Anda di halaman 1dari 4

TUGAS UJIAN OLEH dr. Krisna Murti Sp.

BS
Pertanyaan :
1. Tanda dan gejala Meningitis ?
2. Berdasarkan penyebabnya meningitis dibedakan menjadi 4, sebutkan ?
3. Fisiologi CSS, Jelaskan ?
4. Bagaimana Meningitis dapat mempengaruhi penglihatan ?
5. Bagaimana Kaku kuduk dapat terjadi pada penderita Meningitis ?
6. Jelaskan pemeriksaan Burdzinki I, II, III, dan IV ?
7. Bakteri tersering penyebab Meningitis ?
8. Proses terjadinya infeksi septikemia hingga ke SSP ?
9. Golongan Antibiotik yang sering digunakan untuk Meningitis ?
Jawaban :
1. Tanda dan gejala meningitis
I.
II.
III.
IV.

Gejala awal biasanya demam tinggi dan sakit kepala.


Perubahan pada tingkat kesadaran dapat terjadi letargi hingga
koma.
Dapat disertai muntah, fotofobia dan kejang.
Tanda iritasi meningen : Kaku kuduk (+), Kernig sign (+) dan
Burdzinki (+)

2. Meningitis dibagi menjadi 4 bagian, yaitu :


I.
II.
III.
IV.

Onset : Akut dan Kronis


Etiologi
: Bakteri, Virus dan Fungi
CSS : Serosa dan Purulenta
Kultur : Aseptik dan Septik

3. CSS dari ventrikel lateral melalui foramen interventrikular monroe


masuk ke dalam ventrikel III, selanjutnya melalui aquaductus sylvii masuk
ke dlam ventrikel IV. Tiga buah lubang dalam ventrikel IV yang terdiri dari
2 foramen ventrikel lateral (foramen luschka) yang berlokasi pada atap
resesus lateral ventrikel IV dan foramen ventrikuler medial (foramen
magendi) yang berada di bagian tengah atap ventrikel III memungkinkan
CSS keluar dari sistem ventrikel masuk ke dalam rongga subarakhnoid.
CSS mengisi rongga subarakhnoid sekeliling medula spinalis sampai
batas sekitar S2, juga mengisi keliling jaringan otak. Dari daerah medula
spinalis dan dasar otak, CSS mengalir perlahan menuju sisterna basalis,
sisterna ambiens, melalui apertura tentorial dan berakhir dipermukaan
atas dan samping serebri dimana sebagian besar CSS akan diabsorpsi

melalui villi arakhnoid (granula Pacchioni) pada dinding sinus sagitalis


superior.
4. Meningitis menyebabkan oedema serebri dan meningkatnya TIK, hal
ini mengakibatkan pembengkakan saraf optikus pada tempat masuknya
ke mata dan mengakibatkan papiledema
5. Kaku kuduk terjadi karena meningitis, menunjukkan tahanan yang
disertai nyeri terhadap fleksi leher pasif maupun aktif yang disebabkan
oleh iritasi meningen servikal oleh darah dalam ruang subarachnoid atau
oleh inflamasi. Pergerakan fleksi kepala akan menjadi tegang dan kaku
pada struktur lokasi dari meningen, serabut saraf atau medulla spinalis
yang mengalami inflamasi atau edema.
6. Brudzinki I, II, III, dan IV.
Brudzinki I (Brudzinskis Neck Sign)

Tangan pemeriksa ditempatkan di bawah kepala pasien yang


sedang berbaring. Kita tekuk kepala (fleksi) sampai dagu mencapai
dada. Tangan yang satu lagi sebaiknya ditempatkan di dada pasien
untuk mencegah diangkatnya badan.
Interpretasi : Tanda brudzinski I (+) bila terdapat fleksi pada kedua
tungkai.

Brudzinki II (Brudzinskis Contra-Lateral Leg Sign)

Pada pasien yang sedang berbaring, satu tungkai di fleksikan pada


persendia panggul, sedang tungkai yang satunya lagi berada
dalam keadaan ekstensi (lurus). Interpretasi : Tanda brudzinki II (+)
bilang tungkai yang satunya ikut terfleksi.

