Anda di halaman 1dari 4

J. Sains MIPA, Edisi Khusus Tahun 2007, Vol. 13, No. 2, Hal.

: 71 - 74
ISSN 1978-1873

PROSES PEMURNIAN CRUDE FURFURAL


Suharto* , Herri Susanto** dan Putut Irwan Pudjiono*
*UPT

Balai Pengembangan Proses dan Teknologi Kimia LIPI


Desa Gading, Kecamatan Playen, Kab. Gunungkidul
Fax : 0274-392570, Po.Box :174 WNO 55861
harto_berg@yahoo.com
**Program Studi Teknik Kimia FTI-ITB
Jalan Ganeca 10, Bandung

Diterima 28 Agustus 2007, perbaikan 10 Desember 2007, disetujui untuk diterbitkan 27 Desember 2007

ABSTRACT
The requirement of furfural as solvent in extraction of purification of lubricating oil in Kilang Pertamina and others furfural
requirement in Indonesia still be imported. Though many agricultural wastes containing pentosan as furfural source is
available in our state, for example : corn cobs ( 30 %) and bagasse ( 25%) and agriculture solid waste generally. The
agricultural wastes hydrolysis with low concentration-acid catalyst yields furfural crude with maximum purity 94 % ( mass).
Pure furfural required by minimum 98,5 % ( mass). To get level of purity required done with purification process by using
vacuum distillation. Crude furfural is feed into column vacuum distillation In the early process is obtained water and some
light phases, formed 2 phase. Longer distillate 1 phase in the form of furfural with level of high purety. In this research,
pure furfural is obtained with distillation yields 75,9 % from crude furfural.
Keywords: crude furfural ; vacuum distillation ; pure furfural

1. PENDAHULUAN
Furfural merupakan senyawa penting dalam industri kimia. Senyawa ini banyak digunakan sebagai pelarut selektif, bahan
kimia antara, bahan pembuat resin, bahan penghilang warna pada damar kayu, pelarut reaktif dalam pembuatan roda
penggiling dan sebagai ektraktan butadien
Furfural (C4H3OCHO) merupakan anggota terpenting keluarga komponen heterosiklik yang dikenal sebagai furan, yang
ditandai dengan cincin tak jenuh rangkap dari empat atom karbon dan satu atom oksigen. Furfural merupakan aldehid
dengan gugus CHO pada posisi 2 atau , dan diperoleh secara industri dari pentosan yang berasal dari limbah
lignoselulosa. Turunannya adalah furfuril alkohol dan asam furoat, dan seperti komponen tetrahidrofuran, furfural memiliki
ikatan rangkap yang jenuh dengan hidrogen dan berbagai nama lain seperti terdapat pada Tabel 1. Berikut ini adalah
struktur molekul furan dan turunannya1).

Gambar 1. Struktur molekul furan dan turunannya


Furfural ditemukan oleh Dobereiner pada 1832. Sembilan puluh tahun kemudian, sekitar 2000 penyelidikan dilaporkan
dalam literatur, tetapi pada 1920 belum ada produksi komersial furfural. Penelitian yang dilakukan pada tahun tersebut

2007 FMIPA Universitas Lampung

71

Suharto dkk Proses Pemurnian Crude Furfural

untuk produksi pakan ternak dengan cara acid digestion oat hull, Brownlee menemukan uap furfural dalam digester.
Furfural pertama diproduksi oleh The Quaker Oats Company pada Februari 1922 untuk produksi resin fenolik1).
Tabel 1. Furfural dan nama sinonim
Artificial ant oil
2-Formylfuran
Fural
Furaldehyde
2-Furanaldehyde
2-Furancarbaldehyde

2-Furancarbonal
2-Furfural
Furfuraldehyde
2-Furfuraldehyde
Furfurol
Furfurole

Furfurylaldehyde
Furole
-Furole
2-Furylaldehyde
2-Furylcarboxaldehyde
Pyromucic aldehyde

Furfural yang diperoleh dari hasil hidrolisis limbah padat hasil pertanian diperoleh furfural dengan kadar maksimum 94 %
(crude furfural), padahal furfural komersial yang digunakan dalam industri harus memiliki kemurnian furfural minimal 98,5
%. Untuk mendapatkan furfural dengan kemurnian tinggi (minimal 98,5 % bebas dari asam dan logam) perlu dilakukan
optimalisasi proses pemurnian terhadap crude furfural tersebut2).

2. METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan dengan mendistilasi vakum crude furfural hasil hidrolisis limbah padat hasil pertanian. Distilasi yang
dilakukan adalah distilasi batch, temperatur di reboiler diukur pada selang waktu tertentu sampai pada akhir proses

Termometer

3
Manometer

TC

Pemanas
Lilit

Pompa
Vakum

Termometer

2
1
Dongkrak

Keterangan Gambar 2 :
1 = Pemanas Electro Thermal
2 = Reboiler
3 = Packing Column
4 = Distilling Controller
5 = Condenser
6 = Perlengkapan Vakum

Gambar 2. Skema Alat Kolom dehidrator untuk Pemurnian Crude Furfural

72

2007 FMIPA Universitas Lampung

J. Sains MIPA, Edisi Khusus Tahun 2007, Vol. 13, No. 2

pemurnian juga diukur berapa % perolehan distilat yang telah dicapai. Pada akhir proses pemurnian distilat diambil untuk
dianalisa. Disamping analisa densitas dan indeks bias, juga dilakukan perhitungan neraca massa dari seluruh sistem
pemurnian. Secara sederhana skema alat yang digunakan pada penelitian ini diperlihatkan seperti pada Gambar 2.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


Pemurnian furfural dilakukan dengan distilasi vakum, umpan kolom dehidrator berupa crude furfural sebanyak 500 mL.
Pada awal distilasi vakum, distilat masih berupa dua fasa yang menunjukkan bahwa distilat masih mengandung air. Pada
suatu waktu tertentu, distilat hanya satu fasa cairan furfural agak kuning bening dan jernih. Bottom product distilasi vakum
ini berupa cairan kental berwarna hitam. Furfural murni hasil distilasi vakum ini diambil pada kisaran 40 83% dari crude
furfural (Tabel 2).
Tabel 2. Neraca Massa dan Hasil Pemurnian Crude Furfural pada Berbagai Perolehan Distilat Furfural dengan Distilasi
Vakum
Percobaan
Crude Furfural umpan distilasi, (gr)
Furfural murni, ml (gr)
Bottom product, g
Temperatur akhir reboiler, oC
Massa hilang, g
2 fasa, ml (gr)
Yield distilat furfural murni min.98,5%
(%)
Indeks Bias (24oC)
Berat Jenis (28oC)
Rapat massa dan indek bias
furfural p.a

No. 1

No. 2

No. 3

No. 4

No. 5

500
(562)
203
(228,2)
221
98
49,8
60
(63)
40,6

500
(562)
301
(338,3)
123
100
40,85
57
(59,85)
60,2

500
(562)
350,5
(394)
58,5
106
43,35
63
(66,15)
70,1

500
(562)
379,5
(426,55)
46
110
51,65
36
(37,8)
75,9

500
(562)
416,5
(468,14)
28
129
10,21
53
(55,65)
83,3

1,5232
1,1307

1,5233
1,1292

1,5235
1,5228
1,5228
1,1289
1,1290
1,1316
Berat Jenis = 1,1324 g/ml (28 oC)
Indeks Bias = 1,5239 (24 oC)

Efisiensi pemurnian furfural ini terlihat sudah cukup baik, yaitu perolehan furfural murni maksimum dapat dicapai 83,3 %.
Bottom product dengan warna hitam mencerminkan jumlah senyawa dengan berat molekul tinggi yang diduga merupakan
hasil polimerisasi atau karbonisasi furfural. Selama proses pemurnian, temperatur reboiler dijaga maksimum 130 oC (titik
didih normal furfural 161 oC). Jika temperatur reboiler di atas 130 oC, furfural akan terdegradasi secara perlahan menjadi
polimer-polimer.
Atas dasar rapat massa (density) atau indek biasnya (Tabel 2), furfural hasil pemurnian masih mengandung senyawa lain
dengan titik didih normal antara air (100 oC) dan furfural (161,7 oC). Sampai sekitar 60 ml pertama, distilat memang berupa
Kurva Temperatur Akhir Reboiler
Terhadap Perolehan Distilat
0

