Anda di halaman 1dari 10

KATA PENGANTAR

Puji serta syukur senantiasa kita curahkan kehadirat Tuhan yang maha esa. Sebab yang menyebabkan
adanya alam semesta dan seluruh isinya, Dia pula yang senantiasa mengatur dan memberi rijki
kepada setiap yang hidup. Sholawat serta salam tak lupa kita panjatkan kepada junjungan kita
seorang Filosof agung nabi besar Muhammad SAW, yang telah memabawa cahaya dan petunjuk
kepada seluruh manusia unutuk meraih kehidupan yang abadi dan penuh dengan nikmat dan ridho
Tuhan.
Selanjutnya makalah yang saya hadirkan sebagai Ujian akhir semester Mata Kuliah filsafat islam ini
berjudul jiwa menurut Ibnu sina dan filosof terdahuulu sebuah perbandingan penulis mengetahui
dengan tingkat pendidikannya yang sekarang akan banyak sekali kekurangan yang terdapat dalam
tulisan yang sederhana namun demikian semoga hal itu dapat menjadi pelecut bagi penulis untuk
terus menggali dan memahami ilmu.
Semoga apa yang telah disajikan penulis dalam makalah ini dapat menjadi perantara bertambahnya
ilmu dan bertambah pula keimanan kepada Tuhan, peribahasa mengatakan seperti ilmu padi makin
berisi makin tunduk,

Garut 25 januari 2014


Penulis

PENDAHULUAN

I.

LATAR BELAKANG

Dalam al-Quran suarat al-Fajr surta ke 89 ayat ke 27 Allah SWT menyeru kepada manusia
( wahai jiwa-jiwa yang tenang) ayat ini menerangkan bahwa pada hari Akhir jiwa yang
suci yang senantiasa mensucikan diri dengan beribadah kepada Tuhan dan terpancar cahaya Tuhan
akan kembali bersatu dengan Tuhan dan Tinggal di syurga. Al-Quran mengisyaratkan adanya jiwa
kehendak Pribadi, manusia yang sadar akan dirinya sendiri.
Dalam proses perkembangan Filsafat para philosop dalam dalam berfilsafat juga membahas
tentang Jiwa, dalam membahas jiwa plato menulis buku Phaedo dan Tamaieus, Aristoteles menulis
De anima yang berarti jiwa dan Parva Naturalia yang berarti alam kecil, pembahasan tetntang jiwa
manusia terus berlanjut sehingga pembahasan tentang jiwa keluar dari pembahasan filsafat dan
menjadi sebuah disiplin ilmu baru yang diberinama Psikologi yang khusus membahas tentang gejala
jiwa manusia hal ini di mulai dengan berdirinya laboratorium Psikologi pertama di Leipzig jerman
yang didirikan oleh Wilhlem wondt pada tahun 1879 M.
Namun sebelum pembahsan tentang jiwa menjadi sebuah disiplin ilmu yang berdiri sendiri, para
berusaha mengurai apa itu jiwa bagaimana jiwa itu ada, dengan pemahaman dan pernjabaran yang
berbeda-beda diantara para Filoshop dan ulama. Dalam makalah ini akan dibahas pendapat ibnu sina
tentang jiwa dan beberapa pendapat lain sebagai perbandingan antara pendapat ibnu sina dan
pendapat filosof dan ulama yang lain.
II.

RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah dalam makalah ini berpusat pada perbandingan bagaiman pendapat dan
penjabaran Ibnu sina tentang jiwa. Dan pendapat Filoshop dan ulam alianya tentang jiwa
III.

TUJUAN

Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pendapat Ibnu sina tentang jiwa
dan bagai pendapat Filosop dan Ulama lain tentang jiwa sebagai perbandingan di antara pendapatpendapat itu.

