebagai morfem bebas atau kata dasar. Dalam Bahasa Indonesia dikenal adanya
empat morfem terikat, yaitu:
1) Prefiks atau awalan (misalnya ber-, me-, di-)
2) Infiks atau sisipan (misalnya el-, -em-, -er-)
3) Sufiks atau akhiran (misalnya kan, -an)
4) Konfiks, yaitu merupakan gabungan dari dua atau tiga morfem terikat yang lain.
Dalam Bahasa Indonesia terdapat enam vokal (a, e, i, o, u, dan e pepet; pada
kata gedung ) dan dua puluh satu konsonan (b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v,
w, x, y, z). Fonem-fonem f, q, v, x, dan z merupakan fonem-fonem serapan yang
telah diterima dalam Bahasa Indonesia. Secara lebih jelasnya dapat diuraikan sebagai
berikut:
a) Vokal
Vokal ialah bunyi bahasa yang dihasilkan oleh alat ucap manusia apabila udara
yang dihembuskan dari paru-paru tidak mendapat halangan. Ada tiga jenis peninjauan
intuk membedakan vokal, yaitu berdasarkan posisi bibir, tinggi rendahnya lidah dan
maju mundurnya lidah.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

23

(1) Posisi bibir

: vokal bundar ; a,o, u


: vokal tidak bundar ; e, i

(2) Tinggi rendahnya lidah

: vokal depan ; e, i
: vokal pusat; (pepet)
: vokal belakang ; a, o, u

(3) Maju mundurnya lidah

: vokal atas; i, u
: vokal tengah; (pepet)
: vokal bawah; a

Bila ada dua vokal diucapkan secara serempak atau dalam satu kesatuan
waktu disebut diftong. Bunyi-bunyi itu dalam Bahasa Indonesia ada tiga macam,
yaitu ai, oi, dan au. Diftongisasi adalah proses perubahan kata-kata yang
mengandung bunyi monoftong menjadi diftong, misalnya sentosa, teladan menjadi
sentausa dan tauladan. Monoftongisasi adalah proses perubahan diftong menjadi
monoftong (bunyi tunggal), misalnya kata-kata santai, ramai berubah menjadi sant
dan rame.
b) Konsonan
Suatu fonem disebut konsonan apabila udara yang dikeluarkan dari paru-paru
mendapat halangan atau rintangan. Dalam membagi jenis konsonan, kita harus
memperhatikan faktor-faktor yang menghasilkannya, yaitu berdasarkan.
(1) Artikulator dan titik artikulasi.
(2) Turut tidaknya pita suara bergetar.
(3) Jalan yang dilalui oleh udara.
(4) Macam halangan yang dijumpai tatkala udara keluar.
Setiap bahasa mempunyai sistem masing-masing, baik dalam tata bunyi, tata
bentuk, tata kalimat, tata makna. Bunyi-bunyi Bahasa yang terdapat dalam satu
bahasa belum tentu dimiliki oleh bahasa lain.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan, bahwa pelajaran
Bahasa Indonesia adalah bahasa yang diambil dari bahasa Melayu. Bahasa Indonesia
berfungsi sebagai bahasa resmi Negara, pengantar di lembaga-lembaga pendidikan
commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

24

dan sebagai alat perhubungan pada tingkat nasional, alat pengembangan kebudayaan
dan pemanfaatan ilmu pengetahuan, seni serta teknologi modern.

2. Tinjauan Alat Peraga/Media Pembelajaran


a. Pengertian Alat Peraga/Media
Alat peraga adalah suatu alat yang dapat diserap oleh mata dan telinga dengan
tujuan membantu guru agar proses belajar mengajar siswa lebih efektif dan efisien
(Sudjana, 2002 : 59 ).
Alat peraga dalam mengajar memegang peranan penting sebagai alat bantu
untuk menciptakan proses belajar mengajar yang efektif. Proses belajar mengajar
ditandai dengan adanya beberapa unsur antara lain tujuan, bahan, metode dan alat,
serta evaluasi. Unsur metode dan alat merupakan unsur yang tidak bisa dilepaskan
dari unsur lainnya yang berfungsi sebagai cara atau tehnik untuk mengantarkan
sebagai bahan pelajaran agar sampai tujuan. Dalam pencapain tersebut, peranan alat
bantu atau alat peraga memegang peranan yang penting sebab dengan adanya alat
peraga ini bahan dengan mudah dapat dipahami oleh siswa. Alat peraga sering
disebut audio visual, dari pengertian alat yang dapat diserap oleh mata dan telinga.
Alat tersebut berguna agar pelajaran yang disampaikan guru lebih mudah dipahami
oleh siswa. Dalam proses belajar mengajar alat peraga dipergunakan dengan tujuan
membantu guru agar proses belajar siswa lebih efektif dan efisien. (
http://aadesanjaya.blogspot.com/2011/03/pengertian-alat-peraga.html)
Di dalam dunia pendidikan alat peraga dikenal sebagai alat komunikasi antara
guru dengan siswa untuk mencegah terjadinya verbalisme. Pengertian alat peraga
menurut Amir Hamzah Sulaiman (1991: 25), dikemukakan bahwa alat peraga adalah
alat-alat visual yaitu alat-alat yang dapat memperlihatkan rupa atau bentuk yang kita
kenal dengan alat peraga.
Menurut Oemar Hamalik (1982: 43), alat peraga adalah alat, metode atau
teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi
commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

25

antara guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran sebagai alat bantu
sekolah.
Pendapat Soemarsono (2007: 67-69), untuk mempermudah dalam memahami
media ini diberikan beberapa pengertian sebagai berikut:
1) Media dalam Arti Umum

Adalah segala bentuk peraturan yang dipakai orang menyebabkan ide


sehingga gagasan itu sampai pada penerima.
Adalah

saluran

komunikasi

atau

medium

yang

digunakan

untuk

menyampaikan pesan, dimana medium tersebut merupakan jalan atau alat

dimana suatu pesan berjalan komunikasi dengan komunikator.


2) Media pendidikan
Adalah media dimana penggunaannya diintegrasikan dengan tujuan maupun
isi pengajaran yang biasa dituangkan dalam GBPP (Garis-Garis Besar
Program Pengajaran) dengan tujuan untuk mempertinggi kegiatan belajar

mengajar.
Adalah peralatan fisik untuk menyampaikan pengajaran termasuk di dalamnya
buku, film, video, tape dan sebagainya termasuk suara guru dan perilaku

nonverbal.
3) Teknologi pendidikan
Pengertian teknologi pendidikan lain dengan teknologi dalam pendidikan.
Teknologi dalam pendidikan ialah penggunaan dalam hasil teknologi industry
ke dalam proses pendidikan sehingga memudahkan proses pendidikan tersebut.
Contoh : Penggunaan komputer di sekolah-sekolah, penggunaan computer untuk
menyempurnakan administrasi pendidikan, termasuk di dalamnya pencatatan
mahasiswa, pendaftaran, hasil tes dan lain sebagainya.
Komputer digunakan juga di perpustakaan untuk memudahkan penelitian dalam
hal peminjaman, peredaran buku, sehingga lebih cepat dan lebih teliti.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

26

Teknologi penelitian mempunyai pengertian: Educational Technology is the


scientific knowledge about learning and the conditions of learning to improve
the effective ness and efficiency of teaching and trining (G. O. M. Herst). Dari
definisi itu dapat dijelaskan bahwa teknologi pendidikan adalah ilmu
pengetahuan tentang pelajaran dan kondisi belajar, untuk meningkatkan
efektifitas dan efisiensi dari pengajaran dan latihan.
Menurut perluasan konsep tentang media dimana teknologi bukan sekadar
benda, alat, bahan maupun perkakas tetapi juga sikap, perbuatan organisasi dan
manajemen yang berhubungan dengan pengetrapan ilmu dan teknologi dalam
pendidikan.
Teknologi pendidikan juga merupakan suatu himpunan dari proses yang
terinteraksi, yang mengakibatkan manusia, prosedur, ide, peralatan serta
organisasi untuk menganalisa masalah-masalah pendidikan dan membuat
pemecahannya, mencoba model-model pemecahan, mengadakan penilaian serta
mengelolanya yang menyangkut aspek belajar.
4) Pertimbangan menggunakan media pendidikan
Perbedaan-perbedaan yang ada antar masing-masing siswa dalam melakukan
kegiatan belajar dimungkinkan perbedaan itu pada tingkat keterampilan
kognitifnya, cara siswa menangkap pelajaran yang baru atau pada tingkat
keterampilan motoriknya.
Bahwa

penggunaan

media

dalam

proses

belajar

mengajar

bertujuan

memudahkan siswa. Oleh karena itu, dalam penggunaan media itu harus
memperhatikan adanya perbedaan-perbedaan yang ada pada diri siswa.
Dalam proses belajar mengajar salah satu tugas guru ialah membangkitkan
minat belajar. Menurut piaget perkembangan anak mengikuti fase-fase
perkembangan, yaitu: sensori matar, fase pre operasional, fase konkrit
operasional dan fase formal operasional. Minat belajar pada fase-fase tersebut
dapat ditingkatkan, sebaliknya guru mengembangkan proses belajar mengajar
dengan mengikuti tahap-tahap sebagai berikut:
commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

27

Tahap eksplorasi

Tahap pengenalan konsep

Tahap pengaplikasian konsep

Dalam penggunaan media guru harus memahami tingkat perkembangan


intelektual siswa. Guru perlu memperhatikan tahap eksplorasi, tahap
pengenalan konsep maupun tahap pengaplikasian konsep.
Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti
tengah, perantara, pengantar. Media sebagai pengantar disini berarti media sebagai
pengantar pesan dari pengirim kepada penerima. Media adalah komponen sumber
belajar atau wahana fisik yang mengandung materi instruksional di lingkungan siswa
yang dapat merangsang siswa untuk belajar (Azhar Arsyad, 2005: 5). Pada awalnya
istilah media sering dikatakan dengan teknologi, kemudian media mengalami
perluasan, yang bukan hanya sekedar benda, alat, bahan, atau perkakas, tetapi
tersimpul pula sikap, perbuatan, organisasi dan menejemen di dalamnya.
Smaldino dalam Sri Anitah (2009: 4) mengatakan bahwa media adalah suatu
alat komunikasi dan sumber informasi. Segala sesuatu dapat dikatakan sebagai media
pembelajaran apabila segala sesuatu tersebut membawakan pesan untuk suatu tujuan
pembelajaran. Media pembelajaran adalah setiap orang, bahan, alat, atau peristiwa
yang dapat menciptakan kondisi yang memungkinkan pebelajar untuk menerima
pengetahuan, keterampilan, dan sikap. (Sri Anitah, 2009: 6). Dengan pengertian itu,
maka guru atau dosen, buku ajar, serta lingkungan merupakan sarana untuk menuju
ke suatu tujuan. Media pembelajaran menurut Denny Setiawan, dkk (2008: 1.1) dapat
dibagi menjadi dua macam, yaitu media canggih (shopisticate media) dan media
sederhana (simple media). Media canggih adalah media yang hanya dapat dibuat di
pabrik karena terdiri dari komponen-komponen yang rumit dan biasanya memerlukan
listrik dalam penyajiannya. Sedangkan media sederhana adalah media yang dapat
dibuat sendiri oleh seorang guru atau ahli media dan biasanya tidak memerlukan
listrik dalam penyajiannya.
commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

28

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan, pengrtian alat


peraga adalah alat yang digunakan sebagai alat bantu dalam proses pendidikan dan
pengajaran sekolah. Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat dijadikan
perantara dalam pembelajaran. Media tidak harus selalu menggunakan alat-alat yang
mahal dalam penyajiannya, karena semua benda yang dapat digunakan sebagai
pengantar pembelajaran dapat disebut dengan media yang masuk dalam kategori
media sederhana.
b. Macam-macam Alat Peraga/Media
Adapun beberapa contoh alat peraga yang dapat digunakan dalam mengajar
yaitu: 1). Gambar
Gambar adalah suatu bentuk alat peraga yang nampaknya saling dikenal dan
saling dipakai, karena gambar disenangi oleh anak berbagai unur, diperoleh
dalam keadaan siap pakai, dan tidak mengita waktu persiapan.
2). Peta
Peta bisa menolong mereka mempelajari bentuk dan letak negara-negara serta
kota-kota yang disebut Al-kitab. Salah satu yang harus diperhatikan,
penggunaan peta sebagai alat peraga hanya cocok bagi anak besar/kelas besar.
3). Papan tulis.
Peranan papan tulis tidak kalah pentingnya sebagai sarana mengajar. Papan
tulis dapat dirima dimana-mana sebagai alat peraga yang efektif. Tidak perlu
menjadi seorang seniman untuk memakai papan tulis. Kalimat yang pendek,
beberapa gambaran orang yang sederhana sekali, sebuah diagram, atau empat
persegi panjang dapat menggambarkan orang, kota atau kejadian.
4). Boks pasir
Anak kelas kecil dan kelas tengah sangat menggemari peragaan yang
menggunakan boks pasir. Boks pasir dapat diciptakan peta bagi mereka
khususnya bagi kelas tengah karena pada umur tersebut mereka sudah
mengetahui

jarak

omtions.blogspot.com)

dari

desa

ke

commit to user

desa.

(Pepak.sabda.org.and

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

29

Selain alat peraga yang disebutkan di atas, media mengajar yang paling
dikenal di dalam pelayanan anak sering disebut dengan istilah singkat, alat peraga
berbentuk fleschard, wayang, boneka jari, rumah palestina dan sebagainya.
(

http://aadesanjaya.blogspot.com/2011/03/pengertian-alat-peraga.html)
Penggelompokan berbagai jenis media apabila dilihat dari segi perkembangan

teknologi oleh Seels & Glasgow dalam Azhar Arsyad (2008: 34) dibagi ke dalam dua
kategori luas, yaitu pilihan media teknologi tradisional dan pilhan media teknologi
mutakhir. Dapat dijelaskan lebih rinci sebagai berikut :
1) Pilihan Media Tradisional
a) Visual yang diproyeksikan
(1) Proyeksi opaque (tak tembus pandang)
(2) Proyeksi overhead
(3) Slides
(4) Filmstrip
b) Visual yang tak diproyeksikan
(1) Gambar, poster, foto
(2) Charts, grafik, diagram
(3) Pameran, papan info, papan bulu.
c) Audio
(1) Rekaman, piringan
(2) Pita kaset, reel, cartridge
d) Penyajian multimedia : slide plus suara,multi-image
e) Visual dinamis yang diproyeksikan : Film, televise, video
f) Cetak
(1) Buku teks, modul, teks terprogram.
(2) Majalah ilmiah, lembaran lepas.
g) Permainan : Teka-teki, simulasi
h) Realia : Model, manipulative
commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

30

2) Pilihan Media Teknologi Mutakhir


a) Media berbasis telekomunikasi : Telekonferen, kuliah jarak jauh
b) Media berbasis mikroprosesor : System permainan komputer, interaktif.
Sri Anitah (2009: 2) mengklasifikasikan media pembelajaran menjadi :

1) Media visual yang terdiri dari :


a) Media visual yang tidak diproyeksikan
b) Media visual yang diproyeksikan
2) Media audio
3) Media audio-visual
Ada berbagai penggolongan media, Gerlach (1971) dalam Hairudin dkk
(2007) mengklasifikasikan jenis media berdasarkan teknologi yang digunakan yaitu:
(1) media tradisional dan (2) media dengan teknologi mutakhir. Media tradisional
meliputi: (1) media visual diam yang diproyeksikan; contohnya: proyeksi tak tembus
pandang, proyeksi overhead, slides, dan filmstrips; (2) media visual yang tak
diproyeksikan, contohnya: gambar, poster, foto, charts, grafik, diagram, dan papan
info; (3) audio contohnya: radio dan tape recorder; (4) multi media contohnya: tape
recorder dan multi-image; (5) visual yang diproyeksikan contohnya: film, televise,
dan video; (6) media cetak, contohnya: buku teks, modul, workbook, majalah, dan
hand out; (7) permainan, misalnya: teka-teki dan simulasi; dan (8) realita, contohnya:
model, manipulatif seperti boneka dan peta. Media dengan teknologi mutakhir
meliputu

dua

jenis.

Pertama,

media

berbasis

telekomunikasi,

contohnya:

teleconference dan kuliah jarak jauh. Kedua, media berbasis mikro prosesor,
contohnya: computer-asistend instruction, permainan, sistem tutor intelegen,
interaktif, hypermedia, video.
Kompetensi dasar yang ingin dicapai dalam pembelajaran bahasa Indonesia di
Sekolah Dasar adalah mencakup aspek mendengarkan, berbicara, membaca, menulis,
sastra, dan kebahasaan. Untuk memperlancar kompetensi tersebut, diperlukan media
yang sesuai. Media tersebut banyak ragamnya, antara lain: gambar dan chart yang
commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

31

dapat dimanfaatkan untuk pembelajaran bahasa Indonesia. Berikut dijelaskan


pengertian gambar dan chart, yaitu:
(1) Gambar
Gambar yang digunakan sebagai media dapat berupa gambar jadi,
misalnya gambar dari majalah, booklet, brosur, selebaran, dan lain-lain, dapat
pula gambar garis atau sketsa/stick figure dan strip story. Misalnya, guru akan
mengajarkan mengarang dengan memanfaatkan gambar. Siswa membuat
karangan berdasarkan gambar yang dilihatnya(bisa gambar tunggal atau berseri).
(2) Chart
Chart/peta dan bagan sering terdapat dalam buku-buku pelajaran. Chart
selain dapat digunakan untuk mengelompokkan objek, peristiwa, atau spesies,
juga dapat digunakan untuk hubungan kronologi peristiwa-peristiwa yang terjadi.
Misalnya guru akan mengajarkan penjenisan kalimat berdasarkan hasil karangan
siswa, berbagai jenis kalimat yang ditemukan tersebut dapat dimuat dalam cerita.
Alat peraga menurut bentuknya dibagi menjadi dua yaitu alat peraga dua
dimensi dan tiga dimensi. Alat peraga berguna untuk menunjang keberhasilan proses
belajar mengajar dan dapat meningkatkan kualitas pengajaran dalam proses
pembelajaran.
Melalui pemanfaatan alat peraga diharapkan taraf kesukaran dan kompleksitas
dari materi pelajaran Bahasa Indonesia dapat memberi pengaruh yang cukup besar
terhadap proses belajar dan hasilnya.

c. Fungsi Alat Peraga/Media Pembelajaran


Adapun fungsi dari alat peraga untuk:
1) Memperkenalkan, membentuk, memperkaya, serta memperjelas;
2) Mengembangkan sikap yang dikehendaki; dan
3) Mendorong kegiatan siswa lebih lanjut.
Pemakaian alat peraga merangsang imajinasi anak dan memberikan kesan yang
mendalam dalam mengajar, panca indra dan seluruh kesanggupan seorang anak
commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

32

perlu dirangsang, digunakan dan libatkan, sehingga tak hanya mengetahui,


melainkan dapat memakai dan melakukan apa yang dipelajari. Panca indera yang
paling umum dipakai dalam mengajar adalah mendengar melalui pendengaran,
anak mengikuti peristiwa-peristiwa dan ikut merasakan apa yang disampaikan.
Seolah-olah telinga mendapatkan mata. Anak melihat sesuatu dari apa yang
diceritakan. Namun ilmu pendidikan berpendapat, bahwa hanya 20% dari apa yang
didengar dapat diingat kemudian hari. Kesan yang lebih dalam dapat dihasilkan
jikalau apa yang diceritakan dilihat melalui sebuah gambar . Dengan demikian,
melalui mendengar dan melihat akan diperoleh kesan yang jauh lebih
mendalam. ( http://aadesanjaya.blogspot.com/2011/03/pengertian-alat-peraga.html)
Menurut Sri Anitah (2009: 3) manfaat dari mempelajari media
pembelajaran adalah sebagai berikut :
1) Mengenal berbagai jenis media pembelajaran;
2) Membedakan jenis-jenis media visual, baik nonprojected maupun projected;
3) Mengenal karakteristik berbagai jenis media;
4) Mengenal pembuatan media sederhana; dan
5) Mengenal cara penggunaan media pembelajaran.
Soemarsono (2007: 71) menyatakan bahwa media pembalajaran mempunyai
nilai praktis sebagai berikut :
1) Dengan media pembelajaran dapat mengatasi perbedaan pengalaman pribadi
siswa. Contoh siswa yang orang tuanya tidak mampu tidaklah sama
pengalamannya dengan siswa yang orang tuanya tidak mampu (misalnya video,
tape, TV, Film gambar dsb);
2) Dengan media pembelajaran dapat mengatasi batas ruang C. Contoh benda
yang akan diajarkan terlalu besar yang tak dapat dibawa ke kelas dapat diatasi
dengan gambar atau film;

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

33

3) Dengan media pembelajaran dapat mengatasi benda yang terlalu kecil.


