Anda di halaman 1dari 15

TUGAS SOFTSKILL ETIKA PROFESI #

PTA 2014/2015

Disusun oleh :
Catur Joko Wijanarko Mindiar / 41112559

TEKNIK KOMPUER (TK)


UNIVERSITAS GUNADARMA
2014

KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur penulis panjatkan Kehadirat Allah
S.W.T,

karena

dengan

berkat

Rahmat

dan

Ridho-Nya

penulis

dapat

menyelesaikan tugas sofstkill Etika Profesi dengan baik.

Tugas ini saya buat berdasarkan survei yang saya lihat dari internet, serta
sebagai bimbingan saya agar jika lulus nanti tidak kesulitan atau bingung dalam
pencarian profesi pekerjaan.

Segala saran dan kritik baik mengenai kelengkapan, cara penyajian


maupun hal yang kurang tepat atau kurang teliti akan sangat diharapkan saya guna
penyempurnaan makalah ini. Mudah - mudahan makalah ini dapat memberikan
motivasi untuk lebih meningkatkan kemampuan saya khususnya dan para
pembaca dalam bidang Teknik Komputer.

Bekasi, Desember 2014

Penulis

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................................... iii

UU NO.19 TENTANG HAK CIPTA ...................................................................1


1. Berdasarkan UU RI No.19 Tahun 2002 .......................................................................... 1
1.1.

Ketentuan Umum ................................................................................................ 1

1.2.

Profesi di Bidang Teknik Komputer ................................................................... 2

1.2.1.

Hak Eksklusif ................................................................................................ 2

1.2.2.

Perlindungan Hak Cipta ............................................................................ 3

1.3. Pembatasan Hak Cipta ......................................................................................... 5


1.4. Prosedur Pendaftaran HKI ................................................................................... 5

UU NO.36 TENTANG TELEKOMUNIKASI .................................................... 7


2. Azas dan Tujuan Telekomunikasi ................................................................................... 7
2.1

Penyelenggaraan Telekomunikasi ........................................................................ 8

2.1.1. Pemerintah ........................................................................................................ 8

2.2. Penyidikan, Sanksi Administratif dan Ketentuan Pidana ....................................... 9

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................... 12

iii

UU NO.19 TENTANG HAK CIPTA

1. Berdasarkan UU RI No.19 Tahun 2002


Bab 1 mengenai Ketentuan Umum, pasal 1
Hak Cipta adalah hak eksklusif bagi Pencipta atau penerima hak untuk
mengumumkan atau memperbanyak Ciptaannya atau memberikan izin untuk
itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Pencipta adalah seorang atau beberapa orang secara bersama -sama yang
atas inspirasinya melahirkan suatu Ciptaan berdasarkan kemampuan pikiran,
imajinasi, kecekatan, keterampilan, atau keahlian yang dituangkan ke dalam
bentuk yang khas dan bersifat pribadi.
Ciptaan adalah hasil setiap karya Pencipta yang menunjukkan keasliannya
dalam lapangan ilmu pengetahuan, seni, atau sastra.
Pemegang Hak Cipta adalah Pencipta sebagai Pemilik Hak Cipta, atau
pihak yang menerima hak tersebut dari Pencipta, atau pihak lain yang
menerima lebih lanjut hak dari pihak yang menerima hak tersebut.
Hak Terkait adalah hak yang berkaitan dengan Hak Cipta, yaitu hak
eksklusif bagi Pelaku untuk memperbanyak atau menyiarkan pertunjukannya;
bagi Produser Rekaman Suara untuk memperbanyak atau menyewakan karya
rekaman suara atau rekaman bunyinya, dan bagi Lembaga Penyiaran untuk
membuat, memperbanyak, atau menyiarkan karya siarannya
Lisensi adalah izin yang diberikan oleh Pemegang Hak Cipta atau
Pemegang Hak Terkait kepada pihak lain untuk mengumumkan dan/atau
memperbanyak Ciptaannya atau produk Hak Terkaitnya dengan persyaratan
tertentu.
1.1. Ketentuan Umum
Pada dasarnya, hak cipta merupakan hak untuk menyalin suatu
ciptaan. Hak cipta dapat juga memungkinkan pemegang hak tersebut
untuk membatasi penggandaan tidak sah atas suatu ciptaan. Pada
umumnya pula, hak cipta memiliki masa berlaku tertentu yang terbatas.
Hak cipta berlaku pada berbagai jenis karya seni atau karya cipta atau
ciptaan. Ciptaan tersebut dapat mencakup puisi, drama, serta karya tulis
lainnya, film, karya-karya koreografis (tari, balet, dan sebagainya),
komposisi musik, rekaman suara, lukisan, gambar, patung, foto, perangkat

