Anda di halaman 1dari 2

1. 1 TENTAMEN SUICIDE (PERCOBAAN BUNUH DIRI) Oleh : M.

Faisal Idrus

2. Dahulu manula merupakan populasi terbanyak. Namun sekarang kebiasaan ini bergeser kepada mereka yang berusia muda
dan remaja, bahkan beberapa tahun terakhir ini perilaku tesebut juga terjadi pada pelajar SD Keadaan ini bisa terjadi secara
mendadak (impulsif) maupun direncanakan sebelumnya. Perilaku ini biasa seseorang dengan penderitaan yang tak
tertahankan, putus asa, tak berdaya Bunuh diri merupakan kasus psikiatri yang sering dijumpai Instalasi Gawat Darurat (IRD).
2 Pendahuluan
3. 3 Definisi Suicidum (bunuh diri) adalah kematian yang dengan sengaja dilakukan oleh diri sendiri. Tentamen suicidum
(percobaan bunuh diri) adalah upaya yang dilakukan dengan tujuan menghabisi nyawa sendiri. Gagasan Bunuh Diri adalah
pikiran atau ide untuk menghabisi nyawa sendiri, biasanya terdapat pada seseorang yang peka terhadap stresor, dapat terjadi
pada segala usia, dan dapat berlangsung untuk waktu yang lama tanpa suatu upaya bunuh diri. Perilaku Bunuh Diri (suicidal
behavior) adalah suatu perilaku yang disengaja atau tidak, dapat membahayakan diri sendiri. Contoh : mutilasi diri dengan
memotong pergelangan tangan, membenturkan kepala, menelan benda asing, menggigit, menghilangkan bagian tubuh. Dua hal
yang perlu diketahui oleh seorang dokter, yaitu : 1. Kemampuan menilai adanya resiko bunuh diri 2. Melaksanakan rencana
penatalaksanaan yang layak dilakukan
4. Keterkaitan bunuh diri dengan usia. Resiko bunuh diri meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Resiko tertinggi adalah
pada usia pertengahan (biasanya berusia diatas 45 tahun) dan usia tua. Namun belakangan ini dilaporkan banyak juga kasus
bunuh diri pada pria muda. Keterkaitan bunuh diri dengan jenis kelamin. Pria lebih banyak yang berhasil bunuh diri daripada
wanita dengan ratio 3 :1, meskipun usaha bunuh diri lebih banyak pada wanita dengan ratio 3 : 1. Perilaku ini berkaitan
dengan berbagai hal seperti jenis kelamin, umur, ras, situasi kehidupan. 4 Epidemiologi
5. Bunuh diri juga berhubungan dengan situasi kehidupan. Resiko bunuh diri lebih pada mereka yang tidak mempunyai
pekerjaan termasuk pengangguran dan pensiunan. Keterkaitannya dengan status pernikahan. Resiko bunuh diri dua kali lebih
banyak pada mereka yang tidak menikah dibanding dengan yang menikah. Begitu pula pada mereka yang bercerai, janda dan
duda. Di Amerika angka bunuh diri per 100.000 penduduk, menikah : 11, janda : 24, bercerai (pria : 69 dan wanita : 18)
Keterkaitannya dengan ras. Secara keseluruhan resiko bunuh diri lebih tinggi pada kulit putih dari pada kulit berwarna, kecuali
pada suku Indian dan Eskimo. Dikota-kota besar angka bunuh diri pada kulit hitam mendekati angka kulit putih. 5
6. 6 Etiologi 1. Episode depresi beberapa dari pasien menggunakan obat antidepresi merka untuk membunuh diri. Obat SSRI
baru aman dalam hal ini 2. Gangguan Kepribadian kepribadian paranoid dan kepribadian ambang (emosi tak stabil). 3.
Insomnia berat walaupun tanpa disertai depresi dapat meningkatkan resiko bunuh diri. 4. Penggunaan alkohol dan obat-obatan
sering juga merupakan perilaku bunuh diri dalam jangka panjang maupun singkat bila digunakan secara berlebihan. 5.
Skizofrenia disertai suasana perasaan yang depresif, gagasan bunuh diri, gangguan proses pikir (waham), mutilasi diri. 6.
Skizofrenia dengan halusinasi perintah yang memerintahkan untuk bunuh diri atau
7. 7 7. Individu dengan orientasi homoseksual mempunyai resiko bunuh diri terutama pada remaja (dengan konflik identities),
dan lanjut usia yang depresif dan/atau alkaholik. 8. Penyakit fisik yang mengancam kehidupan, seperti kanker, AIDS atau yang
disertai rasa nyeri yang berat dan kronis, atau yang menimbulkan kecacatan. 9. Gangguan Stres Pasca Trauma yang disertai
