Pengambilan dari ragi dengan DC juga mrenginduksi produksi dari TNF-A, IL-1B,
dan IL-18, tapi tidak IL-10 atau IL-12, setelah 46 jam dari coculture. Walaupun DC yang
belum matang memiliki aktivitas fagositik yang tinggi, DC yang matang lebih sempurna
dalam menampilkan peptida antigen-derived dalam MHC molekul ke T sell. DC yang telah
terpapar dengan malassezia menginduksi proliferasi dari autolog limfosit T pada dosis
dependen. Interaksi dari DC malassezia matang dengan NK sell pada pasien atopik juga
diperiksa dengan membandingkan jumlah NK sell pada kulit normal dari orang sehat dengan
kulit atopik atau kulit dermatitis atopik atau pasien AEDS. Penelitian ini menunjukan bahwa
hanya beberapa NK sell pada kulit normal, dan mereka berlawanan dengan DC. Dendritik
sell yang telah mengalami preinkubasi dengan Malassezia selama 46 jam lebih sedikit rentan
terhadap NK-mediated lysis, dan resisitensi terhadap NK lysis dimediasi oleh faktor
pemecahan.
Proteksi DC terhadap NK-mediated lysis , jika hal ini timbul pada in vivo, akan
mengizinkan sell dendritik matang untuk tetap dalam epidermis, menampilkan malassezia
antigen ke sell T dan karenanya kontribusi terhadap maintenance dari respon inflamasi
dalam lesi AEDS. Efek dari bentuk berbeda dari malassezia pada respon dari DC telah
diteliti. Sama dengan yang tealah didiskripsikan dalam imunitas terhadap C. Albicans, fase
ragi elicit produksi dari IL-12 dan cat dasar dari Th 1, saat fase hifa menghambat IL-12 dan
cat dasar Th 1, dan merangsang produksi dari IL-14, sebuah sitokin Th2-type. Sama dengan
jamur lainnya, Th 1 T-sell-termediasi imunitas sangan penting dalam pencegahan dan
penyembuhan dari infeksi. Defisiensi dalam respon sell-termediasi Th1 bisa sebagai
predisposisi dari host untuk perkembangan malassezia. Pasien atopik dengan Ige antibodi
terhadap m. Furfur terlihat memiliki peningkatan sintesis dari Th2-berhubungan sitokin IL-4,
IL-5, dan IL-10 oleh malassezia-terstimulasi PBMCs.
Berhubungan dengan respon imun humoral terhadap malassezia, sudah jelas bahwa
respon IgG ke ragi malassezia biasanya pada individual yang sehat dan pasien dengan
penyakit terkait malassezia. Hal ini agak menggambarkan paparan dari sistem imun terhadap
antigen yang dihasilkan oleh organisme komensal. Peningkatan respon IgG bisa terlihat pada
manusia dengan dermatitis atopik. Peran dari respon IgG ini dalam patogenesis dari penyakit
kulit saat ini belum jelas. Antibodi IgG diketahui bisa bekerja sebagai opsonin pelapis
mikroorganism dan untuk mengaktifkan fagosit, yang berubah mencerna dan menghancurkan
patogen ekstrasellular. Hal ini bisa dalam teori menyediakan proteksi untuk host.
Perkembangan berlebihan dari malassezia tidak timbul menjadi kondisi pemulihan sendiri,
Sepertinya antibodi tersebut tidak bersifat melindungi. Sebagai kemungkinan lain, IgG
antibodi bisa mengaktivasi sistem pelengkap, seperti yang telah didemonstrasikan dengan
pityrosporum ovale dan p. Orbiculare, dan eksaserbasi respon inflamasi. Hasil akhir
kemungkinan adalah bahwa respon IgG terhadap ragi Cuma berhubungan dan berkontribusi
terhadap penghambatan proses penyakit yang sedang berlangsung. Penelitian lebih lanjut
dibutuhkan untuk menentukan ketepatan peran yang dimainkan oleh antibodi ini dalam
penyakit kulit yang dirangsang oleh malassezia. Menggunakan test serologi in vitro seperti
enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA), radioallergosorbent test(RAST), dan western
immunoblotting, IgE malassezia yang spesifik telah dideteksi dalam pasien atopik lebih dari
satu dekade. Rangsangan dari ekstrak malassezia dan IL-4 mengarah ke peningkatan dosedependen dalam sintesis IgE dari PBMCs hanya pada RAST(+) pasien atopik, mengindikasi
sebuah respon Th2-type menyimpang terhadap malassezia pada pasien ini. Antibodi
malassezia spesifik IgE dalam pasien dengan atopik bisa memainkan peranan penting dalam
peningkatan dari respon imun. Spesifik alergen IgE antibodi bisa mengikat sell langerhans di
kulit, dengan menambah penangkapan allergen mereka dan kapasitas presentasi terhadap
paparan kedua dengan alergen. Sebagai tambahan, IgE bisa memediasi mast sell termediasi
respon hipersensitivitas terhadap alergen malasezia, dan mungkin juga terlibat dalam
patogenesis, dan berkontribusi terhadap tanda klinis, pada beberapa kasus dari dermatitis
atopik manusia.