BAB I
FILSAFAT JIWA
A. Pendapat Ibnu Sina tentang Jiwa
Abu Ali Husein Ibnu Abdilah Ibnu sina atau yang lebih dikenal dengan Ibnu sina lahir di
Afsyana,yang terletak di dekat bukhoro pada tahun 980 M. semenjak kecil ibnu sina telah banyak
mempelajari ilmu pengetahuan yang ada pada zamanya. Seperti matematika, Fisika, kedokteran dan
lain lain. Sejarah Ibnu Sina Ditulis oleh muridnya yang bernama jurjani. Setelah orang tuanya
meninggal ia pindah ke juzan suatu daerah dekat laut kaspia disanalah ia mulai menulis
ensiklopedianya tentang ilmu kedokteran yang terkenal dengan nama Qonun Fit tibb ()
Ibnu sina meninggal Pada tahun 1037 M.
Dalama lapangan Filsafat selain membahas jiwa ibnu sina juga membahas tentang teori
Emanasi, dalam teori emanasi ibnu sina terdapat tiga unsur, yaitu unsur ilmu kalam, unsur yang
berasal dari Prinsip filsafat neo-platonisme dan unsur yang berasal dari Filsafat aristoteles.
Selanjutnya dalam proses pengeluaran akal Ibnu sina sama saja dengan al-farabi hanya saja ada
sedikit perbedaan. Namun hal itu tidak akan di jelaskan dalam makalah ini.
Penadapt ibnu sina tentang kejiwaan banyak di pengaruhi Fikiran Aristoteles,Plotinus juga
Galius yang di jadikan sebagai sumber pemikiranya. namun demikian Bukan berarti Ibnu sina tidak
mempunyain Kepribadian tersendiri yang berbeda dengan Pikiran sebelumnya.
Dalam menjelaskan Jiwa Ibnu Sina secara garis besar dapat dibagi kedalam dua bagian yaiitu
pertama Segi Fisika yang menjelaskan macam-macam jiwa pembagian Kebaikan jiwa manusia indera
dan lain-lain dan yang kedua segi metafisika yang membahas hakikat jiwa, pertalian jiwa dengan
Badan dan keabadian jiwa.

A.1 Segi Fisika


Ibnu sina membagi Jiwa kedalam tiga bagian menurut ibnu sina jiwa-jiwa itu dan jiwa yang
lainya dan semua yang erdapat di bawah bulan, memancar dari akal kesepuluh.
1. Jiwa tumbuh-tumbuhan yang memiliki daya :
a. Makan ) (
b. Tunbuh ((
c. Berkembang biak ((
2. Jiwa binatang yang memiliki daya
a. Gerak ((
b. Menangkap ( ( daya menangkap memiliki dua bagian yaitu:
1. Menangkap dari luar dengan panca indera
2. Menangkap dari dalam dengan indera dalam:
i.

Indera bersama yang menangkap segala sesuatu yang yang di tangkap oleh
panaca indera

ii.

Reperesentasi yang menyimpan segala sesuatu yang diterima oleh oleh


indera bersama

iii.

Imaginasi yang menyusun apa yang disimpan dalam representasi

iv.

Estimasi yang dapat menangkap perkara yang abstrak yang terlepas dari
materinya umpanya keharusan lari bagi kambing dari serigala

v.

Rekoleksi yang menyimpan perkara yang abstrak yang diterima estimasi.

3. Jiwa manusia yang memiliki dua daya


a. Daya praktis yang hubungany adengan badan
b. Teoritis yang hubungan dengan hal-hal yang Abstrak daya ini memiliki empat tingkatan
i.

Akal materil yang hanya memiliki potensi untuk berfikir dan sedikitpun
belum dilatih

ii.

Intellectus in habitu akal yang mulai dilatih untu berfikir tentang hal-hal
abstrak

iii.

Akal aktuil yang telah dapat berfikir tentang hal-hal yang abstrak.

iv.

