DISUSUN OLEH :
Nama
: SOPAN HADI
Nim
: F05112017
Kelompok
: III ( TIGA )
ABSTRAK
Untuk mengetahui kadar CO2 pada kecambah kacang hijau (Phaseolus
radiatus), maka dilakukanlah percobaan Penatapan Kadar CO2 pada Kecambah
Kacang Hijau (Phaseolus radiatus). Metode yang digunakan adalah dengan menitrasi
larutan NaOH dengan HCL. Laju respirasi dipengaruhi oleh suhu dan kadar O2 yang
ada. Suhu dan ketersediaan O2 di dalam botol selai yang tertutup rapat mempengaruhi
laju respirasi dari kecambah pada tiap perlakuan, yang dapat dilihat dari kadar CO2
yang dihasilkan. Suhu dalam oven yang panas dengan ketersediaan O2 mengganggu
proses respirasi kecambah sehingga CO2 yang dihasilkan lebih sedikit dari yang
berada pada suhu ruang.
Pada praktikum mengenai
Tumbuhan bertujuan untuk mengetahui laju respirasi dari kecambah kacang hijau
berdasarkan kadar CO2 yang dihasilkan. Penentuan tersebut dilakukan dengan metode
titrasi NaOH dengan HCl. Dilakukan dengan membandingkan 2 perlakuan. Perlakuan
pertama kecambah di biarkan di suhu ruang (25C) sedangkan perlakuan kedua
kecambah ditaruh di dalam oven bersuhu 40. Didapatkan hasil bahwa kecambah
yang di taruh di dalam oven memiliki laju respirasi yang lebih rendah dibandingkan
diruangan terbuka. Hal tersebut dipengaruhi oleh suhu, ketersediaan oksigen, dan C02.
serta jenis, usia dan ukuran tumbuhan. Suhu yang tinggi menyebabkan laju respirasi
menurun karena enzim yang berperan dalam proses metabolisme mengalami
denaturasi. Selain itu pada oven yang tertutup ketersediaan oksigen jauh lebih sedikit
sehingga proses penangkapan oksigen tidak semaksimal pada suhu ruang sehingga
kadar CO2 yang dihasilkan pun juga tidak sebanyak pada kecambah pada suhu ruang.
Kata kunci : CO2, O2, Respirasi dan Laju Respirasi
PENDAHULUAN
Hewan, manusia, dan tumbuhan adalah makhluk hidup yang memiliki
kehidupan. Dalam fisiologi ketiganya melakukan respirasi, dimana dilakukan suatu
proses pengambilan O2 untuk memecah senyawa-senyawa organik menjadi CO2,
H2O, dan energi. Namun respirasi pada umumnya adalah reaksi redoks, dimana
substrat dioksidasi menjadi CO2 sedangkan O2 yang diserap sebagai oksidator yang
mengalami reduksi menjadi H2O. Kebanyakan hanya mengetahui proses respirasi
pada hewan dan manusia saja. Ini dikarenakan fisiologi pada hewan dan manusia
cukup jelas sehingga proses respirasinya lebih mudah di amati. Banyak sekali faktorfaktor dalam penentuan kadar karbondioksida pada jaringan tumbuhan. Agar mudah
memahaminya perlu dibahas berupa tujuan penggunaan NaOH, indikator pp dan
BaCl2, dan perbandingan hasil kadar CO2 yang dihasilkan antara tanaman yang
disimpan pada suhu 40oC dengan suhu ruang ( 25oC ), mana yang lebih besar
kaitannya dengan teori yang ada.
Respirasi berasal dari kata latin yaitu respirare yang berarti bernafas. Reaksi
respirasi merupakan reaksi katabolisme yang memecah molekul-molekul gula
menjadi molekul anorganik berupa CO2 dan H2O (Salisbury, 1995). Pernapasan
adalah suatu proses untuk mengubah zat-zat menjadi energi pada organisme, menjadi
penting karena pernapasan adalah salah satu bagian dasar proses hidup (Umbara,
2008).
Respirasi dibedakan dalam tiga tingkat :
(1) pemecahan polisakarida menjadi gula sederhana;
(2) oksidasi gula menjadi asam piruvat; dan
(3) transformasi piruvat dan asam-asam organik lainnya secara aerobik menjadi CO2,
air dan energy ( Pantastico , 1989).
respirasi akan berdifusi ke luar sel dan masuk ke dalam ruang antar sel. Sedangkan
untuk menghitung respirasi dapat menggunakan koefisian respirasi (KR), yaitu
perbandingan CO2 dengan O2 (Kamariyani, 1984).
