Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun oleh
NABILA VIERA YOVITA
030.10.199
Oleh:
Nabila Viera Yovita
NIM: 03010199
Pembimbing
dr. David Idrial Sp.OT
KEPANITERAAN KLINIK SMF BEDAH RSUD Budhi Asih
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
BAB I
PENDAHULUAN
Seperti gedung pencakar langit, tulang belakang manusia melawan gravitasi dan
membentuk infrastruktur suatu mesin biologis yang menjangkari rangkaian kinetika dan
mentransfer kekuatan biomekanis menjadi aktivitas terkoordinasi yang fungsional. Vertebra
berperan sebagai conduit untuk struktur neural penting dan memiliki kapasitas fisiologis sebagai
crane untuk mengangkat beban dan crankshaft untuk berjalan.
Berhubungan dengan penuaan, vertebra menyesuaikan terhadap gravitasi dan loading
biomekanis melewati structural kompensatori dan perubahan neuromekanis, sebagian dapat
maladaptive dan menyebabkan nyeri, disabilitas fungsional, dan sirkuit neurofisiologis yang
terubah. Sebagian reaksi kompensasi tidak berbahaya, namun beberapa dapat merusak dan
mengintervensi kapasitas organisme untuk berfungsi dan bertahan. Nyeri pada vertebrae meliputi
struktural, biomekanis, medis, dan pengaruh psikososial yang menghasilkan dilemma seperti
kompleksitas sehingga penatalaksanaan menjadi sulit maupun inefektif.
Low back pain diartikan kronis seteah 3 bulan karena sebagian besar jaringan ikat normal
sembuh dalam waktu 6-12 minggu kecuali terdapat ketidakstabilan patoanatomis yang bertahan.
Rate yang lebih perlahan pada perbaikan jaringan pada diskus intervertebralis yang secara
relative avascular, dapat impair resolusi sebagian kasus nyeri persisten LBP kronis. Studi
menunjukkan bahwa sepertiga sampai seperempat pasien dalam perawatan primer masih dapat
bermasalah dalam 1 tahun.
BAB II
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ny. Y
No. RM
: 502379
Usia
: 53 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Alamat
Status
: Menikah
Pekerjaan
Suku
: Sunda
Pendidikan
: SMA
ANAMNESIS
Diambil dari autoanamnesis tanggal 18 November 2014
Keluhan utama: Nyeri punggung
Keluhan tambahan:
Riwayat Penyakit Sekarang:
2 bulan SMRS, OS terpeleset di kamar mandi ketika sedang BAB di toilet duduk karena lantai
licin dengan sabun. OS jatuh terduduk. OS lalu pergi ke klinik urut Cimande, Jatibening dan
diberitahu bahwa ia mengalami penyempitan saraf dan melakukan instruksi untuk memberi
kompres hangat yang terkadang dilakukan. Namun nyeri yang dirasakan semakin lama semakin
sakit, maka OS datang ke poli saraf RSUD Budhi Asih, lalu dikonsulkan ke poli bedah
orthopedi. Nyeri tidak menjalar hingga ke tungkai. Nyeri dirasakan hilang timbul, seperti terasa
panas. Nyeri timbul terutama ketika pasien berbaring, serta melakukan hal repetitif seperti
menggiling cabe dan menyikat gigi. Nyeri tidak bertambah ketika pasien batuk atau mengejan.
Nyeri tidak bertambah pada pagi hari. Nyeri menghilang ketika pasien berhenti sejenak dari
aktivitas. Pasien merupakan ibu rumah tangga, yang dulu bekerja sebagai resepsionis di farmasi.
Pasien menyangkal adanya kelemahan atau baal pada anggota gerak lain, demam, kejang,
gangguan buang air kecil maupun buang air besar.