Akal mustapad yaitu akal yang telah sanggup berfikir tentang hal-hal abstrak
dengan tak perlu pada daya dan upaya , akal ini telah terlatih sehingga halhal yang abstrak selamanya terdapat dalam akal. Akal yang seperti inlah yang
sanggup menerima limpahan ilmu pengetahuan dari akal aktip.1

Jiwa manusia merupakan satu unit tersendiri yang mempunyai wujud terlepas dari
badan.jiwa itu muncul dan tercipta setiap kali ada badan yang sesuai dan dapat menerima jiwa, lahir
di dunia ini. Sabagai tugasnya yang berfikir, jiwa manusia tidak memiliki fungsi-fungsi fisik dan tidak
membutuhkan badan namun jiwa masih membutuhkan badan dalam prosres berfikirnya karena pada
mulanya badanlah yang membantu jiwa manusia untuk berfikir.
Panca indera dan daya batin dari jiwa binantang seperti indera bersama, estimasi
dan relokasi yang membantu jiwa manusia untuk memperoleh konsep-konsep dan idea-idea yang
terdapat di alam sekelilingnya. Apabila jiwa manusia telah mencapai kesempurnaan dengan
memperoleh konsep-konsep dasar yang di perlukanya maka jiwa manusia tidak membutuhkan lagi
pada pertolongan badan, malah badan, jiwa tumbuhan dan jiwa binantang akan menjadi penghalang
pada jiwa manusai untuk meraih kesempurnannya.
Sifat dan karakter manusia tergantung pada jiwa yang dominan mempengaruhinya.
Jika yang mempengaruhi seseorang dan berkuasa atas dirinya adalah jiwa tumbuhan dan jiwa
binantang maka jiwa manusia pada orang itu tidak akan memperoleh kesempurnaan dan orang akan
menyerupai binatang. Akan tetapi apabila yang berpengaruh dan berkuasa pada dirinya adalah jiwa
manusia jiwa manusia itu akan memperoleh kesempurnaan dan orang itu dekat menyerupai
malaikat.
Ibnu sina sangat intens terahadap pemikiranya tentang jiwa sehingga pemikiran
tentang jiwa sampai pada kesimpulan bahwa jiwa bersifat kekal. Menurutnya hanya dalam keabadian
jiwalah nikmat syurga dan siksa neraka dapat terlaksana. Dengan demikian yang akan dibangkitka
oleh tuhan pada hari akir adalah hanya jiwa,tanpa badan.

1.

Harun Nasution,filsafat & mistisme dalam islam (Jakarta:bulan bintan,1973) hlm36-37

A.2. Segi Metafisika


Pembahasan jiwa dari segi metafisika yang dikemukakan Ibnu Sina membahas
tentang wujud dan hakikat jiwa, adakah wujud jiwa itu dan bagaimana wujudnya, selain itudalam
metafisika ini ibnu sina membahas bagaiman pertalian antara jiwa dengan badan dan keabadian jiwa.
Pembhasan tentang wujud jiwa telah diusahakan oleh filoshof terdahulu sebelum ibnu sina. Namun
pembuktian yan dikemukakan ibnu sinalah yang lebih kuat dan menyeluruh.
Pembuktian yang dikemukakan Ibnu sina tentang adanya jiwa. Ia mengemukakan
empat dalil yang menyatakan dan membuktikan adanya jiwa:
Pertama Dalil alam Kejiawaan
Dalam

