Anda di halaman 1dari 5

ARINIL HAQ

Q11113020
PSIKOLOGI B
REFLEKSI (SABTU, 27 SEPTEMBER 2014)

MENTAL HEALTH
1.) WHAT HAPPENED ?
Pertemuan kelima matakuliah Mental Health kali ini dibimbing oleh ibu Indra pada pukul
13:05 Wita di Lt.8 dan kelas A dan kelas B digabung. Dipertemuan kali ini kami diajarkan
mengenai Kesehatan Jiwa. Dijelaskan kepada kami mengenai subpembahasan pertama
yaitu Konsep Sehat-Sakit Jiwa, yaitu ; pada sehat jiwa adalah kemampuan individu
menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain, masyarakat, dan lingkungan ; dan sehati
jiwa merupakan keharmonisan fungsi jiwa dan kesanggupan menghadapi masalah yang biasa
terjadi seperti merasa bahagia, senang, puas, dan mampu. Kemudian subpembahasan kedua
yaitu mengenai Pengertian Kesehatan Jiwa, yaitu kondisi yang memfasilitasi secara optimal
dan selaras dengan orang lain, sehingga tercapai kemampuan menyesuaikan diri dengan diri
sendiri, orang lain, masyarakat, dan lingkungan, adapun maksud dari keharmonisan jiwa
yaitu sanggup menghadapi masalah yang biasa terjadi dan merasa bahagia. Kami juga
diberitahukan bahwa orang yang mengalami gangguan mental tidak melihat bentuk fisik,
umur, dan ekonomi. Dan juga gangguan mental dapat muncul secara tiba-tiba, bukan
langsung ada pada detik itu juga.
Kemudian menurut Undang-Undang Nomor 3 tahun 1966 tentang Kesehatan Jiwa :
kesehatan jiwa adalah suatu kondisi yang memungkin perkembangan fisik, intelektualm dan
emosional yang optimal dari seseorang dan perkembangan itu berjalan selaras dengan
keadaan orang lain ; sedangkan gangguan jiwa adalah keadaan adanya gangguan pada fungsi
kejiwaan yaitu proses pikir, emosi, kemampuan, dan perilaku psikomotorik termasuk bicara.
Kami kembali diberitahukan bahwa contoh gangguan jiwa salah satunya yaitu latah, hal ini
dikarenakan latah pada usia yang telah beranjak remaja dan tidak diperbaiki maka latah
tersebut dinamakan sebagai gangguan mental, contoh lainnya juga yaitu mengenai orang

yang tidak tegaan seperti kanibal yang seorang manusia yang memakan daging sejenisnya
sendiri seperti Sumanto. Kami juga diberitahukan bahwa orang yang gangguan jiwa
tempatnya bukan di penjara melainkan di rehabilitas, oleh karena itu seseorang yang
gangguan mental tidak diberikan hukuman sebab akan membuat orang tersebut semakin
parah penyakit gangguan mentalnya. Dan kami diberikan pengegasan bahwa tidak boleh
seseorang memukul kepala orang lain sebab hal tersebut dapat menjadi salah satu faktor
terjadinya gangguan mental.
Beralih pada subpembahasan kelima yaitu mengenai Pengaruh Timbal Balik Antara
Kondisi Mental dan Fisik, yaitu dalam badan yang sehat terdapat mental yang sehat. Padahal
seringkali terjadi hal yang sebaliknya, mental yang tidak sehat menyebabkan badan tidak
sehat. Hal ini disebut psikomatis, yaitu gangguan fisik yang disebabkan adanya gangguan
mental, khususnya emosi. Contohnya seperti gejala-gejala penyakit yang disebabkan oleh
tekanan hidup yang menggangu ketenangan pikiran atau batin antara lain yaitu darah tinggi,
darah rendah, maag, sesak nafas, eksim, enoreksia, migrant, diare, dan gemetar. Lalu kami
pun diperlihatkan sebuah bagan yaitu kesehatan mental merupakan bagian integral sehat dari
spiritual, psikologis, sosial, dan jasmani. Bagian integral adalah kesehatan mental tidak
semata-mata berkaitan dengan terbebasnya indiviu dari gangguan mental tetapi juga
berkaitan kesehatan fisik dan perilaku.
Lalu subpembahasan keenam yaitu mengenai Faktor Yang Mempengaruhi Kesehatan
Mental, terbagi atas dua yaitu faktor internal dan eksternal. Pada Faktor internal yaitu berasa
dari daam diri seseorang dan juga merupakan faktor dari keturunan seseorang. Berbeda
dengan faktor eksternal yaitu faktor-faktor yang ada di luar diri manusia dan dapat
mempengaruhi mental baik dalam hal berpikir, berperasaan berdasarkan hati nuraninya.
Kami kembali diperlihatkan sebuah bagan Bagan Kesehatan Jiwa, yaitu Sangat Sehat, Sehat,
Cukup Sehat, Kurang Sehat, dan Sakit. Keterangan dari bagan tersebut ialah tidak ada batasa
yang tegas antara orang yang sehat dengan orang yang tidak sehat atau terganggu
kesejahteraan jiwanya. Dan tidak seorang pun selalu merasa sehat jiwa sepanjang hidupnya,
suatu saat mereka dapat mengalami stress dan aneka gangguan kesehatan jiwa lainnya. Jika
kita sangat sehat maka kita tergolong memiliki jiwa yang sehat sebaliknya jika sakit artinya
kita sedang mengalami sakit jiwa. Kami pun diberitahukan bahwa yang tahu diri kita sehat
mental adalah diri sendiri.