Kesadaran
: compos mentis
Tanda-tanda vital
Tinggi badan
Tekanan darah
: 110/90 mmHg
Nadi
: 72x/ m
Suhu
: 36, 5C
Pernafasan
: 16x/ m
: 164 cm
Berat badan
: 55 kg
BMI
Keadaan gizi
: baik
Status Generalis
Kepala
Mata
Telinga
: normotia, liang telinga lapang, tidak hiperemis, secret (-), serumen (+/+),
membrane timpani utuh, benda asing (-)
Hidung
: bentuk normal, deformitas (-), deviasi septum (-), secret (-), darah (-), konka
hipertrofi (-), hiperemis (-), massa (-)
Mulut
: bibir luka (-), hematom (-), trismus (-), gigi-geligi dalam batas normal, oral
hygiene baik
Leher
: jejas (-), oedem (-), hematom (-), pembesaran kelenjar getah bening dan
tiroid (-), nyeri tekan (-),
Thorax
:
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
: Pinggang jantung
Paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
:
Inspeksi
: Supel
Palpasi
Perkusi
: Timpani
Genitalia
Ekstremitas
:
Kanan
Eutrofi
Normotoni
Tidak ada kelainan
Tidak ada kelainan
Aktif
Normal
Tidak ada
Otot
Tonus
Massa
Sendi
Gerakan
Kekuatan
Edema
Move : terbatas
Tes Lasegue
: (+)
Kiri
Eutrofi
Normotoni
Tidak ada kelainan
Tidak ada kelainan
Aktif
Normal
Tidak ada
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tanggal 11 November 2014
Foto rontgen thorakolumbal
Interpretasi:
Skoliosis thorakolumbal
Suspek HNP Th 11-12 dan Th12 L1
Pedikel intak
Pemeriksaan anjuran
-
MRI
Bone densitometry
RESUME
Pasien datang ke poli bedah orthopedi RSUD Budhi Asih dengan keluhan nyeri punggung
bawah sejak 2 bulan SMRS. Nyeri dirasakan hilang timbul, terasa panas. Nyeri terutama saat
berbaring dan melakukan hal repetitive. Nyeri tidak bertambah jika pasien batuk atau
mengejan. Mengangkat beban berat (-). Pasien menyangkal adanya kelemahan atau baal pada
anggota gerak lain, demam, kejang, gangguan buang air kecil dan buang air besar.
PF :
Semua pemeriksaan fisik status generalis dalam batas normal, kecuali nyeri tekan (+) pada area
T11 T 12 dan T12 L1 serta terbatasnya gerak pada regio tersebut, & tes Laseque (+).
Dasar diagnosis
: berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang,
pasien mengalami trauma yang menyebabkan fraktur kompresi yang terbukti pada rontgen
vertebra thorakolumbal.
PENATALAKSANAAN
Medikamentosa
Tanggal 18 November 2014
Meloxicam 15 gr
Methylcobalamin 500 mg
Sirdalud 2 gr
Hitrol 0, 5 gr
Non medikamentosa
Extension brace
Fisioterapi
Diet bebas
PROGNOSIS
Ad vitam
: ad bonam
Ad sanationam
: dubia ad bonam
Ad functionam
: dubia ad bonam
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Low Back Pain (LBP) atau nyeri punggung bawah adalah suatu gejala dan bukan merupakan
suatu diagnosis, pada beberapa kasus gejalanya sesuai dengan diagnosis patologisnya dengan
ketepatan yang tinggi, namun sebagian besar kasus, diagnosis tidak pasti dan berlangsung lama.
3.2 Anatomi
Menurut Snell, Richard S, (2006), kolumna vertebralis terdiri atas 33 vertebra yaitu sebagai
berikut:
1.
2.
3.
4.
Lima tulang sacrum dan tulang koksik, yang tercantum pada tapak punggung.
Tulang belakang (vertebra) dibagi dua bagian. Pada bagian ventral terdiri atas korpus
vertebra yang dibatasi satu sama lain oleh discus intervertebra dan ditahan satu sama lain oleh
ligamen longitudinal ventral dan dorsal. Bagian dorsal tidak begitu kokoh dan terdiri atas
masing-masing arkus vertebra dengan lamina dan pedikel yang diikat satu sama lain oleh
berbagai ligamen di antaranya ligamen interspinal, ligamen intertansversa dan ligamen flavum.
