Anda di halaman 1dari 27

ANALISIS KUALITAS LINGKUNGAN

Limbah B3

OLEH
Nama : 1. Ariesta T. Daniarti
2. Angelius A. Matarau
3. Agrefina Netu
4. Florenso Nifu
5. Marsila Kewa

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2014

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya
penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat waktu. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang baik langsung maupun tidak langsung
telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini berjudul: LIMBAH B3. Di mana, dalam makalah ini akan membahas
lebih banyak tentang barang-barang berbahaya dan yang beracun, yang perlu kita hindari,
serta beberapa pengolahan dari limbah B3, agar tidak mengganggu kesehatan manusia. Pada
makalah ini juga membahas dampak dari limbah B3 bagi lingkungan sekitar.
Penulis menyadari adanya kekurangan-kekurangan dalam penulisan makalah ini,
untuk itu penulis mengharapkan kritikan dan saran yang membangun dari para pembaca
untuk memerbaiki makalah ini. Sekian dan terima kasih.

Kupang, November 2014

Penulis

ii

DAFTAR ISI
Halaman

HALAMAN JUDUL . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

KATA PENGANTAR. . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

ii

DAFTAR ISI. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

iii

BAB I

BAB II

BAB III

PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

1.3

Rumusan Masalah. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

1.4

Tujuan Penulisan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

1.5

Metode Penulisan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ..

PEMBAHASAN
2.1

Defenisi Limbah B3 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ..

2.2

Tujuan Pengelolaan Limbah B3. . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

2.3

Jenis-Jenis Limbah B3 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

2.4

Sumber-sumber Limbah B3. . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

2.5

Dampak Limbah B3. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ..

PENUTUP
3.1

Simpulan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

23

3.2

Saran. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

23

DAFTAR PUSTAKA

iii

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik
industri maupun domestik (rumah tangga). Dimana masyarakat bermukim, disanalah
berbagai jenis limbah akan dihasilkan. Limbah merupakan hasil buangan yang tidak
dibutuhkan lagi, dan apabila tidak di kelola ataupun tidak diatasi dapat mengganggu
ketentraman manusia dan esehatan serta lingkungan tempat manusia tinggal.
Limbah B3 merupakan singkatan dari limbah bahan berbahaya dan beracun.
Limbah B3 adalah sisa suatu dan/atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya
dan/atau beacun yang karena sifatnya dan/atau konsentrasinya maupun jumlahnya,
secara langsung maupun tidak langsung hidup manusia dan makhluk hidup lain (PP
No.188 Tahun 1999 dan PP No. 85 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Limbah B3).
Bahan berbahaya dan beracun dapat juga kita jumpai di lingkungan sekitar
rumah, bahkan di dalam rumah kita sendiri. Contohnya saja produk-produk yang
sudah kadaluarsa maupun buangan produk yang tidak memenuhi standar yang aman
bagi lingkungan atau sisa bahan maupun tumpahan bahan kimia.

1.2

Rumusan Masalah
1.2.1

Apa itu Limbah B3?

1.2.2 Bagaimanakah jenis-jenis dan sumber dari limbah B3?

1.3

1.2.3

Bagaimanakah karakteristik dari limbah B3?

1.2.4

Bagaimanakah dampak yang ditimbulkan dari limbah B3?

1.2.5

Bagaimanakah cara pengelolaan limbah B3?

Tujuan
1.3.1. Untuk mengetahui apa itu limbah B3.
1.3.2. Untuk mengetahui tujuan pengelolaan limbah B3.
1.3.3. Untuk mengetahui jenis-jenis limbah B3.
1.3.4. Untuk mengetahui sumber-sumber dari limbah B3.
1.3.5. Untuk mengetahui dampak apa yang akan ditimbulkan dari limbah B3.
1.3.6. Untuk mengetahui cara pengelolaan limbah B3.
1

1.4

Metode
Metode penulisan yang digunakan oleh penulis dalam menyusun makalah ini,
yakni metode browsing.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1

Definisi Limbah B3
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) adalah sisa suatu usaha dan/atau
kegiatan yang mengandung B3. Menurut PP No.188 Tahun 1999 dan PP No. 85 Tahun
1999 Tentang Pengelolaan Limbah B3, Limbah B3 adalah sisa suatu dan/atau
kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan/atau beacun yang karena sifatnya
dan/atau konsentrasinya maupun jumlahnya, secara langsung maupun tidak langsung
hidup manusia dan makhluk hidup lain.
Definisi limbah atau Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) berdasarkan
BAPEDAL (1995) ialah setiap bahan sisa (limbah) suatu kegiatan proses produksi
yang mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3) karena sifat (toxicity,
flammability, reactivity, dan corrosivity) serta konsentrasi atau jumlahnya yang baik
secara langsung maupun tidak langsung dapat merusak, mencemarkan lingkungan,
atau membahayakan kesehatan manusia.
Dari definisi diatas, semua limbah yang sesuai dengan definisi tersebut dapat
dikatakan sebagai limbah B3 kecuali bila limbah tersebut dapat mentaati peraturan
tentang pengendalian air dan atau pencemaran udara. Misalnya limbah cair yang
mengandung logam berat tetapi dapat diolah dengan water treatment dan dapat
memenuhi standat effluent limbah yang dimaksud maka, limbah tersebut tidak
dikatakan sebagai limbah B3 tetapi dikategorikan limbah cair yang pengawasannya
diatur oleh Pemerintah.
Limbah B3 dapat berbentuk padat, cair dan gas yang dihasilkan baik dari
proses produksi maupun proses pemanfaatan produksi industri tersebut yang
mempunyai sifat berbahaya dan sifat beracun terhadap ekosistem karena bersifat
korosif, eksplosif, toksik, reaktif, mudah terbakar, menghasilkan bau, radioaktif dan
bersifat karsinogenik terhadap kesehatan manusia dan lingkungan.
Contoh limbah B3 ialah logam berat seperti Al, Cr, Cd, Cu, Fe, Pb, Mn, Hg,
dan Zn serta zat kimia seperti pestisida, sianida, sulfida, fenol dan sebagainya. Cd
dihasilkan dari lumpur dan limbah industri kimia tertentu sedangkan Hg dihasilkan
dari industri klor-alkali, industri cat, kegiatan pertambangan, industri kertas, serta
pembakaran bahan bakar fosil. Pb dihasilkan dari peleburan timah hitam dan accu.
3