kehidupan

didunia

kita

akan

meliah

dan

mengalami

berbagai

Fenomena,fenomena atau Peristiwa-peristiwa yang ada pada diri kita dan yang kita alami tiadak
mungkin dapat kita tafsirkan, kecuali sesudah mengakui adanya jiwa. Peristiwa tersebut adalah gerak
dan pengenalan.
Gerak ada dua macam yaitu:
a. Gerak paksaan yaitu: gerak yang timbul akibat dorongan dari luar dan yang menimpa suatu
benda, yang kemudian menggerakanya.
b. Gerak yang bukan paksaan gerak ini ada dua macam yaitu:
1. Gerak yang sesuai dengan ketentuan alam, seperti jatuhnya buah apel dari atas pohon ke
bawah .
2. Gerak yang terjadi dengan melawan hukum alam, seperti manusia yang berjalan di bui
padahal berat badanya seharusnya membuatnya diam, atau seperti burung yang terbang
di udara yang seharusnya burung itu jatuh tetap disarangya. Gerak yang demikian
tersebut mempunyai pengerak khusus yang melebihi unsur benda yang bergerak.
Pengerak tersebut ialah jiwa.
Pengetahuan tidak dimiliki oleh semua mahluk, akan tetapi hanya dimiliki oleh
sebagian saja. Yang memiliki pengetahuan ini menunujkan adanya kekuatan lain yang tidak terdapat
pada yang lainya pengetahuan yang dimiliki inilah yang membedakan satu mahlukdengan mahluk
lainya.
Dalil yang dikemukakan ibnu sina memiliki banyak kelemahan. Segi fisik pada dalil
tersebut dikalahkan. Dalil itu akan mempunyai nilai jikalau benda-benda tersebut hanya terdiri dari
satu unsur-unsur yang satu macam. Sedangkan benda-benda memiliki unsur yang berbeda-beda.
Maka tidak ada salahnya jika dikatakatan bahwa benda-benda yang melawan hukum alam itu
bergerak sesuai dengan tabiatnya yang khas, dan terdiri dari unsur-unsur yang memungkinkan
benda-benda itu bergerak.
Pesawat bergerak dan melawan hukum malam namun kita tidak mengatakan bahwa
kapal terebut berisi jiwa atau kekuatan lain yang tidak terlihat yang menggerakannya. Ulama biologis
menafsirkan gejala kehidupan dengantafsiran mekanis dan dinamis, tanpa mengikutsertakan
kekuatan jiwa.

Kedua Dalil aku dan kesatuan gejala kejiwaan


Apabila seseorang mengajak orang lain dan membicarakan tentang dirinya, bahwa
dirinya pergi, tidur, dansebagainya maka yang dimaksud bukan membicarakan tentang badanya
keadaan badanya yang bergerak menjauhi satu tempat, atau kegiatan memjamkan mata saat akan
tidur. Yang dimaksudkan adalah hakikat kita dan seluruh pribadi kita. Seperti yang di ungkapkan ibnu
sina dalam kata-katanya sebagai berikut:
apabila seseorang sedang sibuk menghadapi suatu urusan, ia mengecam dirinya
sehingga ia berkata saya mengerjakan begini atau begitu dalam keadaan
demikian ia tidak teringat akan semua bagian badanya. Apa yang diketahuinya
(jiwa) dengan nyata lain dari pada sesuatu yang tidak diingatnya ( anggota badan .
jadi, pribadi (zat) seseorang berlainan dengan badanya2
Dalam kata-kata tersebut kita dapati pikiran tentang aku menurut Ibnu sina,
pribadi atau aku bukanlah kadar dan peristiwa-peristiwa yang dimaksudkan, melainkan
pribadi atu aku adalah jiwa beserta kekuatan-kekuatannya. Dalam peristiwa-peristiwa
kejiwaan terdapat keserasian dan koordinasi yang mengesankan adanya suatu kekuatan yang
menuasai dan mengaturnya, meskipun peristiwa itu berbeda dan berlainan, bahkan saling
berlawanan.kesemuanya berada disekitar pusat yang tetap dan berlainan dengan dasar yang
tidak berubah, seolah-olah semuanya dihubungkan dengan tali yang kuat yang dapat
menggabungkan bagian-bagianya yang berjauhan.
Perasaan gembira, sedih, cinta, rindu dan membenci, meniadakan dan
mentapkan, dan menganalisis danmenyusun pikiran. Peristiwa tersebut keluar dari pribadi
yang satu dari kekuatan terbesar yang dapat menggabungkan semua peristiwa yang
berlainan,dan kekuatan tersebut tidak lain adalah jiwa jikalah kekuatan ini jiwa tidak ada
maka niscaya semua peristiwa kejiawaan yang saling berlawanan ini akan mengalami
kekacauan.
Kesatuan peristiwa-peristiwa kejiwaan tersebut mengharuskan adanyan
sumber yang menjadi tempat ( pusat ) keluarnya peristiwa tersebut, kelemahan kesatuan atau
tidak aanyan kesatuan menunujukan kelemahan kehidupan pikiran atau tidak adanya sumber
tersebut yaitu jiwa. Begitulah ungkapan ahli kejiwaan aliran spiritualisme yang bersumber
pada pemikiran Ibnu Sina.
Ketiga dalil kesinambungan ( continuitas )
Masa kita yang sekarang berisi juga masa lampau dan masa depan kita.
Kehidupan rohani kita yang kemarin tidak akan terputus oleh tidur kita. Bahkan ada
hubungannya dengan kehidupan kita yang telah terjadi beberapa tahun yang lalu. Gerak yang
kita lakukan kemudaian dengan gerakan itu mengalami perubahan maka gerakan dan
perubahan itu bertalian satu sama lain dan berangkai-rangkai. Hal itu terjadi karena peristiwaperistiwa jiwa adalah limpahan dari sumber yang satu dan beredar disekitar titik tarik yang
tetap.
2.