Pada prosesus spinosus dan transversus melekat otot-otot yang turut menunjang dan melindungi
kolum vertebra.
3.3 Faktor Resiko
Menurut Jonaidi (2007), Faktor-faktor resiko yang mempengaruhi kejadian LBP adalah:
1.
Usia: semakin bertambah usia keluhan LBP semakin berat. Prevalensi terbanyak pada
Jenis Kelamin: usia < 60 tahun jumlah kasus wanita sama banyak dengan pria, tapi pada
usia >60 tahun lebih banyak ditemukan pada wanita karena adanya osteoporosis (keropos tulang)
yang meningkat.
3.
Faktor Pekerjaan: pekerja berat dan aktivitas berat sering memicu timbulnya LBP, seperti
mengangkat, menarik, mendorong, memutar pinggang, terpeleset, duduk dalam jangka waktu
lama atau terpapar getaran yang lama. Orang yang merasa pekerjaannya membosankan atau
tidak menyenangkan juga akan sering mengeluhkan adanya LBP.
4.
Faktor Bentuk Badan: risiko LBP akan meningkat pada orang yang terlalu gemuk atau
terlalu tinggi.
5.
Faktor Postur Tubuh: bentuk tulang belakang yang tidak normal seperti tulang belakang
yang miring ke kiri / ke kanan, terlalu membungkuk atau terdapatnya perbedaan panjang tungkai
bawah, semua hal tersebut dapat juga memicu timbulnya LBP.
6.
Kekuatan otot: penurunan kekuatan otot perut dan punggung akibat jarang latihan dapat
menyebabkan LBP.
7.
Kebiasaan merokok dan minum alkohol: para perokok dan peminum alkohol
kemungkinan besar akan mengalami LBP, hal ini dikarenakan rokok dan alkohol dapat
meningkatkan kejadian osteoporosis.
8.
Faktor Psikososial: depresi, cemas, hysteria, perceraian dilaporkan sering dialami oleh
penderita LBP.
3.4 Etiologi
Penyebab LBP diantaranya adalah:
1.
Trauma yang akan mengakibatkan otot-otot terkilir (sprain), fascia, robek, ligament
terkilir, tulang vertebra fraktur, persendian terkilir dan diskus intervertebralis terkilir
2.
intervertebralis robek.
3.
Infeksi akan mengakibatkan abses pada otot, osteomyelitis pada tulang, arthritis pada
Inflamasi akan mengakibatkan myositis pada otot, enthesopathy pada ligamen, dan artrisi
pada persendian.
5.
Tumor pada otot (sarkoma), tumor pada tulang (primer dan metastasis), dan tumor primer
di persendian.
6.
Mekanikal / fisiologikal akan menyebabkan spasmus pada otot, gangguan pada fascia dan
3.5 Klasifikasi
Klasifikasi LBP dapat ditinjau dari berbagai sudut. Ada yang membagi menjadi dua kelompok
besar, yaitu penyebab yang berasal dari pinggang sendiri dan penyebab yang berasal dari luar
pinggang. Ada pula yang membagi LBP menjadi:
1.
LBP Viserogenik
Nyeri yang disebabkan oleh adanya proses patologik di ginjal atau organ lain dalam pelvis, serta
tumor retroperitoneal. Rasa nyeri menggeliat, tidak bertambah berat dengan adanya aktifitas
tubuh, dan sebaliknya tidak berkurang dengan istirahat.
2.
LBP Vaskulogenik
Dapat disebabkan oleh penyakit aneurisma atau penyakit vaskuler perifer, seperti insufisiensi
arteria glutealis superior yang menimbulkan nyeri di daerah pantat, yang makin memberat saat
berjalan dan akan mereda saat diam atau berdiri. Rasa nyeri menyerupai iskhialgia, dan tidak ada
hubungannya dengan aktivitas tubuh. Dapat pula timbul rasa nyeri intermitten pada betis.
3.
LBP Neurogenik
LBP Spondilogenik
Disebabkan berbagai proses patologis di kolumna vertebralis yang terdiri dari unsur tulang
(osteogenik), diskus vertebralis (diskogenik), dan otot (miogenik).
a.