Logam-logam berat pada umumnya bersifat racun sekalipun dalam konsentrasi


rendah.
Limbah dapat dikatakan sebagai limbah B3 apabila setelah melalui pengujian
memiliki salah satu atau lebih karakteristik mudah meledak, mudah terbakar, bersifat
reaktif, beracun, penyebab infeksi, dan bersifat korosif.
2.2

Tujuan Pengolahan Limbah B3


Tujuan pengelolaan B3 adalah untuk mencegah dan menanggulangi
pencemaran atau kerusakan lingkungan hidup yang diakibatkan oleh limbah B3 serta
melakukan pemulihan kualitas lingkungan yang sudah tercemar sehingga sesuai
dengan fungsinya kembali.
Dari hal ini jelas bahwa setiap kegiatan/usaha yang berhubungan dengan B3,
baik penghasil, pengumpul, pengangkut, pemanfaat, pengolah dan penimbun B3,
harus memperhatikan aspek lingkungan dan menjaga kualitas lingkungan tetap pada
kondisi semula. Dan apabila terjadi pencemaran akibat tertumpah, tercecer dan
rembesan limbah B3, harus dilakukan upaya optimal agar kualitas lingkungan
kembali kepada fungsi semula.

2.3

Jenis-Jenis Limbah B3
Menurut jenisnya limbah B3 dibedakan menjadi :
1.

Limbah B3 Jenis Padatan

2.

Limbah B3 Jenis Cairan

3.

Limbah B3 Jenis Gas

Jenis limbah B3 menurut sumbernya meliputi :


1. Limbah B3 dari sumber tidak spesifik;
Berasal bukan dari proses utamanya, tetapi berasal dari kegiatan pemeliharaan
alat, pencucian, pencegahan korosi, pelarut kerak, pengemasan, dan lain-lain.
Contohnya:
a. Pelarut Terhalogenisasi

Tetrakloroetilen

Klorobenzen

Karbon tetraklorida
4

b. Pelarut yang tidak terhalogenisasi

Dimetilbenzen

Aseton

Metanol

c. Asam/Basa
d. Yang tidak spesifik lainnya

PCBs

Limbah minyak diesel

Pelumas bekas

2. Limbah B3 dari sumber spesifik


Limbah B3 sisa proses suatu industri atau kegiatan yang secara spesifik dapat
ditentukan berdasarkan kajian ilmiah. Contohnya :
Jenis Industri
Pupuk

Tekstil

Kertas

Sumber Pencemaran
Proses produksi amonia, urea

Pencemar Utama
- Logam berat (As, Hg)

dll

- Sulfida/seny. amonia
- Logam berat (As, Cd,

Proses finishing, dyeing,


printing dll
Proses pencetakan dan
pewarnaan

Cr, Cu dll)
- Pigmen, zat warna dll
- Pelarut organik
- Logam berat dari
tinta/pewarna

3. Limbah B3 dari bahan kimia kadaluarsa, tumpahan, bekas kemasan, dan


buangan produk yang tidak memenuhi spesifikasi.
Contohnya:
Asetal Dehida (D3001)
Asetamida ( D3002)
Asam Asetat, garam-garamnya dan ester-esternya (D3003)
Aseton (D3004)
Asetonitril (D3005)
Jenis Limbah B3 Menurut Karakteristiknya
1.

Mudah meledak (explosive) adalah bahan yang pada suhu dan tekanan standar
(25 0C, dan atau 760 mmHg) dapat meledak atau melalui reaksi kimia dan atau
fisika dapat menghasilkan gas dengan suhu dan tekanan tinggi yang dengan cepat
dapat merusak lingkungan di sekitarnya.
5

2.

Sangat mudah menyala/terbakar (extremely flammable) adalah B3 baik berupa


padatan maupun cairan yang memiliki titik nyala dibawah 00C 210C dan titik
didih lebih rendah atau sama dengan 350C.

3.

Beracun (toxic). B3 yang bersifat racun bagi manusia akan menyebabkan


kematian atau sakit yang serius apabila masuk ke dalam tubuh melalui
pernafasan, kulit atau mulut.

4.

Berbahaya (harmful) adalah bahan baik padatan, cairan ataupun gas yang jika
terjadi kontak melalui inhalasi ataupun oral dapat menyebabkan bahaya terhadap
kesehatan sampai tingkat tertentu.

5.

Menimbulkan karatan (corrosive). B3 yang bersifat korosif mempunyai sifat al:

Menyebabkan iritasi (terbakar) pada kulit;

Menyebabkan proses pengkaratan pada lempeng baja SAE 1020

Mempunyai pH 2 untuk yg bersifat asam dan 12,5 untuk yang bersifat


basa.

