Anda di halaman 1dari 4

Pengelolaan Faktor Fisik Lingkungan Kerja

Oleh: AHMAD JAUHARI


Peristiwa ledakan yang terjadi di Puspitek Serpong pada hari Senin (10/9/2007) sekitar
pukul 15.20 WIB mengingatkan kita semua bahwa potensi bahaya yang dapat
menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja (PAK) dapat terjadi di lingkungan
kerja sekitar kita. Beruntung ledakan keras di Laboratorium Kimia Pusat Pengembangan
Industri Nuklir Badan Tenaga Nuklir Nassional di Puspitek Serpong tersebut dinyatakan
bebas radiasi.
Peristiwa ledakan tersebut mengingatkan kita semua bahwa pengelolaan lingkungan
kerja menjadi sangat penting dan perlu mendapatkan perhatian untuk dilaksanakan
dalam kerangka pelaksanaan sistem manajemen K3L (Keselamatan dan Kesehatan
Kerja serta Lingkungan). Faktor lingkungan kerja yang berpotensi menimbulkan bahaya
kecelakaan dan penyakit akibat kerja adalah faktor fisik, kimia, biologi, psikologi dan
fisiologi. Untuk mengurangi risiko bahaya kecelakaan dan penyakit akibat kerja perlu
adanya pengelolaan lingkungan kerja sesuai dengan peraturan perundangan yang
berlaku.
Di antara faktor lingkungan kerja yang perlu mendapatkan perhatian dalan rangka
perlindungan keselamatan dan kesehatan tenaga kerja adalah faktor fisik lingkungan
kerja. Lingkungan kerja adalah istilah umum yang mencakup identifikasi dan evaluasi
faktor lingkungan yang memberikan dampak pada kesehatan tenaga kerja. Faktor
lingkungan fisik yang berpotensi menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja
adalah kebisingan, iklim kerja, pencahayaan, radiasi tidak mengion, tekanan udara dan
getaran mekanis.
Kebisingan
Kebisingan adalah bunyi yang didengar sebagai suatu rangsangan pada telinga dan
manakala bunyi-bunyi tersebut tidak dikehendaki maka dinyatakan sebagai suatu
kebisingan. Kualitas bunyi ditentukan oleh frekuensi dan intensitasnya.
Telinga manusia dapat mendengar bunyi mulai frekuensi 20 s/d 20.000 Hertz. Bunyi
dengan Frekuensi 250 s/d 3.000 Herz sangat penting karena pada frekuensi tersebut
manusia dapat mengadakan komunikasi dengan normal. Bunyi di atas frekuensi
tersebut dapat menimbulkan gangguan dan penyakit pada manusia.
Pengaruh kebisingan terhadap tenaga kerja dan lingkungan kerja adalah dapat
menimbulkan tuli, menurunkan produktivitas kerja, mengganggu komunikasi,
menurunkan konsentrasi kerja, dan dapat menimbulkan protes dari masyarakat sekitar
lingkungan kerja. Pengendalian kebisingan di tempat kerja pada prinsipnya dapat
dilakukan dengan mengurangi tingkat intensitas kebisingan atau mengurangi lamanya
pemaparan selama jam kerja.
Upaya yang dapat dilakukan untuk mengendalikan kebisingan di tempat kerja adalah
dengan memasang alat peredam pada sumber suara, memasang penghalang pada
jalan suara dan tenaga kerja menggunakan alat pelindung telinga (ear plug atau ear
muff). Bila hal ini sulit dilakukan maka upaya perlindungan tenaga kerja yang perlu
mendapatkan perhatian manajemen perusahaan adalah dengan jalan mengatur waktu
kerja sesuai dengan intensitas bising yang diterima tenaga kerja.
Iklim Kerja
Iklim kerja adalah suatu kombinasi dari suhu udara, kelembaban udara, kecepatan
gerakan udara dan suhu radiasi pada suatu lingkungan kerja. Iklim atau keadaan cuaca
di lingkungan kerja yang tidak nyaman, tidak sesuai dengan syarat yang ditentukan

