Anda di halaman 1dari 5

Advanced Technology Environmental and Energy Center (ATEEC), Fellows (2000: 2-7),

menjelaskan karakteristik pembelajaran kontekstual sebagai berikut:


a. Problem-based (berbasis masalah), contextual teaching and learning dapat dimulai
dengan simulasi atau masalah nyata. Para siswa menggunakan kemampuan berpikir
kritis dan pendekatan sistemik untuk mengkaji masalah atau isu. Siswa juga
menggunakan berbagai disiplin ilmu untuk memecahkan permasalahan ini.
Permasalahan yang dikaji berkaitan dengan kehidupan siswa dalamkeluarga,
pengalaman sekolah, tempat kerja, dan masyarakat.
b. Using multiple contexts (penggunaan berbagai konteks), pengetahuan tidak bisa
terpisah dari fisik dan konteks sosial di mana pengetahuan berkembang. Bagaimana
dan dimana seseorang memperoleh dan menciptakan pengetahuan sangat penting.
Melalui contextual teaching and learning pengalaman diperkaya ketika para siswa
belajar keterampilan di dalam berbagai konteks (yaitu sekolah, masyarakat tempat
kerja, keluarga).
c. Drawing upon student diversity (penggambaran keanekaragaman siswa). Populasi
siswa berbeda, perbedaan terjadi dalam nilai-nilai, adat istiada sosial, dan perspektif.
Perbedaan ini menjadi daya dorong untuk belajar dan menambah kompleksitas kepada
pengalaman contextual teaching and learning. Kerja sama dan pembelajaran
kelompok menghormati perbedaan sejarah, meluaskan perspektif, dan membangun
keterampilan inter-personal.
d. Supporting self-regulated learning (pendukung pembelajaran pengaturan diri). Pada
akhirnya, siswa harus menjadi pelajaran sepanjang hayat, hal ini berarti siswa selalu
memiliki keinginan dan dapat mencari, meneliti, dan menggunakan informasi dengan
kesadaran sendiri tanpa diawasi. Untuk melakukannya, siswa harus sadar bagaimana
mereka memroses informasi, memecahkan masalah, dan menggunakan latar belakang
pengetahuan mereka. Contextual teaching and learning perlu mempertimbangkan
prinsip trial-error, menyediakan waktu dan struktur untuk refleksi, dan menyediakan
cukup dukungan untuk membantu siswa pindah dari ketergantungan kepada belajar
mandiri.
e. Using interdependent learning groups (penggunaan kelompok belajar yang saling
ketergantungan). Siswa akan dipengaruhi oleh dan akan berperan dalam
mengembangkan kepercayaand an pengetahuan dari yang lain. Belajar kelompok,
masyarakat belajar adalah untuk berbagi pengetahuan, memusatkan pada tujuan, dan
memberi kesempatan semua anggota saling mengajar dan belajar. Guru berperan

sebagai pelatih, fasilitator, dan mentor dalam belajar kelompok dan masyarakat
belajar.
f. Employing authentic assessment (memanfaatkan penilaian asli). Contextual teaching
and learning dimaksudkan untuk membangun pengetahuan dan keterampilan yang
penuh makna dengan melibatkan para siswa dalam konteks kehidupan nyata atau asli.
Demikian pula halnya dalam penilaian harus autentik, sepanjang proses pembelajaran
dan hasil pembelajaran. Penilaian autentik ini digunakan untuk memonitor kemajuan
siswa dan umpan balik keberhasilan guru dalam pembelajaran.
Sementara itu, Ditjen Dikdasmen (2003:10-19) menyebutkan tujuan komponen utama
pembelajaran kontekstual, yaitu:
a. Konstruktivisme (constructivism)
Pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas
melalui konteks yang terbatas (sempit) dan tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan
bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan
diingat. Manusia harus mengonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui
pengalaman nyata.
b. Menemukan (inquiry)
Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil
mengingat seperangkat fakta-fakta, melainkan hasil dari menemukan sendiri melalui
siklus: (1) observasi (observation), (2) bertanya (questioning), (3) mengajukan dugaan
(hiphotesis), (4) pengumpulan data (data gathering), dan penyimpulan (conclussion).
c. Bertanya (questioning).
Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu bermula dari bertanya. Bagi guru
bertanya dipandang sebagai kegiatan untuk mendorong, membimbing, dan menilai
kemampuan berpikir siswa. Bagi siswa bertanya merupakan bagian penting dalam
melakukan inquiri, yaitu menggali informasi, mengonfirmasikan apa yang sudah
diketahui, dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya.
d. Masyarakat belajar (learning community).
Hasil pembelajaran diperoleh dari kerja sama dengan orang lain. Guru disarankan
selalu melaksanakan pembelajaran dalam kelompok-kelompok belajar.
e. Pemodelan (modelling)
Dalam pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu ada model yang bisa
ditiru. Guru dapat menjadi model, misalnya memberi contoh cara mengerjakan
sesuatu. Tetapi guru bukan satu-satunya model, artinya model dapat dirancang dengan

