Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

HIKMAH DAN FILSAFAT

Disusun Guna Melengkapi Tugas Filsafat Hukum Islam


Dosen : Drs. Nur'l Yakin MCH, SH., M.Hum.

Disusun Oleh:

JURUSAN SYARIAH
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
2014

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wataala, karena berkat
rahmat-Nya penulis bisa menyelesaikan makalah yang berjudul Hikmah dan fisafat. Makalah
ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Hukum Islam.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga
makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi
sempurnanya makalah ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk
pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Semarang, 21 Oktober 2014

FILSAFAT HUKUM ISLAM

Page i

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................. i
DAFTAR ISI ..........................................................................................................................ii
BAB I ..................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................................. 1
A.

Latar Belakang ............................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah........................................................................................................... 1
C.

Tujuan Masalah .............................................................................................................. 2

BAB II .................................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN .................................................................................................................... 3
A. Sejarah Filsafat ................................................................................................................ 3
B. Pengertian filsafat ............................................................................................................ 4
C. Pengertian hikmah ........................................................................................................... 6
D. Persamaan dan Perbedaan Karakteristik antara Filsafat dan Hikmah ............................. 8
BAB III................................................................................................................................. 11
PENUTUP ............................................................................................................................ 11
A. Kesimpulan ................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 12

FILSAFAT HUKUM ISLAM

Page ii

BAB I
PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang
Allah menciptakan alam semesta beserta segala macam isinya memiliki tujuan

masing-masing. Segala sesuatu itu memiliki hakikat, dan hakikat segala sesuatu adalah
sesuatu itu sendiri. logika fenomenologis inilah yang didambakan oleh setiap orang yang
bergaul dengan filsafat. Objek yang ada dan yang mungkin ada adalah bahasa tentang
keberadaan segala yang ada, baik ada karena kasat mata atau mata tidak memiliki
kemungkinan untuk melihatnya sehingga dibutuhkan media dan alat yang menunjangnya.
Oleh karena itu hakikat segala sesuatu adalah tidak ada yang tidak ada, sebab
ketiadaan adalah keadaan tentang sesuatu yang ada yang berbeda dengan keberadaan yang
terbayangkan oleh hukum lahiriyah alami.1 Kaitannya dengan hukum islam hal ini berkaitan
dengan ontologi hukum yang memang bersifat teosentris, maka hal ini sama halnya dengan
membicarakan tentang siapa sesungguhnya yang melahirkan hukum islam.
Dengan demikian, muncul pertanyaan selanjutnya, bagaimana ia ditetapkan dan
diberlakukan, untuk siapakah hukum itu, dan masih benyak lagi pertanyaan sekitar
permasalahan ontologis, epistemologis dan aksiologis dari adanya sesuatu. Untuk memahami
hal tersebut diperlukan upaya pemahaman filosofis yang menghantarkan kita untuk
menemukan hakikat sesuatu tesebut. Disinilah dibutuhkan filsafat.
Dan untuk mengetahui hikmah perlu adanya upaya mendalam tentang hakikat dari
hukum islam. Setelah mengetahui hukum islam maka kitapun dapat menemukan hikmah dari
ditetapkannya hukum tersebut.
B. Rumusan Masalah
Melihat pada Latar Belakang di atas, maka penulis menyimpulkan rumusan
masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana Sejarah Filsafat ?
2. Bagaimana Pengertian Filsafat
3. Bagaimana Pengertian Hikmah ?
4. Bagaimana Persamaan dan Perbedaan antara Filsafat dan Hikmah?

Beni Ahmad saebani, filsafat hukum islam, Bandung;Pustaka Setia,cet. I tahun 2008, hlm.8

FILSAFAT HUKUM ISLAM

Page 1

C. Tujuan Masalah
Melihat pada Latar Belakang di atas, maka penulis menyimpulkan tujuan masalah
sebagai berikut :
1. Untuk Mengetahui Sejarah Filsafat
2. Untuk Mengetahui Pengertian Filsafat
3. Untuk Menjelaskan Pengertian Hikmah
4. Untuk Mendeskripsikan Persamaan dan Perbedaan antara Filsafat dan Hikmah

FILSAFAT HUKUM ISLAM

Page 2

BAB II
PEMBAHASAN

A.