Misalnya : molekul atau atom dengan mempergunakan modul, film, slide,
gambar, dan lain-lain;
4) Dengan media pembelajaran dapat mengatasi benda yang terlalu lambat
gerakannya dan benda yang terlalu cepat, misalnya dengan film, filmstrip dsb;
5) Dengan media pembelajaran dapat mengatasi hal-hal yang terlalu kompleks
untuk diamati. Sebagai contoh: isi tubuh binatang, sistem listrik dalam pesawat;
6) Dengan media pembelajaran dapat mengatasi suara guru yang kurang keras
atau terlalu halus untuk didengar secara biasa dengan menggunakan kaset,
radio, dsb;
7) Dengan media pembelajaran memungkinkan terjadinya kontak langsung
dengan masyarakat atau dengan yang lainnya. Sebagai contoh meninjau ke
kebun binatang, museum, dsb;
8) Dengan penggunaan media pembelajaran akan memberikan kesamaan dalam
pengamatan yaitu dengan menggunakan media film, slide; dan
9) Dengan media pembelajaran akan membangkitkan minat belajar kepada siswa.
Dalam hal ini hampir semua media pembelajaran dapat dipergunakan.
Menurut Rukidi (1996:14), dalam penggunaan alat peraga mempunyai tujuantujuan sebagai berikut:
1) agar anak dapat mengamati langsung dan mendorong untuk bertanya dan
berdiskusi;
2) untuk menarik perhatian anak agar memperhatikan pelajaran;
3) untuk memberikan pengalaman yang nyata pada siswa sehingga aktivitas dari
dalam diri siswa dapat bertumbuh;
4) untuk memperjelas materi pelajaran yang hendak diajarkan; dan
5) untuk memberikan dasar yang kongkrit untuk menghindari pengertian yang
abstrak.
Manfaat alat peraga menurut Rukidi (1996: 16) adalah sebagai berikut:
commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

34

1) membantu guru dalam menyampaikan pesan di bidang pengajaran;


2) memudahkan guru memberi materi pelajaran;
3) mempercepat siswa mengatasi dan menangkap pelajaran;
4) membantu proses anak secara sederhana;
5) pelajaran yang diberikan lebih kongkrit dan tercapai;
6) dapat memberikan penjelasan yang lebih luas; dan
7) menarik minat belajar anak dan mencegah verbalisme.
Secara umum, fungsi media adalah sebagai penyalur pesan. Dalam proses
pembelajaran, fungsi media adalah memperlancar interaksi antara guru dengan siswa
sehingga kegiatan pembelajaran akan lebih efektif dan efisien serta hasilnya lebih
baik. Dalam proses belajar-mengajar, media memiliki fungsi yang sangat penting.
Enoch (1992) dalam Hairudin dkk (2007: 7-12) mengemukakan bahwa penggunaan
media dalam proses belajar-mengajar dapat membangkitkan rasa ingin tahu dan
minat, membangkitkan motivasi dan rangsangan dalam proses belajar-mengajar,
serta dapat mempengaruhi psikologis siswa. Penggunaan media juga dapat
membantu siswa dalam meningkatkan pemahaman, menyajikan materi/data dengan
menarik, memudahkan menafsirkan data, dan memadatkan informasi. Dalam proses
pembelajaran, media memiliki fungsi yang sangat penting, yaitu sebagai penyalur
pesan. Secara lebih khusus Kenp dan Dayton (1985) dalam Hairudin dkk (2007: 712) mengidentifikasikan beberapa manfaat media dalam pembelajaran, sebagai
berikut:
1) Penyampaian materi pelajaran dapat diseragamkan
Dengan bantuan media, penafsiran yang beragam dapat dihindari sehingga dapat
disampaikan kepada siswa secara seragam, mengurangi terjadinya kesenjangan
informasi di antara siswa. Misalnya, guru mengajarkan perbedaan paragraf
deskriptif dan deduktif. Dengan menggunakan media berupa contoh paragraf
deskriptif dan paragraf deduktif yang dibuat dalam cerita disertai dengan tandatanda yang membedakan keduanya, maka setiap siswa akan mendapat kesan
yang tidak jauh berbeda.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

35

2) Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik


Dengan media, matri sajian bisa membangkitkan rasa keingintahuan siswa,
merangsang siswa bereaksi baik secara fisik maupun emosional, media dapat
membantu guru untuk menciptakan suasana belajar menjadi lebih hidup, tidak
monoton, dan tidak membosankan. Materi pelajaran yang dikemas melalui
program media akan lebih jelas, lengkap, menarik minat belajar siswa. Misalnya
guru mau mengajarkan cara membaca puisi yang baik. Guru dapat
memanfaatkan media berupa kaset (dan tape recorder) atau rekaman video
(VCD) berisi rekaman pembacaan puisi oleh model, siswa diminta
memperhatikan pembacaan tersebut, member komentar, selanjutnya siswa
bergantian membacakan puisi.
3) Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif
Jika dipilih dan dirancang secara baik, media dapat membantu guru dan siswa
melakukan komunikasi dua arah secara aktif selama proses pembelajaran. Tanpa
media, seorang guru mungkin akan cenderung berbicara satu arah kepada siswa.
Namun, dengan media guru dapat mengatur kelas sehingga bukan hanya guru
sendiri yang aktif tetapi juga siswanya. Misalnya dalam pembelajaran
keterampilan berbicara, guru dapat memanfaatkan media rekaman kaset atau
video berbagai aktifitas nyata, rekaman tersebut diperlihatkan kepada siswa
untuk diperhatikan dan dikomentari, setelah itu siswa diminta melakukannya
sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.
4) Pemakaian waktu dan tenaga lebih efisien
Dengan media, tujuan belajar akan lebih mudah tercapai secara maksimal
dengan waktu dan tenaga seminimal mungkin. Dengan media, guru tidak harus
menjelaskan materi ajaran secar berulang-ulang, sebab dengan sekali sajian
menggunakan media, siswa akan lebih mudah memahami pelajaran.
5) belajar siswa meningkat
Penggunaan bukan hanya membuat proses pembelajaran lebih efisien, tetapi
juga membantu siswa menyerap materi belajar lebih mendalam dan utuh. Jika
commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

36

hanya dengan mendengar informasi verbal dari guru saja siswa mungkin kurang
memahami pelajaran secara baik. Namun, jika hal itu diperkaya dengan kegiatan
melihat, menyentuh, merasakan atau mengalami sendiri melalui media, maka
pemahaman siswa pasti akan lebih baik. Oleh karena itu, penggunaan media
pembelajaran sebaiknya dapat dimanipulasi/dimanfaatkan oleh siswa bukan oleh
guru.
6) Proses belajar dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja
Media memungkinkan pembelajaran dapat dirancang sedemikian rupa sehingga
siswa dapat melakukan kegiatan belajar secara lebih leluasa, kapanpun dan
dimanapun tanpa tergantung pada keberadaan seorang guru. Program-program
pembelajaran audio visual, termasuk program pembelajaran menggunakan
komputer, memungkinkan siswa dapat melakukan kegiatan belajar secara
mandiri tanpa terikat waktu dan tempat.
7) Menumbuhkan sikap positif siswa terhadap proses belajar
Dengan media, proses pembelajaran menjadi lebih menarik sehingga
mendorong siswa untuk mencintai ilmu pengetahuan dan gemar mencari sendiri
sumber-sumber ilmu pengetahuan. Kebiasaan siswa untuk belajar dari berbagai
sumber tersebut, dapat menanamkan sikap kepada siswa untuk senantiasa
berinisiatif mencari sumber belajar yang diperlukan.
8) Mengubah peran guru kearah yang lebih positif dan produktif.
Dengan memanfaatkan media secara baik, seorang guru bukan lagi menjadi
satu-satunya sumber belajar bagi siswa. Seorang guru tidak perlu menjelaskan
seluruh materi pelajaran, karena bisa berbagai peran dengan media. Dengan
demikian, guru akan lebih banyak memiliki waktu untuk member perhatian
kepada aspek-aspek edukatif lainnya, seperti membantu kesulitan belajar siswa,
pembentukan kepribadian, atau alat memotivasi siswa.
Dalam memilih alat peraga secara tepat terdapat lima hal yang harus di
perhatikan oleh guru yakni : (1) tujuan; (2) materi pelajaran; (3) strategi belajar
mengajar; (4) kondisi; (5) siswa yang belajar; serta (6) perlu waspada. Sehingga
commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

37

tidak memakai media mengajar yang tidak begitu kecil, anak sulit melihat dan
menjadi ribut. Serta gambar yang terlalu asing pada perasaan anak, umpanya gambar
tertentu dari luar negeri yang kurang cocok di Indonesia. Perasaan aneh atau lucu
tidak menguntungkan dalam proses belajar mengajar ini. Karena itu guru sebaiknya
memakai alat peraga yang tepat dan bermutu sebagai alat bantu mengajar.
Supaya sumber belajar dapat mempengaruhi proses belajar dengan efektif dan
efisien, perlu ada yang mengatur. Yang bertugas mengatur adalah instruction
(petunjuk). Tujuannya dalam hal ini ialah mengusahakan agar terjadi interaksi antara
siswa dengan sumber belajar yang relevan dengan tujuan instruksional yang akan
dicapai. Agar alat dapat berfungsi dengan efektif dalam menunjang proses belajar
perlu dikembangkan dengan memperhatikan tujuan instruksional yang akan dicapai.
Kecuali itu, penggunaannya dalam program intruksional harus direncanakan secara
sistematis seksama melalui serangkaian kegiatan yang disebut pengembangan
instruksional.
AECT, mendefinisikan teknologi sebagai suatu proses yang kompleks dan
terpadu yang melibatkan orang, prosedur, ide, peralatan dan organisasi untuk
menganalisis masalah, mencari jalan pemecahan, melaksanakan, mengevaluasi dan
mengelola pemecahan masalah yang mengangkut semua aspek belajar manusia.
Tekologi instruksional adalah suatu proses yang kompleks dan terintegrasi,
meliputi orang, prosedur, ide, peralatan, dan organisasi untuk menganalisis masalah
dan merancang, melaksanakan dan menilai, serta mengelola pemecahan terhadap
masalah tersebut dalam situasi-situasi dimana proses belajar dilakukan secara
sengaja,bertujuan dan terkontrol.
( http://aadesanjaya.blogspot.com/2011/03/pengertian-alat-peraga.html)
Dari beberapa defenisi tersebut dapat disimpulkan, ciri-ciri teknologi
pembelajaran, tampak bahwa dalam memecahkan masalah belajar yang bertujuan
dan

terkontrol,

teknologi

pembelajaran

menggunakan

komponen

pembelajaran. Kegiatan instruksional yang direncanakan secara integral dan


commit to user

sistem

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

38

sistematis dalam suatu komponen pembelajaran merupakan wujud dari pemecahan


masalah belajar menurut teknologi pembelajaran.
Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa alat adalah merupakan salah satu
komponen dalam sumber belajar, sekaligus merupakan salah satu bentuk pemecahan
belajar menurut teknologi penididkan, dengan melalui suatu perancangan yang
sistematis. Hubungan antara alat dan teknologi pendidikan ini ditegaskan lagi oleh
Yusuf hadi miarso, dkk bahwa membicarakan media tentu saja tak dapat terlepas dari
membicarakan alat peraga.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan, bahwa alat peraga
atau media pembelajaran berfungsi membanatu siswa dalam meningkatkan
pemahaman, menyajikan materi/data dengan menarik, memudahkan menafsirkan
data, dan memadatkan informasi. Dalam proses pembelajaran, media memiliki fungsi
yang sangat penting, yaitu sebagai penyalur pesan dan penggunaan media dalam
proses belajar-mengajar dapat membangkitkan rasa ingin tahu dan minat,
membangkitkan motivasi dan rangsangan dalam proses belajar-mengajar, serta dapat
mempengaruhi pemahaman, menyajikan materi/data dengan menarik, memudahkan
menafsirkan data, dan memadatkan informasi.
d. Pengertian Kartu Kata
Pengertian kartu kata yaitu kartu berukuran 2 cm lebarnya dan panjang 15 cm
yang di dalamnya tertulis kata tunggal. Alat peraga pembelajaran ini dapat dilakukan
secara individu maupun kelompok. Alat peraga kartu kata bertujuan agar siswa dapat
dengan mudah, senang, dan bergairah dalam memahami kata melalui proses yang
dilaluinya sendiri (Suyatno 2004: 66-80).
Kartu kata adalah kartu kata ini berbentuk lembaran-lembaran persegi panjang
yang

bertuliskan

kata-kata

yang

mudah

di

cerna

anak-anak,

www.kubacatama.com/v1/index.php)
Menurut Edward de Bono dalam (Utomo Dananjaya, 2010: 169)
menggunakan kartu kata-kata dalam sebuah kartu tertulis.
commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

39

Dari berbagai pendapat di atas maka pengertian kartu kata adalah kartu
berukuran 2 cm lebarnya dan panjang 15 cm yang di dalamnya tertulis kata tunggal
yang mudah dicerna anak dalam sebuah kartu tulis.
Untuk mengajarkan menulis permulaan, ada beberapa jenis media yang dapat
digunakan (Darmiyati Zuchdi dan Budiasih, 1999/2000) sebagai berikut:
1) Menurut jenisnya, sebagai berikut:
(1) papan tulis, papan tali, papan selip, papan flanel;
(2) gambar, kartu kalimat, kartu kata, kartu suku kata, dan kartu huruf; dan
(3) kartu nama, papan nama, benda-benda berlabel yang ada di sekitar siswa,
majalah anak-anak.
2) Penggunaannya
(1) Papan tulis digunakan oleh guru untuk memberikan contoh, dan oleh siswa
untuk menuliskan apa yang ditugaskan oleh guru. Misalnya, menulis kata,
kalimat, nama sendiri, nama teman, nama bunga, dan sebagainya;
(2) Papan selip digunakan oleh guru untuk menyelipkan gambar, kartu kata dan
kartu kalimat yang harus disalin oleh siswa, atau gambar yang harus
dituliskan judulnya oleh siswa, dan lain-lain. Cara membuatnya yaitu:
papan diberi lapisan (ditutup) kertas manila, pada bagian tengah diberi
kertas sebagai tempat menyelipkan kartu atau gambar, kertas harus rangkap
supaya dapat digunakan untuk menyelipkan kartu atau gambar. Sebaliknya
kertas yang digunakan adalah kertas yang tebal supaya kalau dimasuki kartu
atau gambar tidak cepat sobek dan tahan lama, dapat dilihat pada Gambar 1
sebagai berikut;

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

40

aku

bisa

menulis

aku bisa menulis


Gambar 1: Kartu Kata dengan Papan Selip
(3) Papan tali digunakan untuk menggantungakan kartu kalimat, kartu kata,
suku kata, dan huruf, yang harus disalin oleh siswa, atau gambar yang perlu
dituliskan judulnya, dan lain-lain, dapat dilihat pada Gambar 2 sebagai
berikut;

aku bisa menulis

aku

bisa

menulis

Gambar 2: Kartu Kata dengan Papan Tali


(4) Penggunaan papan flanel sama dengan penggunaan papan tali dan papan
selip, tetapi kartu dan gambar ditempelkan/dilekatkan pada flanel, dapat
dilihat pada Gambar 3 sebagai berikut;

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

41

aku bisa menulis


aku

bisa

menulis

Gambar 3: Kartu Kata dengan Papan Flanel


(5) Majalah anak-anak dapat digunakan untuk tugas menyalin kalimatpermulaan yang ada di dalamnya, atau menyalin judul; dan
(6) Papan nama, kartu nama, label, dan sebagainya untuk tugas menyalin.
Permainan kartu adalah alat peraga untuk mengarahkan perhatian anak pada
objek tertentu, mula-mula objek itu dirinya sendiri, kemudian memilih.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan, media atau alat
peraga dalam menulis permulaan dapat digunakan papan tulis, papan tali, papan
selip, papan flanel, gambar, kartu kalimat, kartu kata, kartu suku kata, kartu huruf,
kartu nama, papan nama, benda-benda berlabel yang ada di sekitar siswa, majalah
anak-anak.
Dalam penelitian ini alat peraga yang akan digunakan dalam menulis
permulaan adalah papan flanel, kartu huruf, kartu kata, dan kartu kalimat. Kartu
huruf adalah kartu yang berisi tentang huruf. Kartu kata adalah kartu yang berisi
tentang kata-kata yang ditulis berdasarkan rencana pembelajaran. Kartu kalimat
adalah kartu yang berisi tentang kalimat.
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah skripsi yang ditulis oleh
Suparyanti (2004) berjudul Peningkatan Prestasi Belajar Bahasa Indonesia (Menulis
Permulaan) Melalui Penggunaan Alat Peraga Kartu kata Pada Siswa Kelas I SD
Negeri Sumber IV Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta Tahun Pelajaran
2003/2004. Pada penelitian tersebut disimpulkan bahwa pembelajaran keterampilan
commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

42

menulis permulaan pelaksanaannya sangat efektif, dari keseluruhan putaran atau


siklus yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa guru telah mampu
meningkatkan prestasi belajar Bahasa Indonesia.
Penelitian yang ditulis Murgito (2007/2008) berjudul Upaya Meningkatkan
Keterampilan MMP (Menbaca dan Menulis Permulaan) Melalui Pias-pias Kata Pada
Siswa Kelas I SD Negeri Cemani 05 Kecamatan Grogol Sukoharjo Tahun 2007/2008
. Berdasarkan hasil penelitian tersebut disimpulkan bahwa pembelajaran
keterampilan menulis permulaan dengan kartu kata pelaksanaannya sangat efektif,
siswa antusias mengikuti pembelajaran, dari keseluruhan putaran atau siklus yang
telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa guru telah mampu meningkatkan prestasi
belajar Bahasa Indonesia.
Untuk

meningkatkan

keterampilan

menulis

permulaan,

guru

harus

meningkatkan kemampuan refleksinya. Disarankan pula bahwa untuk meningkatkan


kemampuan menulis, guru perlu mendorong dan membimbing siswa untuk berlatih
menulis.

C. Kerangka Berpikir
Pembelajaran menulis permulaan merupakan salah satu bagian dalam
kesatuan pembelajaran Bahasa Indonesia yang tersusun pada Kompetensi Dasar
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kelas I SD Negeri 1 Sendangijo Kecamatan
Selogiri Wonogiri Tahun 2010/2011. Kurangnya keterampilan siswa dalam menulis
Permulaan menjadikan suatu permasalahan tersendiri yang perlu segera dipecahkan.
Pembelajaran yang dilakukan secara konvensional menjadi penyebab kurangnya
keterampilan dalam menulis permulaan. Selain itu, terbatasnya pemanfaatan media
dapat membuat siswa merasa bosan dengan penyajian pembelajaran yang monoton
dan akan dapat berdampak pada pembelajaran yang kurang optimal sehingga
keterampilan menulis permulaan masih rendah.
Salah satu cara dalam penelitian ini akan berusaha membenahi situasi
pembelajaran menulis permulaan. Penelitian ini menawarkan inovasi pembelajaran
commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

43

menulis permulaan dengan rangsangan yang berupa penggunaan alat peraga kartu
kata adalah kartu kata berbentuk lembaran-lembaran persegi panjang yang
bertuliskan kata-kata yang mudah di cerna anak-anak.
Dengan alat peraga kartu kata yang dirancang dengan konsep yang
meyenangkan diharapkan dapat meningkatkan keterampilan menulis permulaan.
Sehingga alat peraga kartu kata dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif cara
untuk memecahkan masalah tersebut.
Berdasarkan kajian teoretik kerangka berpikir di atas dapat dilihat pada
Gambar 4 sebagai berikut:

Kondisi Awal

Tindakan

Guru belum menggunakan Alat


Peraga Kartu Kata dan masih
menggunakan metode
konvensional dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia
kelas I SDN 1 Sendangijo

Keterampilan
menulis permulaan
kelas I masih
rendah

Dalam pembelajaran guru


menggunakan alat peraga Kartu
Kata pada pembelajaran Bahasa
Indonesia kelas I SDN 1
Sendangijo

Dilaksanakan dua
siklus, yaitu:
siklus I dan siklus
II

Melalui alat peraga Kartu Kata dapat

Kondisi Akhir

meningkatkan keterampilan menulis


permulaan siswa kelas I SDN 1

Sendangijo Wonogiri

Gambar 4: Kerangka Berpikir

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

44

D. Hipotesis
Berdasarkan kajian teori, penelitian yang relevan dan kerangka berpikir di
atas, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian tindakan kelas sebagai berikut:
Penggunaan alat peraga kartu kata dapat meningkatkan keterampilan menulis
permulaan pada siswa kelas I SD Negeri I Sendangijo Kecamatan Selogiri Wonogiri
tahun ajaran 2010/2011.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab III ini akan dikemukakan sebagai berikut : (A) Tempat dan Waktu
Penelitian; (B) Subjek Penelitian; (C) Bentuk dan Strategi Penelitian; (D) Sumber
Data Penelitian; (E) Teknik Pengambilan Sampel; (F) Teknik Pengumpulan Data; (G)
Uji Validitas Data; (H) Teknik Analisis Data; (I) Prosedur Penelitian; dan (J)
Indikator Ketercapaian.

A. Tempat dan Waktu Penelitian


1. Tempat Penalitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 1 Sendangijo Kecamatan Selogiri
Kabupaten Wonogiri dengan kepala sekolah yang dijabat oleh ibu Maryuti, S. Pd, M.
Pd. Penelitian ini khususnya dilaksanakan di kelas I.
SD Negeri 1 Sendangijo memiliki 6 ruang kelas yang terbagi atas kelas I, II,
III, IV, V, dan VI. Pada setiap kelas umumnya memiliki situasi kelas yang sama.
Namun, yang dijadikan subjek dalam penelitian ini hanya siswa kelas I. Adapun
alasan pemilihan SD Negeri 1 Sendangijo Kecamatan Selogiri Wonogiri tahun
2010/2011 sebagai tempat penelitian dengan pertimbangan sebagai berikut:
a. Di SD Negeri 1 Sendangijo Kecamatan Selogiri Wonogiri terdapat data yang
diperlukan peneliti sehingga memungkinkanuntuk digunakan sebagai lokasi
penelitian, dan peneliti telah mengenal lingkungan sekolah tersebut dengan baik.
b. Masalah yang diteliti adalah masalah nyata yang dihadapi peneliti. Lokasi SD
dekat, sehingga dapat meringankan beban peneliti baik waktu, biaya maupun
tenaga dalam melakukan penelitian ini.
c. Di kelas I ini terdapat permasalahan pembelajaran menulis permulaan yang
mempunyai nilai rerata di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), dan hal
ini perlu dipecahkan.

commit to user
45

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

46

2. Waktu Penelitian
Waktu yang direncanakan dalam penelitian ini adalah selama empat bulan,
yang terdiri dari tahap persiapan sampai dengan tahap pelaporan penelitian, yaitu dari
bulan Februari sampai dengan bulan Mei 2011. Adapun rincian jadwal pelaksanaan
kegiatan dapat dilihat pada Lampiran 1 halaman 135.

B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah siswa kelas I SD Negeri I Sendangijo, Wonogiri
tahun ajaran 2010/2011, dengan jumlah siswa 13 yang terdiri dari 6 siswa laki-laki
dan 7 siswa perempuan dengan ibu Sutarti, S. Pd bertindak sebagai guru kelas I. Di
kelas tersebut kondisi siswa heterogen (berbeda-beda kemampuannya).

C. Bentuk dan Strategi Penelitian


1. Bentuk Penelitian
Berdasrkan masalah yang ditekankan pada proses dan makna dalam penelitian
ini maka jenis penelitian ini berbentuk penelitian tindakan kelas (Classroom Action
Research). Dikategorikan sebagai bentuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK) karena
penelitian ini berupa suatu tindakan dengan menggunakan alat peraga kartu kata
untuk mengatasi rendahnya keterampilan menulis permulaan siswa terkait kegiatan
proses belajar mengajar pada suatu kelas dengan pendekatan deskriptif kualitatif.
Suharsimi Arikunto (2006: 2) adalah sebuah penelitian tindakan yang dilakukan
dalam kelas.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

47

2. Strategi Penelitian
Strategi yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus karena objek
penelitian ini hanya satu sekolah (SD) saja, artinya untuk menemukan kesimpulan
penelitian ini memerlukan strategi hanya mengkaji tunggal.
Strategi yang digunakan dalam penelitian ini adalah strategi tindakan model
siklus. Rancangan penelitiannya (Suhardjono dalam Suharsimi Arikunto dkk, 2006:
74) adalah sebagai berikut:
a. Perencanaan atau planning;
b. Tindakan atau acting;
c. Pengamatan atau observing; dan
d. Refleksi atau reflecting
Penelitian ini dimulai dari menyusun perencanaan, mengadakan tindakan,
melakukan pengamatan, refleksi, mengadakan perencanaan kembali yang merupakan
dasar untuk suatu persiapan tindakan pemecahan masalah.