lunak komputer, siaran radio dan televisi, dan (dalam yurisdiksi tertentu)
desain industri. Hak cipta merupakan salah satu jenis hak kekayaan
intelektual, namun hak cipta berbeda secara mencolok dari hak kekayaan
intelektual lainnya (seperti paten, yang memberikan hak monopoli atas
penggunaan invensi), karena hak cipta bukan merupakan hak monopoli
untuk melakukan sesuatu, melainkan hak untuk mencegah orang lain yang
melakukannya.
Di Indonesia, masalah hak cipta diatur dalam Undang-undang Hak
Cipta, yaitu, yang berlaku saat ini, Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002.
Dalam undang-undang tersebut, pengertian hak cipta adalah hak eksklusif
bagi pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan atau
memperbanyak ciptaannya atau memberikan izin untuk itu dengan tidak
mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundangundangan yang berlaku (pasal 1 butir 1).

1.2. Lingkup Hak cipta


Lingkup hak cipta diatur didalam bab 2 mengenai LINGKUP HAK
CIPTA pasal 2-28 :
Ciptaan yang dilindungi (pasal 12), Ciptaan yang dilindungi adalah
Ciptaan dalam bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra, yang mencakup:
buku, Program Komputer, pamflet, perwajahan (lay out) karya tulis yang
diterbitkan, dan semua hasil karya tulis lain, ceramah, kuliah, pidato, dan
Ciptaan lain yang sejenis dengan itu, alat peraga yang dibuat untuk
kepentingan pendidikan dan ilmu pengetahuan, lagu atau musik dengan
atau tanpa teks, drama atau drama musikal, tari, koreografi, pewayangan,
dan pantomim, seni rupa dalam segala bentuk seperti seni lukis, gambar,
seni ukir, seni kaligrafi, seni pahat, seni patung, kolase, dan seni terapan,
arsitektur, peta, seni batik, fotografi, sinematografi, terjemahan, tafsir,
saduran, bunga rampai, database, dan karya lain dari hasil
pengalihwujudan.

Ciptaan yang tidak ada Hak Cipta (pasal 13), hasil rapat terbuka
lembaga-lembaga Negara, peraturan perundang-undangan, pidato
kenegaraan atau pidato pejabat Pemerintah, putusan pengadilan atau
penetapan hakim atau keputusan badan arbitrase atau keputusan badanbadan sejenis lainnya.
Hak-hak yang tercakup dalam hak cipta:
1.2.1. Hak eksklusif
Beberapa hak eksklusif yang umumnya diberikan kepada pemegang
hak cipta adalah hak untuk :

Membuat salinan atau reproduksi ciptaan dan menjual hasil


salinan tersebut (termasuk, pada umumnya, salinan
elektronik),
Mengimpor dan mengekspor ciptaan,
Menciptakan karya turunan atau derivatif atas ciptaan
(mengadaptasi ciptaan),
Menampilkan atau memamerkan ciptaan di depan umum,
Menjual atau mengalihkan hak eksklusif tersebut kepada
orang atau pihak lain.