(1)
(2)
Trauma
(3)
(4)
(5)
b.
(1)
(2)
Hernia Nukleus Pulposus (HNP), nukleus pulposus keluar menonjol kemudian menekan
kearah kanalis spinalis melalui annulus fibrosus yang robek. Kejadian dipacu oleh aktivitas yang
berlebihan dan terjadinya proses degenerasi.
(3)
Spondilosis ankilosa, rasa kaku di pinggang bawah waktu bangun tidur dan hilang setelah
mengadakan gerakan.
c.
LBP Miogenik sering disebabkan oleh ketegangan otot, spasme otot, defisiensi otot, dan
hipersensitif. Akibat melaksanakan aktivitas berlebihan atau dengan posisi yang kurang
fisiologis.
5.
LBP Psikogenik
Umumnya disebabkan oleh ketegangan jiwa, kecemasan, depresi atau campuran kecemasan dan
depresi. Pada saat anamnesis penderita mudah tersinggung, terkejut, sulit tidur, mudah
terbangun, susah tenang, cemas dan khawatir (Harsono, 2006).
3.6 Patofisiologi
Tulang belakang merupakan struktur yang kompleks, dibagi ke dalam bagian anterior dan
bagian posterior. Bentuknya terdiri dari serangkaian badan silindris vertebra, yang terartikulasi
oleh diskus intervertebral dan diikat bersamaan oleh ligamen longitudinal anterior dan posterior
(Tulaar, 2008).
Berbagai bangunan peka nyeri terdapat di punggung bawah. Bangunan tersebut adalah
periosteum, 1/3 bangunan luar anulus fibrosus, ligamentum, kapsula artikularis, fasia dan otot.
Semua bangunan tersebut mengandung nosiseptor yang peka terhadap berbagai stimulus
(mekanikal, termal, kimiawi). Bila reseptor dirangsang oleh berbagai stimulus lokal, akan
dijawab dengan pengeluaran berbagai mediator inflamasi dan substansi lainnya, yang
menyebabkan timbulnya persepsi nyeri, hiperalgesia maupun alodinia yang bertujuan mencegah
pergerakan untuk memungkinkan perlangsungan proses penyembuhan. Salah satu mekanisme
untuk mencegah kerusakan atau lesi yang lebih berat ialah spasme otot yang membatasi
pergerakan. Spasme otot ini menyebabkan iskemia dan sekaligus menyebabkan munculnya titik
picu (trigger points), yang merupakan salah satu kondisi nyeri (Hoskins, 2012).
Pemeriksaan Neurologis
Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk memastikan apakah kasus nyeri punggung bawah adalah
benar karena adanya gangguan saraf atau karena sebab yang lain.
1.
Pemeriksaan Sensorik
Bila nyeri punggung bawah disebabkan oleh gangguan pada salah satu saraf tertentu maka
biasanya dapat ditentukan adanya gangguan sensorik dengan menentukan batas-batasnya, dengan
demikian segmen yang terganggu dapat diketahui.
2.
Pemeriksaan Motorik
Dengan mengetahui segmen otot mana yang lemah maka segmen mana yang terganggu akan
diketahui, misalnya lesi yang mengenai segmen L4 maka musculus tibialis anterior akan
menurun kekuatannya.
3.
Pemeriksaan Refleks
Reflek tendon akan menurun atau menghilang pada lesi motor neuron bawah dan meningkat
pada lesi motor atas. Pada nyeri punggung bawah yang disebabkan HNP maka reflek tendon dari
segmen yang terkena akan menurun atau menghilang
4.
Tes-tes
a.
Tungkai difleksikan pada sendi coxae sedangkan sendi lutut tetap lurus. Saraf ischiadicus akan
tertarik. Bila nyeri punggung dikarenakan iritasi pada saraf ini maka nyeri akan dirasakan pada
sepanjang perjalanan saraf ini, mulai dari pantat sampai ujung kaki.
b.