D. Sumber Data Penelitian


Data dalam penelitian ini yang akan dikumpulkan dan dikaji dalam penelitian
ini adalah data kualitatif. Informasi itu akan digali dari berbagai sumber data dan jenis
data yang akan dapat dimanfaatkan secara kualitatif dalam penelitian ini meliputi:
1. Tempat dan Peristiwa
Tempat dan peristiwa yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah
Kegiatan Pembelajaran Menulis Permulaan pada Siswa Kelas I SD Negeri 1
Sendangijo Kecamatan Selogiri Wonogiri Tahun 2010/2011.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

48

2. Informan atau Narasumber


Informan atau narasumber terdiri dari siswa, guru kelas kelas I SD Negeri 1
Sendangijo Kecamatan Selogiri Wonogiri Tahun 2010/2011.
3. Hasil Observasi
Data yang diperoleh dari pengamatan peneliti dan guru kelas I SD Negeri I
Sendangijo Kecamatan Selogiri Wonogiri Tahun 2010/2011 saat pembelajaran
keterampilan menulis permulaan.
Pengamatan awal (prasiklus) pembelajaran Menulis Permulaan di kelas I
dilaksanakan pada hari Selasa, 19 April 2011 pukul 09.50 WIB sampai selesai
Lampiran 2 halaman 136. Peneliti bertindak sebagai guru kelas I, jadi peneliti
melaksanakan dua peran yaitu sebagai guru/pendidik dan sekaligus melaksanakan
penelitian.
Seperti biasa sebelum masuk kelas, siswa diwajibkan untuk berbaris di depan
kelas untuk melatih kedisiplinan, barisan ini dipimpin oleh ketua kelas. Begitu juga
dengan siswa-siswa kelas 1 SD Negeri Sendangijo 1 tampak begitu ribut dan ramai.
Keramaian itu hanya sesaat saja setelah peneliti mendampingi ketua kelas untuk
membantu mengatur barisan. Barisan yang tampak lurus dan rapi mendapat
kesempatan dari ketua kelas masuk terlebih dahulu.
Para siswa duduk menempati tempat duduk masing-masing, ketua kelas
memimpin berdoa bersama kemudian guru melakukan presensi. Guru memulai
pembelajaran yaitu pelajaran Bahasa Indonesia. Dengan menggunakan metode
ceramah, siswa diajak untuk Menulis Permulaan tulisan di papan tulis secara
bersama-sama. Guru Menulis Permulaan di papan tulis dan meminta siswa untuk
Menulis Permulaannya di buku tulis.
Waktu yang digunakan untuk menjelaskan materi pelajaran sekitar 30 menit
atau hampir separuh alokasi waktu yang disediakan yakni 2 x 35 menit. Pada setiap
akhir penjelasannya, guru memberikan kesempatan bertanya kepada siswanya
mengenai hal-hal yang belum jelas berkenaan dengan materi Menulis Permulaan
dengan huruf tegak bersambung yang telah diberikan. Namun, tidak ada siswa yang
commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

49

memanfaatkan waktu tersebut untuk bertanya. Siswa terkesan pasif seakan-akan


hanya menerima materi yang dijelaskan oleh guru.
Guru memberikan dikte kepada siswa, kata-kata yang harus ditulis di
bukunya. Beberapa siswa tampak kebingungan saat dikte dimulai dan merasa tidak
percaya diri, hal ini membuktikan bahwa siswa belum mampu menguasai
keterampilan Menulis Permulaan dengan baik. Selama siswa Menulis Permulaan,
guru berdiri sambil membacakan kata-kata yang harus ditulis siswa dan tidak
mengontrol atau memberikan bimbingan kepada siswa.
Kegiatan
dialokasikan

Menulis Permulaan dilakukan siawa hingga waktu yang

berakhir.

Guru

meminta

mengumpulkan

hasil

tulisan

siswa.

Pembelajaran Bahasa Indonesia diakhiri tanpa memberikan penguatan atau umpan


balik mengenai pembelajaran yang telah dilaksanakan.
Kondisi awal pembelajaran keterampilan Menulis Permulaan permulaan
dilakukan dengan metode ceramah. Kegiatan pembelajaran ini masih didominasi
guru. Guru masih banyak menjelaskan cara Menulis Permulaan pada anak dengan
cara Menulis Permulaan di papan tulis, kemudian anak diminta menirukan guru
menyalinnya di buku tulis. Kegiatan belajar yang demikian terlihat anak pasif selama
mengikuti pembelajaran sehingga terkesan hanya sebagai objek, bukan subjek
pembelajaran.
Konsep pembelajaran mengenai

Menulis Permulaan permulaan hanya

diterima dari guru. Siswa belum mengonstruksikan, menemukan, dan merefleksikan


materi pembelajaran yang telah dipelajari sehingga pembelajaran belum bermakna
bagi siswa.
Pada waktu melakukan kegiatan ini, siswa Menulis Permulaan apa yang
didektekan guru di depan kelas Lampiran 8 halaman 165. Berdasarkan tes pada
kondisi awal, diketahui 5 siswa mendapat nilai kurang dari 75 dan 8 anak yang
mendapat nilai di atas

75, bahkan kedua anak tersebut mendapat nilai 33. Nilai rata-

rata tes keterampilan

Menulis Permulaan pada pembelajaran ini adalah 76,

ketuntasan secara klasikal sebesar 61,53%. commit


to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

50

Pada siklus I guru mengamati siswa pada waktu pembelajaran Menulis


Permulaan permulaan, apakah siswa dapat Menulis Permulaan kata dengan huruf
tegak bersambung yang disampaikan guru pada waktu pembelajaran yang telah
dilaksanakan. Hasil observasi menunjukkan bahwa bahwa siswa bisa Menulis
Permulaan kata-kata yang tertulis pada alat peraga. Guru mengevaluasi dan mengolah
data yang diperoleh, mengidentifikasi dan menginterpretasikan data untuk
menentukan tingkat pencapaian tindakan.
Temuan dari menggunakan alat peraga kartu kata dan latihan Menulis
Permulaan kata dengan menggunakan huruf tegak bersambung menjadi kalimat
dapat dilihat Lampiran 6 halaman 161 pada siklus pertama nilai rata-rata siswa
adalah 61,53. Ini dapat diartikan bahwa pada siklus I secara klasikal tampak hasil
dari perolehan latihan Menulis Permulaan kata dengan menggunakan huruf tegak
bersambung menjadi kalimat dengan alat peraga kartu kata adalah baik. Jika dilihat
secara perorangan sebelum menggunakan alat peraga kartu kata ada 7 anak yang
benar-banar bisa Menulis Permulaan. Sedangkan anak lainnya dapat dikategorikan
hampir bisa Menulis Permulaan, setengah dapat Menulis Permulaan, dan baru sedikit
dapat Menulis Permulaan. Perkembangan pada siklus pertama ini dapat dilihat secara
perorangan untuk Menulis Permulaan dari 13 siswa ada 5 (38,46%) yang mendapat
nilai di bawah 75 sedangkan ada 8 (61,53 %) siswa yang mendapat nilai di atas 75.

Temuan yang terdapat pada siklus II Lampiran 7 halaman 163 yaitu terjadi
peningkatan keterampilan menulis permulaansiswa secara signifikan. Hasil rerata tes
keterampilan Menulis Permulaan siswa pada siklus II sebesar 95. Dilihat dari nilai
batas minimal sesuai dengan indikator kerja. Namun, secara individual dari hasil tes
pada siklus II tersebut tidak terdapat siswa dalam Menulis Permulaan mendapat nilai
kurang dari 75 dan yang mendapat nalai 75 atau lebih sebesar 13 siswa. Ketuntasan
secara klasikal untuk Menulis Permulaan sebesar 100 %, jadi sudah mencapai batas
tuntas yang telah ditetapkan.
commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

51

4. Dokumen
Data nilai ulangan harian keterampilan menulis permulaan siswa kelas I SD
Negeri 1 Sendangijo Kecamatan Selogiri Wonogiri Tahun 2010/2011 semester I dan
arsip pendukung penelitian seperti silabus dan daftar kelas I tahun 2010/2011.

E. Teknik Pengambilan Sampel


Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel dengan sensus
(seluruh populasi dijadikan sampel penelitian). Sampel sensus, dimaksudkan bahwa
seluruh populasi dijadikan sampel penelitian. Dengan demikian, seluruh siswa kelas I
SD Negeri 1 Sendangijo Kecamatan Selogiri Wonogiri dan dalam penelitian ini tidak
membatasi atau menyeleksi jumlah informan, dan siswa yang diteliti berjumlah 13
siswa.
F. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang diterapkan sebagai alat mengumpulkan data secara
lengkap dan akurat sehubungan dengan masalah yang diteliti, yaitu:
1. Tes
Menurut Dr. H. Sarwiji Suwandi M.Pd (2009: 59) Tes merupakan alat untuk
mengukur seberapa jauh hasil yang diperoleh siswa setelah pemberian tindakan. Tes
digunakan untuk mengetahui perkembangan atau keberhasilan pelaksanaan tindakan.
Tes ini diberikan pada awal sebelum dilaksanakannya siklus pembelajaran, dan setiap
akhir pembelajaran untuk mengetahui peningkatan keterampilan menulis siswa
disetiap akhir pertemuan. Dengan kata lain tes dilakukan untuk mengetahui tingkat
perkembangan keterampilan siswa dalam menulis Menulis Permulaan pada Siswa
Kelas I SD Negeri 1 Sendangijo Kecamatan Selogiri Wonogiri tahun pelajaran
2010/2011 yang ditandai dengan nilai tes yang diperoleh siswa sesuai dengan siklus
yang ada. Tes digunakan untuk mengetahui keterampilan menulis permulaan pada
siswa yaitu tes menulis.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

52

2. Wawancara
Menurut Denzin dalam Goetz dan LeCompte (1984) wawancara merupakan
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara verbal kepada orang-orang yang
dianggap dapat memberikan informasi atau penjelasan hal-hal yang dipandang perlu.
Menurutnya ada tiga macam waancara, yakni wawancara baku dan terjadwal,
wawancara baku dan tidak terjadwal, serta wawancara tidak baku. Pertanyaanpertanyaan yang sama diajukan dalam urutan yang sama, apabila pertanyaan lanjutan
atau probing diperlukan, maka hal itu harus juga baku. Wawancara yang tidak
terjadwal adalah bentuk lain dari yang terjadwal, hanya saja urutannya yang berubah
tergantung jawaban yang diberikan oleh informan. Namun demikian, fleksibilitas dari
pewawancara dianjurkan agar wawancara berlangsung wajar dan responsive.
Wawancara yang tidak baku biasa disebut juga sebagai wawancara pedoman atau
interview guide, yang berbentuk pertanyaan-pertanyaan umum dan khusus yang
diantisipasi pewawancara secara informal dalam urutan dan kesempatan yang tersedia
(Goetz dan LeCompte:1984: 119).
Sedang menurut Hopkins (1993: 125) wawancara adalah suatu cara untuk
mengetahui situasi tertentu di dalam kelas dipandang dari sudut pandang yang lain.
Orang-orang yang diwawancarai dapat termasuk beberapa orang siswa, kepala
sekolah, beberapa teman sejawat, pegawai tata usaha sekolah, orang tua siswa, dll.
Mereka disebut informan kunci atau keyinformants, yaitu mereka yang mempunyai
pengetahuan khusus, status, atau keterampilan berkomunikasi (Goetz dan
LeCompte:1984: 119).
Ada beberapa bentuk wawancara, antara lain wawancara terstruktur,
wawancara setengah terstruktur, dan wawancara tidak terstruktur. Yang disebut
wawancara

terstruktur,

ialah

apabila

Anda

sebagai

pewawancara

sudah

mempersiapkan bahan wawancara terlebih dahulu. Sedangkan dalam wawancara


yang tidak terstruktur, prakarsa untuk memilih topic bahasan diambil oleh anak/orang
yang Anda wawancarai. Apabila wawancara sudah berlangsung, Anda dapat
commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

53

mengarahkan

agar

yang

dinterview

menerangkan,

mengelaborasi,

atau

mengklarifikasi jawaban yang kurang jelas. Wawancara yang semi terstruktur adalah
bentuk wawancara yang sudah dipersiapkan terlebih dahulu, akan tetapi memberikan
keleluasaan untuk menerangkan agak panjang mungkin tidak langsung ke fokus
pertanyaan/bahasan, atau mungkin mengajukan topik bahasan sendiri selama
wawancara berlangsung (Elliot, 1991: 80).
Wawancara yang digunakan peneliti yaitu ini bersifat terbuka, tidak
berstruktur ketat, tidak dalam suasana formal dan dapat dilakukan berulang pada
informan yang sama.
Wawancara dengan guru dan siswa dilakukan pada hari Selasa, 19 April 2011
Lampiran 2 halaman 110. Peneliti sebagai pewawancara sedangkan ibu Sutarti, S. Pd
(guru kelas I) dan beberapa siswa kelas I sebagai narasumber. Wawancara terhadap
guru kelas I dilakukan secara terstruktur yang sebelumnya pedoman wawancara
sudah disusun oleh peneliti kemudian hasil wawancara ditulis secara ringkas pada
kolom jawaban terlampir. Setting wawancara bertempat di ruang kelas I pada waktu
istirahat pukul 09.00 WIB. Hal yang peneliti tanyakan kepada guru yaitu tentang
pelaksanaan pembelajaran dan hasil keterampilan menulis siswa yang pernah
diterapkan oleh guru pada waktu sebelumnya. Pada bagian ini peneliti akan
menjelaskan dari hasil wawancara kepada guru dan sebagai deskripsinya dapat
dilihat pada lampiran. Hasil wawancara tersebut diindikasikan bahwa terjadi
permasalahan dalam pembelajaran menulis pada siswa kelas I SD Negeri I
Sendangijo Wonogiri. Menurut guru, pembelajaran menulis masih sulit untuk
dilakukan secara optimal mengingat rendahnya minat siswa terhadap pelajaran
menulis dan kurangnya usaha penerapan guru mengenai metode inovatif tentang
pembelajaran menulis, sehingga berakibat pada rendahnya keterampilan menulis
siswa.
Pendapat tersebut juga didukung oleh hasil wawancara dengan siswa kelas I
mengenai minat mereka terhadap pelajaran menulis. Pelaksanaan wawancara kepada
siswa dilakukan pada waktu istirahat kedua pukul 11.00 WIB di ruang kelas I.
commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

54

Wawancara terhadap siswa dilakukan secara tidak terstruktur artinya tanpa


mempersiapkan pedoman wawancara dan pertanyaan diberikan secara langsung
(spontan) sesuai kemampuan atau pemehaman peneliti. Siswa yang menjadi
narasumber adalah seluruh siswa kelas I. Siswa tersebut menyatakan kurang
berminat terhadap pembelajaran menulis. Pada umumnya mereka menyatakan
kurang suka mengikuti pembelajaran menulis di kelas karena merasa malas menulis.
Mereka juga menyatakan kurang suka dengan cara guru saat memberikan tugas
menulis kepada siswa, yaitu dengan meminta siswa menyalin tulisan pada buku yang
sudah disediakan.
3. Observasi Langsung
Menurut Suharsimi Arikunto (2005: 27) observasi adalah suatu teknik yang
dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti serta mencatat secara
sistematis. Observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi
partisipan, dimana peneliti berperan aktif mengamati dan mengikuti semua kegiatan
yang sedang dilakukan.
Di bidang antropologi, terutama dikalangan para etnografer, dikenal teknik
pengumpulan data yang disebut pengamatan penyerta atau participant observer, di
mana para pengamat atau observer mempunyai hubungan yang akrab dengan pihak
yang diamati. Peneliti yang berperan sebagai pengamat penyerta atau participant
observer ikut serta dalam berbagai kegiatan pihak yang diamati, dan segera
mencatatkan apa yang terjadi dalam catatan lapangannya. Dalam catatan ini termasuk
juga komentar-komentar yang menafsirkan apa yang terjadi berdasarkan persepsi
peneliti (Goetz dan LeCompte, 1984: 109) dalam (Rochiati, 2005: 107).
Yang disebut observasi terbuka ialah apabila sang pengamat atau observer
melakukan pengamatannya dengan mengambil kertas pensil, kemudian mencatatkan
segala sesuatu yang terjadi di kelas. Tujuan membuat catatan demikian adalah untuk
menggambarkan situasi kelas selengkapnya sehingga urutan-urutankejadian tercatat
semuanya. Akan tetapi, pencatatan dari pengamat terbuka disesuaikan dengan selera
commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

55

pengamat, asal dilakukan sefaktual mungkin dan tanpa penafsiran subjektif dari
pengamat (Hopkins, 1993: 81) dalam (Rochiati, 2005:110-111).
Observasi yang dilakukan peneliti adalah observasi yang berperan serta
secara pasif untuk mengamati pembelajaran menulis yang dilakukan oleh guru dan
siswa. Pengamatan terhadap kinerja guru dapat diarahkan pada kegiatan guru dalam
menjelaskan, memotivasi siswa, menanggapi pertanyaan dan menjawab pertanyaan
siswa, memberikan latihan serta umpan balik, dan melakukan penilaian terhadap
siswa. Sementara itu, pengamatan terhadap siswa difokuskan pada tingkat partisipasi
siswa dalam mengikuti pelajaran. Pengamatan dilakukan selama, siklus penelitan
berlangsung untuk mengetahui proses belajar mengajar berlangsung serta untuk
mengetahui keterampilan siswa dalam menulis Menulis Permulaan pada Siswa Kelas
I SD Negeri 1 Sendangijo Kecamatan Selogiri Wonogiri tahun pelajaran 2010/2011.
Obsevasi yang dilakaukan dalam penelitian ini adalah selama pembelajaran
berlangsung untuk mengamati siswa yang belajar keterampilan menulis dengan
menggunakan alat peraga kartu kata.
Pengamatan awal (prasiklus) pembelajaran Menulis Permulaan di kelas I
dilaksanakan pada hari Selasa, 19 April 2011 pukul 09.50 WIB sampai selesai
Lampiran 2 halaman 136. Peneliti bertindak sebagai guru kelas I, jadi peneliti
melaksanakan dua peran yaitu sebagai guru/pendidik dan sekaligus melaksanakan
penelitian.
Seperti biasa sebelum masuk kelas, siswa diwajibkan untuk berbaris di depan
kelas untuk melatih kedisiplinan, barisan ini dipimpin oleh ketua kelas. Begitu juga
dengan siswa-siswa kelas 1 SD Negeri Sendangijo 1 tampak begitu ribut dan ramai.
Keramaian itu hanya sesaat saja setelah peneliti mendampingi ketua kelas untuk
membantu mengatur barisan. Barisan yang tampak lurus dan rapi mendapat
kesempatan dari ketua kelas masuk terlebih dahulu.
Para siswa duduk menempati tempat duduk masing-masing, ketua kelas
memimpin berdoa bersama kemudian guru melakukan presensi. Guru memulai
commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

56

pembelajaran yaitu pelajaran Bahasa Indonesia. Dengan menggunakan metode


ceramah, siswa diajak untuk Menulis Permulaan tulisan di papan tulis secara
bersama-sama. Guru Menulis Permulaan di papan tulis dan meminta siswa untuk
Menulis Permulaannya di buku tulis.
Waktu yang digunakan untuk menjelaskan materi pelajaran sekitar 30 menit
atau hampir separuh alokasi waktu yang disediakan yakni 2 x 35 menit. Pada setiap
akhir penjelasannya, guru memberikan kesempatan bertanya kepada siswanya
mengenai hal-hal yang belum jelas berkenaan dengan materi Menulis Permulaan
dengan huruf tegak bersambung yang telah diberikan. Namun, tidak ada siswa yang
memanfaatkan waktu tersebut untuk bertanya. Siswa terkesan pasif seakan-akan
hanya menerima materi yang dijelaskan oleh guru.
Guru memberikan dikte kepada siswa, kata-kata yang harus ditulis di
bukunya. Beberapa siswa tampak kebingungan saat dikte dimulai dan merasa tidak
percaya diri, hal ini membuktikan bahwa siswa belum mampu menguasai
keterampilan Menulis Permulaan dengan baik. Selama siswa Menulis Permulaan,
guru berdiri sambil membacakan kata-kata yang harus ditulis siswa dan tidak
mengontrol atau memberikan bimbingan kepada siswa.
Kegiatan Menulis
dialokasikan

berakhir.

Permulaan dilakukan siawa hingga waktu

Guru

meminta

mengumpulkan

hasil

tulisan

yang
siswa.

Pembelajaran Bahasa Indonesia diakhiri tanpa memberikan penguatan atau umpan


balik mengenai pembelajaran yang telah dilaksanakan.
Kondisi awal pembelajaran keterampilan Menulis Permulaan permulaan
dilakukan dengan metode ceramah. Kegiatan pembelajaran ini masih didominasi
guru. Guru masih banyak menjelaskan cara Menulis Permulaan pada anak dengan
cara Menulis Permulaan di papan tulis, kemudian anak diminta menirukan guru
menyalinnya di buku tulis. Kegiatan belajar yang demikian terlihat anak pasif selama
mengikuti pembelajaran sehingga terkesan hanya sebagai objek, bukan subjek
pembelajaran.
commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

57

Konsep pembelajaran mengenai

Menulis Permulaan permulaan hanya

diterima dari guru. Siswa belum mengonstruksikan, menemukan, dan merefleksikan


materi pembelajaran yang telah dipelajari sehingga pembelajaran belum bermakna
bagi siswa.
Pada waktu melakukan kegiatan ini, siswa Menulis Permulaan apa yang
didektekan guru di depan kelas Lampiran 8 halaman 165. Berdasarkan tes pada
kondisi awal, diketahui 5 siswa mendapat nilai kurang dari 75 dan 8 anak yang
mendapat nilai di atas 75, bahkan kedua anak tersebut mendapat nilai 33. Nilai ratarata tes keterampilan

Menulis Permulaan pada

pembelajaran ini adalah 76,

ketuntasan secara klasikal sebesar 61,53%.