Perbedaan antara jumlah CO2 yang dilepaskan dan jumlah O2 yang digunakan
biasa dikenal dengan Respiratory Ratio atau Respiratory Quotient dan disingkat RQ.
Nilai RQ ini tergantung pada bahan atau subtrat untuk respirasi dan sempurna atau
tidaknya proses respirasi tersebut dengan kondisi lainnya (Simbolon, 1989).
Kecambah melakukan pernapasan untuk mendapatkan energi yang dilakukan
dengan melibatkan gas oksigen (O2) sebagai bahan yang diserap atau diperlukan dan
menghasilkan gas karbondioksida (CO2), air (H2O) dan sejumlah energy (Putra,
2010).
Oksigen sangat penting dalam perkembangan kecambah, karena kecambah
melakukan respirasi aerob untuk memecahkan cadangan makanan dalam endosperma
yang kaya akan lemak. Cadangan makanan yang digunakan dalam respirasi ini,
berfungsi sebagai substrat yang dapat menghasilkan energi dalam menyokong proses
pembelahan sel dan metabolisme sel lainnya (tahap awal pertumbuhan) (Achmad,
2010).
Karena kecambah kacang hijau (Phaseolus radiatus) merupakan suatu
organisme yang walaupun ia masih belum berkembang dengan sempurna tetapi sudah
bisa melakukan pernapasan. Untuk mengetahui kadar CO2 pada kecambah kacang
hijau (Phaseolus radiatus), maka dilakukanlah percobaan Penatapan Kadar CO2 pada
Kecambah Kacang Hijau (Phaseolus radiatus).
Substrat respirasi meliputi senyawa karbohidrat, glukosa, fruktosa, sukrosa,
pati, lipid, asam-asam organik, dan protein. Proses respirasi yang dominan terjadi
pada bagian tumbuhan yang sedang aktif tumbuh dan melakukan metabolisme, yaitu:
tunas,
biji
yang
berkecambah,
ujung
tunas,
ujung
akar,
serta
kuncup
Faktor yang mempengaruhi laju respirasi ada dua, yaitu faktor internal dan
faktor eksternal. Faktor internal meliputi tingkat perkembangan, susunan kimia
jaringan, ukuran produk, pelapis alami dan jenis jaringan. Sedangkan faktor eksternal
meliputi suhu, gas etilen, ketersediaan O2 dan CO2. Laju respirasi menentukan daya
tahan produk yang disimpan sehingga produk yang laju respirasinya rendah
umumnya disimpan lebih lama dalam kondisi yang baik. Respirasi pada tumbuhan
ditandai oleh penurunan konsentrasi gas O2 dan peningkatan konsentrasi CO2 dalam
chamber. Laju respirasi dipengaruhi oleh suhu. Pada suhu di antara 0-35 C
kecepatan reaksi akan berlangsung dua atau tiga kali lebih besar untuk tiap kenaikan
suhu 10 C (Wills et al., 1981). Penurunan suhu penyimpanan akan menurunkan laju
respirasi tumbuhan karena penurunan suhu dapat menurunkan kecepatan reaksi kimia
yang terjadi di dalam jaringan tumbuhan. Laju pernapasan adalah berat CO2 yang
dihasilkan per satuan berat bahan pada selang waktu tertentu, dengan dimensi
satuannya mg CO2/kg.jam. Dengan pengukuran O2 dan CO2 dimungkinkan untuk
mengevaluasi sifat proses pernapasan ( Umbara, 2008 ) .
Temperatur merupakan salah satu factor yang dapat mempengaruhi produksi
CO2 yang akan
meningkatnya
menyebabkan
suhu.
peningkatan
produksi
satu
CO2,
hasil
sejalan
atau
dengan
produk dari
METODOLOGI
Praktikum mengenai
Oven
Suhu ruangan
Kadar
CO2
(Oven)
Kadar
CO2
(Suhu
ruangan)
1,1
1,5
22 mg/L
30 mg/L
1,3
2,1
26 mg/L
42 mg/L
1,4
1,7
28 mg/L
34 mg/L
1,7
1,6
34 mg/L
32 mg/L
1,5
1,5
30 mg/L
30 mg/L
1,7
1,5
34 mg/L
30 mg/L
dalam proses penitrasian dengan terjadinya perubahan warna pada larutan. Indikator
PP dengan range pH 8,0 9,6 merupakan indikator yang baik untuk larutan basa
dimana indikator ini akan merubah warna larutan dari bening menjadi merah muda
akibat dari perubahan pH larutan pada saat penitrasian.