6. Bersifat iritasi (irritant). Bahan baik padatan maupun cairan yang jika terjadi

kontak secara langsung, dan apabila kontak tersebut terus menerus dengan kulit
atau selaput lendir dapat menyebabkan peradangan.
7. Berbahaya bagi lingkungan (dangerous to the environment). Bahaya yang
ditimbulkan oleh suatu bahan seperti merusak lapisan ozon (misalnya CFC),
persisten di lingkungan (misalnya PCBs), atau bahan tersebut dapat merusak
lingkungan.
8. Karsinogenik (carcinogenic) adalah sifat bahan penyebab sel kanker, yakni sel
liar yang dapat merusak jaringan tubuh.
9. Teratogenik (teratogenic) adalah sifat bahan yang dapat mempengaruhi
pembentukan dan pertumbuhan embrio.
10. Mutagenik (mutagenic) adalah sifat bahan yang menyebabkan perubahan
kromosom yang berarti dapat merubah genetika.
11. Oxidant (mudah bereaksi terhadap oksigen).
2.4

Sumber-sumber Limbah B3
Berdasarkan sumbernya, limbah B3 dapat diklasifikasikan menjadi :

Primary sludge, yaitu limbah yang berasal dari tangki sedimentasi pada pemisahan
awal dan banyak mengandung biomassa senyawa organik yang stabil dan mudah
menguap.

Chemical sludge, yaitu limbah yang dihasilkan dari proses koagulasi dan
flokulasi.

Excess activated sludge, yaitu limbah yang berasal dari proses pengolahan dengan
lumpur aktif sehingga banyak mengandung padatan organik berupa lumpur dari
hasil proses tersebut.

Digested sludge, yaitu limbah yang berasal dari pengolahan biologi dengan
digested aerobic maupun anaerobic di mana padatan/lumpur yang dihasilkan
cukup stabil dan banyak mengandung padatan organik.
Berdasarkan studi yang telah dilakukan, ada 9 kelompok besar penghasil

limbah B3: delapan kelompok industri skala menengah dan besar, serta satu kelompok
rumah sakit yang juga memiliki potensi menghasilkan limbah, yakni :

Industri Tekstil dan Kulit


Sumber utama limbah B3 pada industri ini yakni penggunaan zat warna. Beberapa
zat warna dikenal mengandung Cr, seperti senyawa Na2Cr3O7. Industri batik
menggunakan senyawa Naftol yang sangat berbahaya. Senyawa lain dalam
kategori B3 adalah H2O2 yang sangat reaktif dan HCIO yang bersifat tioksik.

Pabrik Kertas dan Percetakan


Sumber limbah padat berbahaya di pabrik kertas berasal dari proses pengambilan
kembali bahan kimia yang memerlukan stabilisasi sebeblum ditimbun. Sumber
limbah lainnya ada pada permesinan kertas, pada pembuangan (blow down) boiler
dan proses pematangan kertas yang menghasilkan residu beracun. Setelah residu
diolah, dihasilkan konsentrat lumpur beracun. Produk samping proses percetakan
yang dianggap berbahaya dan beracun adalah dari limbah cair pencucian rol film,
pembersihan mesin dan pemrosesan film.

Industri Kimia Besar


Kelompok industri ini masuk dalam kategori penghasil limbah B3, yang antara
lain meliputi pabrik pembuatan resin, bahan pengawet kayu, pabrik cat, tinta,
industri gas, pupuk, pestisida, pigmen dan sabun. Limbah cair paabrik resin yang
sudah diolah menghasilkan lumpur beracun sebesar 3-5% dari volume limbah cair
yang diolah. Pembuatan cat menghasilkan beberapa lumpur cat beracun.
7

Sedangkan industri tinta menghasilkan limbah terbesar dari pembersihan bejanabejana produksi, baik cairan maupun lumpur pekat. Sementara, timbulnya limbah
beracun dari industri pestisida bergantung pada jenis proses pada pabrik tersebut,
yaitu apakah ia benar-benar membuat bahan atau hanya memformulasikan saja.

Industri Farmasi
Kelompok industri farmasi terbagi dalam dua sub-kelompok, yaitu pembuat bahan
dasar obat dan formulasi dan pengepakan obat. Umumnya di Indonesia, subkelompok kedua tidak begitu membahayankan. Tapi, limbah industri farmasi yang
memproduksi antibiotik memiliki tingkat bahaya cukup tinggi.

Industri Logam Dasar


Industri logam dasar nonbesi menghasilkan limbah padat dari pengecoran,
percetakan, dan pelapisan, yang menghasilkan limbah cair pekat beracun sebesar
3% dari volume limbha cair yang diolah.

Industri Perakitan Kendaraan Bermotor


Kelompok ini meliput perakitan kendaraan bermotor seperti mesin, diesel dan
pembuatan badan kendaraan. Limbahnya bersifatpadatan, tetapi dikategorikan
sebagai non B3. Yang termasuk B3 berasal dari proses penyiapan logam
(bondering) dan pengecatan yang mengandung logam berat seperti Zn dan Cr.

Industri Baterai Kering dan Aki


Limbah padat baterai kering yang dianggap berbahayan berasal dari proses filtrasi.
Sedangkan limbah cairnya berasal dari proses penyegelan. Industri aki
menghasilkan limbah cair yang beracun, karena menggunakan H2SO4 sebagai
cairan elektrolit.

Rumah Sakit
Rumah sakit menghasilkan dua jenis limbah padat maupun cair, bahkan juga
limbha gasi, bakteri maupun virus. Limbah padatnya berupa sisa obat-obatan,
bekas pembalut, bungkus obat, serta bungkus zat kimia. Sedangkan limbah
cairnya berasala dari hasil cucian, sisa obat atau bahan kimia laboratorium dan
lain-lain.

2.5

Dampak Dari Limbah B3


8

Berikut ini merupakan contoh-cntoh limbah b3 serta dampak yang akan


ditimbulkan bagi kesehatan, yakni :
a. Air Raksa /Hargentum/ Hg/ Mercury
Elemen Hg berwarna kelabu-perak, sebagai cairan pada suhu kamar dan
mudah menguap bila dipanaskan. Hg2+ (Senyawa Anorganik) dapat mengikat
carbon,

membentuk

senyawa

organomercury.