Sejarah Filsafat
Filsafat pertama kali muncul di Yunani pada abad ke-6 sebelum Masehi. Pada

mulanya filsafat bukan sebuah ilmu yang berada disisi ilmu-ilmu lainnya, melainkan meliputi
segala pengetahuan ilmiyah. Orang yang pertama kali menggunakan kata filsafat adalah
Pythagora, tetapi kesaksian sejarah tentang kehidupan dan aktifitasnya tercampur dengan
legenda-legenda sehingga sering kali kebenaran tidak dapat dibedakan dari berbagai rekaan.
Yang pasti dalam kalangan Sokrates dan Plato (abad ke 5 sebelum Masehi) nama filsafat
sudah lazim digunakan. Dalam dialog Plato yang berjudul Phaidros misalnya kita membaca;
Nama yang bijaksana terlalu luhur untuk memanggil seorang manusia dan lebih cocok untuk
Tuhan (Allah). Ia lebih baik dipanggil Philoshopos (pecinta kebijaksanaan) dari pada
dipanggil sebagai orang yang bijaksana.2
Dalam sejarah filsafat yang dikenal sebagai filosof pertama adalah Thales,
Anaximandros dan Anaximenes yang tinggal di sebuah kota yang bernama Miletos. Thales
oleh Aristoteles disebut sebagai filosof yang pertama yang lahir pada abad ke 6 s.M. salah
satu pemikirannya adalah tentag prinsip alam semesta. Menurutnya, semuanya berasal dari
air dan semuanya akan kembali lagi menjadi air.
Filsafat yang lahir dari filosof pertama merupkan filsafat alam. Hampir semua
pemikiran filsafatnya berkaitan dengan alam semesta, mulai dari pencipaan, pergantian
musim, pasang surutnya air dan lain sebgainya.
Selanjutnya diikuti oleh Pythagoras yang melahirkan madzhab Pythagorean.
Diantara hasil pemikiran filsafatnya adalah tentang jiwa yang dapat bereinkarnasi. Disamping
itu madzhab ini juga yang dianggap mempunyai jasa besar dalam memperkenalkan ilmu pasti
dengan

memperkenalkan

tentang

prinsip

bilangan-bilangan.

Mereka

juga

yang

memperkenalkan tentang harmoni yang memperdamaaikan hal-hal yang berlawanan dalam


keseluruhan kosmos.3
Ada beberapa nama besar setelah Pythagoras, diantaranya Xenophanes yang lahir
di Kolophan di Asia Kecil kemudian ia meninggalkan kota kelahirannya menuju ke Yunani.

2
3

K Bertens,sejarah filsafat Yunani,Yogyakarta, Penerbit Kanisius;cet. 11 tahun 1994 ,hlm. 13


Ibid ,37.

FILSAFAT HUKUM ISLAM

Page 3

Kemudian Herakleitos yang memiliki inti pemikiran bahwa tiap-tiap benda terdiri dari hal-hal
yang saling berlawanan akan tetapi tetap memiliki satu kesatuan. 4
Jauh sebelum Sokrates telah lahir beberpa nama yang menghantarkan filsafat pada
sebuah pengetahuan yang berharga. Setelah Herakleitos muncul madzhab Elea yang sebagai
tokohnya terdapat tiga orang, yakni Parmenides, Zeno dan Melisos. Dan muncul pula para
filosof pluralis dan atomis dimana Demokritos sebagai salah satu tokohnya.
Barulah kemudian muncul kaum sofis yang selalu bertentangan dengan pandangan
Sokratis. Tokoh filosof yang menjadi sumber rujukan setiap filosof zaman berikutnya.
Muridnya Plato muncul kemudian yang disusul oleh Aristoteles sebagai murid dari Plato
sendiri.
Islam mengenal filsafat melalui perjalanan yang cukup panjang. Dilihat dari aspek
sejarah, islam mengenal filsafat dilatar belakangi oleh adanya usaha penerjemahan naskahnaskah ilmu filsafat ke dalam bahasa Arab yang telah dilakukan sejak pusat-pusat ilmu
pengetahuan purbakala yang ada di Yunani dan Alexandria, dan sebelumnya Mesir serta
Babilonia maupun Persia, jatuh ketangan kaum Muslim. Menjelang berakhirnya bani
Umayah dan permulaan bani Abbasiyah, penerjemahan bahasa-bahasa purbaakala kedalam
bahasa Arab mulai dilakukan dengan bantuan orang-orang terpelajar dari berbagai kota
seperti Antioch, Edessa, Harran, dan Jundhishapur yang merupakan kota-kota bagian dari Dar
al-Islam.
Pada masa Harun al-Rasyid lebih diutamakan penerjemahan filsafat Aristoteles dan
Persia, kemudian pada masa al-Makmun, penerjemahan lebih aktif lagi dan disertai dengan
pengiriman tim-tim ahli ke negara tetangga, seperti Cyrus dan Romawi untuk mendapatkan
buku-buku filsafat. Pada giliran berikutnya muncul filosof-filosof muslim yang terkenal
seperti al-Kindi, al-Faraby, Ibnu Sina dan Ibnu Rusyd.5