Pada siklus I guru mengamati siswa pada waktu pembelajaran Menulis
Permulaan permulaan, apakah siswa dapat Menulis Permulaan kata dengan huruf
tegak bersambung yang disampaikan guru pada waktu pembelajaran yang telah
dilaksanakan. Hasil observasi menunjukkan bahwa bahwa siswa bisa Menulis
Permulaan kata-kata yang tertulis pada alat peraga. Guru mengevaluasi dan mengolah
data yang diperoleh, mengidentifikasi dan menginterpretasikan data untuk
menentukan tingkat pencapaian tindakan.
Temuan dari menggunakan alat peraga kartu kata dan latihan Menulis
Permulaan kata dengan menggunakan huruf tegak bersambung menjadi kalimat
dapat dilihat Lampiran 6 halaman 161 pada siklus pertama nilai rata-rata siswa
adalah 61,53. Ini dapat diartikan bahwa pada siklus I secara klasikal tampak hasil
dari perolehan latihan Menulis Permulaan kata dengan menggunakan huruf tegak
bersambung menjadi kalimat dengan alat peraga kartu kata adalah baik. Jika dilihat
secara perorangan sebelum menggunakan alat peraga kartu kata ada 7 anak yang
benar-banar bisa Menulis Permulaan. Sedangkan anak lainnya dapat dikategorikan
hampir bisa Menulis Permulaan, setengah dapat Menulis Permulaan, dan baru sedikit
dapat Menulis Permulaan. Perkembangan pada siklus pertama ini dapat dilihat secara
perorangan untuk Menulis Permulaan dari 13 siswa ada 5 (38,46%)
commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

58

yang mendapat nilai di bawah 75 sedangkan ada 8 (61,53 %) siswa yang mendapat
nilai di atas 75.
Temuan yang terdapat pada siklus II Lampiran 7 halaman 163 yaitu terjadi
peningkatan keterampilan menulis permulaansiswa secara signifikan. Hasil rerata tes
keterampilan Menulis Permulaan siswa pada siklus II sebesar 95. Dilihat dari nilai
batas minimal sesuai dengan indikator kerja. Namun, secara individual dari hasil tes
pada siklus II tersebut tidak terdapat siswa dalam Menulis Permulaan mendapat nilai
kurang dari 75 dan yang mendapat nalai 75 atau lebih sebesar 13 siswa. Ketuntasan
secara klasikal untuk Menulis Permulaan sebesar 100 %, jadi sudah mencapai batas
tuntas yang telah ditetapkan.

G. Uji Validitas Data


Untuk memperoleh data yang valid, perlu dilakukan teknik-teknik uji validitas
dalam penelitian ini, teknik pengembangan validitas data yang biasa digunakan dalam
penelitian kualitatif yaitu teknik trianggulasi. Menurut (Prof. Dr. Sugiyono, 2009:
241) dalam teknik pengumpulan data, triangulasi diuraikan sebagai teknik
pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan
data dan sumber data yang telah ada. Trianggulasi data (sumber) yaitu
mengumpulkan data sejenis dari sumber yang berbeda dan triangulasi peneliti yaitu
mendiskusikan data yang diperoleh dengan peneliti yang lain. Bila peneliti
melakukan pengumpulan data dengan triangulasi, maka sebenarnya peneliti
mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas data, yaitu mengecek
kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data.
Agar hasil penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya, maka
peneliti menggunakan teknik triangulasi. Triangulasi berfungsi menekan subjektivitas
peneliti. Dengan triangulasi, kemungkinan kekurangan yang terdapat pada satu
informan akan mendapat pelengkap.
Adapun dari triangulasi yang ada hanya menggunakan dua teknik
: commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

59

1. Triangulasi data (sumber), dengan cara : mengumpulkan data yang sejenis dari
sumber data yang berbeda. Melalui teknik triangulasi data diharapkan dapat
memberikan informasi yang lebih tepat sesuai keadaan siswa kelas I SDN1
Sendangijo, misalnya pada saat mengumpulkan data di SD 1 Sendangijo,
dilakukan dengan membandingkan hasil pengamatan langsung dari peneliti
dengan isi dokumen yang terkait (arsip nilai yang sesuai dengan KKM, absensi
harian siswa dan lainnya). Dalam triangulasi data (sumber) ini data yang diteliti
sama akan tetapi data yang diperoleh berasal dari sumber yang berbeda, sumber
dari penelitian ini adalah dari guru dan siswa.
2. Triangulasi metode, dengan cara : mengumpulkan data dengan metode
pengumpulan data dari informan yang berbeda tetapi mengarah pada sumber
informasi yang sama. Misalnya membandingkan hasil pengamatan yang dilakukan
oleh observer dan hasil pengamatan guru itu sendiri. Peneliti bisa menggunakan
metode pengumpulan data yang berupa observasi kemudian dilakukan wawancara
yang mendalam dari informan yang sama dan hasilnya diuji dengan pengumpulan
data sejenis dengan menggunakan teknik dokumentasi pada pelaku kegiatan. Dari
data yang diperoleh lewat beberapa teknik pengumpulan data yang berbeda
tersebut hasilnya dibandingkan dan dapat ditarik kesimpulan data yang lebih kuat
validitasnya. Dalam penelitian ini hasil yang diperoleh peneliti sama akan tetapi
metode yang digunakan berbeda, hasil dalam penelitian ini diperoleh melalui tes
dan observasi.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

60

Berdasarkan pengertian di atas triangulasi teknik dapat dilihat pada Gambar 5


sebagai berikut :
Observasi
Partisipatif,
Tes
Wawancara
mendalam

Data

Sama
Dokumentasi

Gambar 5: Trianggulasi teknik pengumpulan data ( Sugiyono, 2009: 242)


Pada waktu melakukan kegiatan ini, siswa Menulis Permulaan apa yang
didektekan guru di depan kelas Lampiran 8 halaman 165. Berdasarkan tes pada
kondisi awal, diketahui 5 siswa mendapat nilai kurang dari 75 dan 8 anak yang
mendapat nilai di atas 75, bahkan kedua anak tersebut mendapat nilai 33. Nilai ratarata tes keterampilan Menulis Permulaan pada pembelajaran ini adalah 76, ketuntasan
secara klasikal sebesar 61,53%.
Pada siklus I guru mengamati siswa pada waktu pembelajaran Menulis
Permulaan permulaan, apakah siswa dapat Menulis Permulaan kata dengan huruf
tegak bersambung yang disampaikan guru pada waktu pembelajaran yang telah
dilaksanakan. Hasil observasi menunjukkan bahwa bahwa siswa bisa Menulis
Permulaan kata-kata yang tertulis pada alat peraga. Guru mengevaluasi dan mengolah
data yang diperoleh, mengidentifikasi dan menginterpretasikan data untuk
menentukan tingkat pencapaian tindakan.
Temuan dari menggunakan alat peraga kartu kata dan latihan Menulis
Permulaan kata dengan menggunakan huruf tegak bersambung menjadi kalimat
dapat dilihat Lampiran 6 halaman 161 pada siklus pertama nilai rata-rata siswa
commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

61

adalah 61,53. Ini dapat diartikan bahwa pada siklus I secara klasikal tampak hasil
dari perolehan latihan Menulis Permulaan kata dengan menggunakan huruf tegak
bersambung menjadi kalimat dengan alat peraga kartu kata adalah baik. Jika dilihat
secara perorangan sebelum menggunakan alat peraga kartu kata ada 7 anak yang
benar-banar bisa Menulis Permulaan. Sedangkan anak lainnya dapat dikategorikan
hampir bisa Menulis Permulaan, setengah dapat Menulis Permulaan, dan baru sedikit
dapat Menulis Permulaan. Perkembangan pada siklus pertama ini dapat dilihat secara
perorangan untuk Menulis Permulaan dari 13 siswa ada 5 (38,46%) yang mendapat
nilai di bawah 75 sedangkan ada 8 (61,53 %) siswa yang mendapat nilai di atas 75.

Temuan yang terdapat pada siklus II Lampiran 7 halaman 163 yaitu terjadi
peningkatan keterampilan menulis permulaansiswa secara signifikan. Hasil rerata tes
keterampilan Menulis Permulaan siswa pada siklus II sebesar 95. Dilihat dari nilai
batas minimal sesuai dengan indikator kerja. Namun, secara individual dari hasil tes
pada siklus II tersebut tidak terdapat siswa dalam Menulis Permulaan mendapat nilai
kurang dari 75 dan yang mendapat nalai 75 atau lebih sebesar 13 siswa. Ketuntasan
secara klasikal untuk Menulis Permulaan sebesar 100 %, jadi sudah mencapai batas
tuntas yang telah ditetapkan.
Wawancara dengan guru dan siswa dilakukan pada hari Selasa, 19 April 2011
Lampiran 2 halaman 136. Peneliti sebagai pewawancara sedangkan ibu Sutarti, S. Pd
(guru kelas I) dan beberapa siswa kelas I sebagai narasumber. Wawancara terhadap
guru kelas I dilakukan secara terstruktur yang sebelumnya pedoman wawancara
sudah disusun oleh peneliti kemudian hasil wawancara ditulis secara ringkas pada
kolom jawaban terlampir. Setting wawancara bertempat di ruang kelas I pada waktu
istirahat pukul 09.00 WIB. Hal yang peneliti tanyakan kepada guru yaitu tentang
pelaksanaan pembelajaran dan hasil keterampilan menulis siswa yang pernah
diterapkan oleh guru pada waktu sebelumnya. Pada bagian ini peneliti akan
menjelaskan dari hasil wawancara kepada guru dan sebagai deskripsinya dapat
dilihat pada lampiran. Hasil wawancara tersebut diindikasikan bahwa terjadi commit
to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

62

permasalahan dalam pembelajaran menulis pada siswa kelas I SD Negeri I


Sendangijo Wonogiri. Menurut guru, pembelajaran menulis masih sulit untuk
dilakukan secara optimal mengingat rendahnya minat siswa terhadap pelajaran
menulis dan kurangnya usaha penerapan guru mengenai metode inovatif tentang
pembelajaran menulis, sehingga berakibat pada rendahnya keterampilan menulis
siswa.
Pendapat tersebut juga didukung oleh hasil wawancara dengan siswa kelas I
mengenai minat mereka terhadap pelajaran menulis. Pelaksanaan wawancara kepada
siswa dilakukan pada waktu istirahat kedua pukul 11.00 WIB di ruang kelas I.
Wawancara terhadap siswa dilakukan secara tidak terstruktur artinya tanpa
mempersiapkan pedoman wawancara dan pertanyaan diberikan secara langsung
(spontan) sesuai kemampuan atau pemehaman peneliti. Siswa yang menjadi
narasumber adalah seluruh siswa kelas I. Siswa tersebut menyatakan kurang
berminat terhadap pembelajaran menulis. Pada umumnya mereka menyatakan
kurang suka mengikuti pembelajaran menulis di kelas karena merasa malas menulis.
Mereka juga menyatakan kurang suka dengan cara guru saat memberikan tugas
menulis kepada siswa, yaitu dengan meminta siswa menyalin tulisan pada buku yang
sudah disediakan.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

63

Berdasarkan pengertian di atas triangulasi sumber dapat dilihat pada Gambar


6 sebagai berikut :

A
Wawancara
mendalam

B
C

Gambar 6: Trianggulasi sumber pengumpulan data. (satu teknik


penggumpulan data pada bermacam-macam sumber data A, B,C)
( Prof. Dr. Sugiyono, 2009: 242)
Wawancara mendalam dilakukan untuk mengumpulkan data dari informan
terkait pembelajaran keterampilan menulis permulaan siswa sebelum, selama, dan
sesudah tindakan. Dalam wawancara ini, narasumber atau informannya adalah ibu
Sutarti, S. Pd (guru kelas I) dan siswa kelas I SD Negeri I Sendangijo. Wawancara
dilakukan oleh peneliti dengan menanyakan beberapa pertanyaan tentang data yang
berkenaan dengan aspek permasalahan pembelajaran keterampilan menulis
permulaan siswa. Wawancara oleh peneliti terhadap guru dilakukan secara testruktur
artinya dengan berdasarkan pada pedoman wawancara yang sudah dipersiapkan.
Sedangkan, wawancara kepada siswa dilakukan secara tidak terstruktur atau tanpa
mempersiapkan sejumlah pertanyaan terlebih dahulu.

H. Teknik Analisis Data


Teknik analisis data yang dimaksud adalah cara mengelola data yang sudah
diperoleh dari dokumen. Agar hasil penelitian dapat terwujud sesuai dengan tujuan
yang diharapkan maka dalam menganalisis data penelitian ini menggunakan teknik
trianggulasi. Untuk menguji validitas data adalah cara mengelola data yang sudah
commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

64

diperoleh dari dokumen. Agar hasil penelitian dapat terwujud sesuai dengan tujuan
yang diharapkan maka dalam menganalisis data penelitian ini menggunakan analisis
model interaktif Milles dan Huberman. Kegiatan pokok analisa model ini meliputi :
reduksi data, penyajian data, kesimpulan-kesimpulan penarikan / verifikasi (Milles
dan Huberman, 2007: 20).
Adapun rincian model tersebut dapat diuraikan sebagai berikut
: 1. Reduksi Data
Menurut Milles dan Huberman (2007 : 16) Reduksi data yaitu proses
pemilihan perhatian pada penyederhaan, pengabstrakan dan transformasi data
kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis dilapangan, reduksi data
merupakan

suatu

bentuk

analisis

yang

menajamkan,

menggolongkan,

mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasikan dengan cara


sedemikian sehingga kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan
diverifikasi. Data yang direduksi dalam penelitian ini disederhanakan dan
mengarah pada pengetahuan mengenai seberapa jauh keterampilan menulis siswa
saja, dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia.
2. Penyajian Data
Menurut Milles dan Hubberman (2007: 17) Penyajian data yaitu sekumpulan
informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan
pengambilan tindakan. Dalam pelaksanaan penelitian penyajian-penyajian data
yang lebih baik merupakan suatu cara yang utama bagi analisis kualitatif yang
valid. Untuk menampilkan data-data tersebut agar lebih menarik maka diperlukan
penyajian yang menarik pula. Dalam penyajian ini dapat dilakukan melalui
berbagai macam cara visual misalnya, gambar, grafik, chart netmork, diagram,
matrik, dan sebagainya.
3. Kesimpulan-kesimpulan : Penarikan / Verifikasi
Menurut Milles Huberman (2007:19) Setelah data-data direduksi, disajikan
langkah terakhir adalah dilakukannya penarikan kesimpulan : penarikan /
verifikasi. Data-data yang telah didapatkan dari hasil penelitian kemudian diuji
kebenarannya. Penarikan kesimpulan ini merupakan bagian dari konvigurasi utuh,
sehingga kesimpulan-kesimpulan juga diverifikasi selama penelitian berlangsung.
commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

65

Verifikasi data yaitu : pemeriksaan tentang benar dan tidaknya hasil laporan
penelitian. Sedang kesimpulan adalah tinjauan ulang pada catatan di lapangan
atau

kesimpulan

dapat

diuji

kebenarannya,

kekokohannya

merupakan

validitasnya.
Berdasarkan uraian di atas maka reduksi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan / verifikasi sebagai suatu yang jalin-menjalin pada saat sebelum,
selama dan sesudah pengumpulan data dalam bentuk yang sejajar, untuk
membangun wawasan umum yang disebut analisis. Kegiatan pengumpulan data
itu sendiri merupakan siklus dan interaktif.
Oleh karena penelitian ini sifatnya kualitatif maka diperlakukan adanya
objektifitas, subjektivitas, dan kesepakatan intersubjektifitas dari peneliti agar
hasil penelitian tersebut mudah dipahami bagi para pembaca secara mendalam.
Dapat dilihat pada Gambar 7 sebagai berikut :

Pengumpulan data

Penyaajian
data
Reduksi data
Kesimpulankesimpulan
Gambar 7: Komponen-komponen Analisis Data: Model Analisis
Data Interaktif (Milles dan Huberman, 2007:19)
Langkah-langkah analisis model interaktif yang dilakukan dalam penelitian
ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Reduksi data
Reduksi data adalah proses penyederhanaan yang dilakukan melalui
seleksi data mentah menjadi data yang bermakna Data yang diseleksi untuk
commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

66

digunakan dan mendukung dalam penelitian ini adalah hasil observasi sikap siswa
dan hasil belajar sebelum tindakan, hasil wawancara dengan guru dan siswa, dan
hasil observasi terhadap kegiatan guru dan siswa serta hasil keterampilan
berbicara siswa setelah siklus I dan siklus II.
2. Sajian data
Data yang sudah terkumpul dan terseleksi kemudian dikelompokkan
dalam beberapa bagian sesuai dengan jenis data supaya makna peristiwanya
menjadi lebih jelas dipahami. Sajian data dalam penelitian ini disajikan dalam
bentuk paparan naratif, tabel, dan grafik.
3. Penarikan simpulan/verifikasi
Simpulan dalam penelitian ini ditarik berdasarkan reduksi dan sajian data.
Penarikan simpulan dilakukan sebagai proses pengambilan intisari dan sajian data
yang telah terorganisasi tersebut dalam bentuk pernyataan kalimat yang singkat
dan padat, tetapi mengandung pengertian yang luas.

I. Prosedur Penelitian
Proses penelitian tindakan kelas didasarkan atas menyusun rencana tindakan
bersama, bertindak dan mengamati secara individual dan bersama-sama pula,
kemudian mengadakan refleksi atas berbagai kegiatan yang telah dilakukan.
Suharsimi Arikunto (2006: 16) menggambarkan alur penelitian tindakan kelas dapat
dilihat pada Gambar 8 sebagai berikut:

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

67

Perencanaan
Refleksi

SIKLUS I

Pelaksanaan

Pengamatan
Perencanaan
Refleksi

SIKLUS II

Pelaksanaan

Pengamatan

Gambar 8: Alur Penelitian Tindakan


Suharsimi Arikunto (2006: 16)
Adapun prosedur penelitian tindakan kelas ini diuraikan sebagai berikut:
Siklus Pertama
1. Tahap Perencanaan
Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di mana,
oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Penelitian tindakan yang
ideal sebetulnya dilakukan secara berpasangan antara pihak yang melakukan
tindakan dan pihak yang mengamati proses jalannya tindakan. Pada tahap ini juga
disusun rencana observasi/monitoring terhadap perubahan yang akan dilakukan
serta teknik dan instrument yang digunakan. Adapun perinciannya adalah sebagai
berikut:
a. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mata pelajaran Bahasa
Indonesia dengan materi pokok pada siswa kelas I SDN 1 Sendangijo tahun

pelajaran 2010/2011.
b. Membuat lembar observasi kegiatan dalam mengajar dan aktifitas siswa
dalam pembelajaran.
c. Mendesain alat evaluasi meliputi LKS (Lembar Kerja Siswa) dan Tugas
sebagai alat evaluasi individu.
Berdasarkan informasi yang diperoleh atau data awal siswa sebagai subjek
penelitian sebanyak 13 siswa mendapatkan nilai kurang dalam mata pelajaran
Bahasa Indonesia. Setelah dicek ternyata ada sebagian siswa belum bisa Menulis
Permulaan permulaan, sehingga guru perlu menggunakan alat peraga kartu kata
sebagai media pembelajaran dan menunjukkan tulisan-tulisan pada alat peraga
pada setiap awal pembelajaran selama kurang lebih 10 menit. Alat peraga itu
berupa tulisan aku, bisa, Menulis Permulaan; aku, juara, kelas. Setelah siswa
mengamati kemudian siswa diminta untuk Menulis Permulaan, jika terjadi
kesulitan guru member contoh Menulis Permulaan dan siswa menirukan. Hasil
latihan Menulis Permulaan permulaan dengan materi Menulis Permulaan dengan
huruf tegak bersambung dinilai guru sebagai reinforcement (penguatan) kepada
siswa. Hasil nilai siswa dicatat guru sebagai data untuk dasar menganalisis
perkembangan keterampilan siswa dalam Menulis Permulaan dengan huruf tegak
bersambung.
Sebagai implementasi tindakan perbaikan, pembelajaran Menulis Permulaan
permulaan dalam satu siklus dirancang dengan dua kali pertemuan. Alokasi waktu
dalam setiap pertemuan adalah 2 x 35 menit. Perancangan RPP mencakup
penentuan standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran,
dampak pengiring, materi pokok, metode dan model pembelajaran, skenario
pembelajaran/

langkah-langkah

pembelajaran,

alat

peraga

dan

sumber

pembelajaran, dan sistem penilaian.


2. Tahap Tindakan
Pada tahap ini dilakukan implementasi tindakan yang telah
direncanakan pada tahap perencanaan pada siklus I. Tahap ini bersifat terapiks
yaitu upaya perbaikan melalui implementasi tindakan yang telah ditetapkan
pada tahap sebelumnya. Dalam tahap ini sering terjadi sedikit penyimpangan
tentang apa yang telah direncanakan. Karena hal itu, peneliti perlu mencatat
semua hal yang terjadi saat pelaksanaan tindakan.
Pertemuan I (2X35 Menit)
Kegiatan Awal
a. Guru mengucap salam dilanjutkan mengkondisikan kelas (tindakan
preventif) yaitu mempersiapkan kondisi ruang kelas, psikis, dan fisik
siswa.

b. Berdoa bersama kemudian mengadakan presensi kehadiran siswa.


c. Menjelaskan tujuan pembelajaran dan uraian kegiatan pembelajaran secara
singkat dan jelas.
d. Apersepsi
Kegiatan Inti
a. Eksplorasi
1) Tanya jawab siswa dengan guru:
-

Anak-anak siapa yang tahu pengertian kalimat?

Apa saja yang harus diperhatikan dalam kalimat itu?

2) Siswa ditanya tentang pengertian menulis. (siswa menulis)


3) Siswa diminta mengidentifikasi pengertian menulis dari buku
pegangan siswa.
4) Siswa menggali informasi penjelasan guru tentang urutan menyusun
kalimat sederhana dengan alat peraga kartu kata.
b. Elaborasi
1) Siswa maju menyusun kartu kata pada papan selip di depan kelas.
2) Siswa diminta kembali menjelaskan urutan cara menyusun kalimat
sederhana.
3) Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok berpasangan yaitu dengan
teman sebangku.
4) Diberikan alat peraga kartu kata, tiap kelompok diminta menyusun kartu
kata tersebut.
5) Melalui diskusi, siswa menyusun kalimat sederhana sesuai kartu kata yang
dibagikan guru.
6) Guru melakukan pendekatan dan membimbing diskusi kelompok siswa.
7) Masing-masing kelompok menunjukkan hasil susunan kalimat sederhana.
8) Siswa yang lain menanggapi presentasi kelompok yang
maju. c. Konfirmasi
1) Pemberian reward (penguatan) kepada masing-masing kelompok.
2) Siswa diberikan kesempatan untuk menyatakan kesulitan yang dihadapi.
3) Guru memberikan konfirmasi hasil belajar siswa dalam menyusun kalimat
sederhana.
4) Siswa dimotivasi agar lebih semangat dan berpartisipasi aktif.
Kegiatan Akhir
1) Siswa bersama guru menyimpulkan hasil pembelajaran (refleksi).