Methyl

Mercury

(MeHg)

merupakan bentuk penting yang memberikan pemajanan pada manusia. Industri


yang memberikan efluents Hg adalah :
Yang memproses chlorin,
Produksi Coustic soda,
Tambang dan prosesing biji Hg,
Metalurgi dan elektroplating,
Pabrik Kimia,
Pabrik Tinta,
Pabrik Kertas,
Penyamakan Kulit,
Pabrik Tekstil,
Perusahaan Farmasi,
Penambangan emas tradisional.
Sebagian senyawa mercury yang dilepas ke lingkungan akan mengalami
proses methylation menjadi methylmercury (MeHg) oleh microorganisme dalam
air dan tanah. MeHg dengan cepat akan diakumulasikan dalam ikan atau
tumbuhan dalam air permukaan. Kadar mercury dalam ikan dapat mencapai
100.000 kali dari kadar air disekitarnya.
Kelompok Resiko Tinggi Terpajan Hg.
Orang-orang yang mempunyai potensial terpajan Hg diantaranya :
-

Pekerja pabrik yang menggunakan Hg.


Janin, bayi dan anak-anak (MeHg dapat menembus placenta, Sistem syaraf
sensitif terhadap keracunan Hg, MeHg pada ASI, maka bayi yang menyusu

dapat terpajan)
Masyarakat pengkonsumsi ikan yang berasal dari daerah perairan yang
tercemar mercury.

Pemajanan

melalui

inhalasi,

oral,kulit

Dampak

pada

Kesehatan:

Mercury termasuk bahan teratogenik. MeHg didistribusikan keseluruh jaringan


terutama di darah dan otak. MeHg terutama terkonsentrasi dalam darah dan otak.
90% ditemukan dalam darah merah.
Efek Fisiologis :
9

Efek toksisitas mercury terutama pada susunan saraf pusat (SSP) dan ginjal,
dimana mercury terakumulasi yang dapat menyebabkan kerusakan SSP dan ginjal
antara lain tremor, kehilangan daya ingat.
Efek pada pertumbuhan :
MeHg mempunyai efek pada kerusakan janin dan terhadap pertumbuhan bayi.
Kadar MeHg dalam darah bayi baru lahir dibandingkan dengan darah ibu
mempunyai kaitan signifikan. Bayi yang dilahirkan dari ibu yang terpajan MeHg
bisa menderita kerusakan otak dengan manifestasi :

Retardasi mental
Tuli
Penciutan lapangan pandang
Buta
Microchephaly
Cerebral Palsy
Gangguan menelan

Efek yang lain :


Efek terhadap sistem pernafasan dan pencernaan makanan dapat terjadi pada
keracunan akut. Inhalasi dari elemental Mercury dapat mengakibatkan kerusakan
berat dari jaringan paru. Sedangkan keracunan makanan yang mengandung
Mercury dapat menyebabkan kerusakan liver.
b. Chromium
Chromium adalah suatu logam keras berwarna abu-abu dan sulit dioksidasi
meski dalam suhu tinggi. Chromium digunakan oleh industri : Metalurgi, Kimia,
Refractory (heat resistent application). Dalam industri metalurgi, chromium
merupakan komponen penting dari stainless steels dan berbagai campuran logam.
Dalam industri kimia digunakan sebagai :
- Cat pigmen (dapat berwarna merah, kuning, orange dan hijau).
- Chrome plating.
- Penyamakan kulit.
- Treatment Wool.
Chromium terdapat stabil dalam 3 valensi. Berdasarkan urutan toksisitasnya
adalah Cr-O, Cr-III, Cr-VI. Electroplating, penyamakan kulit dan pabrik textil
merupakan sumber utama pemajanan chromium ke air permukaan. Limbah padat
dari tempat prosesing chromium yang dibuang ke landfill dapat merupakan sumber
kontaminan terhadap air tanah.
10

Kelompok Resiko Tinggi :

Pekerja di industri yang memproduksi dan menggunakan Cr.


Perumahan yang terletak dekat tempat produksi akan terpajan Cr-VI lebih

tinggi
Perumahan yang dibangun diatas bekas landfill, akan terpajan melalui
pernafasan (inhalasi) atau kulit.

Pemajanan melaui :
- Inhalasi terutama pekerja
- Kulit
- Oral : masyarakat pada umumnya
Dampak Kesehatan
Efek Fisiologi :
o Cr (III) merupakan unsur penting dalam makanan (trace essential) yang
mempunyai fungsi menjaga agar metabolisme glucosa, lemak dan
cholesterol berjalan normal.
o Organ utama yang terserang karena Cr terhisap adalah paru-paru,
sedangkan organ lain yang bisa terserang adalah ginjal, lever, kulit dan
sistem imunitas.
Efek pada Kulit :
Dermatitis berat dan ulkus kulit karena kontak dengan Cr-IV.
Efek pada Ginjal :
Bila terhirup Cr-VI dapat mengakibatkan necrosis tubulus renalis.
Efek pada Hati :
Pemajanan akut Cr dapat menyebabkan necrosis hepar. Bila terjadi 20 % tubuh
tersiram asam Cr akan mengakibatkan kerusakan berat hepar dan terjadi
kegagalan ginjal akut.
c. Cadmium (Cd)
Cadmium merupakan bahan alami yang terdapat dalam kerak bumi. Cadmium
murni berupa logam berwarna putih perak dan lunak, namun bentuk ini tak lazim
ditemukan di lingkungan. Umumnya cadmium terdapat dalam kombinasi dengan
elemen lain seperti Oxigen (Cadmium Oxide), Clorine (Cadmium Chloride) atau
belerang (Cadmium Sulfide).
Kebanyakan Cadmium (Cd) merupakan produk samping dari pengecoran
seng, timah atau tembaga cadmium yang banyak digunakan berbagai industri,
terutama plating logam, pigmen, baterai dan plastik.
Pemajanan
Sumber utama pemajanan Cd berasal dari makanan karena makanan menyerap dan
11