B.

Pengertian filsafat
Dalam lisanul arab kata filsafat berakar dari falsafa yang memiliki arti alhikma.

Kata falsafah berasal dari bahsa Yunani yang sangat terkenal,Philosophia yang berarti
kecintaan pada kebenaran (wisdom). Dengan sedikit perubahan kata falsafah diindonesiakan
menjadi filsafatatau juga filosofi (karena adanya pengaruh ucapan inggris Philosophy).
Dalam Arab sendiri cabang ilmu ini disebut Ulumul hikmah atau singkatnya Al-hikmah yang
4

Ibid 43
5 Dedi Supriyadi, M.Ag, Pengantar Filsafat Islam,Bandung;CV Pustaka Setia,cet.II,thn. 2010 ,hlm. 35

FILSAFAT HUKUM ISLAM

Page 4

artinya ialah kebijaksanaan, kewicaksanaan, wisdom. Dengan demikian failusuf (diambil dari
kata Yunani philosophos (pelaku filsafat) Al-hakim (ahli hikmah atau orang bijaksana).6
Istilah filsafat atau falsafah dalam bahasa Indonesia diserap dari bahasa Arab
yang merupakan bentuk kata yang terambil dari bahasa yunani yang merupakan kata
majemuk

(philosophia)

sebagai

penggabungan

dari

kata philein (cinta)

dan sophia (kearifan/kebijaksanaan).


Sudah kita ketahui bahwa kata philosophia diperkenalkan pertama kali oleh
Pythagoras (abad 6 SM). Adapun kebijaksanaan sendiri memiliki makna yang hampir
sepadan dengan hikmah dalam bahasa Arab. Dengan demikian maka seorang filosof adalah
orang yang mencintai hikmah.7 Adapun menurut Harun Nasution filsafat adalah berfikir
menurut tata tertib (logika) dengan bebas (tidak terikat pada tradisi, agama dan dogma) dan
dengan sedalam-dalamnya sehingga sampai ke dasar-dasar persoalan.8
Sedangkan menurut Aristoteles filsafat adalah ilmu pengetahuan yang meliputi
kebenarn, yang didalamnya terkandung ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi,
politik, dan estetika atau ilmu yang menyelidiki sebab dan asas segala benda.9
Demikianlah istilah filsafat berarti ilmu pengetahuan yang dicapai manusia
dengan akal pikirannya. Para filsuf/filosof mempelajari aneka persoalan alam semesta, langit,
bumi, manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, mineral dan lain sebagainya sehingga Immanuel
Kant mengatakan bahwa filsafat adalah ilmu pokok dari segala pengetahuan yang meliputi
empat persoalan, yaitu;
1. Metafisika untuk mengetahui segala sesuatu
2. Etika untuk mengetahui apa yang boleh kita lakukan
3. Antropologi untukmengetahui apakah makna manusia itu
4. Agama untuk mengetahui sampai dimana penghargaan kita terhadap kehidupan10
Filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dari sikap
yang dijunjung tinggi. Suatu sikap falsafi yang benar adalah sikap yang kritis dan mencari.
Sikap itu merupakan sikap yang toleran dan terbuka dalam melihat persoalan dengan
berbagai sudut pandang dan tanpa prasangka. Berfilsafat tidak hanya berarti membaca dan
mengetahui filsafat. Seseorang memerlukan kebolehan berargumentsi, memakai teknik
analisis serta mengetahui sejumlah bahan pengetahuan sehingga ia memikirkan dan
6 Prof.Dr.Juhaya S.Praja,M.A, Pengantar filsafat islam konsep, filsuf,dan ajarannya ,penerbit CV.Pustaka
Bandung hal.17
7
Abu Ahmadi,Filsafat Islam, Semarang,Penerbit;Toha Putra;tahun 1982, hlm.9
8
Harun Nasution, filsafat Agama, Jakarta; Bulan Bintang,cet, IV;tahun 1989 ,hlm. 3
9
Op Cit Saebani, hlm. 27
10
Op Cit Saebani ,hlm. 28