Untuk perlakuan pada suhu ruang (25C) pada botol 1 memerlukan volume
HCl sebanyak 1,5 ml untuk mengubah larutan menjadi berwarna merah muda
sedangkan kadar CO2 yang dikeluarkan berdasarkan perhitungan rumus yaitu sebesar
30 mg/L, pada botol 2 di suhu ruang memerlukan volume HCl sebanyak 2,1 ml untuk
mengubah warna larutan dan kadar CO2 yang dikeluarkan sebesar 42 mg/L, lalu
pada botol 3 disuhu ruangan memerlukan volume HCL sebanyak 1,7 ml untuk
mengubah warna larutan dan kadar CO2 yang dikeluarkan sebesar 34 mg/L, pada
botol 4 di suhu ruang memerlukan volume HCl sebanyak 1,6 ml untuk mengubah
warna larutan dan kadar CO2 yang dikeluarkan sebesar 32 mg/L kemudian pada
botol 5 dan 6 disuhu ruangan memerlukan volume HCL sebanyak 1,5 ml untuk
mengubah warna larutan dan kadar CO2 yang dikeluarkan sebesar 30 mg/L.
Sedangkan untuk perlakuan dalam oven (40C) pada botol 1 memerlukan volume
HCl sebanyak 1,1 ml dan kadar CO2 yang dikeluarkan sebesar 22 mg/L. Pada botol 2
yang ditaruh di oven memerlukan volume HCl sebanyak 1,3 ml dan kadar CO2 yang
dikeluarkan sebesar 26 mg/L. Lalu pada botol 3 memerlukan volume HCL sebanyak
1,4 ml dan kadar CO2 yang dikeluarkan sebesar 28 mg/L. Pada botol 4 memerlukan
volume HCL sebanyak 1,7 ml dan kadar CO2 yang dikeluarkan sebesar 34 mg/L.
Pada botol 5 memerlukan volume HCL sebanyak 1,5 ml dan kadar CO2 yang
dikeluarkan sebesar 30 mg/L. Pada botol 6 memerlukan volume HCL sebanyak 1,7
ml dan kadar CO2 yang dikeluarkan sebesar 34 mg/L.
Dari data yang didapat pada botol 1,2 dan 3 sesuai dengan teori yang
mengatakan bahwa laju respirasi dipengaruhi oleh suhu dan kadar O2 yang ada. Suhu
dan ketersediaan O2 di dalam botol selai yang tertutup rapat mempengaruhi laju
respirasi dari kecambah pada tiap perlakuan, yang dapat dilihat dari kadar CO2 yang
dihasilkan. Suhu dalam oven yang panas dengan ketersediaan O2 mengganggu proses
respirasi kecambah sehingga CO2 yang dihasilkan lebih sedikit dari yang berada pada
suhu ruang.
Kadar CO2 yang dihasilkan pada kecambah yang diberi perlakuan dengan
dimasukkan kedalam oven 40o selama 24 jam lebih sedikit dibanding kecambah pada
suhu ruang, disebabkan pada peningkatan suhu mencapai 40oC atau lebih, laju
repirasi melahan menurun, karena enzim yang diperlukan mulai mengalami
denaturasi, sehingga memperlambat metabolic yang terjadi. Bila suhu meningkat
sampai 30 atau 35oC, laju respirasi akan meningkat, tapi lebih lambat. Hal ini terjadi
karena pada suhu yang tinggi inilah laju penetrasi O2 ke dalam sel lewat kutikula atau
periderma mulai menghambat respirasi saat reaksi kimia berlangsung dengan cepat
(, Frank B. Salisbury dan Ross, Cleon, 1995).
Sedangkan pada botol 4, 5 dan 6 kadar CO2 lebih banyak didalam oven
daripada didalam suhu ruangan karena ini mungkin disebabkan oleh factor usia dan
ukuran kecambah karena menurut Yasa, (2009), bahwa kalau dilihat dari jenis dan
umur tumbuhan bahwa masing-masing spesies tumbuhan memiliki perbedaan
metabolisme, dengan demikian kebutuhan tumbuhan untuk berespirasi akan berbeda
pada masing-masing spesies. Tumbuhan muda menunjukkan laju respirasi yang lebih
tinggi dibanding tumbuhan yang tua. Demikian pula pada organ tumbuhan yang
sedang dalam masa pertumbuhan .
Absorbsi CO2 dari campuran biogas ke dalam larutan NaOH dapat dilukiskan
sebagai berikut:
I.
II.