mengikat Cd. misalnya : tanaman dan ikan. Tidak jarang Cd dijumpai dalam air
karena adanya resapan dari tempat buangan limbah bahan kimia.
Dampak pada kesehatan
Beberapa efek yang ditimbulkan akibat pemajanan Cd adalah adanya kerusakan
ginjal, liver, testes, sistem imunitas, sistem susunan saraf dan darah.
d. Cupper (Cu) / Tembaga
Tembaga merupakan logam berwarna kemerah-merahan dipakai sebagai
logam murni atau logam campuran (suasa) dalam pabrik kawat, pelapis logam, pipa
dan lain-lain.
Pemajanan
Pada manusia melalui pernafasan, oral dan kulit yang berasal dari berbagai bahan
yang mengandung tembaga. Tembaga juga terdapat pada tempat pembuangan limbah
bahan berbahaya. Senyawa tembaga yang larut dalam air akan lebih mengancam
kesehatan. Cu yang masuk ke dalam tubuh, dengan cepat masuk ke peredaran darah
dan didistribusi ke seluruh tubuh.
Dampak terhadap Kesehatan
Cu dalam jumlah kecil (1 mg/hr) penting dalam diet agar manusia tetap sehat. Namun
suatu intake tunggal atau intake perhari yang sangat tinggi dapat membahayakan. Bila
minum air dengan kadar Cu lebih tinggi dari normal akan mengakibatkan muntah,
diare, kram perut dan mual. Bila intake sangat tinggi dapat mengakibatkan kerusakan
liver dan ginjal, bahkan sampai kematian.
e. Timah Hitam (Pb)
Sumber emisi antara lain dari : Pabrik plastik, percetakan, peleburan timah, pabrik
karet, pabrik baterai, kendaraan bermotor, pabrik cat, tambang timah dan sebagainya.
Pemajanan:
melalui Oral dan Inhalasi
Dampak pada Kesehatan
Sekali masuk ke dalam tubuh timah didistribusikan terutama ke 3 (tiga) komponen
yaitu:
- Darah,
- Jaringan lunak (ginjal, sumsum tulang, liver, otak),
- Jaringan dengan mineral (tulang + gigi).
Tubuh menimbun timah selama seumur hidup dan secara normal mengeluarkan
dengan cara yang lambat. Efek yang ditimbulkan adalah gangguan pada saraf perifer
dan sentral, sel darah, gangguan metabolisme Vitamin D dan Kalsium sebagai unsur
pembentuk tulang, gangguan ginjal secara kronis, dapat menembus placenta sehingga
mempengaruhi pertumbuhan janin.
12

f. Nickel (Ni)
Nikel berupa logam berwarna perak dalam bentuk berbagai mineral. Ni
diproduksi dari biji Nickel, peleburan/ daur ulang besi, terutama digunakan dalam
berbagai macam baja dan suasa serta elektroplating. Salah satu sumber terbesar Ni
terbesar di atmosphere berasal dari hasil pembakaran BBM, pertambangan,
penyulingan minyak, incenerator. Sumber Ni di air berasal dari lumpur limbah,
limbah cair dari Sewage Treatment Plant, air tanah dekat lokasi landfill.
Pemajanan: melalui inhalasi, oral dan kontak kulit.
Dampak terhadap Kesehatan
Ni dan senyawanya merupakan bahan karsinogenik. Inhalasi debu yang mengandung
Ni-Sulfide mengakibatkan kematian karena kanker pada paru-paru dan rongga
hidung, dan mungkin juga dapat terjadi kanker pita suara.
g. Pestisida
Pestisida mengandung konotasi zat kimia dan atau bahan lain termasuk jasad
renik yang mengandung racun dan berpengaruh menimbulkan dampak negatif yang
signifikan terhadap kesehatan manusia, kelestarian lingkungan dan keselamatan
tenaga kerja. Pestisida banyak digunakan pada sektor pertanian dan perdagangan/
komoditi.
Pemajanan melalui : Oral, Inhalasi, Kulit
Dampak pada Kesehatan
Pestisida golongan Organophosphat dan Carbamat dapat mengakibatkan keracunan
Sistemik dan menghambat enzym Cholinesterase (Enzim yang mengontrol transmisi
impulse saraf) sehingga mempengaruhi kerja susunan saraf pusat yang berakibat
terganggunya fungsi organ penting lainnya dalam tubuh. Keracunan pestisida
golongan Organochlorine dapat merusak saluran pencernaan, jaringan, dan organ
penting lainnya.
h. Arsene
Arsene berwarna abu-abu, namun bentuk ini jarang ada di lingkungan. Arsen
di air di temukan dalam bentuk senyawa dengan satu atau lebih elemen lain. Senyawa
Arsen dengan oksigen, clorin atau belerang sebagai Arsen inorganik, sedangkan
senyawa dengan Carbon dan Hydrogen sebagai Arsen Organik. Arsen inorganik lebih
beracun dari pada arsen organik.
Suatu tempat pembuangan limbah kimia mengandung banyak arsen, meskipun
bentuk bahan tak diketahui (Organik/ Inorganik). Industri peleburan tembaga atau
metal lain biasanya melepas arsen inorganik ke udara. Arsen dalam kadar rendah biasa
ditemukan pada kebanyakan fosil minyak, maka pembakaran zat tersebut
13

menghasilkan kadar arsen inorganik ke udara Penggunaan arsen terbesar adalah untuk
pestisida.
Pemajanan
Arsen ke dalam tubuh manusia umumnya melalui oral, dari makanan / minuman.
Arsen yang tertelan secara cepat akan diserap lambung dan usus halus kemudian
masuk ke peredaran darah.
Dampak terhadap Kesehatan
Arsen inorganik telah dikenal sebagai racun manusia sejak lama, yang dapat
mengakibatkan kematian. Dosis rendah akan mengakibatkan kerusakan jaringan. Bila
melalui mulut, pada umumnya efek yang timbul adalah iritasi saluran makanan, nyeri,
mual, muntah dan diare.
Selain itu mengakibatkan penurunan pembentukan sel darah merah dan putih,
gangguan fungsi jantung, kerusakan pembuluh darah, luka di hati dan ginjal.

i. Nitrogen Oxide (NOx)


NOx merupakan bahan polutan penting dilingkungan yang berasal dari hasil
pembakaran dari berbagai bahan yang mengandung Nitrogen.
Pemajanan
Manusia
pada
umumnya
melalui
inhalasi
atau

pernafasan.