Crossed Lasegue
Bila tes lasegue pada tungkai yang tidak sakit menyebabkan rasa nyeri pada tungkai yang sakit
maka dikatakan crossed lasegue positif. Artinya ada lesi pada saraf ischiadicus atau akar-akar
saraf yang membentuk saraf ini.
c.
Tes Kernig
Sama dengan lasegue hanya dilakukan dengan lutut fleksi, setelah sendi coxa 900 dicoba untuk
meluruskan sendi lutut.
d.
Fabere merupakan singkatan dari fleksi, abduksi, external, rotasi, extensi. Pada tes ini penderita
berbaring, tumit dari kaki yang satu diletakkan pada sendi lutut pada tungkai yang lain. Setelah
ini dilakukan penekanan pada sendi lutut hingga terjadi rotasi keluar. Bila timbul rasa nyeri maka
hal ini berarti ada suatu sebab yang non neurologik misalnya coxitis.
e.
Fleksi pasif pada leher hingga dagu mengenai dada. Tindakan ini akan mengakibatkan
tertariknya myelum naik ke atas dalam canalis spinalis. Akibatnya maka akar-akar saraf akan
ikut tertarik ke atas juga, terutama yang berada di bagian thorakal bawah dan lumbal atas. Jika
terasa nyeri berarti ada gangguan pada akar-akar saraf tersebut.
3.8 Diagnosis
Menurut Noerjanto (1993) untuk menegakkan diagnosis, perlu dilakukan:
1.
Anamnesis
Apakah nyeri diawali oleh suatu kegiatan fisik tertentu? Apa pekerjaan sehari-hari?
Dimana letak nyeri? Sebaiknya penderita sendiri yang menunjukkan dimana letak
Bagaimana sifat nyeri? Apakah nyeri bertambah pada sikap tubuh tertentu? Apakah
a.
Nyeri abdominal
b.
Nyeri torakal
c.
d.
Riwayat kanker
e.
f.
Menggigil/demam
g.
h.
Saddle anestesi
i.
Inkontinensia urin
j.
a.
b.
c.
d.
Gangguan motorik
e.
Gangguan sensorik
f.
Gangguan reflex
a.
b.
c.
Pemeriksaan Radiologi
Foto Lumbosacral. Foto ini dapat digunakan untuk menemukan kelainan pada daerah
Spine MRI maupun spine CT dapat memperlihatkan adanya kompresi pada spinal canal
Usia
Jenis
Penyakit
Back strain
Pasien
(thn)
Faktor
yang
Lokasi
Kualitas
memperburuk
Nyeri
Nyeri
atau
mengurangi
20 - 40 Punggung
Nyeri, spasme
Meningkat
Nyeri lokal,
bawah,
dengan
terbatas
bokong,
aktivitas
paha
menekuk tubuh
posterior
Acute
disc 30 - 50 Punggung
herniation
Tanda
Tajam,
Berkurang
Straight leg
bawah ke terbakar,
tungkai
menusuk,
meningkat
positif,
bawah
paraestesia
dengan
lemah,
test
asimetrik
Osteoarthri
tis
>50
Punggung
Nyeri
bawah ke menusuk,
atau
Meningkat
spinal
tungkai
stenosis
bawah
tusukan jarum
bilateral
Berkurang
di dengan
spinal;
dengan duduk
kemungkina
n
ada
kelemahan
dan refleks
asimetrik
Spondylolis
Semua
Punggung, Nyeri
Meningkat
Hiperlordos
tesis
usia
paha
dengan
is
posterior
aktivitas
atau palpasi
menekuk tubuh
lumbal,
"step
off"
(defek
antara
prosesus
spinosus),
hamstring
kencang
Ankylosing
15 - 40 Sacroiliac
Nyeri
joints,
spondylitis
gerak
lumbar
punggung,
spine
tenderness
melewati
sacroiliac
joints
Infeksi
Semua
Lumbar
Nyeri tajam
Bervariasi
Demam,
usia
spine,
percussive
sacrum
tenderness;
bisa terjadi
abnormalita
s neurologis
atau
keterbatasan
gerak
Keganasan
>50
Tulang
Lokalisasi
yang
berdenyut,
dengan
nyeri, tanda
terpengaru progresif
berbaring
neurologis
lambat
batuk
3.11 Penatalaksanaan
Terapi Konservatif
Terapi konservatif ini meliputi rehat baring (bed rest), medikamentosa, dan fisioterapi.
a)
Penderita harus tetap berbaring di tempat tidur selama beberapa hari dengan sikap tertentu.
