Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN TUTORIAL

BLOK PENYAKIT DENTOMAKSILOFASIAL I


SKENARIO 7
JEJAS TRAUMATIK PADA GIGI ANAK-ANAK

Tutor : drg. Supriyadi, M.Kes


Ketua
: Nidha Tuhu R. K
Scriber Papan : Miftah Dewi M
Scriber Meja : Nervilia Ika Putri
Anggota
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.

Arfi Rifadah
Syamsul Bachri
Retno Widyastuti
Astinia Widyastuti
Vinanti Nur C.
Haris Mega Prasetyo
Izza Khalida
Puspandaru Nur I. F
Affian Hudatama Putra
Anindya Roshida
Dewi Anggraini

(121610101070)
(121610101075)
(121610101073)
:

(121610101057)
(121610101063)
(121610101066)
(121610101069)
(121610101072)
(121610101076)
(121610101078)
(121610101079)
(121610101081)
(121610101082)
(121610101083)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS JEMBER
2012/2013

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya
penulis dapat menyelesaikan laporan tutorial yang berjudul JEJAS TRAUMATIK PADA GIGI
ANAK-ANAK dengan baik serta tepat waktu.
Laporan tutorial ini disusun untuk melengkapi tugas tutorial dengan didukung oleh
referensi-referensi yang bisa dipertanggungjawabkan. Laporan ini bertujuan untuk memberikan
pemahaman yang lebih jelas dari materi tutorial.
Penulis menyusun laporan tutorial ini melalui berbagai tahap baik dari pencarian bahan,
pembahasan, belajar mandiri, dan lain-lain. Laporan ini tidak mungkin terwujud tanpa adanya
kerjasama yang baik dengan pihak-pihak yang terlibat. Oleh karena itu, penulis menyampaikan
terima kasih kepada:
1. drg. Supriyadi, M.Kes selaku tutor yang telah banyak membantu dalam proses
tutorial.
2. Teman-teman anggota tutorial VI
Semoga laporan tutorial ini bisa bermanfaat bagi pembaca dan mohon maaf apabila ada
kesalahan. Apabila ada yang kurang sempurna dalam laporan ini, penulis mengharapkan kritik
dan saran pembaca guna perbaikan lebih lanjut pada masa yang akan datang.

Jember, 5 Juli 2013

SKENARIO VII

JEJAS TRAUMATIK PADA GIGI ANAK-ANAK

Anak laki-laki, umur 8 tahun datang ke klinik Pedodonsia RSGM Universitas Jember
karena gigi depannya patah 2 jam yang lalu karena jatuh saat bersepeda (traumatic injury). Hasil
pemeriksaan klinis menunjukkan gigi 21 fraktur kelas 3. Hasil pemeriksaan radiologis
menunjukkan apical gigi 21 masih terbuka.

STEP 1
KLARIFIKASI ISTILAH
1.
2.
3.

Fraktur kelas 3 : fraktur pada gigi yang mengenai enamel, dentin, hingga pulpa.
Traumatic injury : suatu jejas atau luka yang timbul karena trauma fisik.
Pedodonsia : salah satu bidang pada kedokteran gigi yang menangani masalah anak-anak.

STEP 2
MENETAPKAN MASALAH
1.
2.
3.
4.

Apakah etiologi dan faktor predisposisi dari trauma pada gigi anak?
Apa saja klasifikasi trauma pada gigi anak?
Pemeriksaan apa yang digunakan untuk menegakkan diagnose pada trauma gigi anak?
Mengapa di dalam skenerio diagnosisnya disebutkan fraktur gigi kelas 3 padahal apikal
gigi masih terbuka?

STEP 3
MENGANALISIS MASALAH
1.

Prevalensi kerusakan pada gigi anak disebabkan oleh:


1.
2.
3.

Kecelakaan termasuk jatuh saat belajar berjalan, bermain, maupun olahraga


Karies
Kerusakan jaringan periodontal

Sedangkan faktor pendukung atau faktor predisposisi dari trauma gigi anak adalah:
-

Adanya kelainan pada struktur gigi


Jaringan penyangga gigi yang belum tumbuh sempurna
Perkembangan dan pertumbuhan gigi yang belum sempurna

2.

Gigi anterior yang protusi menyebabkan prevalensi trauma pada gigi anterior
lebih tinggi
Overjet (3-6mm) memiliki resiko 2 kali lipat lebih tinggi
Protusi kurang sempurna
Kelainan psikologis anak
Defek pada organ tubuh anak (buta, tuli)
Amelogenesis imperfect
Hypoplasia enamel

Klasifikasi dental frakur :


Kelas 1

: mengenai enamel

Kelas 2

: mengenai dentin (pulpa blm terlibat)

Kelas 3

: mengenai dentin (pulpa terbuka)

Kelas 4

: gigi non vital

Kelas 5

: gigi lepas

Kelas 6

: fraktur akar

Kelas 7

: perubahan letak gigi

Kelas 8

: fraktur mengenai seluruh mahkota

Kelas 9

: fraktur mengenai gigi decidui

Menurut WHO , trauma pada anak ada 4 :


1.