2) Siswa diberikan tugas untuk mempelajari penyusunan kalimat dengan kartu


kata agar lebih baik lagi hasil belajarnya pada pertemuan selanjutnya. (tindak
lanjut)
3) Penyampaian pesan-pesan moral dari guru.
4) Salam penutup.
Pertemuan II (2X35 Menit)
Kegiatan Awal
1) Guru mengucap salam dilanjutkan mengkondisikan kelas (tindakan preventif)
2) Mempersiapkan kondisi ruang kelas, psikis, dan fisik siswa.
3) Berdoa bersama kemudian mengadakan presensi kehadiran siswa.
4) Menjelaskan tujuan pembelajaran dan uraian kegiatan pembelajaran secara
singkat dan jelas.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

71

5) Apersepsi
Tanya jawab mengenai penulisan huruf tegak bersambung.
Kegiatan Inti
a. Eksplorasi
1) Tanya jawab siswa dengan guru:
- Anak-anak sudah siap bermain kartu kata seperti pertemuan
kemarin?
2) Masih ingat bagaimana cara menyusun kalimat yang baik dan benar?
3) Siswa berpikir terkait hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun
kalimat.
b. Elaborasi
1) Melalui demonstrasi, siswa dijelaskan kembali hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam mengurutkan kata menjadi kalimat sederhana yang
baik dan benar dan cara penulisannya.
2) Siswa diberikan contoh oleh guru penggunaan kartu kata .
3) Siswa diberikan kartu kata, masing-masing siswa memegang sendiri.
4) Siswa diberi kesempatan mengurutkan kata menjadi kalimat.
5) Siswa diminta menunjukkan hasil kerja individu siswa diajarkan belajar
mandiri.
6) Guru melakukan pendekatan dan membimbing siswa.
7) Salah satu siswa diminta ke depan kelas menunjukkan hasil susunan
kalimat sederhana.
8) Siswa yang lain menanggapi presentasi siswa yang maju.
c. Konfirmasi
1) Pemberian reward (penguatan) kepada siswa.
2) Siswa diberikan kesempatan untuk menyatakan kesulitan yang dihadapi.
3) Guru memberikan konfirmasi hasil belajar siswa dalam menyusun kalimat
sederhana.
4) Siswa dimotivasi agar lebih semangat dan berpartisipasi aktif
Kegiatan Akhir
1) Siswa bersama guru mengevaluasi hasil pembelajaran sebagai refleksi.
2) Siswa diarahkan agar selalu melatih keterampilan menulis dalam kehidupan
sehari-hari. (tindak lanjut)
3) Penyampaian pesan-pesan moral dari guru.
4) Salam penutup.

Dari hasil latihan Menulis Permulaan permulaan dengan materi Menulis


Permulaan dengan huruf tegak bersambung, guru terus menunjukkan alat peraga
berupa tulisan aku, bisa,
agar siswa
dapat mempertinggi daya serap dalam belajar. Guru menjelaskan cara Menulis
Permulaan misalnya a (ditulis satu baris ), k (ditulis tiga baris), u (ditulis satu
baris) dan seterusnya. Setelah itu guru mengajak siswa Menulis Permulaan
bersama-sama dan berulang-ulang dilanjutkan secara bergantian sampai siswa
benar-benar bisa Menulis Permulaan. Siswa diminta mencoba sendiri dengan
kartu katanya masing-masing, misal mencarikan kata-kata bertuliskan Menulis
Permulaan. Guru memberikan saran kepada siswa untuk terus berlatih agar lebih
dalam terampil

Menulis Permulaan dengan huruf tegak bersambung.

Perkembangan keterampilan siswa ini selalu diamati guru dalam setiap


pertemuan.
3. Observasi/pengamatan
Dalam tahap ini peneliti melakukan pemantauan atau terhadap proses
pembelajaran dengan alat peraga kartu kata pada materi pokok menulis permulaan
kelas I SDN 1 Sendangijo. Pengamatan dilakukan secara cermat atas semua
tindakan dan peristiwa yang terjadi. Pengamatan ini diikuti dengan pencatatan
yang memungkinkan peneliti mempunyai laporan temuan tindakan seperti :
a. Melakukan observasi kegiatan pembelajaran Bahasa Indonesia dengan alat
peraga kartu kata pokok bahasan menulis permulaan.
b. Pengamatan terhadap kemampuan siswa kelas I SDN 1 Sendangijo dalam
menyelesaikan menulis permulaan.
Temuan dari menggunakan alat peraga kartu kata dan latihan Menulis
Permulaan kata dengan menggunakan huruf tegak bersambung menjadi kalimat
dapat dilihat Lampiran 14 halaman 198 pada siklus pertama nilai rata-rata siswa
adalah 61,53. Ini dapat diartikan bahwa pada siklus I secara klasikal tampak hasil
dari perolehan latihan Menulis Permulaan kata dengan menggunakan huruf tegak
bersambung menjadi kalimat dengan alat peraga kartu kata adalah baik. Jika
dilihat secara perorangan sebelum menggunakan alat peraga kartu kata ada 7 anak
yang benar-banar bisa Menulis Permulaan. Sedangkan anak lainnya dapat
dikategorikan hampir bisa Menulis Permulaan, setengah dapat Menulis
Permulaan, dan baru sedikit dapat Menulis Permulaan. Perkembangan pada siklus
pertama ini dapat dilihat secara perorangan untuk Menulis Permulaan dari 13
siswa ada 5 (38,46%) yang mendapat nilai di bawah 75 sedangkan ada 8 (61,53
%) siswa yang mendapat nilai di atas 75.

Berdasarkan hasil observasi Lampiran 9 halaman 166. RPP yang dibuat


pada siklus I sudah bagus dan perlu ditingkatkan lagi pada siklus II. Pelaksanaan
pembelajaran pada siklus I sudah baik dapat dilihat pada Lampiran 11 halaman
180.
4. Tahap Evaluasi atau Refleksi
Pada akhir setiap putaran penelitian tindakan dilakukan evaluasi secara
kritis mengenai hal-hal yang sudah dilakukan, seberapa besar perubahan yang
etrjadi, kendala, pendorong perubahan dan langkah perbaikan. Hasil analisis ini
dapat dijadikan tolok ukur peneliti dan sebagai dasar tindakan yang akan
dilakukan berikutnya.
Mengadakan refleksi untuk tindakan yang telah dilakukan apakah berhasil
dalam meningkatkan keterampilan Menulis Permulaan permulaan Bahasa
Indonesia,

pemupukan

dan

pemahaman

siswa

dengan

menyusun

rencanapembelajaran serta melaksanakannya sesuai dengan pokok bahasan yang


ada dalam silabus. Pada setiap akhir pertemuan dilaksanakan evalusi dengan
memberikan soal kepada siswa dan hasilnya dinilai oleh guru. Peningkatan
keterampilan siswa dalam menyelesaikan soal, selalu diamati guru, karena pada
saat

siswa

mengerjakan

soal

diterapkan

sistem

pembelajaran

dengan

menggunakan alat peraga kartu kata untuk menyelesaikan soal. Nilai evaluasi
siswa dicatat guru yang digunakan sebagai dasar analisis peningkatan
keterampilan Menulis Permulaan permulaan dalam pelajaran Bahasa Indonesia
siswa dari setiap pertemuan ke pertemuan berikutnya. Hasil capaian siswa pada
siklus I sudah baik tetapi peneliti ingin meningkatkan lagi, agar siswa lebih
terampil dalam menulis permulaan terkait dengan menggunakan huruf tegak
bersambung, maka siswa dapat menyampaikan pesan kepada orang lain melalui
media tulis. Selain keterampilan siswa ditingkatkan, guru juga perlu diobservasi
dalam pembelajaran mulai dari pembuatan PRR sampai refleksi.
Siklus Kedua
1. Tahap Perencanaan
Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di mana,
oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Penelitian tindakan yang
ideal sebetulnya dilakukan secara berpasangan antara pihak yang melakukan
tindakan dan pihak yang mengamati proses jalannya tindakan. Pada tahap ini juga
disusun rencana observasi/monitoring terhadap perubahan yang akan dilakukan

serta teknik dan instrument yang digunakan. Adapun perinciannya adalah sebagai
berikut:
a. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mata pelajaran Bahasa
Indonesia dengan materi pokok pada siswa kelas I SDN 1 Sendangijo tahun
pelajaran 2010/2011 pada siklus II berdasarkan refleksi siklus I.
b. Membuat lembar observasi kegiatan dalam mengajar dan aktifitas siswa
dalam pembelajaran pada siklus II
c. Mendesain alat evaluasi meliputi LKS (Lembar Kerja Siswa) dan Tugas
sebagai alat evaluasi individu pada siklus II.
Melanjutkan tindakan sebelumnya melalui pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar dengan menggunakan alat peraga kartu kata dan latihan Menulis
Permulaan permulaan dengan materi Menulis Permulaan dengan menggunakan
huruf tegak bersambung, seperti melanjutkan pada putaran sebelumya. Guru
mencatat perkembangan keterampilan siswa dalam Menulis Permulaan kata
dengan huruf tegak bersambung menjadi kalimat seperti melanjutkan pada
putaran sebelumya. Guru mencatat perkembangan keterampilan siswa dalam
Menulis Permulaan kata dengan huruf tegak bersambung menjadi kalimat seperti
melanjutkan pada putaran sebelumya pada setiap pertemuan.
2. Tahap Tindakan
Pada tahap ini dilakukan implementasi tindakan yang telah direncanakan pada
tahap perencanaan pada siklus II. Tahap ini bersifat terapiks yaitu upaya
perbaikkan melalui implementasi tindakan yang telah ditetapkan pada tahap
sebelumnya. Dalam tahap ini sering terjadi sedikit penyimpangan tentang apa
yang telah direncanakan. Karena hal itu, peneliti perlu mencatat semua hal yang
terjadi saat pelaksanaan tindakan. Tindakan-tindakan tersebut sebagai berikut:
Pertemuan I (2X35 Menit)
Kegiatan Awal
a. Guru mengucap salam dilanjutkan mengkondisikan kelas (tindakan preventif)
yaitu mempersiapkan kondisi ruang kelas, psikis, dan fisik siswa.
b. Berdoa bersama kemudian mengadakan presensi kehadiran siswa.
c. Menjelaskan tujuan pembelajaran dan uraian kegiatan pembelajaran secara
singkat dan jelas.
d. Apersepsi
Siswa menjawab hal-hal yang ditanyakan guru mengenai penulisan huruf
tegak bersambung.
Kegiatan Inti
a. Eksplorasi
1) Tanya jawab siswa dengan guru:

- Anak-anak siapa yang tahu pengertian kalimat?


- Apa saja yang harus diperhatikan dalam kalimat itu?
2) Siswa ditanya tentang pengertian menulis. (siswa menulis)
3) Siswa diminta mengidentifikasi pengertian menulis dari
buku pegangan siswa.
4) Siswa menggali informasi penjelasan guru tentang urutan menyusun
kalimat sederhana dengan alat peraga kartu kata.
b. Elaborasi
1) Siswa maju menyusun kartu kata pada papan selip di depan kelas.
2) Siswa diminta kembali menjelaskan urutan cara menyusun kalimat
sederhana.
3) Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok berpasangan yaitu dengan
teman sebangku.
4) Diberikan alat peraga kartu kata, tiap kelompok diminta menyusun kartu
kata tersebut.
5) Melalui diskusi, siswa menyusun kalimat sederhana sesuai kartu kata yang
dibagikan guru.
6) Guru melakukan pendekatan dan membimbing diskusi kelompok siswa.
7) Masing-masing kelompok menunjukkan hasil susunan kalimat sederhana.
8) Siswa yang lain menanggapi presentasi kelompok yang maju.
c. Konfirmasi
1) Pemberian reward (penguatan) kepada masing-masing kelompok.
2) Siswa diberikan kesempatan untuk menyatakan kesulitan yang dihadapi.
3) Guru memberikan konfirmasi hasil belajar siswa dalam menyusun kalimat
sederhana.
4) Siswa dimotivasi agar lebih semangat dan berpartisipasi aktif.
Kegiatan Akhir
1) Siswa bersama guru menyimpulkan hasil pembelajaran (refleksi).
2) Siswa diberikan tugas untuk mempelajari penyusunan kalimat dengan kartu
kata agar lebih baik lagi hasil belajarnya pada pertemuan selanjutnya. (tindak
lanjut)
3) Penyampaian pesan-pesan moral dari guru.
4) Salam penutup.
Pertemuan II (2X35 Menit)
Kegiatan Awal
1) Guru mengucap salam dilanjutkan mengkondisikan kelas (tindakan preventif)
2) Mempersiapkan kondisi ruang kelas, psikis, dan fisik siswa.
3) Berdoa bersama kemudian mengadakan presensi kehadiran siswa.
4) Menjelaskan tujuan pembelajaran dan uraian kegiatan pembelajaran secara
singkat dan jelas.

5) Apersepsi
Tanya jawab mengenai penulisan huruf tegak bersambung.
Kegiatan Inti
a. Eksplorasi
1) Tanya jawab siswa dengan guru:
Anak-anak sudah siap bermain kartu kata seperti pertemuan kemarin?
2) Masih ingat bagaimana cara menyusun kalimat yang baik dan benar?
3) Siswa berpikir terkait hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun
kalimat.
b. Elaborasi
1) Melalui demonstrasi, siswa dijelaskan kembali hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam mengurutkan kata menjadi kalimat sederhana yang
baik dan benar dan cara penulisannya.
2) Siswa diberikan contoh oleh guru penggunaan kartu kata .
3) Siswa diberikan kartu kata, masing-masing siswa memegang sendiri.
4) Siswa diberi kesempatan mengurutkan kata menjadi kalimat.
5) Siswa diminta menunjukkan hasil kerja individu siswa diajarkan belajar
mandiri.
6) Guru melakukan pendekatan dan membimbing siswa.
7) Salah satu siswa diminta ke depan kelas menunjukkan hasil susunan
kalimat sederhana.
8) Siswa yang lain menanggapi presentasi siswa yang maju.
c. Konfirmasi
1) Pemberian reward (penguatan) kepada siswa.
2) Siswa diberikan kesempatan untuk menyatakan kesulitan yang dihadapi.
3) Guru memberikan konfirmasi hasil belajar siswa dalam menyusun kalimat
sederhana.
4) Siswa dimotivasi agar lebih semangat dan berpartisipasi aktif.
Kegiatan Akhir
1) Siswa bersama guru mengevaluasi hasil pembelajaran sebagai refleksi.
2) Siswa diarahkan agar selalu melatih keterampilan menulis dalam kehidupan
sehari-hari. (tindak lanjut)
3) Penyampaian pesan-pesan moral dari guru.
4) Salam penutup.
Dari hasil Menulis Permulaan kata dengan huruf tegak bersambung
menjadi kalimat dan latihan Menulis Permulaan, guru memberikan penguatan
bagi siswa yang sudah bisa Menulis Permulaan kata dengan huruf tegak
bersambung menjadi kalimat dan bagi siswa yang belum bisa Menulis Permulaan
diberikan pemupukan serta pemahaman agar lebih giat belajar untuk meraih nilai
di atas standar KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) = 75. Perkembangan
peningkatan keterampilan dalam Menulis Permulaan kata dengan huruf tegak
bersambung, siswa selalu diamati guru, untuk menganalisis tingkat perkembangan

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

79

pemupukan dan pemahaman siswa. Contoh : kata bisa(b, ditulis 3 garis);


(i,ditulis 1 garis); (s, ditilis 1 garis); (a, ditulis 1 garis).

3. Tahap Observasi/Tindakan
Dalam tahap ini peneliti melakukan pemantauan atau terhadap proses
pembelajaran dengan alat peraga kartu kata pada materi pokok menulis permulaan
kelas I SDN 1 Sendangijo. Pengamatan dilakukan secara cermat atas semua
tindakan dan peristiwa yang terjadi. Pengamatan ini diikuti dengan pencatatan
yang memungkinkan peneliti mempunyai laporan temuan tindakan seperti :
a. Melakukan observasi kegiatan pembelajaran Bahasa Indonesia dengan alat
peraga kartu kata pokok bahasan menulis permulaan pada siklus II
berdasarkan refleksi siklus I.
b. Pengamatan terhadap kemampuan siswa kelas I SDN 1 Sendangijo dalam
menyelesaikan menulis permulaan pada siklus II berdasarkan refleksi siklus I.
Temuan yang terdapat pada siklus II Lampiran 7 halaman 163 yaitu terjadi
peningkatan keterampilan menulis permulaan siswa secara signifikan. Hasil rerata
tes keterampilan Menulis Permulaan siswa pada siklus II sebesar 95. Dilihat dari
nilai batas minimal sesuai dengan indikator kerja. Namun, secara individual dari
hasil tes pada siklus II tersebut tidak terdapat siswa dalam Menulis Permulaan
mendapat nilai kurang dari 75 dan yang mendapat nalai 75 atau lebih sebesar 13
siswa. Ketuntasan secara klasikal untuk Menulis Permulaan sebesar 100 %, jadi
sudah mencapai batas tuntas yang telah ditetapkan.
Berdasarkan hasil observasi Lampiran 10 halaman 173. RPP yang dibuat
pada siklus II sudah bagus ada peningkatan dari siklus I. Pelaksanaan
pembelajaran pada siklus II sudah baik dapat dilihat pada Lampiran 12 halaman
188.
4. Tahap Evaluasi atau Refleksi
Pada akhir setiap putaran penelitian tindakan dilakukan evaluasi secara
kritis mengenai hal-hal yang sudah dilakukan pada siklus II tentang keterampilan

menulis permulaan menggunakan alat peraga kartu kata, seberapa besar


perubahan yang terjadi, kendala, pendorong perubahan dan langkah perbaikan.
Hasil analisis ini dapat dijadikan tolok ukur peneliti dan sebagai dasar tindakan
yang akan dilakukan berikutnya pada siklus II berdasarkan refleksi siklus I.
Peneliti juga berdiskusi dengan kolaborator untuk menemukan temuan-temuan
pada siklus II.
Mengadakan refleksi untuk evaluasi tindakan yang telah dilakukan,
memberikan masukan yang dapat digunakan sebagai bahan dasar untuk
menentukan tindakan pada pertemuan berikutnya serta pada setiap akhir
pertemuan dilakukan pemberian soal dan hasilnya dinilai oleh guru. Peningkatan
keterampilan siswa dalam menyelesaikan soal, guru selalu mengamati, karena
pada saat siswa mengerjakan soal diterapkan sistem pembelajaran dengan
menggunakan alat peraga kartu kata untuk menyelesaikan soal. Nilai tersebut
dicatat guru yang dipakai sebagai dasar analisis peningkatan keterampilan
Menulis Permulaan permulaan dalam pelajaran Bahasa Indonesia siswa dari
setiap pertemuan ke pertemuan berikutnya. Hasil capaian siswa pada siklus II
sudah baik dan sudah memenuhi kriteria ketuntasan minimal sehingga penelitian
dihentikan.

J. Indikator Ketercapaian
Indikator ketercapaian merupakan rumusan indikator ketercapaian yang akan
dijadikan acuan atau tolok ukur dalam menentukan keberhasilan atau keefektifan
penelitian (Sarwiji Suwandi, 2009: 61). Hal yang dijadikan sebagai indikator
ketercapaian dalam penelitian ini adalah meningkatnya keterampilan menulis pada
siswa kelas I Sekolah Dasar Negeri I Sendangijo kecamatan Selogiri Wonogiri tahun
ajaran 2010/2011 melalui alat peraga kartu kata. commit
to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

81

Untuk mengukur ketercapaian tujuan penelitian, dirumuskan indikator-indikator


sebagai berikut : apabila ada peningkatan keterampilan menulis dengan rata-rata yang
diperoleh siswa di kelas adalah 80. Capaian target pada siklus pertama 80% dari
jumlah siswa tuntas dengan mendapat nilai 75 dan pada siklus kedua 95% dari
siswa tuntas dengan mendapat nilai 75.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab IV ini akan dikemukakan sebagai berikut: (A) Hasil Penelitian,
meliputi: (1) Deskripsi Lokasi Penelitian; (2) Deskripsi Kondisi Awal (Prasiklus); (3)
Pelaksanaan Tindakan (Siklus); dan (B) Pembahasan. Penelitian tindakan dilakukan
dalam 2 siklus dengan empat tahap dalam setiap siklusnya. Tahapan tersebut
meliputi: (1) perencanaan; (2) pelaksanaantindakan (3) observasi; dan (4) refleksi.

A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Lokasi Penelitian
SD Negeri Sendangijo 1 Kecamatan Selogiri Kabupaten Sukoharjo beralamat
di Dukuh Keblokan RT 01 RW 08 Desa Sendangijo, Kecamatan Selogiri, Kabupaten
Wonogiri, telepon (0573) 5357837 . Sekolah tersebut memiliki 6 ruang kelas yang
terbagi atas kelas I, II, III, IV, V, dan VI. Pada setiap kelas umumnya memiliki situasi
kelas yang sama.
Sekolah Dasar Negeri Sendangijo 1 Kecamatan Selogiri Kabupaten Wonogiri
merupakan salah satu sekolah dasar negeri di desa Sendangijo dan berlokasi dekat
dengan pemukiman penduduk serta personal gurunya lengkap. Personal sekolah
terdiri dari 1 Kepala Sekolah, 6 guru kelas, 1 guru agama Islam, 1 guru agama Kristen
dan 1 guru Olah Raga, serta didukung guru muatan lokal Bahasa Daerah dan TIK
yang dalam hal ini diisi oleh guru Wiyata Bakti.
Siswa kelas 1 SD Negeri Sendangijo 1 semester II sebagai subjek penelitian
ini berjumlah 13 siswa terdiri dari 6 siswa laki-laki, dan 7 siswa perempuan,
meskipun jumlah siswa sedikit masih ada kendala yaitu ada beberapa siswa yang
masih belum bisa Menulis Permulaan dengan baik. Di sinilah yang melatarbelakangi
penelitian terhadap siswa permulaan atau siswa kelas 1 yang baru belajar Menulis
Permulaan. Penelitian ini melalui tindakan kelas atau siklus daur ulang melalui model
, bertahap dan berkelanjutan yang direncanakan dan dilaksanakan selama dua siklus.
commit to user
82

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

83

Tindakan yang dilakukan setiap putaran adalah pada setiap jam pembelajaran, guru
selalu mengawali dengan menunjukkan kartu kata awal pembelajaran. Pada siklus
pertama guru menunjukkan tulisan kepada siswa agar ditulis. Siklus kedua
ditingkatkan taraf kesukarannya dengan guru meminta siswa menggabungkan katakata menjadi sebuah kalimat. Perkembangan peningkatan taraf kesukaran tergantung
perkembangan kemampuan siswa dalam menggabungkan kata-kata menjadi kalimat.
Masing-masing tindakan diakhiri dengan evaluasi.
Perencanaan tindakan disusun berdasarkan hasil penelitian pada tahap awal
dan refleksi peneliti sebagai pelaku utama dalam penelitian tindakan kelas ini. Di
samping itu, guru kelas mengamati waktu kegiatan belajar mengajar dengan lembar
penelitian guru, sedangkan peneliti mengamati kegiatan siswa. Kegiatan pada setiap
siklus adalah tahap perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan
refleksi hasil penelitian dan pengembangan, kemudian tahap penyusunan laporan
hasil penelitian.