Yang dimaksud dengan hak eksklusif dalam hal ini adalah


bahwa hanya pemegang hak ciptalah yang bebas melaksanakan hak
cipta tersebut, sementara orang atau pihak lain dilarang melaksanakan
hak cipta tersebut tanpa persetujuan pemegang hak cipta.
Di Indonesia, hak eksklusif pemegang hak cipta termasuk
kegiatan
menerjemahkan,
mengadaptasi,
mengaransemen,
mengalihwujudkan,
menjual,
menyewakan,
meminjamkan,
mengimpor, memamerkan, mempertunjukkan kepada publik,
menyiarkan, merekam, dan mengkomunikasikan ciptaan kepada publik
melalui sarana apapun.
Selain itu, dalam hukum yang berlaku di Indonesia diatur pula
hak terkait, yang berkaitan dengan hak cipta dan juga merupakan
hak eksklusif, yang dimiliki oleh pelaku karya seni (yaitu pemusik,
aktor, penari, dan sebagainya), produser rekaman suara, dan lembaga
penyiaran untuk mengatur pemanfaatan hasil dokumentasi kegiatan
seni yang dilakukan, direkam, atau disiarkan oleh mereka masingmasing (UU 19/2002 pasal 1 butir 912 dan bab VII). Sebagai contoh,
seorang penyanyi berhak melarang pihak lain memperbanyak rekaman
suara nyanyiannya.
Hak-hak eksklusif yang tercakup dalam hak cipta tersebut dapat
dialihkan, misalnya dengan pewarisan atau perjanjian tertulis (UU
19/2002 pasal 3 dan 4). Pemilik hak cipta dapat pula mengizinkan
pihak lain melakukan hak eksklusifnya tersebut dengan lisensi, dengan
persyaratan tertentu (UU 19/2002 bab V).

1.2.2. Perlindungan Hak Cipta


Perlindungan hak cipta pada umumnya berarti bahwa penggunaan
atau pemakaian dari hasil karya tertentu hanya dapat dilakukan dengan
ijin dari pemilik hak tersebut. Yang dimaksud menggunakan atau
memakai di sini adalah mengumumkan, memperbanyak ciptaan atau
memberikan ijin untuk itu.

Pasal 12 ayat 1 :
(1). Dalam Undang-undang ini ciptaan yang dilindungi adalah ciptaan
dalam bidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra, yang mencakup :
a. Buku, program komputer, pamflet, perwajahan (lay out) karya
tulis yang diterbitkan, dan semua hasil karya tulis lain;
b. Ceramah, kuliah, pidato, dan ciptaan lain yang sejenis dengan itu;
c. Alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu
pengetahuan;
d. Lagu atau musik dengan atau tanpa teks;
e. Drama atau drama musikal, tari, koreografi, pewayangan dan
pantomim;
f. Seni rupa dalam segala bentuk seperti seni lukis, gambar, seni ukir,
seni kaligrafi, seni pahat, seni patung, kolase, dan seni terapan;
g. Arsitektur;
h. Peta;
i. Seni batik;
j. Fotografi;
k. Sinematografi;
l. Terjemahn, tafsir, saduran, bunga rampai, data base, dan karya lain
dari hasil pengalihwujudan.
(2). Ciptaan sebagaimana dimaksud dalam huruf l dilindungi sebagai
Ciptaan tersendiri dengan tidak mengurangi Hak Cipta atas
Ciptaan asli.
(3) Perlindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2),
termasuk juga semua Ciptaan yang tidak atau belum diumumkan,
tetapi sudah merupakan suatu bentuk kesatuan yang nyata, yang
memungkinkan Perbanyakan hasil karya itu.
Menurut Pasal 1 ayat 8 :
Program komputer adalah sekumpulan instruksi yang diwujudkan
dalam bentuk bahasa, kode, skema, ataupun bentuk lain, yang apabila
digabungkan dengan media yang dapat dibaca dengan komputer akan

mampu membuat komputer bekerja untuk melakukan fungsi-fungsi


khusus atau untuk mencapai hasil yang khusus, termasuk penyiapan
dalam merancang instruksi-instruksi tersebut.
Dan Pasal 2 ayat 2:
Pencipta dan /atau Pemegang Hak Cipta atas karya sinematografi dan
program computer (software) memberikan izin atau melarng orang lain
yang tanpa persetujuannya menyewakan ciptaan tersebut untuk
kepentingan yang bersifat komersial.