FILSAFAT HUKUM ISLAM

Page 5

merasakan secara falsafi. Filsafat mengantarkan semua yang mempelajarinya ke dalam


refleksi pemikiran yang mendalam dan penuh dengan hikmah.11
Sifat kritis filsafat ditunjukkan dengan tiga pendekatan dalam filsafat, yakni
pendekatan ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Jika filsafat digandengkan dengan hukum
islam, maka hukum islam akan dikritisi dari sisi hakikatnya, sumber pengetahuan dan fungsi
pragmatisnya, serta etika dan estetikanya. Dapat diambil kesimpulan tentang pengertian
filsafat dengan lima hal mendasar, yaitu;
1. Pengetahuan tentang cara berfikir kritis
2. Pengetahuan tentang kritik yang radikal
3. Pengetahuan tentang berpikir kritis sistematis
4. Pengetahuan tentang pemahaman universal terhadap semua persoalan
5. Pengetahuan tentang kebenaran pemikiran yang tanpa batas dan masalah yang tidak
pernah tuntas.12

C.

Pengertian hikmah
Hikmah berasal dari katahakama yang berarti mengikat atau tali kendali jika dari

lafadz masdarnya (hikmah). Hikmah bisa juga digunakan untuk kata filsafat, karena hikmah
sendiri memiliki arti kebijaksanaan, dan berarti pula sebagai penghalang bagi orang untuk
berprilaku buruk. Imam Musa bin Jafar As bersabda: Yang dimaksud dengan hikmah
adalah pemahaman dan akal. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa hikmah merupakan
satu kondisi dan tipologi pencerapan dan pencerahan yang bersandar pada ilmu yang
sejatinya adalah milik Allah. Hal senada juga diungkapkan oleh al-Raghib bahwa hikmah
adalah memperoleh kebenaran dengan perantara ilmu dan akal.13
Bahkan sebagaimana kata-kata Imam Jafar Shadiq As, Allah Swt merupakan ilmu
itu sendiri dimana tiada jalan bagi kebodohan di dalamnya. Hikmah adalah sampainya
kepada kebenaran dan realitas melalui media ilmu dan akal. Hikmah berasal dari
klausul hukm yang bermakna menahan dan menawan. Dan makna pertamanya adalah
menghukum yang menjadi sebab tercegahnya dan tertahannya kezaliman. Di antara tipologi
hikmah adalah menahan manusia dari kebodohan dan kepandiran. Hikmah adalah muhkam
(kokoh) dan mutqan (mantap)-nya bentuk ilmu.
Hikmah yang sering disebut oleh para ulama mujtahid sebagai Asror al-Ahkam, secara
etimologis berarti mengetahui keunggulan sesuatu melalui suatu pengetahuan sempurna,
11