Dampak terhadap kesehatan


Berupa keracunan akut sehingga tubuh menjadi lemah, sesak nafas, batuk yang dapat
menyebabkan edema pada paru-paru.
j. Sulfur Oxide (SOx)
Sumber SO2 bersal dari pembakaran BBM dan batu bara, penyulingan minyak,
industri kimia dan metalurgi.
Dampak pada kesehatan berupa keracunan akut
- Pemajanan lewat ingesti efeknya berat, rasa terbakar di mulut, pharynx, abdomen
yang disusul dengan muntah, diare, tinja merah gelap (melena). Tekanan darah
-

turun drastis.
Pemajanan lewat inhalasi, menyebabkan iritasi saluran pernafasan, batuk, rasa
tercekik, kemudian dapat terjadi edema paru, rasa sempit didada, tekanan darah

rendah dan nadi cepat.


Pemajanan lewat kulit terasa sangat nyeri dan kulit terbakar.

k. Karbonmonoksida (CO)
Karbonmonoksida adalah gas yang tidak berbau dan tidak berwarna, berasal
dari hasil proses pembakaran tidak sempurna dari bahan bakar yang mengandung
rantai karbon (C).
Pemajanan pada manusia lewat inhalasi.
14

Dampak pada kesehatan :


Keracunan akut
Terjadi setelah terpajan karbonmonoksida berkadar tinggi. CO yang masuk
kedalam tubuh dengan cepat mengikat haemoglobine dalam darah membentuk
karboksihaemoglobine

(COHb),

sehingga

haemoglobine

tidak

mempunyai

kemampuan untuk mengikat oksigen yang sangat diperlukan untuk proses kehidupan
dari pada jaringan dalam tubuh. Hal ini disebabkan karena CO mempunyai daya ikat
terhadap haemoglobine 200 sampai 300 kali lebih besar dari pada oksigen, yang dapat
mengakibatkan gangguan fungsi otak atau hypoxia, susunan saraf, dan jantung,
karena organ tersebut kekurangan oksigen dan selanjutnya dapat mengakibatkan
kematian.
Keracunan kronis
Terjadi karena terpajan berulang-ulang oleh CO yang berkadar rendah atau
sedang. Keracunan kronis menimbulkan kelainan pada pembuluh darah, gangguan
fungsi ginjal, jantung, dan darah.

2.6

Pengolahan Limbah B3
Pengolahan limbah B3 harus memenuhi persyaratan:
a. Lokasi pengolahan
Pengolahan B3 dapat dilakukan di dalam lokasi penghasil limbah atau di luar
lokasi penghasil limbah. Syarat lokasi pengolahan di dalam area penghasil harus:
1. daerah bebas banjir;
2. jarak dengan fasilitas umum minimum 50 meter;
Syarat lokasi pengolahan di luar area penghasil harus:
1. daerah bebas banjir;
2. jarak dengan jalan utama/tol minimum 150 m atau 50 m untuk jalan lainnya;

15

3. jarak dengan daerah beraktivitas penduduk dan aktivitas umum minimum 300
m;
4. jarak dengan wilayah perairan dan sumur penduduk minimum 300 m;
5. dan jarak dengan wilayah terlindungi (spt: cagar alam,hutan lindung)
minimum 300 m.
b. Fasilitas pengolahan
Fasilitas pengolahan harus menerapkan sistem operasi, meliputi:
1. sistem kemanan fasilitas;
2. sistem pencegahan terhadap kebakaran;
3. sistem pencegahan terhadap kebakaran;
4. sistem penanggulangan keadaan darurat;
5. sistem pengujian peralatan;
6. dan pelatihan karyawan.
Keseluruhan sistem tersebut harus terintegrasi dan menjadi bagian yang tak
terpisahkan dalam pengolahan limbah B3 mengingat jenis limbah yang ditangani
adalah limbah yang dalam volume kecil pun berdampak besar terhadap
lingkungan.
c. Penanganan limbah B3 sebelum diolah
Setiap limbah B3 harus diidentifikasi dan dilakukan uji analisis kandungan
guna menetapkan prosedur yang tepat dalam pengolahan limbah tersebut. Setelah
uji analisis kandungan dilaksanakan, barulah dapat ditentukan metode yang tepat
guna pengolahan limbah tersebut sesuai dengan karakteristik dan kandungan
limbah.
d. Pengolahan limbah B3