dapat menurunkan kapasitas kerja yang berakibat menurunnya efisiensi dan


produktivitas kerja. Suhu udara dianggap nikmat bagi orang Indonesia adalah sekitar
24oC sampai 26oC dan selisih suhu di dalam dan di luar ruangan tidak boleh lebih dari
5oC. Batas kecepatan angin secara kasar yaitu 0,25 sampai 0,5 m/dt.
Keseimbangan panas atau suhu tubuh manusia selalu dipertahankan oleh suatu
pengatur suhu pada tubuh manusia. Suhu menetap ini adalah akibat keseimbangan
udara panas yang dihasilkan di dalam tubuh sebagai akibat metabolisme dan
pertukaran panas diantara tubuh dan lingkungan sekitarnya.
Faktor penyebab terjadinya pertukaran panas di antara tubuh dengan lingkungan
sekitarnya adalah konduksi, konveksi, radiasi dan evaporasi. Konduksi adalah adalah
pertukaran panas di antara tubuh dengan benda atau lingkungan sekitarnya melalui
kontak langsung. Konveksi adalah gerakan molekul gas atau cairan dengan suhu yang
rendah. Radiasi adalah energi gelombang dari kedua benda akan saling berpengaruh
sehingga energi gelombang panas yang lebih tinggi akan memancarkan panas radiasi
dan panas radiasi yang lebih rendah akan menerima panas radiasi. Evaporasi
(penguapan) adalah keringat yang dihasilkan pada permukaan kulit melalui pelepasan
uap air.
Lingkungan kerja yang panas berpengaruh terhadap tubuh manusia. Individu yang
selalu berhadapan dengan faktor panas agar tidak merasa terganggu maka ada
beberapa faktor yang perlu diperhatikan. Faktor yang mempunyai toleransi tubuh
terhadap panas adalah aklimatisasi, ukuran badan, umur, jenis kelamin, kesegaran
jasmani, dan suku bangsa.
Upaya yang perlu dilakukan untuk mengatasi suhu udara yang panas di lingkungan
kerja adalah dengan memperbaiki aliran udara, mereduksi tekanan panas, menerapkan
teknologi pengendalian suhu basah, mengurangi pemaparan udara panas terhadap
tenaga kerja, penyediaan air minum yang cukup serta penyesuaian berat ringannya
pekerjaan.
Pencahayaan
Pencahayaan di lingkungan kerja sangat diperlukan agar tenaga kerja dapat bekerja
atau mengamati benda yang sedang dikerjakan secara jelas, cepat, nyaman dan aman.
Penerangan yang memadai akan memberikan kesan pemandangan yang lebih baik dan
keadaan lingkungan yang menyegarkan dan menyenangkan.
Sebuah benda akan terlihat apabila benda tersebut memantulkan cahaya, baik yang
berasal dari benda itu sendiri maupun berupa pantulan yang datang dari sumber lain.
Dengan demikian maksud dari pencahayaan di lingkungan kerja adalah agar benda
dapat terlihat dengan jelas. Pencahayaan dapat diatur dan disesuaikan dengan
kecermatan atau jenis pekerjaan sehingga dapat memelihara keselamatan dan
kesehatan kerja.
Faktor yang mempengaruhi intensitas penerangan adalah sumber cahaya, daya pantul
(reflektivitas) dan ketajaman penglihatan. Penerangan yang baik memungkinkan tenaga
kerja dapat melihat pekerjaan dengan teliti, cepat, jelas, serta membantu menciptakan
lingkungan kerja yang nyaman dan menyenangkan. Sifat penerangan yang baik
ditentukan oleh beberapa faktor seperti pembagian luminensi dalam lapangan
penglihatan, pencegahan kesilauan, arah sinar, warna dan panas penerangan terhadap
keadaan lingkungan.
Dengan penglihatan yang jelas maka tenaga kerja akan dapat melaksanakan
pekerjaannya lebih mudah dan cepat sehingga produktivitas diharapkan dapat
meningkat. Sedangkan pada penerangan yang buruk akan dapat mengakibatkan
kelelahan mata dan berkurangnya daya dan efisiensi kerja, kelelahan mental, keluhan
pegal di daerah mata dan sakit kepala di sekitar mata, kerusakan indera mata serta

meningkatkan kecelakaan kerja.