Op Cit, Saebani ,hlm. 28


Op Cit, Saebani,hlm. 29
13
Op Cit Supriyadi, hlm. 17
12

FILSAFAT HUKUM ISLAM

Page 6

bijaksana, dan sesuatu yang bergantung kepadanya akibat suatu yang terpuji. Adapun secara
terminologi adalah suatu motifasi dalam pensyari'atan hukum dalam rangka mencapai suatu
kemashlahatan atau menolak suatu kemafsadatan.14
Adapun tasyri adalah kata yang terambil dari lafadz syariah yang artinya jalan yang
lurus. Secara terminologi tasyri oleh para fuqaha diartikan sebagai hukum-hukum yang
ditetapkan oleh Allah bagi hamba-hambanya yang diungkapkan melalui perantaraan
Rasulullah SAW. Syariat secara harfiah bermakana sumber air atau sumber kehidupan,
sedangkan syariat dalam kalangan ahli hokum islam mempunyai pengertian umum dan
khusus.
Syariat dalam pengertian umum ialah keseluruhan tata kehidupan dalam islam, atau
seperti yang diungkapkan oleh At-Tahanami penulis kitab Kasyafu istilahati al-funun yang
dikutip langsung oleh Wahbah Zuhaili bahwa Syariat adalah apa yang telah disyariatkan oleh
Allah untuk hambanya dari beberapa hokum yang dibawa oleh seorang Nabi dan para nabi,
baik yang berkaitan dengan cara melakukan sesuatu yang disebut syariah fariyah atau
syariah amaliyah, hal ini termaktub dalam ilmu fiqih.
Jika berkenaan dengan akidah disebut dengan syariat ashliyah atau syariat
Itiqodiyah yang dikaji dalam ilmu kalam. Syariat dalam pengertian ini sering disebut
dengan fiqih akbar yang mencakup akidah, syariat dan akhlak. 15 Dalam pengertian semacam
ini, syariat dipahami sebagai syariat agama secara keseluruhan yang termaktub dalam AlQuran dan Sunnah Nabi SAW.
Syariat juga sering ditujukan pada ajaran islam yang dipahamai langsung dari AlQuran dan Sunnah, yang merupakan realitas metafisika yang diketahui melalui keduanya.
Adapun syariat dalam pengertian khusus dikenal sebagai hokum amaliyah yang ditetapkan
Allah untuk umat manusia melalui wahyu yang disampaikan oleh Rosul sebagai jalan menuju
kehidupan yang bahagia baik di dunia maupun di akhirat kelak.
Namun dalam kata tasyri ini terkandung makna menciptakan hukum atau undangundang dan membuat kaidah-kaidah. Tasyri dalam pengertian tersebut adalah membuat
undang-undang baik undang-undang yang dibuat bersumber dari ajaran agama yang di sebut
dengan tsyri samawiy maupun dari perbuatan manusia dan hasil pemikirannya yang
dinamakan dengan istilah tasyri wadiy.16

14

Op Cit, Supriyadi ,hlm. 15


Op Cit, Juhaya S. Praja,Tjun Surjaman(Ed.), 1991 hlm. 5
16
Op Cit, Saebani, hlm. 7
15

FILSAFAT HUKUM ISLAM

Page 7

Dari pengertian diatas dapat dipahami bahwa tasyri yang dimaksud adalah proses
pembuatan undang-undang yang dimbil dari syariat. Maka yang dimaksud dengan hikmah
al-tasyri adalah pengetahuan yang mendalam, kokoh dan mantap dalam menciptakan
undang-undang dari sumber hukumnya, yakni syariat.