CO2(g)
CO2(g) + NaOH(aq)
CO2(g)
NaHCO3(aq)
(1)
(2)
NaOH(aq) + NaHCO3
Na2CO3(s) + H2O(l)
(3)
CO2(g) + 2NaOH(aq)
Na2CO3(s) + H2O(l)
(4)
Dalam kondisi alkali atau basa, pembentukan bikarbonat dapat diabaikan karena
-
2-
CO2(g) + 2NaOH(aq)
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum Penetapan Kadar Co2 Respirasi Jaringan
Tumbuhan maka dapat disimpulkan bahwa laju respirasi dipengaruhi oleh suhu, CO2,
dan oksigen dan usia dan ukuran kecambah . Laju respirasi pada kecambah biji
kacang hijau lebih tinggi pada suhu ruang (25C) dibandingkan di dalam oven
(40C). Hal ini karena bagi sebagian besar bagian tumbuhan dan spesies tumbuhan,
Q10 respirasi biasanya 2,0 sampai 2,5 pada suhu antara 5 dan 25C. Bila suhu
meningkat lebih jauh sampai 30 atau 35C, laju respirasi tetap meningkat, tapi lebih
lambat, jadi Q10 mulai menurun. Selain itu pada suhu tinggi enzim yang berperan
dalam proses metabolisme akan mengalami denaturasi sehingga proses respirasi akan
berlangsung lebih lama.
Ketersediaan oksigen juga mempengaruhi laju respirasi. Dalam oven oksigen
yang tersedia jauh lebih sedikit dibanding ruangan terbuka sehingga laju respirasi
menurun.
Faktor lain yaitu CO2, dimana CO2 yang dihasilkan pada proses respirasi
didalam oven tidak diimbangi dengan tersedianya oksigen. Adapun kadar CO2 yang
dikeluarkan oleh kecambah kacang hijau dapat menjadi tolak ukur laju respirasi yang
dilakukan oleh kecambah kacang hijau tersebut.
Sedangkan factor dari jenis dan umur serta ukuran tumbuhan bahwa masing-masing
spesies tumbuhan memiliki perbedaan metabolisme, dengan demikian kebutuhan
tumbuhan untuk berespirasi akan berbeda pada masing-masing spesies. Tumbuhan
muda menunjukkan laju respirasi yang lebih tinggi dibanding tumbuhan yang tua.
Demikian pula pada organ tumbuhan yang sedang dalam masa pertumbuhan .
Pada botol 4, 5 dan 6 didalam oven lebih banyak kadar CO2 nya daripada
pada suhu ruangan karena mungkin factor dari jnis, usia dan ukuran dari kecambah
tersebut .
REFERENSI
Pantastico, E. B. 1986. Fisiologi Pasca Panen dan Pemanfaatan Buah - buahan dan
Sayur-sayuran
Tropika
dan
Subtropika.
Kamariyani,
penerjemah.
Sayuran
Campuran
Terolah
Minimal.
http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:VXsSje3QQaQJ:re
pository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/13949/DANU%2520UMBA
RA%2520S_F2008.pdf?sequence%3D2+kuosien+respirasi+tumbuhan+keca
mbah+pdf&hl=id&gl=id. (Diakses, Sabtu 7 Mei 2011).
Wills RHH, Lee TH, Graham D, Glasson WBM, Hall EG. 1981. Postharvest. An
Introduction to the Physiology and Handling of Fruits and vegetables. New
South Wales University Press Limited. Kensington, N.S.W. Australia.
Yasa, I Komang Jaya Santika. 2009. Respirasi Dipengaruhi oleh Beberapa Faktor.
http://www.idonbiu.com. ( Diakses pada tanggal 10 Mei 2012).
LAMPIRAN
PERHITUNGAN KADAR CO2
Kadar CO 2
Kelompok 1
Kadar CO 2 Oven
= 22 mg/L
Kadar CO 2 ruangan =
= 30 mg/L
= 26 mg/L
Kadar CO 2 ruangan =
= 42 mg/L
= 28 mg/L
Kadar CO 2 ruangan =
= 34 mg/L
= 34 mg/L
Kadar CO 2 ruangan =
= 32 mg/L
Kelompok 2
Kadar CO 2 Oven
Kelompok 3
Kadar CO 2 Oven
Kelompok 4
Kadar CO 2 oven
Kelompok 5
Kadar CO 2 oven
= 30 mg/L
Kadar CO 2 ruangan =
= 30 mg/L
= 34 mg/L
Kadar CO 2 ruangan =
= 30 mg/L
Kelompok 6
Kadar CO 2 oven