Poerwantana dkk, seluk beluk Filsafat islam (1988: Rosda.1988) hlm 159

Begitulah dalil kesinambungan jiwa yang dikemukakan Ibnu Sina seperti dalam
ungkapanya perhatikan wahai orang yang bijaksana, bahwa engkau yang sekarang, pada
jiwamu, adalah sama sperti kamu yang terdapat disepanjang umurmu ,sehingga kamu akan
selalu ingat pada peristiwa-peristiwa yang telah kamu alami. Jadi, kamu ( jiwamu ) tetap
berjalan terus tanpa diragukan lagi, sedangkan badan kamu dan bagian-bagianya tidak tetap
dan berjalan terus, akan tetapi selamanya terpisah dan terus berkurang. Oleh Karena itu kalau
seseorang tidak makan selama waktu tertentu berat badanya akan berkurang dan fisiknya
menjadi lemah. Sedangkan kamu mengetahui bahwa kamu (jiwamu) tetap ada sepanjang
waktu itu, bahkan sepanjang umurmu. Dengan demikian maka zat kamu (jiwamu) berlainan
dengan badan dan bagian-bagianya baik lahir mapun batin.
Pendapat ibnu sina tentang kesinambungan dan petalian pikiran satu sama
lain sama dengan pemikiran tokoh piker modern seperti Bergson dan William james yang
menganggap bahwa kesinambungan dan pertalian pikiran adalah ciri yang paling khas dari
gejala-gejala kejiwaan, dan merupakan dalil yang terbesar tentang wujud aku. Menurut ke-2
tokoh tersebut arus pikiran tidak mengenal diam, pemisahan dan pemutusan, tetapi
selamanya dalam gerak yang berkesinambungan dan bertalian satu dengan yang lain.
Keempat dalil orang terbang , tergantung di udara
Dalil menunjukan daya kreasi ibnu yang sangat khas dalil ini juga yang
nantinya menjadi sumber bagi descrates dalam mengumakan pemikiranya yang terkenal yaitu
cogito ergo sum, meskipun dalil ini didasarkan pada perkiraan dan khayalan namun dalil ini
tidak mengurangi kemampuanya dalam memberikan keyakinan pada orang lain yang
membaca karangan Ibnu sina ini, dalil itu berbunyi sebagai berikut.
Apabila seseorang yang memiliki kekuatan akal dan jasmani yan penuh.
Apabila ia memejamkan mata sehingga tidak bisa meliahat sama sekali apa yang ada
disekelilinganya, kemudian ia diletakan diudara dalam kekosongan sehingga ia tidak
mearasakan suatu persentuhan, bentrokan atau perlawanan, dan anggota badanyan diatur
sehingga tidak saling bertemu dan bersentuhan, meskipun hal ini terjadi orang itu tidak akan
ragu bahwa dirinya itu ada, meskipun ia susah menetapkan wujud salah satu badanya, atau
bahkan mungkin ia tidak mempunyai pikiran tentang badanya, sedangkan wujud yang
digambarkan orang itu adalah wujud yang tidak mempunyai tempat. Panjang, lebar dan dalam
( volueme/tiga dimensi). Kalau pada saat itu ia memperkirakan ada tangan dan kaki, maka ia
tidak akan mengira itu tangan dan kakinya sendiri. Dengan demikian penetapan tentang wujud
dirinya tidak timbul dari indera atau melalui badanya seluruhnya. Tetapi dari sumber lain yang
berbeda sama sekali dengan badanya sumber itu ialah jiwa.3
Dalil yang dikemukakan Ibnu Sina ini didasarkan pada hipotesis bahwa
pengenalan yang berbeda-beda mengharusakan adanya perkara yang berbeda-beda pula.
Seseorang dapat melepaskan dirinya dari segala sesuatau . akan tetapi orang itu tidak bisa
melepaskan dirinya dari jiwanya yang menjadi dasar kepribadian dan zatnya sendiri . pekerjan-