2. Deskripsi Kondisi Awal (Prasiklus)


Pengamatan kondisi awal (prasiklus) dilakukan untuk mengetahui keadaan
nyata yang ada di lapangan sebelum peneliti melakukan penelitian. Pengamatan ini
dilakukan dengan cara wawancara langsung dengan guru dan siswa serta pengamatan
pembelajaran Menulis Permulaan di kelas.
a. Hasil Wawancara dengan Guru dan Siswa
Wawancara dengan guru dan siswa dilakukan pada hari Selasa, 19 April 2011
(Lampiran 2 halaman 136). Peneliti sebagai pewawancara sedangkan ibu Sutarti, S.
Pd (guru kelas I) dan beberapa siswa kelas I sebagai narasumber. Wawancara
terhadap guru kelas I dilakukan secara terstruktur yang sebelumnya pedoman
wawancara sudah disusun oleh peneliti kemudian hasil wawancara ditulis secara
ringkas pada kolom jawaban terlampir. Setting wawancara bertempat di ruang kelas I
pada waktu istirahat pukul 09.00 WIB. Hal yang peneliti tanyakan kepada guru yaitu
tentang pelaksanaan pembelajaran dan hasil keterampilan Menulis Permulaan siswa
commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

84

yang pernah diterapkan oleh guru pada waktu sebelumnya. Pada bagian ini peneliti
akan menjelaskan dari hasil wawancara kepada guru dan sebagai deskripsinya dapat
dilihat pada lampiran. Hasil wawancara tersebut diindikasikan bahwa terjadi
permasalahan dalam pembelajaran Menulis Permulaan pada siswa kelas I SD Negeri
I Sendangijo Wonogiri. Menurut guru, pembelajaran Menulis Permulaan masih sulit
untuk dilakukan secara optimal mengingat rendahnya minat siswa terhadap pelajaran
Menulis Permulaan dan kurangnya usaha penerapan guru mengenai metode inovatif
tentang pembelajaran Menulis Permulaan, sehingga berakibat pada rendahnya
keterampilan Menulis Permulaan siswa.
Pendapat tersebut juga didukung oleh hasil wawancara dengan siswa kelas I
mengenai minat mereka terhadap pelajaran Menulis Permulaan. Pelaksanaan
wawancara kepada siswa dilakukan pada waktu istirahat kedua pukul 8.00 WIB di
ruang kelas I. Wawancara terhadap siswa dilakukan secara tidak terstruktur artinya
tanpa mempersiapkan pedoman wawancara dan pertanyaan diberikan secara langsung
(spontan) sesuai kemampuan atau pemehaman peneliti. Siswa tersebut menyatakan
kurang berminat terhadap pembelajaran Menulis Permulaan. Pada umumnya mereka
menyatakan kurang suka mengikuti pembelajaran Menulis Permulaan di kelas karena
merasa malas Menulis Permulaan. Mereka juga menyatakan kurang suka dengan cara
guru saat memberikan tugas Menulis Permulaan kepada siswa, yaitu dengan meminta
siswa menyalin tulisan pada buku yang sudah disediakan.

b. Pengamatan Pembelajaran di Kelas


Pengamatan awal (prasiklus) pembelajaran Menulis Permulaan di kelas I
dilaksanakan pada hari Selasa, 19 April 2011 pukul 09.50 WIB sampai selesai
Lampiran 13 halaman 196. Peneliti bertindak sebagai guru kelas I, jadi peneliti
melaksanakan dua peran yaitu sebagai guru/pendidik dan sekaligus melaksanakan
penelitian.
Seperti biasa sebelum masuk kelas, siswa diwajibkan untuk berbaris di depan
kelas untuk melatih kedisiplinan, barisan ini dipimpin oleh ketua kelas. Begitu juga
commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

85

dengan siswa-siswa kelas 1 SD Negeri Sendangijo 1 tampak begitu ribut dan ramai.
Keramaian itu hanya sesaat saja setelah peneliti mendampingi ketua kelas untuk
membantu mengatur barisan. Barisan yang tampak lurus dan rapi mendapat
kesempatan dari ketua kelas masuk terlebih dahulu.
Para siswa duduk menempati tempat duduk masing-masing, ketua kelas
memimpin berdoa bersama kemudian guru melakukan presensi. Guru memulai
pembelajaran yaitu pelajaran Bahasa Indonesia. Dengan menggunakan metode
ceramah, siswa diajak untuk Menulis Permulaan tulisan di papan tulis secara
bersama-sama. Guru Menulis Permulaan di papan tulis dan meminta siswa untuk
Menulis Permulaannya di buku tulis.
Waktu yang digunakan untuk menjelaskan materi pelajaran sekitar 30 menit
atau hampir separuh alokasi waktu yang disediakan yakni 2 x 35 menit. Pada setiap
akhir penjelasannya, guru memberikan kesempatan bertanya kepada siswanya
mengenai hal-hal yang belum jelas berkenaan dengan materi Menulis Permulaan
dengan huruf tegak bersambung yang telah diberikan. Namun, tidak ada siswa yang
memanfaatkan waktu tersebut untuk bertanya. Siswa terkesan pasif seakan-akan
hanya menerima materi yang dijelaskan oleh guru.
Guru memberikan dikte kepada siswa, kata-kata yang harus ditulis di
bukunya. Beberapa siswa tampak kebingungan saat dikte dimulai dan merasa tidak
percaya diri, hal ini membuktikan bahwa siswa belum mampu menguasai
keterampilan Menulis Permulaan dengan baik. Selama siswa Menulis Permulaan,
guru berdiri sambil membacakan kata-kata yang harus ditulis siswa dan tidak
mengontrol atau memberikan bimbingan kepada siswa.
Kegiatan Menulis
dialokasikan

berakhir.

Permulaan dilakukan siawa hingga waktu

Guru

meminta

mengumpulkan

hasil

tulisan

yang
siswa.

Pembelajaran Bahasa Indonesia diakhiri tanpa memberikan penguatan atau umpan


balik mengenai pembelajaran yang telah dilaksanakan.
Dari kondisi awal yang dilakukan diketahui masih ada 5 siswa yang belum
mencapai nilai kriteria ketuntasan minimal ( KKM = 75). Hasil pembelajaran commit
to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

86

Menulis Permulaan pada kondisi awal ( Lampiran 8 halaman 165) dapat dilihat dalam
Tabel 1 sebagai berikut :
Tabel 1. Distribusi Data Penilaian Keterampilan Menulis Permulaan
Permulaan Siswa Kelas I SDN I Sendangijo pada Kondisi Awal
(Prasiklus)
No

Menulis
Permulaan
5

Uraian Pencapaian Hasil

Siswa yang mendapat nilai di bawah 75

Siswa yang mendapat nilai di atas 75

Rerata

76

Ketuntasan Klasikal (%)

61,53

Dari Tabel 1 di atas dapat dilihat bahwa siswa yang mendapat nilai di bawah
75 sebanyak 5 siswa. Sedangkan siswa yang mendapat nilai di atas 75 adalah 8
siswa. Rerata nilai siswa 76 dengan ketuntasan klasikal 61,53%. Data penilaian
keterampilan Menulis Permulaan siswa prasiklus dapat dikelompokkan dalam Tabel
2 sebagai berikut :
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Data Nilai Keterampilan Menulis Permulaan
Permulaan Siswa Kelas I SDN I Sendangijo pada Kondisi Awal
(Prasiklus)
No.
1

Rentang Nilai
33-46

Frekuensi
2

47-60

61-74

53,07

75-88

38,46

89-100

53,07

13

100

Jumlah
Rata-rata nilai siswa

Prosentase (%)
15,38

76

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

87

Data penilaian pembelajaran keterampilan Menulis Permulaan pada Tabel 2 di


atas sebelum diadakan tindakan pada siswa kelas I SDN I Sendangijo tersebut dapat
dilihat dalam grafik pada Gambar 9 sebagai berikut :
60
P
r
o

50
40

e
n
t
a
s
e
(%)

30
20
10
0
33-46

47-6061-74

75-88

89-100

Rentang nilai

Gambar 9: Grafik Nilai Keterampilan Menulis Permulaan Permulaan


Siswa Kelas I SDN I Sendangijo pada Kondisi Awal
(Prasiklus)
Nilai siswa yang disajikan pada Tabel 2 di atas menunjukkan sebanyak 5
siswa memperoleh nilai di bawah 75. Siswa yang memperoleh nilai di atas 75
sebanyak 8 siswa. Nilai rerata 76 dengan tingkat ketuntasan secara klasikal sebesar
61,53 %. Data ini menunjukkan bahwa pembelajaran Menulis Permulaan belum
memenuhi batas tuntas yang ditentukan. Dengan demikian, pada kondisi awal ini
pembelajaran Menulis Permulaan dapat dikatakan belum mencapai tujuan yang
diharapkan.
Berdasarkan observasi awal penilaian siswa oleh peneliti terkait sikap siswa
yaitu : keaktifan dan perhatian siswa di dalam pembelajaran diperoleh data penilaian
prasiklus siswa. Hasil penilaian prasiklus secara detail dapat dilihat pada Lampiran 13
halaman 196. Selanjutnya, data penilaian prasiklus dapat dilihat dalam Tabel 3
sebagai berikut :

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

88

Tabel 3. Distribusi Data Penilaian Aktivitas Siswa (Sikap Siswa)


Pembelajaran Keterampilan
Menulis Permulaan Permulaan Kelas I
SDN I Sendangijo Prasiklus

1.

Keaktifan

PRASIKLUS
Prosentase (%)
69,53

2.

Perhatian

66,66

Rerata

67,94

No

Aspek Pengamatan

Tabel 3 di atas menunjukkan bahwa dalam pembelajaran Menulis Permulaan


yang dilakukan oleh guru pada kondisi awal terdapat 69,53% yang aktif mengikuti
pembelajaran Menulis Permulaan. Perhatian siswa tercatat 66,66%. Data dalam Tabel
3 tersebut dapat disajikan dalam grafik pada Gambar 10 sebagai berikut :
100
P
r
o
s
e
n
t
a

s
(%)

90
80
70
60
50 e

40
30
20
10
0
Keaktifan

Perhatian

Gambar 10: Grafik Penilaian Aktivitas Siswa (Sikap Siswa)


Pembelajaran Keterampilan Menulis Permulaan
Permulaan Kelas I SDN I Sendangijo Prasiklus
Data yang diperoleh dari pengamatan atau observasi menunjukkan bahwa
aktivatas siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan kategori baik dapat diketahui
sebagai berikut : (1). Keaktifan 69,53 %; (5). Perhatian 66,66%, rerata sebesar
commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

89

67,94%. Hasil ini menunjukkan bahwa aktivitas siswa selama mengikuti


pembelajaran belum sesuai indikator kerja yang telah ditetapkan.

3. Pelaksanaan Tindakan (Siklus )


Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus yang masing-masing terdiri atas
empat tahapan, yaitu: (1) perencanaan tindakan; (2) pelaksanaan tindakan; (3)
observasi; dan (4) refleksi, sebagai berikut :
a. Deskripsi Siklus I
Siklus I dilaksanakan dengan waktu 70 menit (2 jam pelajaran) pada tanggal
19 April 2011 Lampiran 4 halaman 141. Adapun tahapan yang dilakukan adalah
sebagai berikut:
1. Perencanaan Tindakan
Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di
mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Penelitian tindakan
yang ideal sebetulnya dilakukan secara berpasangan antara pihak yang melakukan
tindakan dan pihak yang mengamati proses jalannya tindakan. Pada tahap ini juga
disusun rencana observasi/monitoring terhadap perubahan yang akan dilakukan
serta teknik dan instrument yang digunakan. Adapun perinciannya adalah sebagai
berikut:
a) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mata pelajaran Bahasa
Indonesia dengan materi pokok pada siswa kelas I SDN 1 Sendangijo tahun
pelajaran 2010/2011.
b) Membuat lembar observasi kegiatan dalam mengajar dan aktifitas siswa
dalam pembelajaran.
c) Mendesain alat evaluasi meliputi LKS (Lembar Kerja Siswa) dan Tugas
sebagai alat evaluasi individu.
Berdasarkan informasi yang diperoleh atau data awal siswa sebagai subjek
penelitian sebanyak 13 siswa mendapatkan nilai kurang dalam mata pelajaran
Bahasa Indonesia. Setelah dicek ternyata ada sebagian siswa belum bisa Menulis
Permulaan permulaan, sehingga guru perlu menggunakan alat peraga kartu
kata sebagai media pembelajaran dan menunjukkan tulisan-tulisan pada alat

peraga pada setiap awal pembelajaran selama kurang lebih 10 menit. Alat
peraga inu berupa tulisan aku, bisa, Menulis Permulaan; aku, juara, kelas.
Setelah siswa mengamati kemudian siswa diminta untuk Menulis Permulaan,
jika terjadi kesulitan guru member contoh Menulis Permulaan dan siswa
menirukan. Hasil latihan Menulis Permulaan permulaan dengan materi
Menulis Permulaan dengan huruf tegak bersambung dinilai guru sebagai
reinforcement (penguatan) kepada siswa. Hasil nilai siswa dicatat guru sebagai
data untuk dasar menganalisis perkembangan keterampilan siswa dalam
Menulis Permulaan dengan huruf tegak bersambung.
Sebagai implementasi tindakan perbaikan, pembelajaran Menulis
Permulaan permulaan dalam satu siklus dirancang dengan dua kali pertemuan.
Alokasi waktu dalam setiap pertemuan adalah 2 x 35 menit. Perancangan RPP
mencakup penentuan standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan
pembelajaran, dampak pengiring, materi pokok, metode dan model
pembelajaran, skenario pembelajaran/ langkah-langkah pembelajaran, alat
peraga dan sumber pembelajaran, dan sistem penilaian.
2. Pelaksanaan Tindakan
Dari hasil latihan Menulis Permulaan permulaan dengan materi Menulis
Permulaan dengan huruf tegak bersambung, guru terus menunjukkan alat
peraga berupa tulisan aku, bisa,agar siswa dapat mempertinggi daya serap
dalam belajar. Guru menjelaskan cara Menulis Permulaan misalnya a (ditulis
satu baris), k (ditulis tiga baris), u (ditulis satu baris) dan seterusnya. Setelah
itu guru mengajak siswa Menulis Permulaan bersama-sama dan berulangulang dilanjutkan secara bergantian sampai siswa benar-benar bisa Menulis
Permulaan. Siswa diminta mencoba sendiri dengan kartu katanya masingmasing, misal mencarikan kata-kata bertuliskan Menulis Permulaan. Guru
memberikan saran kepada siswa untuk terus berlatih agar lebih dalam
terampil. Menulis Permulaan
dengan
huruf
tegak
bersambung.
Perkembangan keterampilan siswa ini selalu diamati guru dalam setiap
pertemuan, sebagai berikut:
Pertemuan I (2X35 Menit)
Kegiatan Awal
a. Guru mengucap salam dilanjutkan mengkondisikan kelas (tindakan preventif)
yaitu mempersiapkan kondisi ruang kelas, psikis, dan fisik siswa.
b. Berdoa bersama kemudian mengadakan presensi kehadiran siswa.
c. Menjelaskan tujuan pembelajaran dan uraian kegiatan pembelajaran secara
singkat dan jelas.

d. Apersepsi
Kegiatan Inti
a. Eksplorasi
1) Tanya jawab siswa dengan guru:
-

Anak-anak siapa yang tahu pengertian kalimat?

Apa saja yang harus diperhatikan dalam kalimat itu?

2) Siswa ditanya tentang pengertian menulis. (siswa menulis)


3) Siswa diminta mengidentifikasi pengertian menulis dari buku pegangan
siswa.
4) Siswa menggali informasi penjelasan guru tentang urutan menyusun
kalimat sederhana dengan alat peraga kartu kata.
b. Elaborasi
1) Siswa maju menyusun kartu kata pada papan selip di depan kelas.
2) Siswa diminta kembali menjelaskan urutan cara menyusun kalimat
sederhana.
commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

92

3) Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok berpasangan yaitu dengan


teman sebangku.
4) Diberikan alat peraga kartu kata, tiap kelompok diminta menyusun kartu
kata tersebut.
5) Melalui diskusi, siswa menyusun kalimat sederhana sesuai kartu kata yang
dibagikan guru.
6) Guru melakukan pendekatan dan membimbing diskusi kelompok siswa.
7) Masing-masing kelompok menunjukkan hasil susunan kalimat sederhana.
8) Siswa yang lain menanggapi presentasi kelompok yang maju.
c. Konfirmasi
1) Pemberian reward (penguatan) kepada masing-masing kelompok.
2) Siswa diberikan kesempatan untuk menyatakan kesulitan yang dihadapi.
3) Guru memberikan konfirmasi hasil belajar siswa dalam menyusun kalimat
sederhana.
4) Siswa dimotivasi agar lebih semangat dan berpartisipasi aktif.
Kegiatan Akhir
1) Siswa bersama guru menyimpulkan hasil pembelajaran (refleksi).
2) Siswa diberikan tugas untuk mempelajari penyusunan kalimat dengan kartu
kata agar lebih baik lagi hasil belajarnya pada pertemuan selanjutnya. (tindak
lanjut)
3) Penyampaian pesan-pesan moral dari guru.
4) Salam penutup.
Pertemuan II (2X35 Menit)
Kegiatan Awal
1) Guru mengucap salam dilanjutkan mengkondisikan kelas (tindakan preventif)
2) Mempersiapkan kondisi ruang kelas, psikis, dan fisik siswa.
3) Berdoa bersama kemudian mengadakan presensi kehadiran siswa.
4) Menjelaskan tujuan pembelajaran dan uraian kegiatan pembelajaran secara
singkat dan jelas.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

93

5) Apersepsi
Tanya jawab mengenai penulisan huruf tegak bersambung.
Kegiatan Inti
a. Eksplorasi
1) Tanya jawab siswa dengan guru:
Anak-anak sudah siap bermain kartu kata seperti pertemuan kemarin?
2) Masih ingat bagaimana cara menyusun kalimat yang baik dan benar?
3) Siswa berpikir terkait hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun
kalimat.
b. Elaborasi
1) Melalui demonstrasi, siswa dijelaskan kembali hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam mengurutkan kata menjadi kalimat sederhana yang
baik dan benar dan cara penulisannya.
2) Siswa diberikan contoh oleh guru penggunaan kartu kata .
3) Siswa diberikan kartu kata, masing-masing siswa memegang sendiri.
4) Siswa diberi kesempatan mengurutkan kata menjadi kalimat.
5) Siswa diminta menunjukkan hasil kerja individu siswa diajarkan belajar
mandiri.
6) Guru melakukan pendekatan dan membimbing siswa.
7) Salah satu siswa diminta ke depan kelas menunjukkan hasil susunan
kalimat sederhana.
8) Siswa yang lain menanggapi presentasi siswa yang maju.
c. Konfirmasi
1) Pemberian reward (penguatan) kepada siswa.
2) Siswa diberikan kesempatan untuk menyatakan kesulitan yang dihadapi.
3) Guru memberikan konfirmasi hasil belajar siswa dalam menyusun kalimat
sederhana.
4) Siswa dimotivasi agar lebih semangat dan berpartisipasi aktif.
commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

94

Kegiatan Akhir
1) Siswa bersama guru mengevaluasi hasil pembelajaran sebagai refleksi.
2) Siswa diarahkan agar selalu melatih keterampilan menulis dalam kehidupan
sehari-hari. (tindak lanjut)
3) Penyampaian pesan-pesan moral dari guru.
4) Salam penutup.
3. Observasi
Pada langkah ini guru mengamati siswa pada waktu pembelajaran Menulis
Permulaan, apakah siswa dapat Menulis Permulaan kata dengan huruf tegak
bersambung yang disampaikan guru pada waktu pembelajaran yang telah
dilaksanakan. Hasil observasi menunjukkan bahwa bahwa siswa bisa Menulis
Permulaan kata-kata yang tertulis pada alat peraga. Guru mengevaluasi dan
mengolah data yang diperoleh, mengidentifikasi dan menginterpretasikan data
untuk menentukan tingkat pencapaian tindakan.
Temuan dari menggunakan alat peraga kartu kata dan latihan Menulis
Permulaan kata dengan menggunakan huruf tegak bersambung menjadi kalimat
dapat dilihat Lampiran 6 halaman 161 pada siklus pertama nilai rata-rata siswa
adalah 61,53. Ini dapat diartikan bahwa pada siklus I secara klasikal tampak hasil
dari perolehan latihan Menulis Permulaan kata dengan menggunakan huruf tegak
bersambung menjadi kalimat dengan alat peraga kartu kata adalah baik. Jika
dilihat secara perorangan sebelum menggunakan alat peraga kartu kata ada 7 anak
yang benar-benar bisa Menulis Permulaan. Sedangkan anak lainnya dapat
dikategorikan hampir bisa Menulis Permulaan, setengah dapat Menulis
Permulaan, dan baru sedikit dapat Menulis Permulaan. Perkembangan pada siklus
pertama ini dapat dilihat secara perorangan untuk Menulis Permulaan dari 13
siswa ada 5 (38,46%) yang mendapat nilai di bawah 75 sedangkan ada 8 (61,53
%) siswa yang mendapat nilai di atas 75.
Berdasarkan hasil observasi Lampiran 9 halaman 166. RPP yang dibuat
pada siklus I sudah bagus dan perlu ditingkatkan lagi pada siklus II. Pelaksanaan
commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

