Seorang anak lakilaki, usia 3 tahun, berat badan 13 kg, datang dengan kejang. Dari
rekam medis tercatat bahwa masih kejang saat datang ke RS. Setelah diberikan diazepam per
rektal 2 kali dan intravena 1 kali kejang juga belum teratasi. Kejang berhenti setelah diberikan
drip fenitoin. Kejang didahului demam. Pascakejang anak tidak sadar.
Saat ini sekitar 3 jam setelah masuk rumah sakit, kesadaran penderita nampak membaik.
Orang tua memperthatikan lengan dan tungkai sebrlah kanan nampak lemah dan penderita sering
tersedak.
Pada riwayat penyakit sebelumnya, saat usia 9 bulan, penderita mengalami kejang
dengan demam tinggi. Dirawat di rumah sakit dengan diagnosis meningitis. Penderita dirawat di
RS selama 15 hari.
Pada usia 1 tahun penderita mengalami kejang dengan demam sebanyak 2 kali. Pada usia
18 bulan penderita kembali mengalami kejang yang disertai demam tinggi. Penderita berobat ke
dokter dan diberi obat asam valproate. Setelah 5 bulan berobat, orang tua menghentikan
pengobatan karena penderita tidak pernah kejang. Penderita sudah bisa bicara lancar, sudah bisa
memakai baju sendiri dan mengendarai sepeda roda tiga.
Pada pemeriksaan fisik anak tampak sadar, suhu: 38,5oC , TD: 90/45mmHg (normal
untuk usia) , nadi:1290x/menit, laju nafas : 40x/menit.
Pada pemeriksaan neurologis pergerakan lengan dan tungkai kanan nampak terbatas dan
lebih lemah dibanding sebelah kiri. Lengan dan tungkai kanan dapat sedikit diangkat, namun
sama sekali tidak dapat melawan tahanan dari pemeriksa. Lengan dan tungkai kiri dapat
melawan tahanan kuat sewajar usianya. Tonus otot dan refleks fisiologis lengan dan tungkai
kanan meningkat, dan ditemukan refleks babinsky di kaki sebelah kanan.
Klarifikasi istilah
1. Kejang: suatu kondisi medis saat otot tubuh mengalami fluktuasi kontraksi dan
peregangan dengan sangat cepat sehingga menyebabkan gerakan tidak terkendali.
2. Diazepam: benzodiazepine yang digunakan sebagai agen antianxietas, sedative, agen
antipanik, agen antitremor, relaksan otot rangka, anti konvulsan, dan dalam
penatalaksanaan gejala akibat penghentian pemkaian alcohol.
3. Fenitoin: antikonvulsi digunakan terutama untuk mencegah dan mengobati bangkitan
epileptic.
4. Meningitis: radang pada membrane pelindung yang menyelubungi otak dan sumsum
tulang belakang yang secara keseluruhan disebut meningen.
5. Asam valproate: dipropilasetat atau 2 propilpentanoat adalah obat pilihan utama untuk
obat epilepsy umum seperti serangan mioklonik, tonik-klonik umum, serta epilepsy
parsial.
6. Refleks babinsky:
7. Refleks fisiologis:
Identifikasi masalah
1.
Seorang anak lakilaki, usia 3 tahun, berat badan 13 kg, datang dengan kejang. Dari rekam
medis tercatat bahwa masih kejang saat datang ke RS. Setelah diberikan diazepam per rektal
2 kali dan intravena 1 kali kejang juga belum teratasi. Kejang berhenti setelah diberikan drip
fenitoin. Kejang didahului demam. Pascakejang anak tidak sadar.
2.
Saat ini sekitar 3 jam setelah masuk rumah sakit, kesadaran penderita nampak membaik.
Orang tua memperthatikan lengan dan tungkai sebrlah kanan nampak lemah dan penderita
sering tersedak.
3.
Pada riwayat penyakit sebelumnya, saat usia 9 bulan, penderita mengalami kejang dengan
demam tinggi. Dirawat di rumah sakit dengan diagnosis meningitis. Penderita dirawat di RS
selama 15 hari.
4.
Pada usia 1 tahun penderita mengalami kejang dengan demam sebanyak 2 kali. Pada usia 18
bulan penderita kembali mengalami kejang yang disertai demam tinggi. Penderita berobat ke
dokter dan diberi obat asam valproate. Setelah 5 bulan berobat, orang tua menghentikan
pengobatan karena penderita tidak pernah kejang. Penderita sudah bisa bicara lancar, sudah
bisa memakai baju sendiri dan mengendarai sepeda roda tiga.
5.
Pada pemeriksaan fisik anak tampak sadar, suhu: 38,5oC , TD: 90/45mmHg (normal untuk
usia) , nadi:1290x/menit, laju nafas : 40x/menit.
6.
Pada pemeriksaan neurologis pergerakan lengan dan tungkai kanan nampak terbatas dan
lebih lemah dibanding sebelah kiri. Lengan dan tungkai kanan dapat sedikit diangkat, namun
sama sekali tidak dapat melawan tahanan dari pemeriksa. Lengan dan tungkai kiri dapat
melawan tahanan kuat sewajar usianya. Tonus otot dan refleks fisiologis lengan dan tungkai
kanan meningkat, dan ditemukan refleks babinsky di kaki sebelah kanan.