. Ibid hlm, 161

pekerjaan jiwa selamanya menyaksikan adanya jiwa tersebut sehingga tidak bisa meragukan
adanya jiwa meskipun hanya sebentar saja.

BAB II
JIWA MENURUT PANDANGAN LAIN
Pendapat yang dikemuakan Ibnu Sina pada bab sebelumnya dengan dalil-dalil
yang ia kemukakan ia membuktikan tentang adanya jiwa beserta daya-daya jiwa tersebut,
hubunganya dengan badan dan keabadian jiwa. Selain itu ia juga mengemukakan pembagian
jiwa yang ada pada diri manusia beserta daya dari masing-masing jiwa tersebut hal ini jelas
merupakan pukulan yang sangat kersa pada kaum empirisme yang tidak mempercayai adanya
jiwa. Atau kaum atomisme dan materialiseme yang mengatak bahwa jiwa adalah badan itu
sendiri dengan demikian ia (jiwa) aka hancur bersama hancurnya badan, dengan kata lain jiwa
tidaklah abadi
Dalam pembahasan ini sebagai perbandingan dalam pembahasan tenytang
jiwa ini maka akan saya kemukan beberapa pendapat tentang jiwa:
A. Jiwa menurut Ulama Kalam
Ulama kalam banyak membahas tentang jiwa. Mereka menguraikan pendapatpendapatnya tentang jiwa bahwa jiwa itu adalah mahluk dan bersifat baru sebelum jiwa itu
bertempat di badan dan kemudian membuktikan keabadian jiwa setelah terpisah dari badan.
Oleh karena pendapata dan pemikiranya itu ulama kalam dianggap sebagai orang yang
pertama-tama memperluas pembahasan tentang jiwa.
Dalam mengemukan pendapatnya Nampak nya ulama kalam banyak
bersumber dari filsafa yang berkembang pada saat itu. Oleh kareuna itu dalm pembahasn jiwa
dikalangan ulam kalam terdapat tiga golongan yaitu;
Yang pertama penganut aliran Atom atau materialism
Penganut aliran mengatakan bawha yang ada dalam wujud ini hanyalah benda
dan sifat, teori dilengkapi dengan teori penciptan terus menerus, yang berarti bahwa badan
dan sifat itu berganti-ganti dan tidak tetap, dengan demikian Tuhan menciptakan badan, dan
roh hanya sebagai sifat dari badan saja terus menerus tanpa berhenti salah satu tokoh yang
membiana aliran ini adalah Abu Huzail Al-Allaf
Penganut aliran nampaknya banyak dianut kaum jabariah yang tidak percaya
akan kehedak pribadi dan menganggap manusia hanyalah sebagai boneka yang digerakan
Tuhan. Perbuatan jahat dan baik yang dialami manusia semata-mata hanyalah kehedak Tuhan,
kereuna itu aliaran ini mengatakan badan dan roh sebagai sipat diciptakan terus menerus
tanpa henti.