16

Jenis perlakuan terhadap limbah B3 tergantung dari karakteristik dan


kandungan limbah. Perlakuan limbah B3 untuk pengolahan dapat dilakukan
dengan proses sbb:
1. proses secara kimia, meliputi: redoks, elektrolisa, netralisasi, pengendapan,
stabilisasi, adsorpsi, penukaran ion dan pirolisa.
2. proses secara fisika, meliputi: pembersihan gas, pemisahan cairan dan
penyisihan komponen-komponen spesifik dengan metode kristalisasi, dialisa,
osmosis balik, dll.
3. proses stabilisas/solidifikasi, dengan tujuan untuk mengurangi potensi racun
dan kandungan limbah B3 dengan cara membatasi daya larut, penyebaran, dan
daya racun sebelum limbah dibuang ke tempat penimbunan akhir
4. proses insinerasi, dengan cara melakukan pembakaran materi limbah
menggunakan alat khusus insinerator dengan efisiensi pembakaran harus
mencapai 99,99% atau lebih. Artinya, jika suatu materi limbah B3 ingin
dibakar (insinerasi) dengan berat 100 kg, maka abu sisa pembakaran tidak
boleh melebihi 0,01 kg atau 10 gr
Tidak keseluruhan proses harus dilakukan terhadap satu jenis limbah B3,
tetapi proses dipilih berdasarkan cara terbaik melakukan pengolahan sesuai
dengan jenis dan materi limbah.
e. Hasil pengolahan limbah B3
Memiliki tempat khusus pembuangan akhir limbah B3 yang telah diolah
dan dilakukan pemantauan di area tempat pembuangan akhir tersebut dengan
jangka waktu 30 tahun setelah tempat pembuangan akhir habis masa pakainya
atau ditutup.
Perlu diketahui bahwa keseluruhan proses pengelolaan, termasuk
penghasil limbah B3, harus melaporkan aktivitasnya ke KLH dengan periode
triwulan (setiap 3 bulan sekali).
Teknologi Pengolahan
17

Terdapat banyak metode pengolahan limbah B3 di industri, tiga metode yang


paling populer di antaranya ialah chemical conditioning, solidification/Stabilization,
dan incineration.
1. Chemical Conditioning
Salah satu teknologi pengolahan limbah B3 ialah chemical conditioning.
TUjuan utama dari chemical conditioning ialah:
o

menstabilkan senyawa-senyawa organik yang terkandung di dalam lumpur

mereduksi volume dengan mengurangi kandungan air dalam lumpur

mendestruksi organisme patogen

memanfaatkan hasil samping proses chemical conditioning yang masih


memiliki nilai ekonomi seperti gas methane yang dihasilkan pada proses
digestion

mengkondisikan agar lumpur yang dilepas ke lingkungan dalam keadaan


aman dan dapat diterima lingkungan

Chemical conditioning terdiri dari beberapa tahapan sebagai berikut:


-

Concentration thickening
Tahapan ini bertujuan untuk mengurangi volume lumpur yang akan diolah
dengan cara meningkatkan kandungan padatan. Alat yang umumnya
digunakan pada tahapan ini ialah gravity thickener dan solid bowl
centrifuge. Tahapan ini pada dasarnya merupakan tahapan awal sebelum
limbah dikurangi kadar airnya pada tahapan de-watering selanjutnya.
Walaupun tidak sepopuler gravity thickener dan centrifuge, beberapa unit

pengolahan limbah menggunakan proses flotation pada tahapan awal ini.


Treatment, stabilization, and conditioning
Tahapan kedua ini bertujuan untuk menstabilkan senyawa organik dan
menghancurkan patogen. Proses stabilisasi dapat dilakukan melalui proses
pengkondisian secara kimia, fisika, dan biologi. Pengkondisian secara
kimia berlangsung dengan adanya proses pembentukan ikatan bahanbahan kimia dengan partikel koloid. Pengkondisian secara fisika
berlangsung dengan jalan memisahkan bahan-bahan kimia dan koloid
18

dengan cara pencucian dan destruksi. Pengkondisian secara biologi


berlangsung dengan adanya proses destruksi dengan bantuan enzim dan
reaksi oksidasi. Proses-proses yang terlibat pada tahapan ini ialah
lagooning, anaerobic digestion, aerobic digestion, heat treatment,
-

polyelectrolite flocculation, chemical conditioning, dan elutriation.


De-watering and drying
De-watering and drying bertujuan untuk menghilangkan atau mengurangi
kandungan air dan sekaligus mengurangi volume lumpur. Proses yang
terlibat pada tahapan ini umumnya ialah pengeringan dan filtrasi. Alat
yang biasa digunakan adalah drying bed, filter press, centrifuge, vacuum

filter, dan belt press.


Disposal
Disposal ialah proses pembuangan akhir limbah B3. Beberapa proses yang
terjadi sebelum limbah B3 dibuang ialah pyrolysis, wet air oxidation, dan
composting. Tempat pembuangan akhir limbah B3 umumnya ialah

sanitary landfill, crop land, atau injection well.


2. Solidification/Stabilization
Di samping chemical conditiong, teknologi solidification/stabilization juga
dapat diterapkan untuk mengolah limbah B3. Secara umum stabilisasi dapat
didefinisikan sebagai proses pencapuran limbah dengan bahan tambahan (aditif)
dengan tujuan menurunkan laju migrasi bahan pencemar dari limbah serta untuk
mengurangi toksisitas limbah tersebut. Sedangkan solidifikasi didefinisikan
sebagai proses pemadatan suatu bahan berbahaya dengan penambahan aditif.
Kedua proses tersebut seringkali terkait sehingga sering dianggap mempunyai arti
yang sama. Proses solidifikasi/stabilisasi berdasarkan mekanismenya dapat dibagi
menjadi 6 golongan, yaitu:
- Macroencapsulation, yaitu proses dimana bahan berbahaya dalam limbah
-

dibungkus dalam matriks struktur yang besar


Microencapsulation, yaitu proses yang mirip macroencapsulation tetapi
bahan pencemar terbungkus secara fisik dalam struktur kristal pada tingkat

mikroskopik
Precipitation
Adsorpsi, yaitu proses dimana bahan pencemar diikat secara elektrokimia

pada bahan pemadat melalui mekanisme adsorpsi.