Analisis masalah
1.
Seorang anak lakilaki, usia 3 tahun, berat badan 13 kg, datang dengan kejang. Dari rekam
medis tercatat bahwa masih kejang saat datang ke RS. Setelah diberikan diazepam per rektal
2 kali dan intravena 1 kali kejang juga belum teratasi. Kejang berhenti setelah diberikan drip
fenitoin. Kejang didahului demam. Pascakejang anak tidak sadar.
a.
f.
Data mengenai insidensi kejang agak sulit diketahui. Diperkirakan bahwa 10% orang akan
mengalami paling sedikit satu kali kejang selama hidup mereka dan sekitar 0,3% sampai
0,5% akan didiagnosis mengidap epilepsi (didasarkan pada kriteria dua atau lebih kejang
spontan/tanpa pemicu). Laporan-laporan spesifik-jenis kelamin mengisyaratkan angka yang
sedikit lebih besar pada laki-laki dibandingkan dengan perempuan. Insidensi berdasarkan
usia memperlihatkan pola konsisten berupa angka paling tinggi pada tahun pertama
kehidupan, penurunan pesat menuju usia remaja, dan pendataran secara bertahap selama usia
remaja, dan pendataran secara bertahap selama usia pertengahan untuk kembali memuncak
pada usia setelah 60 tahun
g.
Mengapa kejang belum teratasi saat diberikan diazepam dan teratasi saat
diberikan fenitoin? 7
Fenitoin merupakan obat golongan antiepilepsi. Mekanisme kerja utamanya pada korteks
motoris yaitu menghambat penyebaran aktivitas kejang. Kemungkinan hal ini disebabkan
peningkatan pengeluaran natrium dari neuron dan fenitoin cenderung menstabilkan ambang
rangsang terhadap hipereksitabilitas yang disebabkan perangsangan berlebihan atau
kemampuan perubahan lingkungan di mana terjadi penurunan bertahap ion natrium melalui
membran. Ini termasuk penurunan potensiasi paska tetanik pada sinaps. Fenitoin
menurunkan aktivitas maksimal pusat batang otak yang berhubungan dengan fase tonik dari
kejang tonik-klonik (grand mal). Waktu paruh plasma setelah pemberian oral rata-rata adalah
22 jam (antara 7-42 jam).
2.
Saat ini sekitar 3 jam setelah masuk rumah sakit, kesadaran penderita nampak membaik.
Orang tua memperthatikan lengan dan tungkai sebrlah kanan nampak lemah dan penderita
sering tersedak.
3.
a.
bagaimana keterkaitan antara pasca kejang dengan lengan dan tungkai tampak lemah ? 8
b.
Pada riwayat penyakit sebelumya, saat usia 9 bulan, penderita mengalami kejang dengan
demam tinggi. Dirawat di RS dengan diagnosis meningitis. Penderita dirawat di RS selama
15 hari.
4.
a.
b.
c.
Pada usia 1 tahun penderita mengalami kejang dengan demam sebanyak 2 kali. Pada usia 18
bulan penderita kembali mengalami kejang yang disertai demam tinggi. Penderita berobat ke
dokter dan diberi obat asam valproate. Setelah 5 bulan berobat, orang tua menghentikan
pengobatan karena penderita tidak pernah kejang. Penderita sudah bisa bicara lancar, sudah
bisa memakai baju sendiri dan mengendarai sepeda roda tiga.
a.
5.
Pada pemeriksaan fisik anak tampak sadar, suhu: 38,5oC , TD: 90/45mmHg (normal untuk
usia) , nadi:1290x/menit, laju nafas : 40x/menit.
6.
a.
b.
Pada pemeriksaan neurologis pergerakan lengan dan tungkai kanan nampak terbatas dan
lebih lemah dibanding sebelah kiri. Lengan dan tungkai kanan dapat sedikit diangkat, namun
sama sekali tidak dapat melawan tahanan dari pemeriksa. Lengan dan tungkai kiri dapat
melawan tahanan kuat sewajar usianya. Tonus otot dan refleks fisiologis lengan dan tungkai
kanan meningkat, dan ditemukan refleks babinsky di kaki sebelah kanan.
a.
b.
MENDASARI
Meningitis
Sangat gelisah/iritabel
Pemeriksaan
a, b
yang
terpajan
parasit malaria
apusan
darah
positif
Plasmodium
Falsiparum;
Ikterus
Anemia
Kejang
Hipoglikemi
penyebabnya
untuk
kesadaran,
(dapat
letargis
menyebabkan
atau
hilangnya
namun
jarang
menyebabkan kejang)
Ketoasidosis Diabetikum
Hematuri
Pernapasan Kussmaul
ini
minimal
tahun
dan
Prognosis setelah dilakukan terapi status epileptikus lebih baik daripada dilaporkan
sebelumnya.
Mayoritas
anak
kemungkinan
tidak
mengalami
gangguan
Hipotesis
Seorang anak laki-laki usia 3 tahun diduga mengalami kejang tonik-klonik hemiparesis kanan et
causa meningitis saat usia 9 bulan