Tempat tidur tidak boleh memakai pegas atau per. Tempat tidur harus dari papan yang lurus, dan
kemudian ditutup dengan lembar busa yang tipis.
Lama tirah baring bergantung pada berat ringannya gangguan yang dirasakan penderita. Trauma
mekanik akut tidak perlu lama berbaring, sedang HNP memerlukan waktu yang lebih lama dan
paling lama adalah kasus fraktur.
Setelah tirah baring dianggap cukup, maka dilakukan latihan tertentu, atau terlebih dahulu bisa
memakai korset. Tujuan latihan ini adalah untuk mencegah terjadinya kontraktur dan
mengembalikan lagi fungsi otot-otot (Harsono, 2006)
b)
Medikamentosa
Obat-obatan mungkin diperlukan untuk menangani nyeri akut. Analgesik digunakan untuk
memutus lingkaran nyeri, relaksan otot, dan penenang, digunakan untuk membuat relaksasi
pasien dan otot yang mengalami spasme sehingga dapat mengurangi nyeri.
Obat anti inflamasi seperti NSAID dan aspirin berguna untuk mengurangi nyeri. Kortikosteroid
jangka pendek dapat mengurangi inflamasi dan mencegah timbulnya neurofibrosis yang terjadi
akibat gangguan iskemia (Harsono, 2006).
c)
Latihan Fisik
Latihan fisik mencegah kontraktur dan atrofi tak terpakai serta untuk melancarkan sirkulasi
darah. Untuk lansia anjuran untuk senam dapat digunakan untuk terapi pelengkap.
Latihan peregangan punggung bawah secara ringan bisa membantu meredakan nyeri dan
meningkatkan mobilitas.
d)
Terapi Operatif
Pada dasarnya, terapi operatif dikerjakan apabila terapi konservatif tidak memberikan hasil yang
nyata, atau terhadap kasus fraktur yang langsung mengakibatkan defisit neurologis.
3.12 Komplikasi
Komplikasi yang paling sering ditemukan pada pasien LBP karena spondilosis adalah skoliosis.
Hal ini terjadi karena terdapat ketegangan otot pada vertebra yang sakit (Sakai, 2012).
3.13 Prognosis
LBP nonspesifik (bukan karena neurogenik atau penyakit lain) seperti karena lama duduk
merupakan gangguan yang dapat sembuh sendiri dengan segera pada 90% kasus. Rata-rata 40%
pasien akan pulih dalam waktu seminggu, 80% dalam waktu 3 minggu dan 90% dalam waktu 6
minggu tanpa pengobatan. Namun demikian, frekuensi terjadinya kekambuhan sangat tinggi dan
dapat mencapai 90% (Samara, 2004). Kesembuhan mutlak pada penderita LBP karena
spondilosis lumbal tidak bisa diharapkan karena spondilosis terjadi secara degeneratif di sekitar
annulus fibrosus, lamina dan artikularis yang mengeras karena terjadinya kalsifikasi.
3.14 Pencegahan
Pencegahan tingkat pertama ini merupakan upaya untuk mempertahankan orang yang sehat
(tetap memiliki faktor resiko) agar tetap sehat atau mencegah orang yang sehat menjadi sakit.
Menurut Harsono (2006), pencegahan primer dapat dilakukan dengan:
a.
b.
Selalu duduk dalam posisi yang tepat. Duduk harus tegap, sandaran tempat duduk harus
Tidak boleh terlalu lama duduk. Untuk orang normal, cukup satu setengah jam hingga
dua jam. Setelah itu, sebaiknya berdiri dan lakukan peregangan dan duduk lagi lima menit
kemudian.
d.