melibatkan siswa, misalnya siswa ditunjuk untuk memberi contoh pada temannya atau
mendatangkan seseorang di luar sekolah, misalnya mendatangkan veteran
kemerdekaan ke kelas.
f. Refleksi (reflection)
Cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir kebelakang tentang apaapa yang sudah dilakukan di masa lalu. Siswa mengendapkan apa yang baru
dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru, yang merupakan pengayaan
atau revisi dari pengetahuan sebelumnya. Refleksi merupakan respon terhadap
kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang baru diterima. Misalnya ketika pelajaran
berakhir, siswa merenung kalau begitu, sikap saya selama ini salah, ya! Seharusnya,
tidak membuang sampah ke sungai, supaya tidak menimbulkan banjir.
g. Penilaian yang sebenarnya (authentic assessment)
Kemajuan belajar dinilai dari proses, bukan semata hasil, dan dengan berbagai cara.
Penilaian dapat berupa penilaian tertulis (pencil and paper test) dan penilaian
berdasarkan perbuatan (performance based assessment), penugasan (project), produk
(product), atau portofolio (portfolio).
Berdasarkan berbagai pandangan tentang hakikat dan prinsip pembelajaran kontekstual,
Komalasari (2008) dalam disertasinya menarik benang merah di antara keseluruhan
pandangan para ahli tersebut diatas. Komalasari mengidentifikasi karakteristik pembelajaran
kontekstual meliputipembelajaran yang menerapkan konsep keterkaitan (relating), konsep
pengalaman langsung (experiencing), konsep aplikasi (applying), konesp kerja sama
(cooperating), konsep pengaturan diri (self-regulating), dan konsep penilaian autentik
(authentic assessment), dengan indikator masing-masing konsep sebagai berikut:
a. Keterkaitan (relating)
Pembelajaran yang menerapkan konsep keterkaitan (relating) adalah proses pembelajaran
yang memiliki keterkaitan (relevansi) dengan bekal pengetahuan (prerequisite
knowledge) yang telah ada pada diri siswa dan dengan konteks pengalaman dalam
kehidupan nyata siswa. Indikator pembelajaran yang menerapkan konsep keterkaitan ini
meliputi keterkaitan materi pelajaran dengan: (a) pengetahuan dan keterampilan
esbelumnya, (b) materi lain dalam pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, (c) mata
pelajaran lain, (d) ekspose media, (e) konteks lingkungan (keluarga, sekolah masyarakat),
(f) pengalaman dunia nyata, (g) kebutuhan siswa, dan (h) materi dari terbatas ke
kompleks dan dari konkret ke abstrak.
b. Pengalaman langsung (experiencing)

Pembelajaran yang menerapkan konsep pengalaman langsung (experiencing) adalah


proses pembelajaran yang memberikan kesempatan pada siswa untuk mengonstruksi
pengetahuan dengan cara menemukan dan mengalami sendiri secara langsung. Indikator
pembelajaran yang menerapkan konsep pengalaman langsung ini meliputi: eksplorasi,
penemuan (discovery), inventory, investigasi, penelitian dan pemecahan masalah.
c. Aplikasi (applying)
Proses pembelajaran yang menerapkan konsep aplikasi (applying) adalah proses
pembelajaran yang menekankan pada penerapan fakta, konsep, prinsip, dan prosedur
yang dipelajari dalam situasi dan konteks lain yang berbeda sehingga bermanfaat bagi
kehidupan siswa. Indikator proses pembelajaran yang menerapkan konsep aplikasi
meliputi: (a) penerapan materi yang telah dipelajari dalam lingkungan keluarga, sekolah,
masyarakat; (b) penerapan materi dalam memecahkan masalah; (c) penggunaan metode
karyawisata, praktik kerja lapangan, bermain peran, simulasi, dan pembelajaran
pelayanan.
d. Kerja sama (cooperating)
Pembelajaran yang menerapkan konsep kerja sama adalah pembelajaran yang mendorong
kerja sama di antara siswa, antara siswa dengan guru dan sumber belajar. Indikator
pembelajaran yang menerapkan konsep kerja sama ini meliputi: (a) kerja kelompok dalam
memecahkan masalah dan mengerjakan tugas; (b) saling bertukar pikiran, mengajukan
dan menjawab pertanyaan; (c) komunikasi interaktif antarsesama siswa, antara siswa
dengan guru, siswa dengan nara sumber; (d) penghormatan terhadap perbedaan gender,
suku, ras, agama, status sosial ekonomi, budaya, dan perspektif.
e. Pengaturan diri (self-regulating)
Pembelajaran yang menerapkan konsep pengaturan diri (self-regulating) adalah
pembelajaran yang mendorong siswa untuk mengatur diri dan pembelajarannya secara
mandiri. Indikator pembelajaran yang menerapkan konsep pengaturan diri (selfregulating) ini meliputi: (a) motivasi belajar sepanjang hayat, (b) motivasi untuk mencari
dan menggunakan informasi dengan kesadaran sendiri, (c) melaksanakan prinsip trialerror, (d) melakukan refleksi, dan (e) belajar mandiri.
f. Asesmen autentik (authentic assessment)
Pembelajaran yang menerapkan konsep asesmen autentik adalah pembelajaran yang
mengukur, memonitor, dan menilai semua aspek hasil belajar (yang tercakup dalam
domain kognitif, afektif, dan psikomotor), baik yang tampak sebagai hasil akhir dari suatu
proses pembelajaran maupun berupa perubahan dan perkembangan aktivitas, dan

perolehan belajar selama proses pembelajaran di dalam kelas ataupun di luar kelas.
Dengan demikian penilaian pembelajaran utuh menyeluruh dalam aspek kognitif, afektif,
dan psikomotor, serta dalam keseluruhan tahapan proses pembelajaran (di awal, tengah,
dan akhir). Di samping itu, penilaian tidak hanya diserahkan pada guru, tetapi siswa pun
menilai siswa lain dan dirinya sendiri (self-evaluation) dalam aktivitas pembelajaran dan
pemahaman materi. Penilaian guru dilakukan dalam bentuk penilaian tertulis (pencil and
paper test) dan penilaian berdasarkan perbuatan (performance based assessment),
penugasan (project), produk (product), atau portofolio.
g.

Anda mungkin juga menyukai