D. Persamaan dan Perbedaan Antara Filsafat dan Hikmah


Kata filsafat berasal dari bahasa Yunani Philosphia yang berarti cinta
kebijaksanaan (philos berarti cinta dan shopia berarti hikmah, kebijaksanaan. Jadi kata
filsafat berarti mencintai atau lebih suka atau keinginan kepada kebijaksanaan kepada
kebijaksanaan. Orangnya disebut filosof, dalam istilah arab disebut failasuf. Kata philosophia
ini diserap ke dalam bahasa arab menjadi falsafah yang berarti hubbu al hikmah (cinta
kebijaksanaan).
Harun Nasution mengatakan bahwa intisarifilsafat adalah berfikir menurut tata
tertib (logika) dengan bebas (tidak terikat pada tradisi dogma dan agama) dan dengan
sedalam-dalamnya sehingga sampai ke dasar-dasar persoalan.
Hikmah dalam bahasa Arab berarti besi kekang, yaitu besi pengendali binatang.
Kata hikmah dalam pengertian kendali ini pun dapat juga diartikan sebagai kendali dan
pengekang manusia yang memilikinya untuk tidak berkehendak, berbuat dan berbudi pekerti
yang rendah dan tercela, melainkan mengendalikannya untuk berbuat dan bertindak serta
berperilaku yang benar dan terpuji.
Mustafa Abd Al-Raziq, hikmah seperti yang disebut dalam Al-Quran menjadikan
orang yang memiliki hikmah sebagai orang yang mulia dan berwibawa.
Fuad Ahwani dan Mustofa Abd Al-Raziq : Filosof muslim menggunakan kata
hikmah sama dengan kata filsafat, dan kata hakim sama dengan kata filosof.
Dalam tradisi intelektual Islam, kita temukan beberapa istilah yang umum dipakai
untuk sophia.
Pertama, hikmah: istilah ini dipakai oleh generasi awal pemikir Muslim sebagai
padanan kata sophia. Kata ini tampaknya sengaja dipilih supaya lebih mudah diterima oleh
kaum Muslim supaya terkesan bahwa filsafat itu tidak bertentangan dengan ajaran Islam dan
justru berhulu dan bermuara pada al-Quran.
Pandangan yang kurang lebih sama ditegaskan Ibn Sina dalam buku filsafat yang
ditulisnya:hikmah adalah kesempurnaan jiwa manusia tatkala berhasil menangkap makna
segala sesuatu dan mampu menyatakan kebenaran dengan pikiran dan perbuatannya sebatas
kemampuannya sebagai manusia (istikmal an-nafs al-insaniyyah bi tashawwur al-umur wa
FILSAFAT HUKUM ISLAM

Page 8

ttashdiq bi l-haqaiq an-nazhariyyah wa l-amaliyyah ala qadri thaqat al-insan). Siapa


berhasil menggapai hikmah beginilah yang mendapat anugerah kebaikan berlimpah, ujar
Ibn Sina.
Artinya, ada kesamaan antara filsafat dengan hikmah, yakni sama-sama
menggunakan akal untuk menemukan hakikat kebenaran dari sesuatu sekalipun hanya sebatas
pada kemampuan yang dimiliki manusia.
Namun demikian, tidak semua orang setuju dengan istilah ini. Di antara yang
paling keras menentangnya ialah Imam al-Ghazali. Menurut beliau, para filsuf telah
membajak lafaz hikmah untuk kepentingan mereka, padahal hikmah yang dimaksud dalam
kitab suci al-Quran bukan filsafat, melainkan Syariat agama yang diturunkan Allah kepada
para nabi dan rasul. Yang dimaksud dengan hikmah adalah syariat-syariat (ilmu tentang halal
dan haram.) Sebagaimana disebutkan dalam al-Quran, Dan Allah mengajarkan kepadanya
al-kitab dan hikmah (ilmu tentang halal dan haram) dan Taurat. (QS. Ali Imran 48)
Sebagian besar penafsir berpandangan bahwa yang dimaksud dengan hikmah
adalah pengetahuan al-Quran dan ilmu tentang nsikh dan mansukh, muhkam dan
mutasyabih, muqaddam dan muakkhar dan sebagainya. Dan dalam al-Quran disebutkan:
Allah akan menganugerahkan hikmah kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan barang siapa
yang dianugerahi hikmah tersebut, ia benar-benar telah dianugerahi kebaikan yang tak
terhingga. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dan
memahami hal ini). (Qs. Baqarah [2]:269)
Yang kedua adalah falsafah, istilah yang dimasukkan ke dalam kosakata Arab
melalui terjemahan karya-karya Yunani kuno. Al-Kindi termasuk yang mempopulerkan
istilah asing ini melalui karyanya Fi al-Falsafah al-Ula (Tentang Filsafat Utama). Menurut
beliau, filsafat adalah ilmu yang mempelajari hakikat segala sesuatu sebatas kemampuan
manusia. Filsafat teoritis bertujuan menemukan kebenaran, sedangkan filsafat praktis
bertujuan mengarahkan prilaku kita agar selaras dengan kebenaran. Berfilsafat itu berusaha
meniru perilaku Tuhan.
Filsafat adalah upaya manusia mengenal dirinya, tambah al-Kindi. Abu Hayyan atTawhidi mencatat tak kurang dari enam definisi filsafat. Sementara kumpulan cendekiawan
yang menamakan diri mereka Ikhwan al-Shafa (boleh jadi nama ini merupakan terjemahan
bebas namun puitis dari philosophoi kawan-kawan sophia) berkata: Permulaan filsafat itu
suka kepada ilmu (yakni rasa ingin tahu).
Langkah berikutnya adalah mengetahui hakikat segala sesuatu sesuai dengan
kemampuan manusia. Adapun puncaknya adalah berkata dan berbuat sesuai dengan apa yang
FILSAFAT HUKUM ISLAM