rasa malu, putus asa, atau rasa berdosa.(misalnya akibat perkosaan, penganiayaan, penjarahan, penculikan dll). 10. Ada
riwayat anggota keluarga yang bunuh diri. 11. Hidup seorang diri disertai rasa kesepian 12. Kematian pasangan hidup. 13.
Problem ekonomi.
8. 8 Penilaian Menrut Hanke penilaian faktor resiko bunuh diri dikategorikan menurut : 1. data epidemiologik 2. data historik, 3.
keadaan fisik, 4. keadaan psikopatologik, dan 5. perilaku bunuh diri.
9. 9 Faktor Resiko Bunuh Diri 1. Faktor resiko epidemiologik a. Bercerai, janda > membujang > menikah b. Umur lebih dari 45
tahun c. Pria > wanita d. Kulit putih > non kulit putih e. Baru kehilangan (orang yang dicintai, kesehatan, uang, dan pekerjaan) f.
Protestan > Katolik atau Yahudi g. Musim semi, musim gugur > musim panas> musim dingin.
10. 10 Faktor Resiko Bunuh Diri 2. Data historik. a. Riwayat keluarga dengan perilaku bunuh diri b. Usaha atau perilaku bunuh
diri sebelumnya 3. Keadaan medis penyerta a. Keadaan sakit kronis atau terminal b. Nyeri kronis c. Insomnia berat, persisten d.
Hipokondriasis
11. 11 Faktor Resiko Bunuh Diri 4. Keadaan psikopatologik terakhir a. Kontrol impuls yang buruk b. Pengujian realitas buruk c.
Psikosis d. Depresi e. Penyalahgunaan obat atau alkohol f. Gangguan kepribadian (ambang dan paranoid)
12. Konteks resiko tinggi (tinggal sendiri, tidak ada dukungan sosial) Keinginan dan catatan bunuh diri tertulis Maksud yang
serius persisten Cara dan metode letal 12 Faktor Resiko Bunuh Diri Perilaku bunuh diri
13. Ketiga yang perlu dihilangkatn adalah jika seseorang sudah memutuskan untuk bunuh diri, tidak akan ada yang mampu
menghentikannya. Fakta sebenarnya adalah bahwa tujuan orang melakukan percobaan bunuh diri adalah mencari pertolongan
untuk mengakhiri penderitaannya dan mati bukanlah tujuan akhirnya. Kedua, orang yang bunuh diri pasti orang gila. Sebagian
besar orang tidak berpenampilan seperti orang gila, . Pertama, orang yang bicara mengenai bunuh diri tidak akan benar benar melakukannya. Kenyataannya sebagian besar orang yang melakukan usaha bunuh diri sebelumnya telah memberi
"peringatan.. Banyak mitos di seputar permasalahan bunuh diri yang tidak berdasarkan realitas. 13 Mitos
14. Kelima, membahas keinginan bunuh diri dengan seseorang yang merencanakannya akan memperkuat gagasannya. Jika
seseorang mengungkapkan gagasan bunuh diri, lebih tepat jika orang terdekatnya membahas hal tersebut dan membantunya
untuk mengatasi impuls untuk bunuh diri. Keempat, orang yang bunuh diri tidak mencari terapi. Pengamatan menunjukkan
lebih dari setengah orang yang bunuh diri mencari terapi enarn bulan sebelum kematiannya.. 14 Mitos
15. Tanggung jawab perawatan pasien penyakit mental sudah saatnya dibagi antara institusi kesehatan mental dan
masyarakat, termasuk di dalamnya keluarga dan teman-teman pasien. . Petugas kesehatan primer perlu memiliki pengetahuan
khusus ke mana harus mengirim orang seperti itu agar mendapatkan pemeriksaan dan pengobatan lanjutan. Psikiater memiliki
kompetensi untuk memberikan intervensi farmakologis maupun psikoterapi untuk mereka ini . Semua orang bisa berpartisipasi
dalam usaha prevensi bunuh diri, yakni anggota keluarga, guru, pekerja sosial, teman, dan psikiater sebagai tujuan rujukan
terakhiri. 15 Siapa Berperan ?
16. Media massa juga berperan dalam usaha pencegahan bunuh diri. Dengan tidak memuat foto korban secara lengkap atau
yang mengungkap secara detail teknik korban melakukannya. Hal ini akan memunculkan preokupasi (pikiran berulang) bunuh
diri, dan tidak menutup kemungkinan akan memberi ilham metode pelaksanaan bunuh diri. Inilah yang disebut dengan bunuh
diri menular (suicide contagion), bunuh diri kelompok (suicide cluster), dan bunuh diri meniru (imitative suicide).16