1.3. Pembatasan Hak Cipta


Pembatasan Hak cipta, Pembatasan mengenai hak cipta diatur dalam
pasal 14, 15, 16 (ayat 1-6), 17, dan 18. Pemakaian ciptaan tidak dianggap
sebagai pelanggaran hak cipta apabila sumbernya disebut atau
dicantumkan dengan jelas dan hal itu dilakukan terbatas untuk kegiatan
yang bersifat nonkomersial termasuk untuk kegiatan sosial, misalnya,
kegiatan dalam lingkup pendidikan dan ilmu pengetahuan, kegiatan
penelitian dan pengembangan, dengan ketentuan tidak merugikan
kepentingan yang wajar dari penciptanya. Kepentingan yang wajar dalam
hal ini adalah kepentingan yang didasarkan pada keseimbangan dalam
menikmati manfaat ekonomi atas suatu ciptaan. Termasuk dalam
pengertian ini adalah pengambilan ciptaan untuk pertunjukan atau
pementasan yang tidak dikenakan bayaran. Khusus untuk pengutipan
karya tulis, penyebutan atau pencantuman sumber ciptaan yang dikutip
harus dilakukan secara lengkap. Artinya, dengan mencantumkan
sekurang-kurangnya nama pencipta, judul atau nama ciptaan, dan nama
penerbit jika ada. Selain itu, seorang pemilik (bukan pemegang hak cipta)
program komputer dibolehkan membuat salinan atas program komputer
yang dimilikinya, untuk dijadikan cadangan semata-mata untuk
digunakan sendiri.
Selain itu, Undang-undang Hak Cipta juga mengatur hak pemerintah
Indonesia untuk memanfaatkan atau mewajibkan pihak tertentu
memperbanyak ciptaan berhak cipta demi kepentingan umum atau
kepentingan nasional (pasal 16 dan 18), ataupun melarang penyebaran
ciptaan yang apabila diumumkan dapat merendahkan nilai-nilai
keagamaan, ataupun menimbulkan masalah kesukuan atau ras, dapat
menimbulkan gangguan atau bahaya terhadap pertahanan keamanan
negara, bertentangan dengan norma kesusilaan umum yang berlaku dalam
masyarakat, dan ketertiban umum (pasal 17). Ketika orang mengambil
hak cipta seseorang maka orang tersebut akan mendapat hukuman yang
sesuai pada kejahatan yang dilakukan. Menurut UU No.19 Tahun 2002
pasal 13, tidak ada hak cipta atas hasil rapat terbuka lembaga-lembaga
Negara, peraturan perundang-undangan, pidato kenegaraan atau pidato

pejabat Pemerintah, putusan pengadilan atau penetapan hakim, ataupun


keputusan badan arbitrase atau keputusan badan-badan sejenis lainnya
(misalnya keputusan-keputusan yang memutuskan suatu sengketa). Pasal
14 Undang-undang Hak Cipta mengatur bahwa penggunaan atau
perbanyakan lambang Negara dan lagu kebangsaan menurut sifatnya
yang asli tidaklah melanggar hak cipta. Demikian pula halnya dengan
pengambilan berita aktual baik seluruhnya maupun sebagian dari kantor
berita, lembaga penyiaran, dan surat kabar atau sumber sejenis lain,
dengan ketentuan sumbernya harus disebutkan secara lengkap.

1.4. Prosedur Pendaftaran HKI


Sesuai yang diatur pada bab IV Undang-undang Hak Cipta pasal 35,
pendaftaran hak cipta diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Hak
Kekayaan Intelektual (Ditjen HKI), yang kini berada di bawah
[Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia]. Pencipta atau pemilik
hak cipta dapat mendaftarkan langsung ciptaannya maupun melalui
konsultan HKI. Permohonan pendaftaran hak cipta dikenakan biaya (UU
19/2002 pasal 37 ayat 2). Penjelasan prosedur dan formulir pendaftaran
hak cipta dapat diperoleh di kantor maupun situs webDitjen HKI. Daftar
Umum Ciptaan yang mencatat ciptaan-ciptaan terdaftar dikelola oleh
Ditjen HKI dandapat dilihat oleh setiap orang tanpa dikenai biaya.
Prosedur mengenai pendaftaran HAKI diatur dalam bab 4, pasal 35-44.