Brudzinki III (Brudzinskis Check Sign)

Pasien tidur terlentang dan pemeriksa menekan pipi kiri dan kanan
dengan kedua ibu jari tepat di bawah os zygomaticum.
Interpretasi : Tanda Brudzinski III (+) bila terjadi fleksi involunter
ekstrimitas superior (lengan tangan fleksi)

Brudzinki IV (Brudzinskis Symphisis Sign)

Pasien tidur terlentang dan pemeriksa menekan simpisis pubis


dengan kedua ibu jari tangan.
Interpretasi : Tanda Brudzinski III (+) bila terjadi fleksi involunter
ekstrimitas Inferior (kaki fleksi)

7. Bakteri tersering penyebab meningitis ialah Streptococcus pneumonia

(pneumococcus).
Golongan Umur

Penyebab

Bayi baru lahir

Group B Streptococcus, Escherichia coli,


Listeria monocytogenes

Bayi dan anakanak

Streptococcus pneumoniae, Neisseria


meningitidis, Haemophilus influenzae type b

Remaja dan
dewasa

Neisseria meningitidis, Streptococcus


pneumoniae

Usia lanjut

Streptococcus pneumoniae, Neisseria


meningitidis, Listeria monocytogenes
8. Secara umum invasi kuman ke susunan saraf pusat (SSP) terjadi
setelah kuman berhasil menerobos permukaan tubuh dalam dan luar,
sehingga kuman dapat masuk di SSP melalui lintasan-lintasan berikut :
kuman yang bersarang di mastoid dapat menjalar ke SSP
perkontinuitatum. Sutura memberikan kesempatan untuk invasi secara
ini. Invasi hematogenik melalui arteri intraserebral merupakan
penyebaran ke SSP secara langsung. Penyebaran hematogen tak
langsung dapat juga dijumpai, kasus arteri meningeal yang terkena
radang terlebih dahulu. Dari arteritis ini, kuman dapat masuk di liquor
dan meningens serta otak. Saraf-saraf tepi juga dapat digunakan sebagai
jembatan bagi kuman-kuman untuk tiba di SSP melalui perineurium.
Sebenarnya ada perlindungan khusus oleh otak terhadap bahaya yang
datang melalui lintasan hematogen, yang dikenal sebagai sawar darah
otak atau Blood Brain Barrier. Pada septikemia Blood Brain Barrier
rusak dan tidak lagi bertindak sebagai sawar khusus, sehingga protein
plasma, leukosit serta kuman dapat masuk ke SSP. Dengan demikian
proses radang dan reaksi imunologi dapat berkembang di SSP.
Pada meningitis purulenta paling sering terjadi akibat penyebaran kuman
secara hematogen, berasal dari tempat infeksi yang jauh. Kuman-kuman
masuk ke SSP secara hematogen atau langsung menyebar dari kelainan
di nasofaring, paru-paru (pneumonia, bronkopneumonia), dan jantung
(endokarditis). Selain itu perkontinuitatum dari peradangan organ atau
jaringan di dekat selaput otak misalnya abses otak, otitis media,
mastoiditis dan trombosis sinus kavernosus. Invasi kuman-kuman
(meningokokus, pneumokokus, haemophilus influenza, streptokokus) ke
dalam ruang subaraknoid menyebabkan reaksi radang pada piamater
dan araknoid, CSS dan sistem ventrikulus.
Mula-mula pembuluh darah meningeal yang kecil dan sedang mengalami
hiperemi, dalam waktu yang sangat singkat terjadi penyebaran sel-sel
leukosit polimorfonuklear (PMN) ke dalam ruang subaraknoid, kemudian
terbentuk eksudat. Dalam beberapa hari terjadi pembentukan limfosit
dan histiosit dan dalam minggu ke dua sel-sel plasma. Eksudat yang
terbentuk terdiri dari dua lapisan, bagian luar mengandung leukosit PMN
dan fibrin, sedangkan di lapisan dalam terdapat makrofag. Proses radang
selain pada arteri juga terjadi pada vena-vena di korteks dan dapat
menyebabkan trombosis, infark otak, odema otak, dan degenerasi
neuron-neuron. Dengan demikian meningitis purulenta dapat dianggap
sebagai ensefalitis superfisial. Trombosis serta organisasi eksudat
perineural yang fibropurulen menyebabkan kelainan nervi kranialis (N. III,
IV, VI, VII, dan VIII). Organisasi di ruang subaraknoid superfisial dapat

menghambat aliran dan


hidrosefalus komunikan.

absorpsi

CSS,

sehingga

mengakibatkan

9. Dapat digunakan Sefalosporin yang merupakan antibiotic golongan


Beta-Laktam yang memiliki efek bakterisidal (mematikan bakteri) dengan
cara mengganggu sintesis selaput peptidoglycan dari dinding sel bakteri.

Anda mungkin juga menyukai