Absorbsi, yaitu proses solidifikasi bahan
menyerapkannya ke bahan padat
19

pencemar

dengan

Detoxification, yaitu proses mengubah suatu senyawa beracun menjadi


senyawa lain yang tingkat toksisitasnya lebih rendah atau bahkan hilang
sama sekali
Teknologi solidikasi/stabilisasi umumnya menggunakan semen, kapur

(CaOH2), dan bahan termoplastik. Metoda yang diterapkan di lapangan ialah


metoda in-drum mixing, in-situ mixing, dan plant mixing. Peraturan mengenai
solidifikasi/stabilitasi

diatur

oleh

BAPEDAL

berdasarkan

Kep-

03/BAPEDAL/09/1995 dan Kep-04/BAPEDAL/09/1995.


3. Incineration
Teknologi pembakaran (incineration ) adalah alternatif yang menarik
dalam teknologi pengolahan limbah. Insinerasi mengurangi volume dan massa
limbah hingga sekitar 90% (volume) dan 75% (berat). Teknologi ini sebenarnya
bukan solusi final dari sistem pengolahan limbah padat karena pada dasarnya
hanya memindahkan limbah dari bentuk padat yang kasat mata ke bentuk gas
yang tidak kasat mata. Proses insinerasi menghasilkan energi dalam bentuk panas.
Namun, insinerasi memiliki beberapa kelebihan di mana sebagian besar dari
komponen limbah B3 dapat dihancurkan dan limbah berkurang dengan cepat.
Selain itu, insinerasi memerlukan lahan yang relatif kecil.
Aspek penting dalam sistem insinerasi adalah nilai kandungan energi
(heating value) limbah. Selain menentukan kemampuan dalam mempertahankan
berlangsungnya proses pembakaran, heating value juga menentukan banyaknya
energi yang dapat diperoleh dari sistem insinerasi. Jenis insinerator yang paling
umum diterapkan untuk membakar limbah padat B3 ialah rotary kiln, multiple
hearth, fluidized bed, open pit, single chamber, multiple chamber, aqueous waste
injection, dan starved air unit. Dari semua jenis insinerator tersebut, rotary kiln
mempunyai kelebihan karena alat tersebut dapat mengolah limbah padat, cair, dan
gas secara simultan.
Proses Pembakaran (Inceneration) Limbah B3
Limbah B3 kebanyakan terdiri dari karbon, hydrogen dan oksigen. Dapat
juga mengandung halogen, sulfur, nitrogen dan logam berat. Hadirnya elemen lain
dalam jumlah kecil tidak mengganggu proses oksidasi limbah B3. Struktur
20

molekul umumnya menentukan bahaya dari suatu zat organic terhadap kesehatan
manusia dan lingkungan. Bila molekul limbah dapat dihancurkan dan diubah
menjadi karbon dioksida (CO2), air dan senyawa anorganik, tingkat senyawa
organik akan berkurang. Untuk penghancuran dengan panas merupakan salah satu
teknik untuk mengolah limbah B3.
Inceneration adalah alat untuk menghancurkan limbah berupa pembakaran
dengan kondisi terkendali. Limbah dapat terurai dari senyawa organik menjadi
senyawa sederhana seperti CO2 dan H2O.
Incenerator efektif terutama untuk buangan organik dalam bentuk padat,
cair, gas, lumpur cair dan lumpur padat. Proses ini tidak biasa digunakan limbah
organik seperti lumpur logam berat (heavy metal sludge) dan asam anorganik. Zat
karsinogenik patogenik dapat dihilangkan dengan sempurna bila insenerator
dioperasikan I.
Incenerator memiliki kelebihan, yaitu dapat menghancurkan berbagai
senyawa organik dengan sempurna, tetapi terdapat kelemahan yaitu operator harus
yang sudah terlatih. Selain itu biaya investasi lebih tinggi dibandingkan dengan
metode lain dan potensi emisi ke atmosfir lebih besar bila perencanaan tidak
sesuai dengan kebutuhan operasional.

21

BAB III
PENUTUP

3.1. Simpulan
Limbah B3 merupakan singkatan dari limbah bahan berbahaya dan beracun.
Limbah B3 adalah sisa suatu dan/atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya
dan/atau beacun yang karena sifatnya dan/atau konsentrasinya maupun jumlahnya,
secara langsung maupun tidak langsung hidup manusia dan makhluk hidup lain (PP
No.188 Tahun 1999 dan PP No. 85 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Limbah B3).
Contoh limbah B3 ialah logam berat seperti Al, Cr, Cd, Cu, Fe, Pb, Mn, Hg,
dan Zn serta zat kimia seperti pestisida, sianida, sulfida, fenol dan sebagainya. Cd
dihasilkan dari lumpur dan limbah industri kimia tertentu sedangkan Hg dihasilkan
dari industri klor-alkali, industri cat, kegiatan pertambangan, industri kertas, serta
pembakaran bahan bakar fosil. Pb dihasilkan dari peleburan timah hitam dan accu.
Logam-logam berat pada umumnya bersifat racun sekalipun dalam konsentrasi
rendah.
Bahan berbahaya ini jika tidak ditangani atau dikelola dengan baik dapat
mengganggu kesehatan manusia.
3.2. Saran

22

Saran saya bagi masyarakat sekitar, yakni: perlu adanya pegelolaan limbah B3 di
tengah-tengah masyarakat, agar tidak mengganggu kesehatan manusia. Saran saya bagi
institusi pendidikan, yakni: perlu adanyaa penyuluhan ataupun seminar tentang
pengelolaan limbah B3 secara tepat, agar masyarakat dapat menangani ataupun
mengelola masalah limbah yang ada dilingkungannya.

DAFTAR PUSTAKA

http://limbahb3-limbahb3.blogspot.com/
http://eskrimsandwich.blogspot.com/2013/12/sumber-limbah-bahan-berbahaya-dan.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Limbah
http://lessoninfo.blogspot.com/2012/03/limbah-b3-bahan-beracun-dan-berbahaya.html
http://www.smallcrab.com/kesehatan/729-dampak-b3-terhadap-kesehatan

23

Anda mungkin juga menyukai