Selain itu juga golongan Asariyah jua ada yang menganut aliran atom yang
juga membela terhadap aliaran atom yaitu Al-baqilani yang merupakan murid dari asyari 4 ia
mengatakan bahwa roh atau jiwa hanyalah sipat dan tidak lain hanyalah hidup, dengan
demikian apabiala badan hancur, rohpun akan hancur,
Aliran ini tentu saja sangant bertentangan dengan Pendapat Ibnu sina yang
mengatakan bahwa jiwa berkesinambungan dan jiwa/roh berbeda dengan badan baik lahir
maupun batin dengan demikian jiwa/roh ini bersifat kekal dan tidak akan hancur beserta
hancurnya badan.
kedua penganut aliranspiritualisme
Pengenut aliran ini nampaknya mendapat pengaruh yang besar dari pemikiran
Ibnu Sina tentang jiwa diantara tokoh aliran ini adalah Imam Al-Haromain penganut kaum
Asyariyah Murid dari Al-Baqilani. Imam Al-Haromain memperbaiki teori gurunya ia
mengatakan bahwa jiwa/roh adalah suatu subtansi rohani dan tabiat ketuhanan yang tidak
akan hancur karena hancurnya badan.
Faham yang dikemukan Ibnu Sina Dan Imam Al-Haromain ini menjadi doktirn
bagi kaum Ahlusunah Waljamaah, Faham ini juga di anut oleh Imam Al-ghojali hal ini terlihat
dalam bukunya Maqosid al-Falasifah, terlihat jelas pengaruh Ibnu Sina pada Al-Ghojali ketika ia
membuktikan tentan adanya jiwa.
Ketiga aliran tengah-tengah
Aliran ini merupakan aliran tengah-tengah antara Materialisme dan
Spritualisme, aliran ini mengatakan jiwa merupakan campuran antara unsur-unsur antara jiwa
dan badan. Atau badan halus yang bertempat dan berjalan di dalam badan. Atau seperti
pendapat aristoteles dan pengikutnya yang mengatakan bahwa jiwa itu adalah gambaran
badan.

B. JIWA MENURUT ULAMA TASAWUF


Dalam ajaran tasawuf diajarakan maqomat-maqomat, maqomat-maqomat itu
mestilah ditempuh oleh seorang sufi maqomat itu sangat erat hubungannya dengan ilmu
tentang hati seperti rasa cinta sabar dan tawakal, yang merupakan pekerjaan jiwa. Maqomat
itu apabila seorang sufi berhasil menempuhnya maka ia akan dapat meraih maqomat yang
tertingi yaitu wihdatul wujud. Maqomat-maqomat yang mesti dilalu seorang sufi ini
merupakan pengakuan orang Sufi terhadap keberadaan jiwa dan keabadianya.
Mengenai jiwa ini tasawuf mengatakan bahwa jiwa itu adalah benda rohani
yang diambil dari Tuhan, dan salah satu gambaran-Nya ada pada mahluk-mahluk-Nya, dan
cahaya Tuhan ada pada hamba-hamba-Nya, karena jiwa berasal dari alam atas. Maka jiwa itu

. Ibid, hlm, 53

senantiasa ingin kembali pada tempat asalnya, agar supaya dapat kembali ia mesti mensucikan
diri dari keburukan dan kotoran badan yang mengahalanginya.
Bagi seorang Sufi pengakuan adanya jiwa merupakan suatu keharusan,
kareana tidak akan adanya artinya dan hasilnya apa yang dilakukan seorang sufi tanpa
mengakui adanya kerohanian dan keabadian.
C.

JIWA MENURUT FILOSOF LAIN


Dikalangan filosof islam yang pertama kali membuka lapangan pembahasan

tentang jiwa adalah Al-Farabi. Dalam menguraikan kekuatan jiwa Al-Farabi mengatakan bahwa
kekuatan utama jiwa adalah berpikir . kekuatan ini meskipun mengambil bahanya dari alat
indera dan imajinasi, tapi hal itu tidak akan sampai pada pengetahuan yang bastrak universal,
kecuali dengan pertolongan akal.
Menurut ikhwanussafa, jiwa merupakan limpahan jiwa universal, akan tetapi
jiwa telah tenggelam dalam kebendaan dan tidak mungkin menjadi akal yang berpikir kecuali
dengan perlahan-lahan.
Dari filosof modern seperti Wiliam James dan Bergson, apa yang mereka
kemukakan sama dengan apa yang dikemukan ibnu sina mengenai kesinambungan jiwa, dalil
orang tergantung milik Ibnu Sina dikalangan filosot barat terutama descrates, apa yang ia
kemukakan dalam bukunya meditations, dengan teorinya yang terkenal yaitu cogito ergo sum.

BAB III
KESIMPULAN

Anda mungkin juga menyukai