Tidak boleh membungkuk ketika berdiri atau duduk. Ketika berdiri, jaga titik berat badan
agar seimbang pada kaki. Saat bekerja di rumah atau di kantor, pastikan permukaan pekerjaan
berada pada ketinggian yang nyaman untuk bekerja.
e.
Jika tidur, pilih tempat tidur yang baik, misalnya yang memiliki matras (kasur) yang kuat,
Melakukan olah raga teratur. Pilih olah raga yang berfungsi menguatkan otot-otot perut
h.
Tidak boleh mengangkat dengan membungkuk. Angkat objek dengan menekuk lutut dan
berjongkok untuk mengambil objek. Jaga punggung lurus dan terus dekatkan objek ke tubuh.
Hindari memutar tubuh saat mengangkat. Lebih baik mendorong daripada menarik ketika harus
memindahkan benda berat.
i.
Jaga nutrisi dan diet yang tepat untuk mengurangi dan mencegah berat badan berlebihan,
terutama lemak di sekitar pinggang. Diet harian yang cukup kalsium, fosfor, dan vitamin D
membantu menjaga pertumbuhan tulang baru.
j.
Berhenti merokok. Merokok mengurangi aliran darah ke tulang punggung bagian bawah
Vertebra osteoporosis, terdapat reduksi pada densitas tulang secara keseluruhan dan fraktur
wedge lateral pada L2.
Bentuk fraktur kedua yang paling sering adalah central crush, yang seringkali terjadi pada
lumbal bawah. Celah interpedikular meningkat, keterlibatan korteks posterior, atau
fraktur laminar dapat dipertimbangkan adanya burst fraktur yang dapat menjadi tidak
stabil.
FISIOTERAPI
Terapi panas, pijat, dan analgetik serta tirah baring dapat memberikan kelegaan
simptomatik, namun tirah baring dan imobilisasi dapat menyebabkan disuse, osteopenia
dan meningkatkan resiko kejadian tromboemboli.
Vertebroplasty. Fraktur kompresi anterior wedge setelah fusi fragmen fraktur dengan
polymethylmethacrylat.
PREVENSI
Pasien dengan fraktur kompresi vertebra yang mengalami nyeri biasanya
mendeskripsikan suatu onset nyeri yang tiba-tiba pada suatu aktivitas ringan dan
atraumatic seperti batuk dan bersin, sehingga sebaiknya diberikan vaksin influenza
tahunan untuk menurunkan resiko batuk berat yang dapat memperburuk fraktur
kompresi, pasien sebaiknya diinstruksikan untuk latihan weight-bearing yang benar dan
latihan ekstensi.
PERAWATAN
Osteoporosis pada orang muda harus diselidiki secara seksama. Keadaan tersebut dapat
terjadi pada keadaan- keadaan hipogonadal, sindroma Cushing, tirotoksikosis, akromegalia dan
kehamilan. Osteoporosis pada segala usia dapat terjadi akibat penggunaan corticosteroid jangka
panjang. Osteoporosis senilis dan post menopause tidak perlu penyelidikan yang intensif. Karena
proses involusi yang dipikirkan pada osteoporosis senilis dan postmenopause, maka dahulu
terapi hormon estrogen dan androgen diberikan. Kini telah terbukti bahwa terapi hormon tersebut
tidak memberikan manfaat, bahkan sering menimbulkan neoplasma pelvik ganas. Yang kini
dianjurkan ialah
1. Anjuran untuk cukup bergerak dan larangan untuk diam berbaring di tempat tidur.
2. Jika tidak ada keadaan kontra-indikatif, maka makanan harus tinggi protein. Obatobat penjamin protein atau anabolic seperti nandrolone decanoate (Deca-durabolin,
Organon) dapat digunakan.
3. Vitamin D dengan 1 gram calcium sehari (Calcium-D-Redoxon, Roche) menjamin
absorpsi calcium yang cukup.
4. Sodium fluoride (Vinafluor, Nicholas) dapat ditambahkan untuk memperbaiki
enamelasi tulang.