Temperatur Reboiler (C)

160
150
140
130
120
110
100
90
80
40.6

60.2

70.1

Perolehan Distilat (%)

75.9

83.3

Temperatur

Gambar 3. Kurva Temperatur Akhir Reboiler Terhadap Perolehan Distilat

2007 FMIPA Universitas Lampung

73

Suharto dkk Proses Pemurnian Crude Furfural

dua lapisan yaitu fasa air dan fasa furfural. Makin lama, distilat makin mendekati kemurnian furfural. Pengotor di dalam
furfural hasil pemurnian mungkin berupa asam asetat (titik didih 118 oC) yang ikut dalam proses pemurnian. Pada awal
proses pemurnian, temperatur reboiler terlihat relatif rendah dan jika perolehan distilat makin besar maka temperatur
reboiler akhir proses juga makin bertambah besar (temperatur reboiler dijaga maksimum 130 oC), kenaikan temperatur ini
terjadi karena fraksi berat bertitik didih tinggi hasil polimerisasi yang terbentuk selama proses pemurnian berlangsung
(Gambar 3).
Operasi pemurnian furfural kelihatannya sudah cukup efektif, hal ini terutama terlihat pada temperatur proses yang relatif
rendah (kurang dari 130 oC) dan massa yang hilang selama proses pemurnian hanya mencapai rata-rata 7%. Massa
yang hilang ini dapat terjadi karena uap yang lolos keluar kondensor selama proses pemakuman, juga terjadi dalam
jumlah yang kecil karena adanya cairan yang terperangkap dalam kolom dehidrator. Pada percobaan 3 dan 4 telah
diperoleh hasil pengukuran berat jenis dan indeks bias yang mempunyai nilai yang hampir sama dengan pengukuran
yang dilakukan pada furfural murni (Berat Jenis = 1,1324 g/ml (28 oC) dan Indeks Bias = 1,5239 (24 oC) ).

4. KESIMPULAN DAN SARAN


Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa (1) pemurnian crude furfural dengan menggunakan distilasi vakum dapat
menghasilkan distilat furfural sebesar 75,9% dari crude furfural dengan tingkat kemurnian tinggi; (2) pemurnian dengan
menggunakan distilasi vakum sebaiknya dilakukan sesegera mungkin setelah proses hidrolisis untuk menghindari
degradasi lanjut furfural menjadi polimer.

UCAPAN TERIMA KASIH


Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada UPT BPPTK LIPI atas segala fasilitas dan kemudahan
yang telah diberikan untuk pelaksanaan penelitian ini. Dan kepada tim yang terlibat dalam penelitian ini juga penulis
mengucapkan terimakasih.

DAFTAR PUSTAKA
1.

Suharto, H. Susanto dan Putut IP,2006, Pemanfaatan Limbah Tandan kosong sawit untuk Produksi Commercial
Grade Furfural, Laporan Akhir Riset Kompetitif LIPI, p.II.1

2.

Retno Sumekar, dkk, 1993, Furfural dari Bagase, Paket Informasi Teknologi Industri Kimia, PDII, Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia

3.

Arnold, D. R., and J. L. Buzzard, September 2003, A novel Process for Furfural Production, Proceeding of the South
African Chemical Engineering Congress

4.

Hettenhaus, J.S., and R. Wooley, and A. Wiselogel, October 2000, Biomassa Commercialization: Prospects in the
Next 2 to 5 Years, Report of NREL Wable Energy Laboratory

5.

Susanto, H. Suharto dan Kismurtono, 2004, Rekayasa Digester Pemasakan Tandan Kosong Sawit untuk Produksi
Furfural dan Pulp, Laporan Akhir RUT IX.

74

2007 FMIPA Universitas Lampung

Anda mungkin juga menyukai