Kerusakan jaringan keras gigi :


Email infraction
Uncomplicated crown fracture
Fraktur enamel dentin
Complicated crown fracture

2.

Kerusakan pada jarngan periodontal :


Concussion
Sublucation
Luksasi extrusi
Luksasi intrusi

3.

Kerusakan pada jaringan lunak :


Laserasi
Abrasi
Kerusakan jaringan keras gigi dan tulang alveolar

3.

Pemeriksaan Trauma :
- Anamnesa : biasanya jika pada pasien anak kita tidak bisa menanyakan pada pasiennya
secara langsung, tetapi biasanya pasien tersebut diantar oleh orang yang lebih dewasa dan
kita bisa menanyakan pada orang yang mengantarnya tersebut.
- visual
- intraoral :
a. perkusi
b. palpasi
c. tes vitalitas :
1.sondasi
2. term test (gutta percha & chlorethyle)
3. elektrik
- ekstra oral : melihat adanya laserasi ,ekimosis, perdarahan ,pemeriksaan tulang wajah.
- radiografi : fraktur biasanya tampak radiolusen dengan bentukan tertentu.
Biasanya pada pemeriksaan dilakukan teknik knee to knee yaitu dengkul orang tua
berhadapan dengan dengkul dokter dan posisi pasien berada pada pangkuan dokter dan
orantua pasien, teknik itu dilakukan dengan tujuan adar pasien tidak merasa takut dan
nyaman juga supaya dokter dapat melakukan pemeriksaan dengan leluasa.

4.

Jawaban yang paling tepat ialah tidak ada hubungan antara fraktur gigi kelas 3 dan akar
yang masih terbuka. Karena akar yang masih terbuka tersebut menunjukan gigi
permanen masih dalam perkembangan yang belum sempurna dan tidak termasuk fraktur
gigi.

STEP 4
MAPPING

ETIOLOGI

HOST

TRAUMA PADA GIGI


ANAK
PEMERIKSA
AN KLINIS &
PENUNJANG

FAKTOR
PREDISPOSISI

KLASIFIKASI

STEP 5
LEARNING OBJECT
1.

Mahasiswa mampu memahami, mengetahui, dan menjelaskan etiologi dan factor

2.

prediposisi dari adanya trauma pada gigi anak anak.


Mahasiswa mampu memahami, mengetahui, dan menjelaskan klasifikasi dari trauma

3.

yang terjadi pada gigi anak.


Mahasiswa mampu memahami, mengetahui, dan menjelaskan pemeriksaan klinis dan
pemeriksaan penunjang dalam menentukan trauma pada gigi anak.

4.
STEP 7
PEMBAHASAN LO BERDASARKAN REFERENSI
1.

ETIOLOGI TRAUMA PADA ANAK


* Preschool : jatuh karena belajar berjalan (0-4 thn)
* Junior school year (5-11) : kecelakaan saat bermain dan olahraga
* Secondary school year : kecelakaan olah raga
* 48 % terjadi di sekolah, 52 % waktu luang (bermain), 10 % di jalan raya
* Langsung : gigi berkontak dengan penyebab misalnya fraktur spontan
* Tidak langsung , misalnya : ke mandibula selain ke gigi anterior

Faktor predisposisi
* Kelamin : anak laki-laki lebih banyak beraktivitas daripada anak perempuan
(epidemologi)
* Usia :1,5 th 2,5 th (desidui) dan 8 th 10 th (permanen)
* Oklusi : Jarak gigi besar
Protusi (maloklusi)
Insufficient lip closure (mulut sukar menutup)

2.

KLASIFIKASI TRAUMA PADA GIGI ANAK


Menurut Ellis and Davey, klasifikasi trauma pada gigi ialah :
1.
2.
3.
4.
5.

Klas I
Klas II
Klas III
Klas IV
Klas V

: merupakan trauma yang hanya mengenai email.


: merupakan trauma yang mengenai email dan dentin.
: merupakan trauma yang mengenai email, dentin, dan pulpa.
: merupakan trauma yang menyebabkan fraktur akar.
: merupakan trauma yang menyebabkan avulsi.

Pada tutorial hari pertama, terdapat 9 klasifikasi dari Ellis dan Davey. Klas I sampai
dengan Klas VIII biasanya digunakan untuk gigi permanen, sedangkan Klas IX hanya
untuk gigi sulung seperti apapun traumanya, tetap diklasifikasikan pada Klas IX.
Menurut Ellis and Davey berdasarkan subgingiva, klasifikasi trauma pada gigi ialah:
1.
2.
3.
4.
5.

6.
a.
b.