Radiasi Tidak Mengion
Radiasi gelombang elektromagnetik terdiri dari radiasi yang mengion dan radiasi yang
tidak mengion, seperti gelombang mikro, sinar laser, sinar tampak (termasuk sinar dari
layar monitor), sinar infra merah, sinar ultra violet dan lain-lain. Gelombang mikro adalah
gelombang dengan panjang gelombang sekitar 1 mm 300 cm dan frekuensi sekitar 0,1
GHz 300 GHz. Kegunaan gelombang mikro antara lain untuk gelombang radio,
televisi, radar, dan telepon seluler.
Radiasi gelombang mikro dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia. Radiasi
gelombang mikro pendek (<> 1 cm) dapat menembus jaringan yang lebih dalam dan
pada frekuensi tertentu dapat mengganggu sistem syaraf.
Selanjutnya radiasi sinar ultra violet yang dapat bersumber dari sinar matahari, las listrik,
laboratorium menggunakan lampu untuk menghasilkan sinar ultra violet seperti
spektrofotometer, atomic absorbtion spektrometer. Efek sinar ultra violet pada manusia
adalah dapat menyebabkan gangguan kesehatan pada kulit dan mata.
Efek pada kulit adalah erythema yaitu bercak merah abnormal pada kulit. Sedangkan
pengaruh radiasi sinar ultra violet pada mata adalah lensa mata mengabsorbsi dengan
kuat sinar ultra violet dengan panjang gelombang < 400 nm. Sinar ultra violet dengan
panjang gelombang 200 nm 300 nm diabsorbsi kuat di cornea mata dan conjungtiova
sehingga menyebabkan kerato conjungtivitis.
Sementara itu, efek biologis sinar infra merah terhadap manusia adalah dapat
menyebabkan catarak pada mata serta flash burus pada kulit dan kornea mata.
Pengendalian dan pencegahan efek dari sinar infra merah adalah menutup sumber
radiasi, menghindari atau menjauhi sumber radiasi, mengurangi kontak dengan benda
yang menghasilkan radiasi, memakai alat pelindung diri (APD), serta secara rutin
melakukan pemantauan kebocoran instalasi.
Tekanan Udara
Tekanan udara yang tinggi dan rendah dapat menimbulkan gangguan kesehatan pada
tenaga kerja. Penyakit akibat tekanan udara rendah perlu diketahui oleh tenaga kerja
yang bekerja di lingkungan kerja yang tinggi di atas permukaan laut, pendaki gunung,
krew dan penumpang pesawat penerbangan. Gejala penyakit akibat tekanan udara
rendah sangat berkaitan terutama atas kekurangan oksigen dalam udara pernafasan.
Tekanan udara tinggi banyak dihadapi oleh para pekerja pertambangan, penyelam
mutiara dan para pekerja di bawah laut lainnya. Gejala penyakit akibat tekanan udara
tinggi didasarkan atas besarnya tekanan udara, sedangkan dekompresi didasarkan
pada bebasnya nitrogen dalam tubuh. Gas tersebut dalam tubuh dapat menimbulkan
penutupan pembuluh darah.
Pencegahan yang perlu dilakukan untuk mengatasi pekerja yang terkena penyakit
akibat tekanan udara tinggi adalah dengan jalan menaikkan pekerja tersebut dari dalam
lubang tambang atau dari dalam laut secara perlahan atau secara bertahap agar cukup
kesempatan untuk pencapaian keseimbangan gas nitrogen dengan larutan dalam tubuh
sehingga tidak terjadi emboli-emboli.
Getaran Mekanis
Timbulnya getaran biasanya bersamaan dengan timbulnya kebisingan yang berasal dari
sumber yang sama. Sejauh ini banyak dicurahkan perhatian terhadap masalah
kebisingan, yang sudah lama diketahui dapat menyeabkan gangguan pendengaran.

Getaran seluruh tubuh (Whole Body Vibration) di lingkungan kerja dengan penerangan
buruk dapat menyebabkan kelelahan mata dan berkurangnya daya dan efisiensi alat
pengangkut.
Getaran dari alat berat dapat pula dipindahkan ke seluruh badan melewati getaran lantai
melalui kaki. Sebenarnya hanya getaran dari tempat duduk dan topangan kaki yang
penting diperhatikan, karena getaran tersebut diteruskan ke badan. Badan manusia
merupakan suatu susunan elastis yang kompleks dengan tulang sebagai penyokong
dari alat-alat dan landasan kekuatan dari kerja otot.
Sistem peredaran darah dipengaruhi oleh getaran dengan intensitas tinggi. Tekanan
darah, denyut jantung, pemakaian oksigen (O2) dan volume per denyut akan berubah
sedikit pada intensitas 0,6 g dan berubah banyak pada 1,2 g dengan frekuensi 6 10
Hz. Organ badan yang paling sensitif dipengaruhi getaran mekanis adalah mata. Pada
frekuensi sampai 4 Hz mata masih dapat mengikuti getaran antara kepala dan sasaran
pandangan. Pada frekuensi tinggi menyebabkan penglihatan terganggu manakala
amplitudo lebih besar dari jarak dua kali dari retina.
Dampak getaran mekanis terhadap gangguan kesehatan manusia dapat diatasi dengan
mengisolasi sumber getaran, mengisolasi pekerja dari sumber getaran, mengurangi
pemaparan terhadap getaran, melengkapi peralatan mekanis dengan penahan atau
penyerap getaran serta melakukan pemeriksaan kesehatan pekerja secara berkala.
Selain hal di atas, para pekerja juga dianjurkan untuk memakai peralatan yang cukup
untuk mempertahankan suhu badan, memakai sarung tangan, sebelum bekerja harus
diadakan pemanasan, tidak memegang peralatan yang bergetar terlalu erat serta
mengoperasikan alat yang bergetar tidak sampai kapasitas penuh. Hal yang perlu
mendapatkan perhatian adalah jika pekerja merasakan tanda tanda kesemutan, kaku,
jari-jari memutih atau membiru harus segera memeriksakan ke dokter.
Melihat dampak yang merugikan terhadap keselamatan dan kesehatan kerja maka
faktor fisik lingkungan kerja perlu dilakukan pengelolaan dengan baik. Pengelolaan
faktor fisik lingkungan kerja akan dapat menghasilkan lingkungan kerja yang sehat,
aman dan nyaman serta menghasilkan efisiensi dan produktivitas kerja yang tinggi.*
AHMAD JAUHARI
Peneliti P3BI Jakarta, pemerhati K3L lulusan Pascasarjana PSIL-UI

Anda mungkin juga menyukai