MAKALAH
Guna Memenuhi Tugas : Akhlak Tasawuf
Dosen Pengampu : Dr. H. Abdul Muhayya, M.A
Disusun Oleh :
Mahmudi
(1404016004)
(1404016011)
BAB I
PENDAHULUAN
PERUMUSAH MASALAH
Dalam membahas spiritualitas pada masa modern maka kami merumuskan
beberapa rumusan masalah diantaranya :
1.
2.
3.
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Spiritual
Arti Kata Spiritual
Menurut Kamus Bahasa Online, kata Spiritual adalah kata sifat (adjective) yang
berhubungan dengan atau bersifat kejiwaan (rohani, batin), dimensi supranatural,
berbeda dengan dimensi fisik, kekudusan, sesuatu yang suci, keagamaan, dll.
Menurut kamus webster (1963) kata spirit berasal dari kata benda bahasalatin
spiritus yang berarti napas dan kata kerja spairare yang berarti untuk bernafas,
dan memiliki nafas berarti memiliki spirit. Menjadi spiritual berartimemiliki sifat
lebih kepada hal yang bersifat kerohanian atau kejiwaandibandingkan hal yang
bersifat fisik atau material. Spiritualitas merupakankebangkitan atau pencerahan
diri dalam mencapai tujuan dan makna hidup (Prof. Dr. H. Abuddin Nata, M.A,
Akhlak Tasawuf , (Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2011),hlm. 147-148).
Selain itu, kata spiritual jika dihubungan dengan kata lain akan mengandung
pengertian tertentu, contoh:
Kecerdasan Spiritual
B. Pengertian Spiritualitas
Spiritualitas adalah hubungannya dengan Yang Maha Kuasa dan Maha pencipta,
tergantung dengan kepercayaan yang dianut oleh individu.
Menurut Burkhardt (1993) spiritualitas meliputi aspek-aspek :
1)
Berhubungan dengan sesuatau yang tidak diketahui atau ketidakpastian
dalam kehidupan,
2)
3)
Menyadari kemampuan untuk menggunakan sumber dan kekuatan dalam diri
sendiri,
4)
Mempunyai perasaan keterikatan dengan diri sendiri dan dengan yang maha
tinggi.
Mempunyai kepercayaan atau keyakinan berarti mempercayai atau mempunyai
komitmen terhadap sesuatu atau seseorang. Konsep kepercayaan mempunyai dua
pengertian. Pertama kepercayaan didefinisikan sebagai kultur atau budaya dan
lembaga keagamaan seperti Islam, Kristen, Budha, dan lain-lain. Kedua,
makna cinta mistis yang telah terjalin, karena Sang Kekasihhanya menyukai yang
baik saja. Dan manakala seseorang telah berbuat sesuatuyang positif saja, maka ia
telah memelihara, membersihkan, menghias spirit yangada dalam dirinya.Dengan
kata lain, moralitas yang menjadi inti dari ajaran tasawuf dapatmendorong manusia
untuk memelihara dirinya dari menelantarkan kebutuhan-kebutuhan
spiritualitasnya. Sebab, menelantarkan kebutuhan spiritualitas sangat bertentangan
dengan tindakan yang dikehendaki Allah. Di samping itu, hubungan perasaan mistis
dan berbagai pengalaman spiritual yang dirasakan oleh sufi jugadapat menjadi
pengobat, penyegar, dan pembersih jiwa yang ada dalam dirimanusia. (Prof. Dr. H.
Abuddin Nata, M.A, Akhlak Tasawuf, (Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2011),hlm. 8688.
Sumber :
"http://www.academia.edu/4824708/AKHLAK_DAN_SPIRITUAL_DI_ERA_MODERN_BAB
_I_PENDAHULUAN_1"
BAB III KESIMPULAN
Dalam bertasawuf perlu adanya kesiapan mental, pikiran yang matang, serta
keadaan hati yang tenang. Sebenarnya jika menganggap bahwa tasawuf adalah
kebutuhan rohani manusia, maka pasti jarang ada manusia di dunia ini mengeluh
tentang hal atau sesuatu apapun. Jiwa spiritual yang tinggi, hati yang sesak karena
asma-asma Allah, membuat siapapun jika menjalani hidup seakan-akan di beri
kemudahan. Maka pada masa ini diperlukan sekali suasana hati yang tenang, agar
tercipta kedamaian yang merata.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Prof. DR. H.M. Amin Syukur, M.A,Tasawuf Kontekstual, (Yogyakarta,Pustaka
Pelajar, Maret 2012, Cetakan 2)
2.
Prof. Dr. H. Abuddin Nata, M.A, Akhlak Tasawuf, (Jakarta, Raja
GrafindoPersada, 2011).
3.
http://www.academia.edu/4824708/AKHLAK_DAN_SPIRITUAL_DI_ERA_MODERN_BAB_
I_PENDAHULUAN_1