UU NO.36 TENTANG TELEKOMUNIKASI


2. Azas dan Tujuan Telekomunikasi
Telekomunikasi diselenggarakan berdasarkan asas manfaat, adil dan
merata, kepastian hukum, keamanan, kemitraan, etika dan kepercayaan pada
diri sendiri. Dalam menyelenggarakan telekomunikasi memperhatikan dengan
sungguh-sungguh asas pembangunan nasional dengan mengutamakan asas
manfaat, asas adil, dan merata, asas kepastian hukum, dan asas kepercayaan
pada diri sendiri, serta memprhatikan pula asas keamanan, kemitraan, dan
etika. Asas manfaat berarti bahwa pembangunan telekomunikasi khususnya
penyelenggaraan telekomunikasi akan lebih berdaya guna dan berhasil guna
baik sebagai infrastruktur pembangunan, sarana penyelenggaraan
pemerintahan, sarana pendidikan, sarana perhubungan maupun sebagai
komoditas ekonomi yang dapat lebih meningkatkan kesejahteraan masyarakat
lahir dan batin. Asas adil dan merata adalah bahwa penyelenggaraan
telekomunikasi memberikan kesempatan dan perlakuan yang sama kepada
semua pihak yang memenuhi syarat dan hasil- hasilnya dinikmati oleh
masyarakat secara adil dan merata.
Asas kepastian hukum berarti bahwa pembangunan telekomunikasi
khususnya penyelenggaraan telekomunikasi harus didasarkan kepada
peraturan perundang-undangan yang menjami kepastian hukum dan
memberikan perlindungan hukum baik bagi para investor, penyelenggara
telekomunikasi, maupun kepada pengguna telekomunikasi.
Asas kepercayaan pada diri sendiri, dilaksanakan dengan memanfaatkan
secara maksimal potensi sumber daya nasional secara efisien serta penguasaan
teknologi telekomunikasi, sehingga dapat meningkatkan kemandirian dan
mengurangi ketergantungan sebagai suatu bangsa dalam menghadapi
persaingan global.
Asas kemitraan mengandung makna bahwa penyelenggaraan
telekomunikasi harus dapat mengembangkan iklim yang harmonis, timbal
balik, dan sinergi, dalam penyelenggaraan telekomunikasi. Asas keamanan
dimaksudkan agar penyelenggaraan telekomunikasi selalu memperhatikan
faktor keamanan dalam perencanaan, pembangunan, dan pengoperasiannya.
Asas etika dimaksudkan agar dalam penyelenggaraan telekomunikasi
senantiasa dilandasi oleh semangat profesionalisme, kejujuran, kesusilaan, dan
keterbukaan.
Telekomunikasi diselenggarakan dengan tujuan untuk mendukung
persatuan dan kesatuan bangsa, meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran
rakyat secara adil dan merata, mendukung kehidupan ekonomi dan kegiatan
pemerintahan, serta meningkatkan hubungan antarbangsa. Tujuan
penyelenggaraan telekomunikasi yang demikian dapat dicapai, antara lain,
melalui
reformasi
telekomunikasi
untuk
meningkatkan
kinerja
penyelenggaraan telekomunikasi dalam rangka menghadapi globalisasi,

mempersiapkan sektor telekomunikasi memasuki persaingan usaha yang sehat


dan profesional dengan regulasi yang transparan, serta membuka lebih banyak
kesempatan berusaha bagi pengusaha kecil dan menengah.
Didalam UU no.36 th.1999 terdapat pasal yang menyebutkan tentang azas dan
tujuan yaitu terdapat pada
Pasal 2:
Telekomunikasi diselenggarakan berdasarkan asas manfaat, adil dan merata,
kepastian hukum, keamanan, kemitraan, etika, dan kepercayaan pada diri
sendiri
Pasal 3:
Telekomunikasi diselenggarakan dengan tujuan untuk mendukung persatuan
dan kesatuan bangsa, meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat
secara adil dan merata, mendukung kehidupan ekonomi dan kegiatan
pemerintahan, serta meningkatkan hubungan antarbangsa.