95

pembelajaran pada siklus I sudah baik dapat dilihat pada Lampiran 11 halaman
180.
4. Refleksi
Mengadakan refleksi untuk tindakan yang telah dilakukan apakah berhasil
dalam meningkatkan keterampilan Menulis Permulaan permulaan Bahasa
Indonesia, pemupukan dan pemahaman siswa dengan menyusun rencana
pembelajaran serta melaksanakannya sesuai dengan pokok bahasan yang ada
dalam silabus. Pada setiap akhir pertemuan dilaksanakan evaluasi dengan
memberikan soal kepada siswa dan hasilnya dinilai oleh guru. Peningkatan
keterampilan siswa dalam menyelesaikan soal, selalu diamati guru, karena pada
saat

siswa

mengerjakan

soal

diterapkan

sistem

pembelajaran

dengan

menggunakan alat peraga kartu kata untuk menyelesaikan soal. Nilai evaluasi
siswa dicatat guru yang digunakan sebagai dasar analisis peningkatan
keterampilan Menulis Permulaan permulaan dalam pelajaran Bahasa Indonesia
siswa dari setiap pertemuan ke pertemuan berikutnya. Hasil capaian siswa pada
siklus I sudah baik tetapi peneliti ingin meningkatkan lagi, agar siswa lebih
terampil dalam menulis permulaan terkait dengan menggunakan huruf tegak
bersambung, maka siswa dapat menyampaikan pesan kepada orang lain melalui
media tulis.

b. Deskripsi Siklus II
Siklus II dilaksanakan dengan waktu 70 menit (2 jam pelajaran) tanggal 26
April 2011 Lampiran 5 halaman 151. Tindakan yang dilakukan adalah sebagai berikut
:
1. Perencanaan Tindakan
Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di mana,
oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Penelitian tindakan yang
ideal sebetulnya dilakukan secara berpasangan antara pihak yang melakukan
tindakan dan pihak yang mengamati proses jalannya tindakan. Pada tahap ini juga
commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

96

disusun rencana observasi/monitoring terhadap perubahan yang akan dilakukan


serta teknik dan instrument yang digunakan. Adapun perinciannya adalah sebagai
berikut:
a. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mata pelajaran Bahasa
Indonesia dengan materi pokok pada siswa kelas I SDN 1 Sendangijo tahun
pelajaran 2010/2011 pada siklus II berdasarkan refleksi siklus I.
b. Membuat lembar observasi kegiatan dalam mengajar dan aktifitas siswa
dalam pembelajaran pada siklus II.
c. Mendesain alat evaluasi meliputi LKS (Lembar Kerja Siswa) dan Tugas
sebagai alat evaluasi individu pada siklus II.
Melanjutkan tindakan sebelumnya melalui pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar dengan menggunakan alat peraga kartu kata dan latihan Menulis
Permulaan permulaan dengan materi Menulis Permulaan dengan menggunakan
huruf tegak bersambung, seperti melanjutkan pada putaran sebelumya. Guru
mencatat perkembangan keterampilan siswa dalam Menulis Permulaan kata
dengan huruf tegak bersambung menjadi kalimat seperti melanjutkan pada
putaran sebelumya. Guru mencatat perkembangan keterampilan siswa dalam
Menulis Permulaan kata dengan huruf tegak bersambung menjadi kalimat seperti
melanjutkan pada putaran sebelumya pada setiap pertemuan.
2. Pelaksanaan Tindakan
Dari hasil Menulis Permulaan kata dengan huruf tegak bersambung
menjadi kalimat dan latihan Menulis Permulaan, guru memberikan penguatan
bagi siswa yang sudah bisa Menulis Permulaan kata dengan huruf tegak
bersambung menjadi kalimat dan bagi siswa yang belum bisa Menulis Permulaan
diberikan pemupukan serta pemahaman agar lebih giat belajar untuk meraih nilai
di atas standar KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) = 75. Perkembangan
peningkatan keterampilan dalam Menulis Permulaan kata dengan huruf tegak
bersambung, siswa selalu diamati guru, untuk menganalisis tingkat perkembangan
commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

97

pemupukan dan pemahaman siswa. Contoh : kata bisa(b, ditulis 3 garis);


(i,ditulis 1 garis); (s, ditilis 1 garis); (a, ditulis 1 garis). Tindakan-tindakan
tersebut sebagai berikut:
Pertemuan I (2X35 Menit)
Kegiatan Awal
a. Guru mengucap salam dilanjutkan mengkondisikan kelas (tindakan preventif)
yaitu mempersiapkan kondisi ruang kelas, psikis, dan fisik siswa.
b. Berdoa bersama kemudian mengadakan presensi kehadiran siswa.
c. Menjelaskan tujuan pembelajaran dan uraian kegiatan pembelajaran secara
singkat dan jelas.
d. Apersepsi
Siswa menjawab hal-hal yang ditanyakan guru mengenai penulisan huruf tegak
bersambung.
Kegiatan Inti
a. Eksplorasi
1) Tanya jawab siswa dengan guru:
o Anak-anak siapa yang tahu pengertian kalimat?
o Apa saja yang harus diperhatikan dalam kalimat itu?
2) Siswa ditanya tentang pengertian menulis. (siswa menulis)
3) Siswa diminta mengidentifikasi pengertian menulis dari buku pegangan
siswa.
4) Siswa menggali informasi penjelasan guru tentang urutan menyusun
kalimat sederhana dengan alat peraga kartu kata.
b. Elaborasi
1) Siswa maju menyusun kartu kata pada papan selip di depan kelas.
2) Siswa diminta kembali menjelaskan urutan cara menyusun kalimat
sederhana.
commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

98

3) Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok berpasangan yaitu dengan


teman sebangku.
4) Diberikan alat peraga kartu kata, tiap kelompok diminta menyusun kartu
kata tersebut.
5) Melalui diskusi, siswa menyusun kalimat sederhana sesuai kartu kata yang
dibagikan guru.
6) Guru melakukan pendekatan dan membimbing diskusi kelompok siswa.
7) Masing-masing kelompok menunjukkan hasil susunan kalimat sederhana.
8) Siswa yang lain menanggapi presentasi kelompok yang maju.
c. Konfirmasi
1) Pemberian reward (penguatan) kepada masing-masing kelompok.
2) Siswa diberikan kesempatan untuk menyatakan kesulitan yang dihadapi.
3) Guru memberikan konfirmasi hasil belajar siswa dalam menyusun kalimat
sederhana.
4) Siswa dimotivasi agar lebih semangat dan berpartisipasi aktif.
Kegiatan Akhir
1) Siswa bersama guru menyimpulkan hasil pembelajaran (refleksi).
2) Siswa diberikan tugas untuk mempelajari penyusunan kalimat dengan kartu
kata agar lebih baik lagi hasil belajarnya pada pertemuan selanjutnya. (tindak
lanjut)
3) Penyampaian pesan-pesan moral dari guru.
4) Salam penutup.
Pertemuan II (2X35 Menit)
Kegiatan Awal
1) Guru mengucap salam dilanjutkan mengkondisikan kelas (tindakan preventif)
2) Mempersiapkan kondisi ruang kelas, psikis, dan fisik siswa.
3) Berdoa bersama kemudian mengadakan presensi kehadiran siswa.
4) Menjelaskan tujuan pembelajaran dan uraian kegiatan pembelajaran secara
singkat dan jelas.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

99

5) Apersepsi
Tanya jawab mengenai penulisan huruf tegak bersambung.
Kegiatan Inti
a. Eksplorasi
1) Tanya jawab siswa dengan guru:
Anak-anak sudah siap bermain kartu kata seperti pertemuan kemarin?
2) Masih ingat bagaimana cara menyusun kalimat yang baik dan benar?
3) Siswa berpikir terkait hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun
kalimat.
b. Elaborasi
1) Melalui demonstrasi, siswa dijelaskan kembali hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam mengurutkan kata menjadi kalimat sederhana yang
baik dan benar dan cara penulisannya.
2) Siswa diberikan contoh oleh guru penggunaan kartu kata .
3) Siswa diberikan kartu kata, masing-masing siswa memegang sendiri.
4) Siswa diberi kesempatan mengurutkan kata menjadi kalimat.
5) Siswa diminta menunjukkan hasil kerja individu siswa diajarkan belajar
mandiri.
6) Guru melakukan pendekatan dan membimbing siswa.
7) Salah satu siswa diminta ke depan kelas menunjukkan hasil susunan
kalimat sederhana.
8) Siswa yang lain menanggapi presentasi siswa yang maju.
c. Konfirmasi
1) Pemberian reward (penguatan) kepada siswa.
2) Siswa diberikan kesempatan untuk menyatakan kesulitan yang dihadapi.
3) Guru memberikan konfirmasi hasil belajar siswa dalam menyusun kalimat
sederhana.
4) Siswa dimotivasi agar lebih semangat dan berpartisipasi aktif.
commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

100

Kegiatan Akhir
1) Siswa bersama guru mengevaluasi hasil pembelajaran sebagai refleksi.
2) Siswa diarahkan agar selalu melatih keterampilan menulis dalam kehidupan
sehari-hari. (tindak lanjut)
3) Penyampaian pesan-pesan moral dari guru.
4) Salam penutup.
3. Observasi
Melaksanakan kegiatan belajar mengajar seperti biasanya, yang diakhiri
dengan pemberian soal pada siswa sesuai dengan pokok bahasan yang dibahas,
hasilnya dinilai dan diolah oleh guru. Berdasarkan hasil yang dicapai siswa
kemudian dicatat oleh guru, digunakan sebagai bahan untuk menganalisis
perkembangan keterampilan Menulis Permulaan dengan huruf tegak bersambung
dalam pelajaran Bahasa Indonesia siswa.
Temuan yang terdapat pada siklus II Lampiran 7 halaman 163 yaitu terjadi
peningkatan keterampilan menulis permulaan siswa secara signifikan. Hasil rerata
tes keterampilan Menulis Permulaan siswa pada siklus II sebesar 95. Dilihat dari
nilai batas minimal sesuai dengan indikator kerja. Namun, secara individual dari
hasil tes pada siklus II tersebut tidak terdapat siswa dalam Menulis Permulaan
mendapat nilai kurang dari 75 dan yang mendapat nalai 75 atau lebih sebesar 13
siswa. Ketuntasan secara klasikal untuk Menulis Permulaan sebesar 100 %, jadi
sudah mencapai batas tuntas yang telah ditetapkan.
Berdasarkan hasil observasi Lampiran 10 halaman 173. RPP yang dibuat
pada siklus II sudah bagus ada peningkatan dari siklus I. Pelaksanaan
pembelajaran pada siklus II sudah baik dapat dilihat pada Lampiran 12 halaman
188.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

101

4. Refleksi
Pada akhir setiap putaran penelitian tindakan dilakukan evaluasi secara
kritis mengenai hal-hal yang sudah dilakukan pada siklus II tentang keterampilan
menulis permulaan menggunakan alat peraga kartu kata, seberapa besar
perubahan yang terjadi, kendala, pendorong perubahan dan langkah perbaikan.
Hasil analisis ini dapat dijadikan tolok ukur peneliti dan sebagai dasar tindakan
yang akan dilakukan berikutnya pada siklus II berdasarkan refleksi siklus I.
Peneliti juga berdiskusi dengan kolaborator untuk menemukan temuan-temuan
pada siklus II.
Mengadakan refleksi untuk evaluasi tindakan yang telah dilakukan,
memberikan masukan yang dapat digunakan sebagai bahan dasar untuk
menentukan tindakan pada pertemuan berikutnya serta pada setiap akhir
pertemuan dilakukan pemberian soal dan hasilnya dinilai oleh guru. Peningkatan
keterampilan siswa dalam menyelesaikan soal, guru selalu mengamati, karena
pada saat siswa mengerjakan soal diterapkan sistem pembelajaran dengan
menggunakan alat peraga kartu kata untuk menyelesaikan soal. Nilai tersebut
dicatat guru yang dipakai sebagai dasar analisis peningkatan keterampilan
Menulis Permulaan permulaan dalam pelajaran Bahasa Indonesia siswa dari
setiap pertemuan ke pertemuan berikutnya. Hasil capaian siswa pada siklus II
sudah baik dan sudah memenuhi kriteria ketuntasan minimal sehingga penelitian
dihentikan.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

102

B. Pembahasan
1. Pembahasan Kondisi Awal
Kondisi awal pembelajaran keterampilan Menulis Permulaan permulaan
dilakukan dengan metode ceramah. Kegiatan pembelajaran ini masih didominasi
guru. Guru masih banyak menjelaskan cara Menulis Permulaan pada anak dengan
cara Menulis Permulaan di papan tulis, kemudian anak diminta menirukan guru
menyalinnya di buku tulis. Kegiatan belajar yang demikian terlihat anak pasif selama
mengikuti pembelajaran sehingga terkesan hanya sebagai objek, bukan subjek
pembelajaran.
Konsep pembelajaran mengenai Menulis Permulaan permulaan hanya
diterima dari guru. Siswa belum mengonstruksikan, menemukan, dan merefleksikan
materi pembelajaran yang telah dipelajari sehingga pembelajaran belum bermakna
bagi siswa.
Pada waktu melakukan kegiatan ini, siswa Menulis Permulaan apa yang
didektekan guru di depan kelas Lampiran 8 halaman 165. Berdasarkan tes pada
kondisi awal, diketahui 5 siswa mendapat nilai kurang dari 75 dan 8 anak yang
mendapat nilai di atas 75, bahkan kedua anak tersebut mendapat nilai 33. Nilai ratarata tes keterampilan Menulis Permulaan pada pembelajaran ini adalah 76,
ketuntasan secara klasikal sebesar 61,53%.

2. Pembahasan Tiap Siklus


a. Siklus I
Deskripsi siklus I menunjukkan bahwa kegiatan belajar mengajar atau
pembelajaran belum berjalan dengan baik. Siswa belum aktif melakukan
kegiatan-kegiatan sesuai skenario pembelajaran yang telah dirancang guru.
Pembelajaran ini tidak dapat maksimal disebabkan karena siswa belum terbiasa
menggunakan kartu kata.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

103

Berdasarkan hasil latihan Menulis Permulaan permulaan dengan materi


Menulis Permulaan kalimat sederhana dengan huruf tegak bersambung, guru
menunjukkan alat peraga kartu kata berupa tulisan aku, bisa, Menulis Permulaan;

aku, juara, kelas tampak ada beberapa siswa hanya terpaku saja dan
tampak asing dengan pembelajaran seperti ini.
Pada saat guru membagikan satu ikat kartu kata pada siswa, siswa merasa
senang dan bersemangat ingin cepat-cepat membuka ikatan itu. Kegaduhan itu
muncul

saat

siswa

membukanya

dan

saling

memperlihatkan

serta

membandingkan kartu kata pada temanya.


Hasil pembelajaran Menulis Permulaan pada Siklus I ( Lampiran 6
halaman 161) dapat dilihat dalam Tabel 4 sebagai berikut :
Tabel 4. Distribusi Data Penilaian Keterampilan Menulis Permulaan
Permulaan Siswa Kelas I SDN I Sendangijo pada Siklus I
N

Uraian Pencapaian Hasil

Menulis Permulaan

Siswa yang mendapat nilai di bawah

o
1

75
2

Siswa yang mendapat nilai di atas 75

10

Rerata

61,53

Ketuntasan Klasikal (%)

76,95

Dari Tabel 4 di atas dapat dilihat bahwa siswa yang mendapat nilai di
bawah 75 sebanyak 3 siswa. Sedangkan siswa yang mendapat nilai di atas 75
adalah 10 siswa. Rerata nilai siswa 61,53 dengan ketuntasan klasikal 76,95%.
Data penilaian keterampilan Menulis Permulaan siswa siklus I pada Tabel 4 di
atas dapat dikelompokkan dalam Tabel 5 sebagai berikut :

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

104

Tabel 5. Distribusi Frekuensi Data Nilai Keterampilan Menulis Permulaan


Permulaan Siswa Kelas I SDN I Sendangijo pada Siklus I
No.

Rentang Nilai

Frekuensi

50-60

15,38

61-71

7,69

75-82

7,69

83-93

30,76

94-100

38,46

13

100

Jumlah
Rata-rata

Prosentase (%)

61,53

Data penilaian pembelajaran keterampilan Menulis Permulaan pada Tabel


5 di atas setelah diadakan tindakan pada silkus I siswa kelas I SDN I Sendangijo
tersebut dapat dilihat dalam grafik pada Gambar 11 sebagai berikut :
P

r
o
s

70

60
50

e
n
t
a
s
e

40
30
20
(%)

10
0
50-60

61-71

72-82

83-93

94-100

Rentang nilai

Gambar 11: Grafik Nilai Keterampilan Menulis Permulaan Permulaan Siswa


Kelas I SDN I Sendangijo pada Kondisi Awal Siklus I
Data yang diperoleh dari pengamatan atau observasi menunjukkan bahwa
aktivatas siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan kategori baik dapat
diketahui sebagai berikut : 1) Keaktifan 76,95 %; 5) Perhatian 79,48%, rerata
sebesar 78,50%. Hasil ini menunjukkan bahwa aktivitas siswa selama mengikuti
pembelajaran sesuai indikator kerja yang telah ditetapkan.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

105

Berdasarkan observasi pada siklus I penilaian


sikap siswa yaitu : keaktifan dan perhatian siswa
diperoleh data penilaian

siklus I siswa. Hasil penilaian

siswa oleh peneliti terkait


di

dalam pembelajaran
prasiklus secara detail

dapat dilihat pada Lampiran 14 halaman 198. Selanjutnya, data penilaian siklus I
dapat dilihat dalam Tabel 6 sebagai berikut :
Tabel 6. Distribusi Data Penilaian Aktivitas Siswa (Sikap Siswa)
Pembelajaran Keterampilan Menulis Permulaan Permulaan
Kelas I SDN I Sendangijo Siklus I

1.

Keaktifan

SIKLUS I
Prosentase (%)
76,95

2.

Perhatian

79,48

Rerata

78,50

No

Aspek Pengamatan

Tabel 6 di atas menunjukkan bahwa dalam

pembelajaran

Menulis

Permulaan yang dilakukan oleh guru pada siklus I terdapat 76,95% yang aktif
mengikuti pembelajaran Menulis Permulaan. Perhatian siswa tercatat 79,48%.
Data dalam Tabel 6 tersebut dapat disajikan dalam grafik pada Gambar 12
sebagai berikut :

80
P
r
o
s
e
n
t
a
s
e

70

(%)

10

60
50
40
30
20

0
Keaktifan

Perhatian

Gambar 12: Grafik Penilaian Aktivitas Siswa (Sikap Siswa)


Pembelajaran Keterampilan Menulis Permulaan Permulaan
Kelas I SDN I Sendangijo Siklus I
commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

106

Tindakan yang perlu diperhatikan pada siklus II sebagai tindak lanjut


siklus I adalah pengefektifan waktu. Siswa perlu diarahkan agar dapat
menggunakan waktu sebaik-baiknya. Disamping itu penguatan kepada siswa agar
aktif melakukan kegiatan pembelajaran, guru hendaknya memberi kesempatan
pada siswa untuk mencari sendiri kata-kata yang harus diperlihatkan.

b. Siklus II
Pada siklus II, siswa telah mengikuti pembelajaran dengan cukup baik.
Siswa telah mampu memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya. Siswa lebih
bersemangat

mengikuti

kegiatan

pembelajaran.

Pengaruh

positif

dari

meningkatnya keterampilan Menulis Permulaan permulaan siswa. Siswa dapat


melakukan penggunaan kartu kata dengan baik dan tidak canggung lagi. Dengan
menggunakan kartu kata, pembelajaran tampak hidup, memudahkan pemahaman
siswa, dan lebih bermakna.
Hasil pembelajaran Menulis Permulaan pada Siklus II ( Lampiran 7
halaman 163) dapat dilihat dalam Tabel 7 sebagai berikut :
Tabel 7. Distribusi Data Penilaian Keterampilan Menulis Permulaan
Permulaan Siswa Kelas I SDN I Sendangijo pada Siklus II
No

Uraian Pencapaian Hasil

Menulis Permulaan

Siswa yang mendapat nilai di bawah 75

Siswa yang mendapat nilai di atas 75

13

Rerata

95

Ketuntasan Klasikal (%)

100

Dari Tabel 7 di atas dapat dilihat bahwa siswa yang mendapat nilai di
bawah 75 tidak ada. Sedangkan siswa yang mendapat nilai di atas 75 adalah 13
siswa. Rerata nilai siswa 95 dengan ketuntasan klasikal 100%. Data penilaian

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

107

keterampilan Menulis Permulaan siswa prasiklus dapat dikelompokkan dalam


Tabel 8 sebagai berikut :
Tabel 8. Distribusi Frekuensi Data Nilai Keterampilan Menulis
Permulaan Permulaan Siswa Kelas I SDN I Sendangijo pada
Siklus II
No.
Rentang Nilai
Frekuensi
Prosentase (%)
1

80-84

15,38

85-89

90-94

15,38

95-99

53,07

100

46,15

13

100

Jumlah
Rata-rata

95

Data penilaian pembelajaran keterampilan Menulis Permulaan pada Tabel


8 di atas setelah diadakan tindakan pada siklus II siswa kelas I SDN I Sendangijo
tersebut dapat dilihat dalam grafik pada Gambar 13 sebagai berikut :

60
P
r
o
s
e
n
t
a
s
e
(%)

50
40
30
20
10
0
80-84

85-8990-94

95-99

100

Rentang nilai

Gambar 13: Grafik Nilai Keterampilan Menulis Permulaan Permulaan


Siswa Kelas I SDN I Sendangijo pada Siklus II
Demikian pula pada saat guru meminta siswa maju ke depan menyelipkan
kartu kata, siswa mulai berebutan untuk menyelipkan pada papan selip. Namun,
ada beberapa siswa yang perlu mendapatkan perhatian khusus dan perlu
commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

108

ditingkatkan keberaniannya. Aktifitas siswa dalam mengikuti pembelajaran


dengan kategori baik pada siklus II ini dapat diketahui dari hasil observasi sebagai
berikut : 1) Keaktifan 94,87% ; 5) Perhatian 97,43%. Hasil ini menunjukkan
bahwa aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran sudah sesuai indikator
kerja yang telah ditetapkan.
Berdasarkan observasi awal penilaian siswa oleh peneliti terkait sikap
siswa yaitu : keaktifan dan perhatian siswa di dalam pembelajaran diperoleh data
penilaian siklus II siswa. Hasil penilaian siklus II secara detail dapat dilihat pada
Lampiran 15 halaman 200. Selanjutnya, data penilaian

prasiklus dapat dilihat

dalam Tabel 9 sebagai berikut :


Tabel 9. Distribusi Data Penilaian
Aktivitas Siswa (Sikap Siswa)
Pembelajaran Keterampilan Menulis Permulaan Permulaan Kelas
I SDN I Sendangijo Siklus II
No

Aspek Pengamatan

SIKLUS II
Prosentase (%)
94,87

1.