Kemudian kami pun diberikan jeda sejenak untuk membahas derajat kesehatan yang
kami miliki berdasarkan bagan sebelumnya, lalu kami diminta untuk menjelaskan sehat
menurut kedokteran seperti apa, selanjutnya agama, kebudayaan, produktif, dan ciri
masyarakat yang memiliki jiwa sehat.
Setelah jeda sejenak, kami pun diberikan penjelasan mengenai Delapan Sehat Jiwa oleh
WHO, yaitu dapat menyesuaikan diri secara konstruktif pada kenyataan, mendapat kepuasaan
dari usahanya, lebih puas memberi daripada menerima, bebas (relative) dari cemas,
berhubungan dengan orang lain secara tolong menolong dan memuaskan, dapat menerima
kekecewaan sebagai pelajaran dikemudian hari, mengarahkan rasa bermusuhan pada
penyesuaian yang kreatif, dan konstruktif, dan daya kasih sayang yang besar. Kemudian
subpembahasan ketujuh adalah Konsep Dasar Kesehatan Jiwa, yaitu kesehatan jiwa tidak
dapat dipisahkan dari masalah kepribadian manusia, kesehatan jiwa ditentukan oleh faktor
instriksi berupa organ biologik dan keturunan, dan ekstrinsik berupa keluarga, masyarakat,
dan lingkungan. Kesehatan jiwa tidak terjadi dengan sendirinya, perlu usaha atau waktu
untuk mengembangkan dan membinanya. Dasar-dasar pembinaan jiwa yang sehat diletakkan
di lingkungan keluarga. Komunikasi yang sehat, suasana keluarga yang harmonis dan
bahagia merupakan syarat berkembangnya jiwa anak yang sehat. Keluarga yang sehat jiwa
berasal dari orang tua atau perkawinan yang sehat jiwa pula. Dan orang tua perlu memahami
dasar-dasar kesehatan jiwa dan berusaha mencapai kondisi jiwa yang sehat.
Oleh mental health pernonel yang terbagi atas perawat jiwa, psikiater, pekerja sosial,
psikolog, terapis aktivitas, case worker, dan konselor. Dan bagan terakhir yang ditampilkan
kepada kami yaitu mengenai Ruang Lingkup yang terbagi atas tiga yaitu Preventif (bersifat
pencegahan agar tidak muncul gangguan mental, dan dimulai dari lingkup keluarga dan
sekolah), Terapeutik (intervensi terhadap gangguan mental ringan, mencegah terjadinya
gangguan mental lebi berat, dan perhatian pada kelompok rentan). Dan Kuratif (intervesi
terhadap gangguan penyesuaian diri berat, tidak dirawat di Rumah Sakit, dan profeional
kesehatan mental.
Lalu sebagai tambahan, kami pun diberikan tugas individu yang ketiga yaitu tentang
upaya yang dilakukan dalam hal pencegahan gangguan mental. Dan pertemuan kali ini pun
berakhir.

2.) WHAT HAPPENED TO ME ?


Pada pertemuan kali ini saya merasa sangat antusias kembali diajar oleh ibu Indra sebab
setelah beliau memberikan materi penjelasan pada matakuliah Psikologi Kesehatan saya yang
menganggap beliau dalam menjelaskan sangat ahli dan memberikan banyak contoh-contoh
dalam kehidupan sehari-hari sehingga saya mudah untuk memahami materi pembahasan
yang dijelaskan oleh beliau. Kemudian saya juga sangat menyenangi cerita-cerita lucu yang
dilontarkan oleh beliau, tidak hanya cerita beliau yang lucu tetapi mimic wajah beliau sangat
mendukung ceritanya sehingga cerita lucu beliau benar-benar membuat saya tertawa
terbahak-bahak. Saya merasa sangat senang hadir dipertemuan kali ini, meskipun kuliah kali
ini di hari sabtu yang seharusnya di rumah saya mengerjakan tugas-tugas tetapi saya sangat
senang dan menikmati perkuliahan di hari sabtu siang ini.

3.) INSIGHT ?
Insight yang saya dapatkan dari pertemuan kali ini adalah terkadang tidak semua orang
yang ada di lingkungan kita adalah orang-orang yang normal sebab terdapat beberapa dari
orang tersebut hanya berlagak seperti orang normal dan marah jika dibilangi abnormal.
Orang-orang yang abnormal seharusnya harus kita syukuri keberadaanya sebab dari situlah
kita dapat membedakan bagaimana manusia yang normal dan abnormal. Gangguan mental
datangnya tidak tiba-tiba bahkan salah satu penyebabnya yaitu adanya pemukulan di kepala.
Kemudian, gangguan mental tidak memandang bulu juga ekonomi, fisik, dan usia. Lalu
dalam kehidupan sehari-hari, sudah seharusnya kita menggunakan apa yang diberikan oleh
Tuhan sebaik-baiknya sebab, dengan begitulah kita dapat menjadi pribadi yang unik dan
sebagai pembeda kita dengan hewan. Dan sebagai calon sarjana Psikolog, seyogyanya dapat
untuk berbahasa yang baik sebab, dengan begitu kita dapat memberikan motivasi kepada
seseorang dan didengarkan oleh orang lain.

4.) NOW WHAT ?

Implementasi saya untuk ke depannya yaitu belajar untuk mencegah terjadinya gangguan
mental terhadap diri saya juga selalu belajar untuk dapat mempertahankan serta
mengembangkan sehat mental yang saya miliki.

Anda mungkin juga menyukai