Page 9

diketahui (al-falsafah awwaluha mahabbatu l-ulum, wa awsathuha marifatu haqaiqi lmawjudat bi-hasabi t-thaqati l-insaniyyah wa akhiruha al-qawl wa l-amal bi-ma yuwafiqu lilma).
Berbeda dengan hikmah, filsafat tidak terkandung keharusan adanya pengetahuan
tentang ketuhanan, tentang manfaat dan faedah sesuatu yang direnungkan atas dasar wahyu
dari Allah. Sedangkan hikmah mengharuskan hal itu semua.17

17

Op Cit, Supriyadi, hlm. 17

FILSAFAT HUKUM ISLAM

Page 10

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan dalam makalah ini adalah :
1. Filsafat adalah pengetahuan tentang kebjaksanaan dan bukan kebijaksanaan itu
sendiri, karena dari sisi karakteristiknya filsafat masih sebatas mencari makna
kebenaran dan nilai kebijaksanaan sehingga masih sangat dimungkinkan tidak
tercapainya hakikat dari kebijaksanaan yang dimaksud.
2. Kaitannya dengan hikmatutasyriiyah filsafat mempunyai peluang dalam menemukan
hikmah disyariatkannya hukum tertentu, sehingga filsafat hanya sebatas alat
metodologis untuk menemukan nilai kebenaran yang aplikatif sehingga nilai-nilai
hikmah hukum tersebut benar-benar menyentuh pada tataran ontologis, metodolois
dan sampai pada ranah aksiologis sehingga tidak ada kesenjangan antara teks hukum
dengan konteks sosial.
3. Perbedaan antara filsafat dan hikmah terletak pada nilai pemahamannya yang bersifat
relatif dan absolut. Hal ini dapat kita perhatikan dari pengertian tentang filsafat
sebagai ilmu yang mempelajari hakikat segala sesuatu sebatas kemampuan manusia,
sedangkan hikmah merupakan pengetahuan hakiki dari segala sesuatu yang
disampaikan oleh Allah kepada manusia melalui wahyunya. Adapun persamaannya
adalah keduanya sama-sama menggunakan akal dalam menemukan hakikat
kebenaran.
4. Tanda-tanda kebenaran yang terdapat dalam wahyu tidak dapat terbantahkan, dan
inilah yang disebut hikmah. Adapun tanda-tanda yang terdapat diluar wahyu hanya
sebatas pada ranah kebenaran relatif.

FILSAFAT HUKUM ISLAM

Page 11

DAFTAR PUSTAKA

Saebani, Beni Ahmad, 2008. filsafat hukum islam. Bandung:Pustaka Setia


Bertens , K. 1994. Sejarah Filsafat Yunani. Yogyakarta: Penerbit Kanisius
Supriyadi, Dedi Supriyadi, 2010. Pengantar Filsafat Islam. Bandung: CV Pustaka Setia
Ahmadi, Abu,1982. Filsafat Islam. Semarang: Toha Putra
Nasution, Harun, 1989. filsafat Agama. Jakarta: Bulan Bintang
Praja, Juhaya S, 1991.Hukum Islam di Indonesia.Bandung:PT Remaja Rosda Karya
http://bungahati.blogspot.2012 filsafat-hukum-islam com

FILSAFAT HUKUM ISLAM

Page 12

Anda mungkin juga menyukai