Fraktur email
Fraktur dentin
Fraktur mahkota dengan terbukanya pulpa
Fraktur akar
Luksasi gigi :
a.
Concussion
b.
Subluksasi
c.
Intrusi
d.
Ekstrusi
e.
Lateral luxation
f.
Avulsi
Intrusi gigi :
Klas I
: fraktur yang ada tidak sampai meluas pada attached ginngiva.
Klas II
: fraktur meluas ke attached ginngiva tanpa

c.

Klas III

mengenai alveolar crest.


: fraktur mencapai bawah alveolar crest.

d.

Klas IV

: fraktur berada di dalam korona akar di bawah alveolar crest.

Menurut Hangry and Crack, klasifikasi trauma ada :


1.
2.
3.
4.

Fraktur email.
Fraktur email dan dentin.
Fraktur email, dentin, dan pulpa.
Fraktur akar tanpa maupun disertai hilangnya mahkota.

Luksasi gigi:
Derajat 1

: kegoyangan normal yang kurang dari 1 mm.

Derajat 2

: kegoyangan sampai dengan 1 mm.

Derajat 3

: kegoyangan lebih dari 1 mm ke segala arah dan dapat ditekan ke arah


apikal.

Fungsi dari kalsifikasi adalah sebagai komunikasi antar dokter gigi guna menyamakan
persepsinya.
3.

PEMERIKSAAN
a. Menurut Davis, apabila ada fraktur yang menyebabkan intrusi, ekstrusi, dan
sebagainya perlu diwaspadai adanya fraktur pada tempat lain seperti cervical spine
dan intra cranial injury. Hal-hal yang perlu dilakukan yaitu evaluasi nervus cranial
pada 4 area :
* Ekstra okuler
* Pemeriksaan pada pupil
* Sensori
* Symetri of motoric function
b. Pemeriksaan pergeseran gigi
c. Pemeriksaan mukosa dan gingiva (apakah ada pembengkakan, laserasi, intrusi, dll)
d. Pemeriksaan oklusi
e. Pemeriksaan vitalitasgigi dan perkusi

f. Apabila terjadi fraktur sampai pulpa pada gigi sulung biasanya terjadi perubahan warna
pada gigi, nekrosis pulpa ataupun resorbsi akar
g. Pemeriksaan oral : menentukan derajat kegoyangan gigi, melihat ada tidaknya
abnormalitas rongga mulut

LEARNING OUTCAME
Pengaruh trauma pada gigi desidui yang dapat mempengaruhi perkembangan gigi permanen.
Pengaruh trauma pada gigi susu terhadap gigi permanen :
Dapat mempengaruhi pertumbuhan gigi permanen, contohnya pada perkembangan awal gigi
tetap, gigi insisif terletak pada palatal dan sangat dekat dengan apeks gigi insisif sulung oleh
karena itu jika terjadi trauma pada gigi insisif sulung dan posisinya bergeser kemungkinan
tekanan akar gigi sulung dapat mengganggu perkembangan mahkota gigi permanen.
Apabila gigi sulung intrusi mencapai benih gigi mengganggu jalan erupsi gigi permanen
dapat menyebabkan malposisi gigi permanen (biasanya harus diekstraksi)
Trauma pada gigi sulung juga dapat menyebabkan terganggunya 2 fase perkembangan dan
pertumbuhan gigi permanen :
1. Fase kalsifikasi apabila fase ini terganggu dapat menyebabkan terjadinya hipoplasi
enamel (pembentukan enamel tidak sempurna)
2. Fase mineralisasi dapat menyebabkan hipomineralisasi ( terjadinya bercak putih/
kecoklatan pada bagian labial gigi )
Dapat terjadi juga laserasi pada mahkota gigi permanen karena trauma pada gigi sulung
Angulasi akar
Gigi sulung trauma avulsi penebalan jaringan gigi permanen sulit / terlambat
arupsi

DAFTAR PUSTAKA

Andlaw, R. J dan W.P. Rock. A manual of Paedodontics. 1992. Jakarta: Widya Medika.
Budihardja, Andi Setiawan. 2011. Trauma Oral dan Maksilofasial. Jakarta: EGC
Fonseca, Raymond J. 2005. Oral and Maksilofacial Trauma. New York: Saunder
Herliana, Heri. 2010. Fraktur Maksilofasial. Bandung: Universitas Padjajaran
Marciani RD, Carlson ER, Braun TW. Oral and Maxillofacial Surgery Volume II. Ed. Ke-2.
Saunders Elsevier. St. Louis. 2009
McDonald, Ralph E. Dentistry for the child and adolescent 8th edition. 2004. USA: Mosby, Inc.
Andlaw, R. J. dan W. R. Rock, 1992, Perawatan Gigi Anak Eds 2, Widya Medika

Buku Ajar Ortodonsi oleh T. D. Foster penerbit EGC

Anda mungkin juga menyukai