Keaktifan

2.

Perhatian

97,43

Rerata

96,15

Tabel 9 di atas menunjukkan bahwa dalam pembelajaran Menulis


Permulaan yang dilakukan oleh guru pada siklus II terdapat 94,87% yang aktif
mengikuti pembelajaran Menulis Permulaan. Perhatian siswa tercatat 97,43%.
Data dalam Tabel 9 tersebut dapat disajikan dalam grafik pada Gambar 14 sebagai
berikut:

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

109
100
P
r
o
s
e
n
t
a

90
80
70
60

50 e

40
(%)
30
20
10
0
Keaktifan

Perhatian

Gambar 14: Grafik Penilaian Aktivitas Siswa (Sikap Siswa)


Pembelajaran Keterampilan Menulis Permulaan Permulaan Kelas
I SDN I Sendangijo Siklus II
Hasil penilaian melalui tes keterampilan Menulis Permulaan permulaan
menunjukkan bahwa rerata keseluruhan nilai keterampilan Menulis Permulaan
permulaan siswa pada siklus II adalah 95. Penguasaan keterampilan Menulis
Permulaan permulaan siswa sudah mencapai batas tuntas yang telah ditetapkan baik
secara klasikal maupun individual, siswa telah mencapai nilai 75 ke atas. Ketuntasan
secara klasikal sebesar 100 %.
3. Pembahasan Antarsiklus
Pada siklus I, nilai hasil keterampilan Menulis Permulaan yang dicapai siswa
belum memenuhi batas tuntas yang ditetapkan. Tindakan-tindakan yang dilakukan
belum berhasil secara optimal.
a. Pada Prasiklus :
Kondisi awal pembelajaran keterampilan Menulis Permulaan permulaan
dilakukan dengan metode ceramah. Kegiatan pembelajaran ini masih didominasi
guru. Guru masih banyak menjelaskan cara Menulis Permulaan pada anak dengan
cara Menulis Permulaan di papan tulis, kemudian anak diminta menirukan guru
menyalinnya di buku tulis. Kegiatan belajar yang demikian terlihat anak pasif
selama mengikuti pembelajaran sehingga terkesan hanya
sebagai objek, bukan subjek pembelajaran. commit
to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

110

Konsep pembelajaran mengenai Menulis Permulaan permulaan hanya diterima


dari guru. Siswa belum mengonstruksikan, menemukan, dan merefleksikan materi
pembelajaran yang telah dipelajari sehingga pembelajaran belum bermakna bagi
siswa.
Pada waktu melakukan kegiatan ini, siswa Menulis Permulaan apa yang
didektekan guru di depan kelas Lampiran 8 halaman 165. Berdasarkan tes pada
kondisi awal, diketahui 5 siswa mendapat nilai kurang dari 75 dan 8 anak yang
mendapat nilai di atas 75, bahkan kedua anak tersebut mendapat nilai 33. Nilai
rata-rata tes keterampilan Menulis Permulaan pada pembelajaran ini adalah 76,
ketuntasan secara klasikal sebesar 61,53%.

b. Pada Siklus I :
Temuan dari menggunakan alat peraga kartu kata dan latihan Menulis
Permulaan kata dengan menggunakan huruf tegak bersambung menjadi kalimat
dapat dilihat Lampiran 6 halaman 161 pada siklus pertama nilai rata-rata siswa
adalah 61,53. Ini dapat diartikan bahwa pada siklus I secara klasikal tampak hasil
dari perolehan latihan Menulis Permulaan kata dengan menggunakan huruf tegak
bersambung menjadi kalimat dengan alat peraga kartu kata adalah baik. Jika
dilihat secara perorangan sebelum menggunakan alat peraga kartu kata ada 7 anak
yang benar-banar bisa Menulis Permulaan. Sedangkan anak lainnya dapat
dikategorikan hampir bisa Menulis Permulaan, setengah dapat Menulis
Permulaan, dan baru sedikit dapat Menulis Permulaan. Perkembangan pada siklus
pertama ini dapat dilihat secara perorangan untuk Menulis Permulaan dari 13
siswa ada 5 (38,46%) yang mendapat nilai di bawah 75 sedangkan ada 8 (61,53
%) siswa yang mendapat nilai di atas 75.
Data yang diperoleh dari hasil observasi, dan tes keterampilan Menulis
Permulaan permulaan, di samping itu aktivitas siswa dalam mengikuti
pembelajaran denga kategori baik dapat diketahui sebagai berikut : 1. Keaktifan
commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

111

76,95 %; 5. Perhatian 79,48%. Rerata secara klasikal adalah 78,50 %. Lampiran


14 halaman 198.
Berdasarkan data tersebut nilai rerata Menulis Permulaan permulaan ini
menunjukkan bahwa aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran belum sesuai
indikator kerja yang telah ditetapkan. Setelah dilakukan diskusi pada refleksi
guru, ditemukan tindakan yang belum berhasil, antara lain : 1) Keaktifan,
meliputi; (1) Siswa masih malu-malu menyatakan pendapat, karena siswa belum
terbiasa dengan menggunakan kartu kata; (5) Siswa kurang berani mengajukan
pertanyaan karena takut salah; (3) Siswa mengerjakan tugas kurang baik tampak
siswa belum selesai mengerjakan tugas tetapi malah berbincang-bincang dengan
temannya ;5) Perhatian, meliputi : (1) Siswa dalam menyimak penjelasan guru
kurang sungguh-sungguh; (5) Siswa menunjukkan sikap kurang tanggung jawab
dalam pembelajaran, dan 3) Siswa masih ramai sendiri kurang memperhatikan
materi yang disampaikan oleh guru.
c. Pada Siklus II
Tindakan perbaikan ditekankan untuk memperbaiki kekurangan yang
terjadi pada siklus I. Tindakan ini berupa : 1) Keaktifan, meliputi : (1) Pengarahan
kepada siswa agar mereka berani menyatakan pendapatnya; 5) Membangkitkan
keberanian siswa mengajukan pertanyaan; 3) Penjelasan supaya memprioritaskan
pengerjaan tugas dengan baik; 5) Perhatian, meliputi : 1) Membangkitkan
semangat siswa untuk menyimak penjelasan guru dengan sungguh-sungguh; 5)
Menanamkan sikap tanggung jawab pada siswa, dan 3) Mengkondisikan kelas
supaya siswa tidak ramai.
Melalui tindakan-tindakan tersebut, pelaksanaan pembelajaran Menulis
Permulaan permulaan menjadi lebih baik. Siswa lebih terdorong semangatnya
untuk melakukan semua aktivitas yang terkaii dengan Menulis Permulaan
permulaan.
Sebagai contoh, beberapa siswa berani mengajukan pertannyaan, siswa
menyelesaikan tugasnya dengan baik, siswa bersemangat menyimak penjelasan

dari guru, siswa bertanggungjawab mengikuti pembelajaran yang sedang


berlangsung, siswa tidak ramai.
Pelaksanaan tindakan pada siklus II dapat berjalan lancar. Siswa sudah
memehami langkah-langkah yang harus dilakukan dalam Menulis Permulaan.
Mereka dengan senang hati dan bersemangat melakukan langkah demi langkah
pembelajaran Menulis Permulaan permulaan. Guru berperan meningkatkan
fungsinya sebagai fasilitator dan memotivator siswa dalam pembelajaran.
Demikian pula pada saat guru meminta siswa maju ke depan menyelipkan
kartu kata, siswa mulai berebutan untuk menyelipkan pada papan selip. Namun,
ada beberapa siswa yang perlu mendapatkan perhatian khusus dan perlu
ditingkatkan keberaniannya. Aktifitas siswa dalam mengikuti pembelajaran
dengan kategori baik pada siklus II ini dapat diketahui dari hasil observasi
Lampiran 15 halaman 200 sebagai berikut : 1) Keaktifan 94,87% ; 5)Perhatian
97,43%. Rerata secara klasikal sebesar 96,15 %. Hasil ini menunjukkan bahwa
aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran sudah sesuai indikator kerja yang
telah ditetapkan.
Penilaian melalui tes keterampilan Menulis Permulaan menunjukkan
bahwa rerata keseluruhan nilai keterampilan Menulis Permulaan siswa pada siklus
II Lampiran 7 halaman 163 adalah 95. Penguasaan keterampilan Menulis
Permulaan permulaan siswa sudah mencapai batas tuntas yang telah ditetapkan
baik secara klasikal maupun individual, siswa telah mencapai nilai 75 ke atas.
Ketuntasan secara klasikal sebesar 100 %.
Aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran yang terkait dengan
aktivitas Menulis Permulaan permulaan dengan menggunakan kartu kata dapat
dilihat dari hasil pengamatan atau observasi yang telah dilakukan peneliti.
Aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran dengan kategori baik tersebut
dapat disajikan pada tabel hasil pengamatan berikut :
Berdasarkan observasi prasiklus, siklus I dan siklus II penilaian siswa
oleh peneliti terkait sikap siswa yaitu : keaktifan dan perhatian siswa di dalam
commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

113

pembelajaran diperoleh data penilaian prasiklus, siklus I dan siklus II siswa.


Hasil penilaian prasiklus secara detail dapat dilihat pada Lampiran 13 halaman
196, siklus I pada Lampiran 14 halaman 198, dan siklus II pada Lampiran 15
halaman 200. Selanjutnya, data penilaian prasiklus, siklus I dan siklus II dapat
dilihat dalam Tabel 10 sebagai berikut :
Tabel 10. Distribusi Data Penilaian Aktivitas Siswa (Sikap Siswa)
Pembelajaran Keterampilan Menulis Permulaan Permulaan Kelas I
SDN I Sendangijo Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II
No

Prosentase (%)

Aspek Pengamatan
Prasiklus

Siklus I

Siklus II

1.

Keaktifan

69,53

76,95

94,87

2.

Perhatian

66,66

79,48

97,43

Rerata

67,94

78,50

96,15

Tabel 10 di atas menunjukkan bahwa dalam pembelajaran Menulis


Permulaan yang dilakukan oleh guru pada prasiklus terdapat 69,53% yang
aktif mengikuti pembelajaran Menulis Permulaan. Perhatian siswa tercatat
66,66%, siklus I terdapat 76,95% yang aktif mengikuti pembelajaran Menulis
Permulaan. Perhatian siswa tercatat 79,48%, dan siklus II terdapat 94,87%
yang aktif mengikuti pembelajaran Menulis Permulaan. Perhatian siswa
tercatat 97,43%. Data dalam Tabel 10 tersebut dapat disajikan dalam grafik
pada Gambar 15 sebagai berikut :

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

114

100

N
l
i

R
a
r
a
r
a
t
a

90 i

80 a
70

60
50
40
30
20

10
0
Prasiklus

Siklus II

Siklus I

Gambar 15: Grafik Penilaian Aktivitas Siswa (Sikap Siswa)


Pembelajaran Keterampilan Menulis Permulaan Permulaan
Kelas I SDN I Sendangijo Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II
Perkembangan hasil keterampilan Menulis Permulaan permulaan
selama dua siklus yang dijaring dengan instrumen tes keterampilan secara
(Lampiran 10 halaman 173) dapat dilihat dalam Tabel 11 sebagai berikut :

No
1

Tabel 11. Distribusi Data Penilaian Keterampilan Menulis Permulaan


Permulaan Siswa Kelas I SDN I Sendangijo Prasiklus, Siklus I, dan
Siklus II
Siklus
Aspek Pencapaian Hasil Belajar
Prasiklus
I
II
Reratanilaitesketerampilan

76

85

95

10

13

61,53

76,92

100

Menulis Permulaan
2

Jumlah siswa yang mendapat nilai di


bawah 75

Jumlah siswa yang mendapat nilai di


atas 75

Ketuntasan klasikal (%)

Dari Tabel 8 di atas dapat dilihat bahwa siswa yang mendapat nilai di bawah
75 sebanyak 5 siswa pada prasiklus, siklus I sebanyak 3 siswa, dan pada siklus II
tidak terdapat siswa yang mendapat nilai di bawah 75. Sedangkan pada prasiklus
commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

115

siswa yang mendapat nilai di atas 75 adalah 8 siswa, pada siklus I adalah 10 siswa
dan pada siklus II adalah 13 siswa . Rerata nilai siswa pada prasiklus sebesar 76
dengan ketuntasan klasikal 61,53%, pada siklus I sebesar 61,53 dengan ketuntasan
klasikal 61,53%, dan pada siklus II sebesar 95 dengan ketumtasan klasikal 100%.
Data

penilaian

keterampilan

Menulis

Permulaan

siswa

prasiklus

dapat

dikelompokkan dalam Tabel 12 sebagai berikut :


Tabel 12. Distribusi Frekuensi Data Nilai Keterampilan Menulis Permulaan
Permulaan Siswa Kelas I SDN I Sendangijo Prasiklus, Siklus I,
dan Siklus II
No.
Interval Nilai
Frekuensi
Prasiklus

Siklus I

Siklus II

33-46

47-60

61-74

75-88

89-100

11

Jumlah Siswa

13

`13

13

Siswa Tidak Tuntas

Siswa Sudah Tuntas

10

13

Nilai Rata-rata Kelas

76

85

95

61,53

76,92

100

Ketuntasan Klasikal (%)

Data penilaian pembelajaran keterampilan Menulis Permulaan pada Tabel 12


di atas sebelum diadakan tindakan pada siswa kelas I SDN I Sendangijo tersebut
dapat dilihat dalam grafik pada Gambar 16 sebagai berikut :

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

116
100

N
l
i

R
a
t
a
r
a
t
a

90 i

80 a
70

60
50
40
30
20

10
0
Prasiklus

Siklus I

Siklus II

Gambar 16: Grafik Nilai Keterampilan Menulis Permulaan Permulaan


Siswa Kelas I SDN I Sendangijo pada Kondisi Awal
(Prasiklus), Siklus I, dan Siklus II
Hasil rerata tes keterampilan Menulis Permulaan siswa pada kondisi awal
adalah 76. Setelah diberikan tindakan perbaikan pada siklus I, meningkat menjadi
61,53. Dalam aspek Menulis Permulaan telah mencapai batas sesuai indikator kerja.
Dari segi ketuntasan belajar, secara individual hasil tersebut belum mencapai tujuan
yang diharapkan. Dari 13 siswa untuk Menulis Permulaan, tercatat 5 siswa belum
mencapai batas tuntas, sedang 8 siswa telah mencapai batas tuntas. Ketuntasan secara
klasikal tercatat 61,53 %. Dengan demikian, secara klasikal sudah memenuhi batas
tuntas yang telah ditetapkan.
Penelitian tindakan kelas dilanjutkan pada siklus II. Hasil rerata tes
keterampilan Menulis Permulaan siswa pada siklus II sebesar 95. Dilihat dari nilai
batas minimal sesuai dengan indikator kerja. Namun, secara individual dari hasil tes
pada siklus II tersebut tidak terdapat siswa dalam Menulis Permulaan mendapat nilai
kurang dari 75 dan yang mendapat nalai 75 atau lebih sebesar 13 siswa. Ketuntasan
secara klasikal untuk Menulis Permulaan sebesar 100 %, jadi sudah mencapai batas
tuntas yang telah ditetapkan.
commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

117

Hasil penelitian tindakan kelas tentang pembelajaran Menulis Permulaan melalui


kartu kata yang dilakukan sebanyak dua siklus selalu mengalami peningkatan dan
telah mencapai batas tuntas sesuai dengan indikator kerja/ketercapaian yang telah
ditetapkan. Dengan demikian, penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan
sudah sesuai dengan tujuan yang diharapkan, yakni dapat meningkatkan hasil
keterampilan Menulis Permulaan.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

Pembahasan pada bab V ini berkaitan dengan : (A) Simpulan; (B) Implikasi;
dan (C) Saran.
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan sebanyak dua
siklus dapat disimpulkan bahwa penggunaan alat peraga kartu kata dapat
meningkatkan keterampilan menulis permulaan pada siswa kelas I SD Negeri
Sendangijo 1 Kecamatan Selogiri Kabupaten Wonogiri Tahun 2010/2011.
Pada kondisi awal, nilai hasil rerata keterampilan menulis siswa adalah 76.
Setelah diberikan tindakan perbaikan pada siklus I, meningkat menjadi 85. Dalam
aspek menulis telah mencapai batas sesuai indikator kerja. Dari segi ketuntasan
belajar, secara individual hasil tersebut belum mencapai tujuan yang diharapkan. Dari
13 siswa untuk menulis, tercatat 5 siswa belum mencapai batas tuntas, sedang 11
siswa telah mencapai batas tuntas. Ketuntasan secara klasikal tercatat 85 %. Dengan
demikian, secara klasikal sudah memenuhi batas tuntas yang telah ditetapkan. Pada
siklus II hasil rerata tes keterampilan menulis siswa pada siklus II sebesar 95. Dilihat
dari nilai batas minimal sesuai dengan indikator kerja. Namun, secara individual dari
hasil tes pada siklus II tersebut tidak terdapat siswa dalam menulis mendapat nilai
kurang dari 75 dan yang mendapat nalai 75 atau lebih sebesar 13 siswa. Ketuntasan
secara klasikal untuk menulis sebesar 100 %, jadi sudah mencapai batas tuntas yang
telah ditetapkan. Dapat dilihat pada Lampiran 8 halaman 165.
Berdasarkan hasil observasi Lampiran 9 halaman 166. RPP yang dibuat pada
siklus I sudah bagus dan perlu ditingkatkan lagi pada siklus II. Pelaksanaan
pembelajaran pada siklus I sudah baik dapat dilihat pada Lampiran 11 halaman 180.
Berdasarkan hasil observasi Lampiran 10 halaman 173. RPP yang dibuat pada siklus
II sudah bagus ada peningkatan dari siklus I. Pelaksanaan pembelajaran pada siklus II
sudah baik dapat dilihat pada Lampiran 12 halaman 188.
commit to user
118

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

119

B. Implikasi Hasil Penelitian


Penelitian tindakan kelas berjudul Meningkatkan Keterampilan Menulis
Permulaan melalui Alat Peraga Kartu Kata pada Siswa Kelas I SD Negeri
Sendangijo 1 Kecamatan Selogiri Wonogiri Tahun 2010/2011 yang dilakukan
sebanyak dua siklus dapat meningkatkan keterampilan menulis permulaan siswa.
Penetapan model dan prosedur dalam penelitian ini berdasarkan pada
penggunaan alat peraga kartu kata dalam pembelajaran menulis untuk meningkatkan
keterampilan menulis permulaan. Model yang dipakai dalam penelitian ini adalah
model proses, dalam satu model ditetapkan dua proses penilaian tindakan/siklus,
yang masing-masing tindakan /siklus dilaksanakan selama dua hari, yang terdiri dari
dua pertemuan. Tindakan/siklus pertama menggunakan alat peraga kartu kata pada
setiap awal pembelajaran, tindakan/siklus kedua latihan menulis permulaan dengan
menulis kata dengan huruf tegak bersambung menjadi kalimat dan melaksanakan
evaluasi dengan memberikan soal kepada siswa. Dalam setiap tindakan/siklus
terdapat empat langkah kegiatan, yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan,
observasi, dan refleksi. Kegiatan ini dilakukan terus berdaur ulang.
Sebelum melaksanakan tindakan dalam setiap siklus, perlu perencanaan dan
perlu memperhatikan serta mengacu pada keberhasilan siklus sebelumnya. Setiap
tindakan pada setiap siklus dapat meningkatkan keterampilan menulis siswa, ini
berdasarkan hasil analisis perkembangan peningkatan dalam siklus pertama sampai
siklus kedua.
Berdasarkan kriteria dan temuan studi yang dikembangkan seperti yang telah
diuraikan dalam Bab IV, maka penelitian ini layak dipergunakan untuk membantu
peneliti dalam menghadapi permasalahan yang sejenis. Di samping itu, perlu
penelitian lebih lanjut tentang upaya peneliti untuk mempertahankan atau menjaga
dan meningkatkan keterampilan menulis permulaan. Model ini pada hakikatnya
layak digunakan dan dikembangkan oleh peneliti yang menghadapi permasalahan
sejenis, terutama untuk mengatasi masalah penengkatan keterampilan menulis siswa,
yang pada umumnya dimiliki sebagian besar siswa. Ada kendala yang dialami dalam
commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

120

mempergunakan alat peraga kartu kata, karena terbatasnya sarana yang ada atau
kurang aktifnya siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan menggunakan alat
peraga kartu kata. Oleh sebab itu, kreativitas dan keaktifan peneliti sangat
menentukan dalam menumbuhkan rasa senang siswa dalam mengikuti pembelajaran
dengan menggunakan alat peraga kartu kata.

C. Saran
Berdasarkan hasil analisis terhadap data penelitian dapat disampaikan saransaran sebagai berikut :
1. Saran untuk Penerapan Hasil Penelitian
a. Saran untuk Peneliti
1) Model pembelajaran yang menggunakan alat peraga kartu kata pada dasarnya
layak digunakan dan dikembangkan oleh peneliti untuk lebih meningkatkan
keterampilan menulis dalam Bahasa Indonesia. Namun, sekaligus juga dapat
dipakai untuk mengembangkan kreativitas peneliti dalam upaya mencari
solusi masalah peningkatan keterampilan menulis permulaan siswa kelas satu
sekolah dasar.
2) Peneliti sebaiknya mempersiapkan bahan penggunaan alat peraga kartu kata,
namun karena efektifnya model pembelajatan ini, maka pengembangan
selanjutnya perlu dilakukan peneliti dengan seksama dan intensitasnya
pengawasan dan arahan oleh kepala sekolah.
3) Peneliti hendaknya mengkonsultasikan peningkatan keterampilan menulis
permulaan dari anak yang berkesulitan menulis permulaan pada khususnya
dalam bidang studi Bahasa Indonesia dengan wali murid agar bersama-sama
menindaklanjuti gejala menurunnya keterampilan menulis permulaan tersebut.
Baik di sekolah dilakukan oleh peneliti selaku orang tua kedua bagi siswa
maupun di rumah orang tua selaku orang memiliki kewajiban dan tanggung
jawab sepenuhnya atas siswa memberikan dorongan dan dukungan keluarga
terhadap siswa.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

121

b. Saran untuk Pengnambilan Kebijakan di Lingkungan SD Negeri Sendangijo


1 adalah:
1) Sekolah memfasilitasi penerapan alat peraga kartu kata terkait pembelajaran
keterampilan menulis permulaan.

2. Saran untuk Peneliti Lain


1) Diharapkan penelitian ini sebagai acuan penelitian lain yang sesuai terkait
pembelajaran keterampilan menulis permulaan melalui alat peraga kartu kata.
2) Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan referensi penelitian yang relevan.

commit to user

Anda mungkin juga menyukai