17. 17 Siapa yang perlu dinilai untuk resiko bunuh diri ? 1. Pasien yang baru melakukan percobaan bunuh diri. 2. Pasien yang
ditemukan dengan pikiran bunuh diri 3. Pasien yang mengungkapkan pikiran bunuh diri hanya bila ditanyakan 4. Pasien yang
menyangkal pikiran bunuh diri, tetapi perilakunya menunjukkan kemungkinan bunuh diri. 5. Pasien dengan riwayat perilaku
menyerang. Pasien demikian sering mengalihkan kekerasan terhadap dirinya.
18. Rawat inap jangka panjang dianjurkan bagi pasien dengan kecendrungan mutilasi diri Gagasan bunuh diri pada pasien
skizofrenia harus diperhatikan secara serius Gagasan bunuh diri pada pasien alkoholik biasanya akan membaik dalam
beberapa hari abstinensi Terapi farmakologik tergantung diagnosa yang mendasari percobaan bunuh diri Perbaiki keadaan
umum 18 Penatalaksanaan
19. Tingkat kesadaran pasien dengan percobaan bunuh diri yang dibawa ke UGD dapat berupa : a. Kesadaran berkabut
sampai koma b. Kesadaran compos mentis Tergantung tingkat kesadarannya 19 Penanganan di IRD
20. 20 Kesadaran berkabut sampai koma 1. Lakukan pemeriksaan fisik diagnostik, khususnya terhadap tanda-tanda vital 2. Bila
perlu lakukan resusitasi jantung-paru ( airway breathing circulation) 3. Bila perlu rawat di ICU 4. Atasi kondisi fisik akibat
tindakan bunuh dirinya, seperti pendarahan,keracunan,luka terbuka, patah tulang, trauma capitis, dsb. 5. Lakukan pemeriksaan
penunjang yang perlu untuk membantu penegakan diagnosis 6. Setelah kesadarannya compos mentis lakukan evaluasi
psikiatrik dengan sikap yang suportif, tidak menghakimi atau menyalahkan, atau rujuk ke fasilitas psikiatrik.
21. 21 Kesadaran compos mentis 1. atasi gangguan fisik, bila ada 2. lakukan assessmentperilaku bunuh diri pasien : 3. bila
serius rawat dengan pengawasan yang ketat atau rujuk ke fasilitas psikiatrik 4. bila bersifat dramatisisasi lakukan psikoterapi
individual atau realitionship therapyatau rujuk 5. bila disertai depresi, beri terapi antidepresan dan/atau rujuk 6. bila diduga
berkaitan dengan gangguan kepribadian, rujuk ke fasilitas psikiatrik untuk evaluasi kepribadian dan psikoterapi 7. bila dilatar
belakangi oleh skizofrenia dengan bunuh diri atau depresi pasca skizofrenia perlu dirujuk ke fasilitas psikiatrik karena tentamen
suicidum dapat terjadi secara tak terduga

Anda mungkin juga menyukai