2.1. Penyelenggaraan Telekomunikasi


Dalam rangka efektivitas pembinaan, pemerintah melakukan koordinasi
dengan
instansi
terkait,
penyelenggara
telekomunikasi,
dan
mengikutsertakan peran masyarakat. Dalam posisi yang demikian,
pelaksanaan pembinaan telekomunikasi yang dilakukan Pemerintah
melibatkan peran serta masyarakat, berupa penyampaian pemikiran dan
pandangan yang berkembang dalam masyarakat mengenai arah
pengembangan pertelekomunikasian dalam rangka penetapan kebijakan,
pengaturan, pengendalian dan pengawasan di bidang telekomunikasi.
Pelaksanaan peran serta masyarakat diselenggarakan oleh lembaga mandiri
yang dibentuk untuk maksud tersebut. Lembaga seperti ini keanggotaannya
terdiri dari asosiasi yang bergerak di bidang usaha telekomunikasi, asosiasi
profesi telekomunikasi, asosiasi produsen peralatan telekomunikasi, asosiasi
pengguna jaringan, dan jasa telekomunikasi serta masyarakat intelektual di
bidang telekomunikasi. Ketentuan mengenai tata cara peran serta
masyarakat dan pembentukan lembaga masih akan diatur dengan Peraturan.
2.1.1. Pemerintah
Setelah mengetahui pasal yang menyebutkan azas dan tujuan di
UU no.36 th.1999 disebutkan juga tentang penyelenggaraan
telekomunikasi yaitu:

Pasal 7:
Ayat1: Penyelenggaraan telekomunikasi meliputi :
a. penyelenggaraan jaringan telekomunikasi;
b. penyelenggaraaan jasa telekomunikasi;
c. penyelenggaraan telekomunikasi khusus.
Dari pasal 7 juga disebutkan dalam ayat 2: hal-hal yang
diperhatikan dalam penyelenggaraan telekomunikasi sebagai berikut :
a. melindungi kepentingan dan keamanan negara;
b. mengantisipasi perkembangan teknologi dan tuntutan global;
c. dilakukan secara profesional dan dapat dipertanggungjawabkan;
d. peran serta masyarakat.
Jadi dalam penyelenggaraan telekomunikasi dapat dilakukan oleh
badan hukum yang didirikan untuk maksud tersebut berdasarkan
peraturan perundangan-undangan yang berlaku yang dijelaskan pada
pasal 8 ayat 1 dan 2:
Ayat 1: Penyelenggaraan jaringan telekomunikasi dan atau
penyelenggaraan jasa telekomunikasi sebagaimana dimaksud dalam
pasal 7 ayat (1) huruf a dan huruf b, dapat dilakukan oleh badan hukum
yang didirikan untuk maksud tersebut berdasarkan peraturan
perundangan-undangan yang berlaku, yaitu :
a. Badan Usaha Milik Negara (BUMN);
b. Badan Usaha Milik Daerah (BUMD);
c. badan usaha swasta; atau
d. koperasi;
Ayat 2: Penyelenggaraan Telekomunikasi khusus sebagaimana
dimaksud dalam pasal 7 ayat (1) huruf c, dapat dilakukan oleh :
a. perseorangan;
b. instansi pemerintah ;

c. badan hukum selain penyelenggara jaringan telekomunikasi dan atau


penyelenggara jasa telekomunikasi;

2.2. Penyidikan, Sanksi Administratif dan Ketentuan Pidana


Ada dua belas ketentuan dalam undang-undang ini yang dapat dikenai
sanksi administratif berupa pencabutan izin, yang dilakukan setelah diberi
peringatan tertulis. Pengenaan sanksi adminsitrasi dalam ketentuan ini
dimaksudkan sebagai upaya pemerintah dalam rangka pengawasan dan
pengendalian penyelenggaraan telekomunikasi. Keduabelas alasan yang dapat
dikenai sanksi administratif itu adalah terhadap:

Setiap penyelenggara jaringan telekomunikasi dan atau


penyelenggara jasa telekomunikasi yang tidak memberikan
kontribusi dalam pelayanan;
Penyelenggara telekomunikasi tidak memberikan catatan atau
rekaman yang diperlukan pengguna;
Penyelenggara jaringan telekomunikasi yang tidak menjamin
kebebasan penggunanya memilih jaringan telekomunikasi lain untuk
pemenuhan kebutuhan telekomunkasi;
Penyelenggara telekomunikasi yang melakukan kegiatan usaha
penyelenggaraan telekomunikasi yang bertentangan dengan
kepentingan umum, kesusilaan, keamanan, atau ketertiban umum;
Penyelenggara jaringan telekomunikasi yang tidak menyediakan
interkoneksi apabila diminta oleh penyelenggara jaringan
telekomunikasi lainnya;
Penyelenggara jaringan telekomunikasi dan atau penyelenggara jasa
telekomunikasi yang tidak membayar biaya hak penyelenggaraan
telekomunikasi yang diambil dari prosesntase pendapatan;
Penyelenggara telekomunikasi khusus untuk keperluan sendiri dan
keperluan pertahanan keamanan negara yang menyambungkan
telekomunikasinya ke jaringan penyelenggara telekomunikasi
lainnya;
Penyelenggara telekomunikasi khusus untuk keperluan penyiaran
yang menyambungkan telekomunikasinya ke penyelenggara
telekomunikasi lainnya tetapi tidak digunakan untuk keperluan
penyiaran;
Pengguna spektrum frekuensi radio dan orbit satelit yang tidak
mendapat izin dari Pemerintah;
Pengguna spektrum frekuensi radio dan orbit satelit yang tidak
sesuai dengan peruntukannya dan yang saling menggaggu.
Pengguna spektrum frekuensi radio yang tidak membayar biaya
penggunaan frekuensi, yang besarannya didasarkan atas penggunaan
jenis dan lebar pita frekuensi;

10

Pengguna orbit satelit yang tidak membayar biaya hak penggunaan


orbit satelit.

Dalam UU no.36 th.1999 juga terdapat pasal yang menyangkut tentang


penyidikan yaitu terdapat pada pasal 44 ayat 1 dan ayat 2.
Ayat 1: Selain Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, juga
Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Departemen yang lingkup
tugas dan tanggung jawabnya di bidang telekomunikasi, diberi wewenang
khusus sebagai penyidik sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang
Hukum Acara Pidana untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang
telekomunikasi.
Ayat 2: Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berwenang :
a. Melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan atau keterangan berkenaan
dengan tindak pidana di bidang telekomunikasi;
b. Melakukan pemeriksaan terhadap orang dan atau badan hukum yang diduga
melakukan tindak pidana di bidang telekomuniksi.
c. Menghentikan penggunaan alat dan atau perangkat telekomunikasi yang
menyimpang dari ketentuan yang berlaku;
d. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai saksi atau
tersangka;
e. Melakukan pemeriksaan alat dan atau perangkat telekomunikasi yang
diduga digunakan atau diduga berkaitan dengan tindak pidana di bidang
telekomunikasi;
f. Menggeledah tempat yang diduga digunakan untuk melakukan tindak
pidana di bidang telekomunikasi;
g. Menyegel dan atau menyita alat dan atau perangkat telekomuniksi yang
digunakan atau diduga berkaitan dengan tindak pidana di bidang
telekomunikasi;
h. Meminta bantuan ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak
pidana di bidang telekomunikasi; dan
i. Mengadakan penghentian penyidikan.
Selain Undang-undang Hukum acara pidana di UU no.36 th.1999 juga
disebutkan pasal yang mengenai sanksi-sanksinya yaitu pasal 45 dan pasal 46.
Untuk ketentuan Pidana disebutkan pada pasal 47 sampai pasal 59.

11

DAFTAR PUSTAKA

https://andrie07.wordpress.com/2012/05/08/peraturan-dan-regulasi-uu-no-19tentang-hak-cipta-uu-no-36-tentang-telekomunikasi-undang-undang-informasi-dantransaksi-elektronik/

12

Anda mungkin juga menyukai